Anda di halaman 1dari 13

Usulan Penelitian

Analisis Kepuasan Pemasok Sayur dan buah dalam Hubungan Pembeli dan
Pemasok pada Pasar Konvensional dan Platform digital

M. Azka Kesuma Wardana


H251180211

PROGRAM STUDI ILMU MANAJEMEN


PASCASARJANA
IPB UNIVERSITY
2020
1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL Error! Bookmark not defined.
DAFTAR GAMBAR Error! Bookmark not defined.
DAFTAR LAMPIRAN Error! Bookmark not defined.
1 PENDAHULUAN Error! Bookmark not defined.
Latar Belakang Error! Bookmark not defined.
Perumusan Masalah Error! Bookmark not defined.
Tujuan Penelitian Error! Bookmark not defined.
Manfaat Penelitian Error! Bookmark not defined.
Ruang Lingkup Penelitian Error! Bookmark not defined.
2 TINJAUAN PUSTAKA Error! Bookmark not defined.
Kualitas Layanan Logistik Error! Bookmark not defined.
Tracking dan Tracing Error! Bookmark not defined.
Service Quality (SERVQUAL) Error! Bookmark not defined.
Customer Satisfaction Error! Bookmark not defined.
Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) Error! Bookmark
not defined.
Penelitian Terdahulu Error! Bookmark not defined.
3 METODOLOGI PENELITIAN Error! Bookmark not defined.
Kerangka Pemikiran Error! Bookmark not defined.
Lokasi dan Waktu Penelitian Error! Bookmark not defined.
Jenis Data Error! Bookmark not defined.
Metode Penarikan Sampel Error! Bookmark not defined.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA Error! Bookmark not defined.
2

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia sebagai negara agraris yang sebagian besar masyarakat nya hdup
dari sector pertanian. Namun, nasib para petani ditanah air seperti tidak banyak
mengalami perubahan. Kepuasan petani yang dilihat dari kesejahteraan petani
cenderung tidak banyak perubahan yang berarti kesejahteraan petani di Indonesia
masih dibawah ukuran sejahtera. Dengan penduduk Indonesia yang mencapai
hingga 200 juta lebih tentu produk pertanian menjadi komoditi yang sangat
penting sehingga seharusnya berbanding lurus dengan kesejahteraan petani.
Berikut data Nilai Tukar Petani (NTP) yang menjadi tolak ukur kesejahteraan
petani menurut Badan Pusat Statistik.

Gambar 1 Indeks Nilai Tukar Petani dan Upah Buruh Petani


Sumber : Badan Pusat Statistik

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa pergerakan NTP dan juga
upah petani tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini dapat
disebabkan berbabgi alasan, salah satunya harga jual produk pertanian yang tidak
menguntungkan petani, mahalnya teknologi pendukung seperti alat, pupuk, bibit
dan lain-lain. (Obayelu, 2011; Cribb, 2011) pada penelitian Priya & Vivek (2016)
mengatakan bahwa pada kegiatan rantai pasok pertanian, petani yang memainkan
peran utama merasa lebih sulit dalam memenuhi tujuan rantai pasok mereka
karena sangat bergantung pada input teknologi pertanian seperti mesin, pupuk,
pestisida dan lain-lain. Lalu, petani juga terjebak diantara perantara yang
mendorong turunnya harga produk mereka dan menaikkan biaya produksi. Petani
3

tidak memiliki kendali atas penentuan harga produk mereka karena kedua factor
tersebut didorong oleh pasar. Pentingnya peran dari perantara antara petani dan
konsumen akhir juga menentukan harga jual produk pertanian, Petani yang tidak
punya pilihan karena jika menunggu terlalu lama makan produk tersebut akan
rusak sehingga terpaksa menjual kepada perantara yang biasa disebut tengkulak
atau juga pengepul. Kegiatan rantai pasok produk pertanian secara tradisional
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Pedagang
Petani Pengepul Pengecer Konsumen
Besar / Pasar

Gambar 2 Ilustrasi aliran distribusi produk pertanian konvensional

Dilihat dari ilustrasi diatas bagaimana aliran distribusi sebuah barang yang
melalui banyak pelaku rantai pasok dan pada akhirnya setiap pelaku rantai pasok
tersbut menambahkan margin keuntungan untk setiap produk. Sebagai contoh
ilustrasi sebuah produk dari petani dijual kepada pengepul dengan harga Rp.
6000/Kg nya dan setiap pelaku rantai pasok menambahkan margin keuntungan
maka pada akhirnya konsumen dapat memebli produk tersebut diharga Rp.
20.000/Kg nya.
Perkembangan teknologi informasi pada industry.4.0 pun merambah ke
sector agribisnis di Indonesia, Tjahjono et al (2017) menjelaskan penerapan
industri 4.0 pada agroindustri mempunyai pengaruh yang signifikan pada sistem
rantai pasok. Kolaborasi antara pemasok, industri dan konsumen merupakan hal
krusial untuk meningkatkan transparansi dari semua tahapan rantai pasok mulai
dari pesanan produk dikirim sampai produk berada di tangan konsumen. Berbagai
jenis start-up untuk pertanian telah banyak muncul di Indonesia dari mulai
penyaluran produk dari petani kepada konsumen, pembelian kebutuhan petani,
hingga start-up yang bergerak untuk pinjaman keuangan untuk petani.
Penelitain ini mempunyai focus untuk menganalisis model kemitraan
saluran distribusi produk pertanian pada rantai pasok digital, selanjutnya dari
saluran-saluran tersebut akan dilihat kepuasan petani terhadap model bisnis pada
setiap saluran distribui yang ada pada rantai pasok digital dan melihat factor-
faktor apa saja yang mempengaruhi petani dalam memilih saluran distribusi yang
terintegrasi digital. Pada penelitian ini petani diasumsikan sebagai pemasok untuk
setiap saluran distribusi yang dipilih sehingga dapat ditemukan perbandingan
kepuasan dari setiap petani pada saluran-saluran distribusi digital yang tersedia.

Perumusan Masalah

Komoditas pertanian masuk ke dalam 3 kebutuhan primer yaitu pangan


menjadikan komoditas ini menjadi prioritas bagi setiap manusia. Petani sebagai
produsen atau pemasok komoditas ini belum bisa merasakan keuntungan, banyak
factor yang menyebabkan hal ini salah satunya yaitu permainan harga pada
komoditas ini.permainan harga ini dilakukan pada kegiatan rantai pasok
komoditas pertanian, panjangnya aliran distribusi komoditas pertanian membuat
pelaku pada rantai pasok mengambil marjin keuntungan untuk komoditas
pertanian.
4

Melalui penerapan teknologi informasi pada sektor pertanian memberikan


pilihan bagi petani untuk menyalurkan produk mereka. Integrase antara teknologi
informasi dan pemasaran produk dilakukan melalui saluran distribusi. Saluran
distribusi sangat penting karena produk di satu tempat sementara konsumsi
tersebar di banyak tempat. Jadi ada kesenjangan besar antara produsen dan
konsumen. Jadi melalui saluran distribusi diperlukan untuk megisi celan ini untuk
menghubungkan produsen dan konsumen (Ukessays.com). Selanjutnya perbedaan
model kemitraan dan model bisnis yang terdapat pada saluran distribusi secara
online membuat petani memiliki pilihan serta respon yang berbeda,
Berdasarakan latar belakang dan rumusan masalah diatas penlitian ini
mencoba merumuskan :
1. Bagaimana model bisnis serta model kemitraan yang terdapat pada saluran
distribusi secara digital pada komoditas pertanian ?
2. Bagaimana perbandingan kepuasan petani terhdap model bsinis serta
model kemitraan yang terdapat pada saluran distribusi secar digital ?
3. Factor-faktor apa saja yang mempengaruhi kepuasan petani terhadap
model bisnis dan model kemitraan pada saluran distribusi digital

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang serta rumusan masalah diatas, tujuan penelitian


yang ingin didapatkan dari menjawab permasalahan pada rumusan masalah ini
adalah untuk :

1. Mengidentifikasi karakteristik, model bisnis, model kemitraan pada


saluran distribusi secara digital
2. Mengidentifikasi kepuasan petani terhadap model bisnis, model
kemitraan pada saluran distribusi secara digital
3. Menganalisis factor-faktor yang memepngaruhi kepuasan petani
terhadap model-model bisnis dan model kemitraan pada saluran
distribusi secara digital

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang model


bisnis dan model kemitraan pada saluran distribusi yang terintegrasi digital,
sehingga petani dapat memiliki referensi dalam memilih model bisnis yang dapat
memberikan mereka kesejahteraan, selanjutnya penelitian ini juga bertujuan untuk
mengetahui tingkat kepuasan petani terhadap model-model bisnis dan kemitraan
serta fakor-faktor yang memepengaruhinya.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup pada penelitian ini terdiri dari petani yang


menjual/memasok produk sayur dan buah-buahn pada saluran distribusi pada
rantai pasok digital

TINJAUAN PUSTAKA
5

Supply Chain Management (SCM)

Dalam cara yang lebih luas, Supply Chain Management (SCM) disebut
manajemen aliran informasi, produk, dan layanan di seluruh jaringan pelanggan,
perusahaan, dan mitra rantai pasokan. Namun, Oliver dan Webber (1982) pada
(Dulababu & Giris, 2019) secara mendefinisikan Konsep ini sebagai “Manajemen
rantai pasokan (SCM) adalah proses perencanaan, penerapan, dan pengendalian
operasi rantai pasokan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan
seefisien mungkin. Manajemen rantai pasokan mencakup semua pergerakan dan
penyimpanan bahan baku, inventaris dalam proses, dan barang jadi dari titik asal
ke titik konsumsi. Li (2005) mengatakan bahwa integrasi rantai pasok itu
memastikan rantai pasok beroperasi secara mulus dan akan memfasilitasi
kecepatan, mempersingkat waktu tunggu serta mengurangi biaya operasi, dan
integrasi tersebut.
Chen (2006) pada Tsolakis et al., (2014) mengatakan bahwa dalam
sepeuluh tahun terakhir industry agrifood telah mengakui dan mulai merangkul
SCM sebagai konsep kunci untuk daya saing. Caepatnya industralisasi produksi
pertanian, oligopoly disektor distribusi makanan, kemajuan teknologi informasi
dalam bidang logistic, kepedulian pelanggan dan peraturan keamanan pangan
pemerintah merupakan beberapa tantangan dunia yang mengarah pada
pengadopsian SCM di sector pertanian. Pada akhirnya Agrifood Supply Chain
(AFSC) berkembang secara dinamis dari waktu ke waktu untuk mengikuti
perubahan yang tak henti-hentinya pada lingkungan pangan pertanian yang luas.
Pada tahun mendatang , AFSC modern harus menghadapi tantang besar yang
sedang terjadi seperti urbanisasi yang cepat, pertumbuhan dan liberalisasi sector
public, kekhawatiran akan kualitas pangan dan keselamatan (Tsolakis et al.,
2014).
Internet dan perkembangan teknologi tentu dapat membuat perubahan
pada berbagai aspek, sebagai contoh cra hidup dan bekerja. Perkembanagn
teknologi informasi pun membawa dimensi yang baru pada SCM. Electronic
Supply Chain Management (e-SCM) merupakan integrase antara kegiatan SCM
dan teknologi informasi dengan menyinkronisasi kegiatan, fungsi dan aplikasi
(Pulevska-Ivanovska & Kaleshovska 2013). Perusahaan yang ingin tetap bersaing
tentu sadar bahwa integrase internet dapat meningkatkan keunggulan SCM karena
memungkinkan visibilitas informasi dan kemudahan berbagi informasi secara real
time bahkan meningkatkan kerja sama denga para mitra yang terlibat dalam SCM.
Penerapan e-SCM yang terlihat jelas adalah pada model bisnis e-commerce ,
sedangkan pada produk pertanian mulai dilakukan pada kegiatan penjualan
produk pertanian, dengan menggunakan e-SCM para petani dapat memotong jalur
rantai pasokan sehingga produk yang diterima oleh konsumen pun semakin cepat.

Kepuasan Petani sebagai pemasok

Kepuasan adalah perasaan senang ketika harapan atas pekerjaan mereka


terbayarkan. Petani yang merupakan produsen dari produk pertanian dapat
dikatakan sebagai pemasok awal bagi konsumen. Petani umumnya memasok
kepada perantara untuk selanjutnya disalurkan kepada konsumen. Jika dilihat dari
sisi konsumen, kepuasan konsumen adalah perasaan senang yang dirasakan oleh
6

konsumen akibat terpenuhinya harapan mereka dari produk/jasa yang mereka


terima.

Kebijakan Pembelian

Kebijakan pembelian adalah suatu peraturan yang telah dibuat dan miliki oleh
sebuah perusahaan tentang proses pembelian, biasanya yang memiliki wewenang
dalam kebijakan ini adalah direktur pembelian. Menurut Essig dan Amann (2009)
pada (Meena et al., 2012) proses bisnis terkait dengan pemesanan dan penerimaan
barang dari perusahaan pembeli mempengaruhi kepuasan pemasok. Selain itu,
waktu pemrosesan pesanan, waktu transaksi, opsi pengiriman barang dan
kejelasan dalam parameter / spesifikasi teknis juga memiliki dampak positif pada
kepuasan pemasok.
H1 A : Kebijakan Pembelian berpengaruh terhadap kepuasan pemasok di Platform
digital
H1 B : Kebijakan Pembelian berpengaruh terhadap kepuasan pemasok di pasar
konvensional

Kebijakan Pembayaran

Kebijakan pembayaran disini mengacu kepada metode pembayaran yang dipakai


dalam transaksi anatar pembeli dan pemasok karena, pemasok prihatin dengan
status keuangan perusahaan pembelian potensial, terutama karena mereka
mempengaruhi kemampuannya untuk membayar dan harga. Juga, syarat
pembayaran harus adil untuk memuaskan pemasok. Oleh karena itu, syarat dan
harga pembayaran telah dianggap sebagai pendorong untuk kepuasan dalam
hubungan pembeli-pemasok dan ini mengarah pada pengembangan hipotesis
berikut.
H2 A : Kebijakan pembayaran berpengaruh terhadap kepuasan pemasok di
Platform digital
H2 B : Kebijakan pembayaran berpengaruh terhadap kepuasan pemasok di pasar
konvensional

Kebijakan Koordinasi

Kerjasama merupakan bagian terpenting dari sebuah hubungan bisnis,


kerjasama dapat terus berjalan dengan baik ketika mmeiliki korrdinasi yang tepat
dari setiap pemangku kepentingan agar tidak terjadinya kesalahan omunikasi.
Kerja sama yang diperluas dengan organisasi pembelian mempengaruhi kepuasan
pemasok. Menurut Maunu (2003), Skinner et al. (1992), Wong, (2000), Essig dan
Amann, (2009), Benton dan Maloni, (2005) dan Ghijsen et al. (2010) pada
(Meena, Santanu dan Sarmah, 2012) kerjasama memiliki hubungan positif dengan
kepuasan pemasok. Setoran uang Earned (EMD), pengembalian tepat waktu dari
bahan yang ditolak, jaminan bank, dan penempatan pesanan yang tepat waktu juga
memiliki pengaruh positif terhadap kepuasan pemasok.

H3 A : Kebijakan koordinasi berpengaruh terhadap kepuasan pemasok di Platform


digital
H3 B : Kebijakan koordinasi berpengaruh terhadap kepuasan pemasok di pasar
konvensional
7

Citra Pembeli

Pentingnya citra dari sebuah hubungan menjadikan pelaku merasa yakin


untuk memulai ataupun tetap bekerjasama dalam sebuah bisnis. Citra / reputasi
perusahaan yang baik dari organisasi pembelian mengurangi ketakutan pemasok
dan meningkatkan kepuasan pemasok karena pemasok memperoleh kepuasan dari
bekerja dengan pembeli masa lalu yang sukses dan masa depan yang menjanjikan
(Corsten et al., 2009) dalam (Meena, Santanu dan Sarmah, 2012). Pemasok yang
berkualitas ingin melanjutkan bisnis dengan pembeli yang memiliki pertumbuhan
masa depan yang baik. Lebih jauh, jika pembeli memberikan transaksi yang adil
dibandingkan dengan pesaingnya, lebih banyak pemasok akan tertarik untuk
memasok barang.
H4 A : Citra pembeli berpengaruh terhadap kepuasan pemasok di Platform digital
H4 B : Citra pembeli berpengaruh terhadap kepuasan pemasok di pasar
konvensional

Manajemen Mutu

Manajemen mutu adalah tindakan mengawasi semua kegiatan dan tugas yang
diperlukan untuk mempertahankan tingkat keunggulan yang diinginkan.
Termasuk penentuan kebijakan mutu, menciptakan dan menerapkan perencanaan
dan jaminan kualitas, dan kontrol kualitas dan peningkatan kualitas (Adam
Barone, 2019). Hudnurkar & Ambekar (2019) menunjukkan bahwa organisasi
pembeli fokus utama pada aspek operasional dukungan, manajemen kualitas, dan
kebijakan pembelian dan ketentuan pembayaran untuk membuat pemasok puas.
Pemasok juga bersedia memiliki hubungan dekat dengan organisasi pembeli
seperti yang diamati dalam industri manufaktur India.
H4 A : Manajemen mutu berpengaruh terhadap kepuasan pemasok di Platform
digital
H4 B : Manajemen mutu berpengaruh terhadap kepuasan pemasok di pasar
konvensional
Kajian Penelitian Terdahulu

Koenders (2016) melakukan penelitian tentang kepuasan supplier pada


sebuah perusahaan penempaan kuningan di Belanda dengan enggunak 2 model
yaitu Operational Excellent (OPEX) dan Purchasing Excellent. Penelitian ini
menghasilkan bahwa PUREX memiliki pengaruh langsung terhadap kepuasan
penasok dan OPEX memiliki pengaruh yang tidak langsung terhadap kepuasan
pemasok. Social Exchange Theory (SET) dipakai untuk melihat gambaran yang
lebih luas tentang pengaruh kepuasan pemasok, SEM-PLS dipakai sebagai alat
analisis.pada akhirnya, penelitian ini memberikan pengetahuan baru bagi pembeli
untuk mencapai pemasok yang lebih puas dan membrikan pembeli informasi
tentang pengaruh kepercayaan dan kekutan dalam hubungan pembeli dan
pemasok.
Meena et al. (2012) meneliti tentang kepuasan pemasok pada berbagai
pemasok dari organisasi PSU yang bergerak di sector listrik di India. Pendekatan
PLS digunakan untuk memvalidasi model dan menyelediki hubungan factor atau
konstruksi dengan kepuasan pemasok dan AHP digunakan untuk menghitunh
tingkat indeks kepuasan pemasok. Hasilnya, kebijakan pembelian, kebijakan
pembayaran, kebiajakn koordinasi dan citra pembeli memiliki dampak positif
pada kepuasan pemasok.
8

Kebaharuan dari penelitian ini adalah untuk melihat serta membandingkan


tingkat kepuasan pemasok/petani yang menjual produk mereka di platform digital
dan pasar konvensional. Perlakuan yang berbeda dari kedua model bisnis tersebut
diharapkan dapat memeberikan gamabaran perbedaan tentang kepuasan petani
yang bertindak sebagai pemasok.

METODOLOGI PENELITIAN

Kerangka Penelitian

Penelitian ini terfokus pada hubungan antara pembeli dan pemasok dan
tujuan akhirnya untuk mengukur kepuasan petani pada model bisnis/saluran,pada
penelitian ini petani di anggap sebagai pemasok dan saluran distribusi dianggap
sebagai pembeli. Penelitan dilakukan melalui 3 tahap analisis. Model bisnis pada
platform online dan psar konvensional akan dinalaisis menggunakan analysis
deskriptif. Sleanjutnya, untuk mengukur tingkat kepuasan dari petani terhadap
model bisnis pada pplatform digital dan pasar konvensional dilakukan
menggunakan Structural Equation Modelling (SEM), SEM dipilih karena pada
penelitian ini petani diposisikan sebagai pemasok bukan konsumen/pelanggan
serta atribut variable yang digunakan untuk mengukur kepuasan petani biasanya
digunakan sebagai variable independent sebagaimana penelitian Hafeez et al
(2006). Selanjutnya perbandingan antara tingkat kepuasan petunia pada platform
digital dan konvensional diukur menggunakan analisis independent sample t test.

HUBUNGAN PEMBELI DAN PEMASOK

MODEL BISNIS :
1. PLATFORM DIGITAL
2. KONVENSIONAL
ANALISIS
KEPUASAN PEMASOK : DESKRIPTIF

- Kebijakan Pembelian
- Kebijakan Pembayaran
- Kebijakan Koordinasi
- Citra Pembeli
- Manajemen Mutu

SEM-PLS
PERBANDINGAN INDEPENDENT SAMPLE
T TEST
9

Gambar 4 Kerangka Penelitian

Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan meneliti tentang kepuasan pemasok dalam hubungan
pembeli dan pemasok pada produk pertanian yang memasok sayur dan buah ke
pasar konvensional dan Platform digital , penelitian ini akan dilaksanakan pada
bulan januari 2020 hingga April 2020. Lokasi pada penelitian adalah Kota dan
Kabupaten Bogor
Jenis Data
Data yang dipakai dalam penelitian ini yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer didapat dari kuisioner yang akan diberikan kepada petani
sebagai responden. Data sekunder diperoleh dengan cara melakukan studi pustaka
pada jurnal ilmiah, disertasi, buku dan internet.
Metode Penarikan Sampel
Reponden yang digunakan pada penelitian ini adalah petani sayur dan
buah yang menjual produk mereka melalui atau kepada platform digital serta
petani yang menjual produk mereka melalu cara konvensional seperti gapoktan,
pasar, atau juga perusahaan pertanian. Metode purposive sampling dipakai dalam
penelitian ini karena penelitian ini memiliki kriteria-kriteria dalam pemilihan
sampel (Cooper & Schindler, 1991).
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Ananlisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk mendeskripsikan
atau menjelaskan sebuah data (Baroroh, 2008). Skala likert digunakan sebagai alat
pengukuran dalam penelitian ini. Rentang nilai skala tersebut adalah 1 sampai 6
(Jogiyanto, 2008). Pemberian nilai untuk kategori jawaban dapat dlihat pada tabel
1.
Tabel 1. Pemetaan Bobot penilaian skala Likert

Pemetaan bobot penilaian Keterangan


skala likert Nilai
6 Sangat Setuju (SS)
5 Setuju (S)
4 Cukup Setuju (CS)
3 Kurang Setuju (KS)
2 Tidak Setuju (TS)
1 Sangat Tidak Setuju (STS)

Sumber : Jogiyanto (2008)


Structural Equation Modeling (SEM)
Structural equation modeling (SEM) adalah teknik multivariat yang kuat dan
semakin banyak ditemukan dalam penyelidikan ilmiah untuk menguji dan
mengevaluasi hubungan sebab-akibat multivariat. SEM berbeda dari pendekatan
10

pemodelan lainnya karena mereka menguji efek langsung dan tidak langsung pada
hubungan sebab akibat yang diasumsikan sebelumnya (Martynova et al., 2018).
Pemilihan analisis SEM pada penelitian ini sendiri mengacu pada penelitian
(Meena et al., 2012) mengatakan bahwa, ketika variable-variable yang biasanya
dijadikan sebagai variable dependen, yang pada penelitian ini adalah kebijakan
pembelian, kebijakan pembayaran, kebijakan, koordinasi, citra pembeli dan
manajemen di jadikan varibel independent untuk mengaruh variable-variabel
tersebut apakah memeiliki pengaruh terhadap kepuasa pemasok.
Independent Sample T test
Uji ini digunakan untuk mengukur perbandingan antara kepuasan petani terhadap
model bisnis pada platform digital dan konvensional. Uji ini dipakai karena data
mengukur perbandingan dari 2 sampel yang berbeda dan tidak memiliki
hubungan.
Kerangka Model
Rancangan model penelitianni berdasarkan pengembangan hipotesis yang
menghasilkan beberpa indicator. Berikut rancangan model penelitian ini :
Variabel dan Indikator
Berdasarkan rancangan model pada gambar 2 menghasilkan beberapa indicator.
Beritkut indicator-indikator yang akan digunakan untuk mengukur variable laten :
Tebel 1 Variabel dan indikaor penelitian

VARIABEL INDIKATOR REFERENSI


KB 1 1 Spesifikasi pemesanan
KB 2 2 Opsi pengiriman yang layak
KEBIJAKAN
KB 3 3 Waktu transaksi (Gosnar, 2012)
PEMBELIAN
KB 4 4 Waktu pemrosesan pesanan
KB 5 5 Jumlah Pesanan
KP 1 6 Pembayaran tepat waktu
KEBIJAKAN Kenyamanan dalam skema
KP 2 7 (Meena et al., 2012)
PEMBAYARAN pembayaran
KP 3 8 Biaya penawaran
Waktu tanggap saat terjadi
KK 1 9
masalah
1
KK 2 Kontrak yang jelas
KEBIJAKAN 0
(Meena et al., 2012)
KOORDINASI 1
KK 3 Kejelasan dalam penolakan
1
1
KK 4 Keberlanjutan kerjasama
2
CITRA 1 (Meena et al., 2012)
CP 1 Nilai transaksi bersaing
PEMBELI 3
1
CP 2 Tidak pernah terlibat kasus
5
1 Kemudahan dalam menangani
CP 3
6 keluhan
CP 4 1 Keseluruhan kepuasan bisnis
11

7
1
MM 1 Kompromi pada kualitas
8
1
MM 2 Inisiatif peningkatan kualitas
MANAJEMEN 9
(Koenders, 2016)
MUTU 2 Manajemen pengembalian
MM 3
0 barang yang di retur
2
MM 4 Umpan balik
1
2
SS 1 Pemenuhan kebutuhan dasar
2
2
SS 2 Pertumbuhan pendapatan
3 Terano dan
KEPUASAN 2 Mohammed 2014; Elias
SS 3 Peningkatan produktivitas
PETANI 4 et al. 2015
2
SS 4 Peningkatan kualitas hidup
5
2 Peningkatan kepedulian
SS 5
6 soasial

DAFTAR PUSTAKA
Benton, W. C., & Maloni, M. (2005). The influence of power driven buyer/seller
relationships on supply chain satisfaction. Journal of Operations
Management, 23(1), 1–22. https://doi.org/10.1016/j.jom.2004.09.002
Cooper, D. R., & Schindler, P. S. (1991). Business Reasearch Methods. In
Proceedings of the Annual Reliability and Maintainability Symposium.
https://doi.org/10.1109/arms.1991.154456
Dulababu, T., & Giris, B. (2019). Supply Chain Management : Opportunities and
Challenges. February, 7–10.
Gosnar, A. N. A. (2012). University of Ljubljana Faculty of Economics Master ’ S
Thesis the Classification of Innovations : the Case of. May.
Hafeez, K., Keoy, K. H., & Hanneman, R. (2006). E-business capabilities model:
Validation and comparison between adopter and non-adopter of e-business
companies in UK. Journal of Manufacturing Technology Management.
https://doi.org/10.1108/17410380610678819
Hudnurkar, M., & Ambekar, S. S. (2019). Framework for measurement of
supplier satisfaction. International Journal of Productivity and Performance
Management, 68(8), 1475–1492. https://doi.org/10.1108/IJPPM-09-2018-
12

0336
Koenders, S. (2016). Supplier satisfaction: The importance of achieving
excellence as a buying company to create satisfied suppliers. University Of
Twente, 50.
Li, D. (2005). CHAPTER 10 e-Supply chain management (Vol. 16). WIT
Transactions on State of the Art in Science and Engineering, Vol 16, © 2005
WIT Press www.witpress.com,. https://doi.org/10.2495/978-1-85312-998-
8/10
Martynova, E., West, S. G., & Liu, Y. (2018). Review of Principles and Practice
of Structural Equation Modeling. Structural Equation Modeling: A
Multidisciplinary Journal. https://doi.org/10.1080/10705511.2017.1401932
Meena, P. L., Sarmah, S. P., & Sinha, S. (2012). Measuring satisfaction in buyer-
supplier relationship from suppliers perspective. International Journal of
Business Performance and Supply Chain Modelling, 4(1), 60–74.
https://doi.org/10.1504/IJBPSCM.2012.044974
Priya, T. S., & Vivek, N. (2016). Restructuring the agricultural supply chain.
International Journal of Business Innovation and Research, 10(1), 135–148.
https://doi.org/10.1504/IJBIR.2016.073248
Pulevska-Ivanovska, L., & Kaleshovska, N. (2013). Implementation of e-Supply
Chain Management. TEM Journal Journal, 2(4), 314–322.
www.temjournal.com
Tjahjono, B., Esplugues, C., Ares, E., & Pelaez, G. (2017). What does Industry
4.0 mean to Supply Chain? Procedia Manufacturing.
https://doi.org/10.1016/j.promfg.2017.09.191
Tsolakis, N. K., Keramydas, C. A., Toka, A. K., Aidonis, D. A., & Iakovou, E. T.
(2014). Agrifood supply chain management: A comprehensive hierarchical
decision-making framework and a critical taxonomy. Biosystems
Engineering, 120, 47–64.
https://doi.org/10.1016/j.biosystemseng.2013.10.014

Anda mungkin juga menyukai