Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

MATA KULIAH KESEHATAN MASYARAKAT INTERMEDIATE

Oleh :
A. DEZA FARISTA 186131032
NOVITA SARI 186131031
TRI WINDIA SARI 186131016
ZAHRATUL FAUZIYAH 186131017

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
2018
A. Apa itu revolusi industri 4.0?
Adalah Prof Klaus Schwab, Ekonom terkenal dunia asal Jerman, Pendiri dan Ketua
Eksekutif World Economic Forum (WEF) yang mengenalkan konsep Revolusi Industri
4.0. Dalam bukunya yang berjudul “The Fourth Industrial Revolution”, Prof Schawab
(2017) menjelaskan revolusi industri 4.0 telah mengubah hidup dan kerja manusia secara
fundamental. Berbeda dengan revolusi industri sebelumnya, revolusi industri generasi ke-4
ini memiliki skala, ruang lingkup dan kompleksitas yang lebih luas. Kemajuan teknologi
baru yang mengintegrasikan dunia fisik, digital dan biologis telah mempengaruhi semua
disiplin ilmu, ekonomi, industri dan pemerintah. Bidang-bidang yang mengalami
terobosoan berkat kemajuan teknologi baru diantaranya (1) robot kecerdasan buatan
(artificial intelligence robotic), (2) teknologi nano, (3) bioteknologi, dan (4) teknologi
komputer kuantum, (5) blockchain (seperti bitcoin), (6) teknologi berbasis internet, dan (7)
printer 3D.

Revolusi industri 4.0 merupakan fase keempat dari perjalanan sejarah revolusi industri
yang dimulai pada abad ke -18. Menurut Prof Schwab, dunia mengalami empat revolusi
industri. Revolusi industri 1.0 ditandai dengan penemuan mesin uap untuk mendukung
mesin produksi, kereta api dan kapal layar. Berbagai peralatan kerja yang semula
bergantung pada tenaga manusia dan hewan kemudian digantikan dengan tenaga mesin
uap. Dampaknya, produksi dapat dilipatgandakan dan didistribusikan ke berbagai wilayah
secara lebih masif. Namun demikian, revolusi industri ini juga menimbulkan dampak
negatif dalam bentuk pengangguran masal. Ditemukannya enerji listrik dan konsep
pembagian tenaga kerja untuk menghasilkan produksi dalam jumlah besar pada awal abad
19 telah menandai lahirnya revolusi industri 2.0. Enerji listrik mendorong para imuwan
untuk menemukan berbagai teknologi lainnya seperti lampu, mesin telegraf, dan teknologi
ban berjalan. Puncaknya, diperoleh efesiensi produksi hingga 300 persen. Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat pada awal abad 20 telah melahirkan
teknologi informasi dan proses produksi yang dikendalikan secara otomatis. Mesin industri
tidak lagi dikendalikan oleh tenaga manusia tetapi menggunakan Programmable Logic
Controller (PLC) atau sistem otomatisasi berbasis komputer. Dampaknya, biaya produksi
menjadi semakin murah. Teknologi informasi juga semakin maju diantaranya teknologi
kamera yang terintegrasi dengan mobile phone dan semakin berkembangnya industri
kreatif di dunia musik dengan ditemukannya musik digital. Revolusi industri mengalami
puncaknya saat ini dengan lahirnya teknologi digital yang berdampak masif terhadap hidup
manusia di seluruh dunia. Revolusi industri terkini atau generasi keempat mendorong
system otomatisasi di dalam semua proses aktivitas. Teknologi internet yang semakin
masif tidak hanya menghubungkan jutaan manusia di seluruh dunia tetapi juga telah
menjadi basis bagi transaksi perdagangan dan transportasi secara online. Munculnya bisnis
transportasi online seperti Gojek, Uber dan Grab menunjukkan integrasi aktivitas manusia
dengan teknologi informasi dan ekonomi menjadi semakin meningkat. Berkembangnya
teknologi autonomous vehicle (mobil tanpa supir), drone, aplikasi media sosial,
bioteknologi dan nanoteknologi semakin menegaskan bahwa dunia dan kehidupan manusia
telah berubah secara fundamental.

B. Dampak Positif Revolusi Industri 4.0?


Banyak kesempatan positif yang bisa kita pakai untuk menjadikan sebagai pemenang.
Apabila kita bisa memanfaatkan peluang-peluang ini, Teknologi Cyber-Physical, misalnya
ditandai dengan munculnya Autonomous Vehicle, mobil tanpa awak. Three-D-Printing,
yang bisa membuat barang secara sempurna dengan cara yang cepat dan murah dan
Advanced Robotic yang bisa mengambil alih peran manusia.

Revolusi industri 4.0 memang menjadi ancaman bagi beberapa industri serta bagi beberapa
pekerja. Namun akan menjadi keuntungan, jika industri dan pekerja bisa mengikutinya.
Karena itu akan sangat menguntungkan para karyawan. Bekerja tanpa harus dengan fisik,
tetapi semua bisa dilakukan dengan pikiran dan tenaga yang dituangkan dalam sistem
komputer. Bekerja pun bisa dilakukan tanpa harus keluar rumah, tetapi tetap menghasilkan
seperti bekerja kantoran.

Sistem Industry 4.0 ini akan memberikan keuntungan bagi industri, misalnya menaikkan
efisiensi dan mengurangi biaya sekitar 12-15 persen.

C. Dampak Negatif Revolusi Industri 4.0?


Revolusi Industri 4.0 memang membawa beberapa akibat negatif, seperti media sosial
pembawa berita bohong, juga pergeseran model-model bisnis yang mengakibatkan
beberapa jenis pekerjaan tidak lagi dibutuhkan.
Efek dari revolusi industri 4.0 ini bukan mengganti pekerja namun mengganti
pekerjaannya, jadi butuh skill-set yang baru, misalnya posisi Database Administrator
nantinya akan digantikan oleh Data Analyst dan itu membutuhkan skill-set yang. Sehingga
yang harus dilakukan adalah pemerintah dan perusahaan menyiapkan kurikulum dan
struktur pendidikan yang mampu mengatasi perubahaan skill-set dan demand dari industri.

Dari hasil Forum Internasional tahunan yang bertemakan “Mastering the Fourth Industrial
Revolution” pada 2016 lalu, Revolusi Industri 4.0 ini akan menyebabkan disrupsi atau
gangguan bukan hanya di bidang bisnis saja, namun juga pada pasar tenaga kerja.

D. Antisipasi Untuk Menghadapi Revolusi Industri 4.0?


Ada banyak jenis pekerjaan yang hilang dan tergantikan oleh fungsi robot atau artificial
intelligence. Para tenaga kerja manusia pun tidak menutup kemungkinan akan menghadapi
jenis pekerjaan baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya, sehingga revolusi ini mau
tak mau menuntut kita untuk terus mengembangkan skill yang sekiranya dapat bermanfaat
serta mumpuni di masa depan. Skill yang dibutuhkan untuk menghadapi Revolusi Industri
4.0?
1. Complex problem solving
Complex problem solving disini merupakan kemampuan penyeleasaian masalah
kompleks dengan dimulai dari melakukan identifikasi, menentukan elemen utama
masalah, melihat berbagai kemungkinan sebagai solusi, melakukan aksi/tindakan untuk
menyelesaikan masalah, serta mencari pelajaran untuk dipelajari dalam rangka
penyelesaian masalah.
2. Critical thinking
Critical thinking atau kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir
masuk akal, kognitif dan membentuk strategi yang akan meningkatkan kemungkinan
hasil yang diharapkan. Berpikir kritis juga bisa disebut berpikir dengan tujuan yang
jelas, beralasan, dan berorientasi pada sasaran.
3. Creativity
Creativity atau kreatifitas adalah kemampuan dan kemamuan untuk terus berinovasi,
menemukan sesuatu yang unik serta bermanfaat bagi masyarakat dan
lingkungan. Creativity disini dapat juga diartikan mengembangkan sesuatu hal yang
sudah ada sehingga dapat menjadi lebih baik.
4. People management
People management adalah kemampuan untuk mengatur, memimpin dan
memanfaatkan sumber daya manusia secara tepat sasaran dan efektif.
5. Coordinating with other
Kemampuan untuk kerjasama tim ataupun bekerja dengan orang lain yang berasal dari
luar tim.
6. Emotion intelligence
Emotion intelligence atau kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk
mengatur, menilai, menerima, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di
sekitarnya.
7. Judgment and decision making
Judgement and decision making adalah kemampuan untuk menarik kesimpulan atas
situasi yang dihadapi serta kemampuan untuk mengambil keputusan dalam kondisi
apapun, termasuk saat sedang berada di bawah tekanan.
8. Service orientation
Service orientation adalah keinginan untuk membantu dan melayani orang lain sebaik
mungkin untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dengan memiliki service
orientation, kita akan selalu berusaha memberikan yang terbaik pada pelanggan tanpa
mengharapkan penghargaan semata.
9. Negotiation
Kemampuan berbicara, bernegosiasi, dan meyakinkan orang dalam aspek
pekerjaan. Tidak semua orang secara alamiah memiliki kemampuan untuk
mengadakan kesepakatan yang berbuah hasil yang diharapkan, namun hal ini dapat
dikuasai dengan banyak latihan dan pembiasaan diri.

10. Cognitive flexibility

Cognitive flexibility atau fleksibilitas kognitif adalah kemampuan untuk menyusun


secara spontan suatu pengetahuan, dalam banyak cara, dalam memberi respon
penyesuaikan diri untuk secara radikal merubah tuntutan situasional.

Strategi ini menjadi penting untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan tenaga kerja
terampil (skilled workers) sekarang, dan di masa yang akan dating.
E. Solusi Menyelesaikan Masalah Yang Timbul Akibat Revolusi Industri 4.0?
- Pertama, mendorong agar angkatan kerja di Indonesia terus belajar dan meningkatkan
keterampilannya untuk memahami penggunaan teknologi internet of things atau
mengintegrasikan kemampuan internet dengan lini produksi di industri.
- Langkah kedua, yakni pemanfaatan teknologi digital untuk memacu produktivitas dan
daya saing bagi industri kecil dan menengah (IKM) sehingga mampu menembus pasar
ekspor melalui program e-smart IKM.
- Ketiga, meminta kepada industri nasional dapat menggunakan teknologi digital seperti
Big Data atau otomatisasi industri, Autonomous Robots, Cybersecurity, Cloud, dan
Augmented Reality yang digunakan untuk mengoptimalkan jadwal produksi
berdasarkan supplier, pelanggan, ketersediaan mesin dan kendala biaya.
- Langkah keempat, yang diperlukan adalah inovasi teknologi melalui pengembangan
startup dengan memfasilitasi tempat inkubasi bisnis agar lebih banyak wirausaha
berbasis teknologi di wilayah Indonesia.

Dengan menerapkan Industri 4.0, visi besar nasional dapat tercapai. Visi
tersebut secara 21 garis besar yaitu: membawa Indonesia menjadi 10 besar ekonomi
pada tahun 2030; mengembalikan angka net export industri 10 persen; peningkatan
produktivitas tenaga kerja hingga dua kali lipat dibanding peningkatan biaya tenaga
kerja; dan pengalokasian dua persen dari GDP untuk aktivitas research and
development teknologi dan inovasi, atau tujuh kali lipat dari saat ini.

Saran : DPR RI perlu mendorong pemerintah untuk mempersiapkan berbagai hal


yang berkaitan dengan penerapan Industri 4.0 yang sudah tidak dapat dielakkan lagi.
Selain itu DPR RI sebagai lembaga legislasi perlu mempersiapkan payung hukum
yang akan mengatur penerapan sistem baru tersebut. Hal ini sangat penting untuk
mengantisipasi dampak negatif revolusi industri ini terhadap industri, ekonomi,
pemerintahan, dan politik di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai