Anda di halaman 1dari 19

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Sekolah :
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : X-MIA/1
Materi Pokok : Ikatan Kimia
Sub Materi : Kestabilan Atom, Ikatan Ion, Ikatan Kovalen, Ikatan
Logam, Bentuk Molekul, Pengecualian dan Kegagalan
Pengaturan Oktet.
Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit (1 kali pertemuan)

I. KOMPETENSI INTI
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun,
responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian
dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban,
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.
II. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
A. KOMPETENSI DASAR
2.1.1 Menyadari adanya keteraturan struktur partikel materi sebagai
wujud kebesaran Tuhan YME dan pengetahuan tentang struktur
partikel materi sebagai hasil pemikiran kreatif manusia yang
kebenarannya bersifat tentatif.
2.1.2 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, disiplin,
jujur, objektif, terbuka, mampu membedakan fakta dan opini,
ulet, teliti, bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif, demokratis,
komunikatif) dalam merancang dan melakukan percobaan serta
berdiskusi yang diwujudkan dalam sikap sehari-hari.
2.1.3 Menunjukkan perilaku kerjasama, santun, toleran, cinta damai
dan peduli lingkungan serta hemat dalam memanfaatkan sumber
daya alam.
2.1.4 Menunjukkan perilaku responsif dan pro-aktif serta bijaksana
sebagai wujud kemampuan memecahkan masalah dan membuat
keputusan.
2.1.5 Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen,
ikatan kovalen koordinasi, dan ikatan logam serta interaksi antar
partikel (atom, ion, molekul) materi dan hubungannya dengan
sifat fisik materi.
2.1.6 Mengolah dan menganalisis perbandingan proses pembentukan
ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi, dan ikatan
logam serta interaksi antar partikel (atom, ion, molekul) materi
dan hubungannya dengan sifat fisik materi.
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
2.2.1 Menyadari kebesaran Tuhan melalui fenomena materi yang
tersusun dari atom-atom yang berikatan.
2.2.2 Menunjukkan sikap rasa ingin tahu dalam menganalisis
pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, dan ikatan logam.
2.2.3 Menunjukkan sikap terbuka dalam berdiskusi.
2.2.4 Menunjukkan sikap bertanggung jawab dalam berdiskusi.
2.2.5 Menunjukkan sikap kritis dalam berdiskusi selama proses
pembelajaran berlangsung.
2.2.6 Menunjukkan sikap komunikatif dalam berdiskusi.
2.2.7 Menunjukkan sikap peduli lingkungan dalam penggunaan sumber
daya alam.
2.2.8 Menunjukkan sikap responsif dalam memecahkan masalah
selama proses pembelajaran berlangsung.
2.2.9 Menunjukkan sikap pro-aktif selama proses pembelajaran
berlangsung.
2.2.10 Menjelaskan konsep kestabilan atom, pengecualian, dan
kegagalan aturan oktet.
2.2.11 Menjelaskan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, dan
ikatan logam.
2.2.12 Mengetahui bentuk-bentuk molekul dari ikatan kimia antar atom
yang terbentuk.

III. TUJUAN PEMBELAJARAN


Setelah selesai mengikuti pembelajaran, siswa diharapkan memiliki sikap
menyadari kebesaran Tuhan melalui fenomena materi yang tersusun dari
atom-atom yang berikatan ion, kovalen dan logam serta pengetahuan tentang
struktur partikel materi sebagai hasil pemikiran kreatif manusia yang
kebenarannya bersifat tentatif.
Tujuan Afektif :
3.1.1 Siswa dapat menunjukan sikap rasa ingin tahu dalam menganalisis
pembentukan ikatan ion, ikatan logam dan ikatan kovalen selama
pembelajaran berlangsung.
3.1.2 Siswa dapat menunjukan sikap terbuka selama diskusi berlangsung.
3.1.3 Siswa dapat menunjukkan sikap bertanggung jawab selama proses
diskusi berlangsung.
3.1.4 Siswa dapat menunjukkan sikap kritis dalam berdiskusi selama
pembelajaran berlangsung.
3.1.5 Siswa dapat menunjukan sikap komunikatif dalam berdiskusi selama
proses pembelajaran berlangsung.
Tujuan Kognitif :
3.2.1 Menjelaskan konsep kestabilan atom, ikatan ion, ikatan logam dan
ikatan kovalen.
3.2.2 Menjelaskan proses pembentukan ikatan ion, ikatan logam dan ikatan
kovalen serta bentuk-bentuk molekul serta pengecualian dan
kegagalan aturan oktet.
3.2.3 Menjelaskan konsep pengecualian dan kegagalan aturan oktet.
Tujuan Psikomotor :
I.3.1 Menggambarkan bentuk-bentuk molekul dari atom-atom yang
berikatan kimia.
I.3.2 Mengomunikasikan hasil pengamatan ikatan ion, ikatan kovalen dan
ikatan logam.

IV. MATERI PEMBELAJARAN


4.1 Materi Prasyarat
A. Konfigurasi electron
B. Elektron valensi
C. Tabel periodik unsur

4.2 Materi Inti


A. Kestabilan Atom
Kestabilan unsur terjadi apabila suatu unsur mengikuti aturan
oktet (elektron valensi 8) dan Duplet (elektron valensi 2). Aturan
Oktet dan Duplet adalah kecenderungan unsur-unsur untuk
menjadikan konfigurasi elektronnnya sama seperti gas mulia. Unsur
gas mulia (Gol VIIIA) mempunyai elektron valensi sebanyak 8
(oktet) atau 2 (duplet hanya unsur Helium). Berikut konfigurasi
unsur-unsur gas mulia:

Kecenderungan unsur-unsur menjadikan konfigurasi


elektronnya sama seperti gas mulia terdekat dikenal sebagai Aturan
Oktet. Unsur-unsur lain dapat mencapai konfigurasi oktet dengan
melepaskan elektron valensinya atau menyerap elektron tambahan.
Hal itulah yang terjadi ketika unsur-unsur tersebut membentuk
ikatan. Jadi, dapat dikatakan bahwa :
1) Gas mulia bersifat stabil karena konfigurasinya sudah oktet
(Duplet hanya Helium).
2) Unsur selain gas mulia membentuk ikatan dalam rangka
mencapai konfiguasi oktet.

Untuk membentuk konfigurasi elektron seperti gas mulia


dapat dilakukan dengan cara membentuk ion atau membentuk
pasangan elektron bersama.
a) Pembentukan Ion
Dalam membentuk ion, suatu atom akan melepas atau
mengikat elektron. Atom-atom yang mempunyai energi ionisasi
rendah, misalnya atom-atom dari unsur golongan IA dan IIA
dalam sistem periodik unsur, akan mempunyai kecendrungan
untuk melepaskan elektronnya, sedangkan atom-atom yang
memiliki afinitas elektron yang besar, misalnya atom-atom
unsur golongan VIA dan VIIA dalam sistem periodik unsur akan
cenderung mengikat elektron.
Contoh :
1) Atom 11Na memiliki konfigurasi elektron yang tidak stabil
(Na = 2 8 1). Agar stabil, atom Na melepas sebuah
elektronnya sehinnga konfigurasi elektronnya sama dengan
atom 10Ne (merupakan gas mulia).
11Na Na+ + 𝑒−
(2 8)
Proses pembentukan ion positif (ionisasi) tersebut mudah
terjadi karena atom Na mempunyai energi ionisasi yang
rendah.
2) Atom 17Cl memiliki konfigurasi elektron yang tidak stabil
(Na = 2 8 7). Agar stabil, atom Cl mengikat sebuah
elektronnya sehinnga konfigurasi elektronnya sama dengan
atom 18Ar (merupakan gas mulia).
17Cl + 𝑒− 𝐶𝑙 −
(2 8 8)
Proses penangkapan elektron tersebut mudah terjadi
dikarenakan afinitas elektron atom Cl besar.
Sehingga, untuk mencapai kestabilan, atom-atom yang energi
ionisasinya rendah akan melepaskan elektron sedangkan atom-atom
yang afinitas elektronnya tinggi akan mengikat elektron.

b) Penggunaan Pasangan Elektron Bersama


Atom-atom yang energi ionisasinya tinggi akan sukar
melepaskan elektronnya, sehingga dalam mencapai kestabilan
akan sukar membentuk ion positif. Demikian pula, atom-atom
yang mempunyai afinitas elektron yang rendah dalam mencapai
kestabilan tidak membentuk ion negatif
Atom-atom yang sukar melepas elektron atau
mempunyai energi ionisasi yang tinggi dan atom yang sukar
menarik elektron atau mempunyai afinitas elektron yang rendah
mempunyai kecenderungan untuk membentuk pasangan
elektron yang dipakai bersama. Pasangan elektron yang
dibentuk oleh atom-atom yang berikatan dapat berasal dari
kedua atom yang bergabung atau dapat pula berasal dari salah
satu atom yang bergabung.
Contoh :

Gaya yang mengikat atom-atom dalam molekul atau


gabungan ion dalam setiap senyawa disebut ikatan kimia.

B. Ikatan Ion
Ikatan ion terjadi karena adanya gaya tarik-menarik
elektrostatis antara ion positif dengan ion negatif. Atom-atom yang
melepas elektron menjadi ion positif (kation) sedang atom-atom
yang menerima elektron menjadi ion negatif (anion). Ikatan ion
biasanya disebut ikatan elektrovalen. Senyawa yang memiliki ikatan
ion disebut senyawa ionik. Senyawa ionik biasanya terbentuk antara
atom-atom unsur logam dan nonlogam.
a) Pembentukan Ikatan Ion
Ikatan ion yaitu ikatan yang terbentuk sebagai akibat
adanya gaya tarik-menarik antara ion positif dan ion negatif, ini
terjadi karena kedua ion tersebut memiliki perbedaan
keelektronegatifan yang besar atau ikatan ion terjadi karena
atom-atom yang mempunyai energi ionisasi yang rendah dengan
atom-atom yang mempunyai afinitas elektron besar. Ion positif
terbentuk karena unsur logam melepaskan elektronnya,
sedangkan ion negatif terbentuk karena unsur nonlogam
menerima elektron. Ikatan ion terjadi karena adanya serah
terima elektron.
Atom-atom membentuk ikatan ion karena masing-
masing atom ingin mencapai keseimbangan/kestabilan seperti
struktur elektron gas mulia. Ikatan ion terbentuk antara :
 Ion positif dengan ion negatif,
 Atom-atom berenergi potensial ionisasi kecil dengan atom-
atom berafinitas elektron besar (atom-atom unsur golongan
ia, iia dengan atom-atom unsur golongan via, viia),
 Atom-atom dengan keelektronegatifan kecil dengan atom-
atom yang mempunyai keelektronegatifan besar.

Contoh :
Pembentukan ikatan ion pada senyawa NaCl?
Atom Natrium memiliki Nomor atom 11 dengan konfigurasi
elektron sebagai berikut :
11Na = 2 8 1
Atom Klorin memiliki Nomor atom 17 dengan konfigurasi
elektron sebagai berikut :
17Cl =2 8 7
Untuk mencapai kesetabilan maka atom natrium melepaskan
elektron sehingga memiliki konfigurasi elektron gas mulia
Na Na+ + 𝑒−
(2 8 1)
Atom Cl akan mengikat sebuah elektron yang dilepaskan atom
Na tersebut sehingga akan mencapai kestabilan
Cl + 𝑒 − 𝐶𝑙 −
(2 8 7) (2 8 8)

Sehingga terjadi tarik-menarik antara sebuah ion Na+ dengan ion


𝐶𝑙 − , membentuk senyawa NaCl yang disebut ikatan ion atau
ikatan elektrovalen
Na+ + 𝐶𝑙 − NaCl

b) Sifat Senyawa Ion


Beberapa sifat-sifat senyawa ion sebagai berikut :
 Dalam bentuk padatan tidak menghantar listrik karena
partikel-partikel ionnya terikat kuat pada kisi, sehingga
tidak ada elektron yang bebas bergerak.
 Leburan dan larutannya menghantarkan listrik.
 Umumnya berupa zat padat kristal yang permukaannya
keras dan sukar digores.
 Titik leleh dan titik didihnya tinggi.
 Larut dalam pelarut polar dan tidak larut dalam pelarut
nonpolar.

C. Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen merupakan ikatan yang terjadi karena
pemakaian bersama pasangan elektron. Pasangan elektron ini dapat
berasal dari masing-masing atom yang saling berikatan. Ikatan yang
terbentuk disebut ikatan kovalen. Apabila pasangan elektron yang
digunakan berasal dari salah satu atom yang berikatan, maka ikatan
yang terbentuk disebut dengan Ikatan Kovalen Koordinasi.
a) Pembentukan Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen terjadi karena pemakaian bersama
pasangan elektron oleh atom-atom yang berikatan. Pasangan
elektron yang dipakai bersama disebut pasangan elektron ikatan
(PEI) dan pasangan elektron valensi yang tidak terlibat dalam
pembentukan ikatan kovalen disebut pasangan elektron bebas
(PEB). Ikatan kovalen umumnya terjadi antara atom-atom unsur
nonlogam, bisa sejenis (contoh: H2, N2, O2, Cl2, F2, Br2, I2) dan
berbeda jenis (contoh: H2O, CO2, dan lain-lain). Senyawa yang
hanya mengandung ikatan kovalen disebut senyawa kovalen.
Contoh : H2 dan Cl2

Penggunaan bersama pasangan elektron digambarkan


oleh Lewis menggunakan titik elektron. Rumus Lewis
merupakan tanda atom yang di sekelilingnya terdapat titik,
silang atau bulatan kecil yang menggambarkan elektron valensi
atom yang bersangkutan. Struktur Lewis adalah penggambaran
ikatan kovalen yang menggunakan lambang titik Lewis di mana
PEI dinyatakan dengan satu garis atau sepasang titik yang
diletakkan di antara kedua atom dan PEB dinyatakan dengan
titik-titik pada masing-masing atom.
Apabila dua atom hidrogen membentuk ikatan maka
masing-masing atom menyumbangkan sebuah elektron dan
membentuk sepasang elektron yang digunakan bersama.
Sepasang elektron bisa digantikan dengan sebuah garis yang
disebut tangan ikatan. Jumlah tangan dapat menggambarkan
jumlah ikatan dalam suatu senyawa kovalen.
b) Sifat Senyawa Kovalen
Sifat-sifat senyawa kovalen sebagai berikut:
 Pada suhu kamar umumnya berupa gas (misal H2, O2, N2,
Cl2, CO2), cair (misalnya: H2O dan HCl), ataupun berupa
padatan.
 Titik didih dan titik lelehnya rendah, karena gaya tarik-
menarik antarmolekulnya lemah meskipun ikatan
antaratomnya kuat.
 Larut dalam pelarut nonpolar dan beberapa di antaranya
dapat berinteraksi dengan pelarut polar.
 Larutannya dalam air ada yang menghantar arus listrik
(misal HCl) tetapi sebagian besar tidak dapat
menghantarkan arus listrik, baik padatan, leburan, atau
larutannya.
Anda dapat memprediksi ikatan kimia apabila
mengetahui konfigurasi elektron dari atom unsur tersebut
(elektron valensinya). Dari situ akan diketahui jumlah
kekurangan elektron masing-masing unsur untuk mencapai
kaidah oktet dan dupet (kestabilan struktur seperti struktur
elektron gas mulia). Jarak antara dua inti atom yang berikatan
disebut panjang ikatan. Sedangkan energi yang diperlukan
untuk memutuskan ikatan disebut energi ikatan. Pada pasangan
unsur yang sama, ikatan tunggal merupakan ikatan yang paling
lemah dan paling panjang. Semakin banyak pasangan elektron
milik bersama, semakin kuat ikatan dan panjang ikatannya
semakin kecil/pendek. Adapun macam-macam ikatan kovalen
berdasarkan jumlah PEI-nya yaitu:
 Ikatan kovalen tunggal yaitu ikatan kovalen yang memiliki
1 pasang PEI. Contoh : H2, H2O (konfigurasi elektron H =
1; O = 2, 6) atau H – H , H-O-H ,
 Ikatan kovalen rangkap 2 yaitu ikatan kovalen yang
memiliki 2 pasang PEI. Contoh : O2, CO2 (konfigurasi
elektron O = 2, 6; C = 2, 4) atau O = O , O = C = O, dan
 Ikatan kovalen rangkap 3 yaitu ikatan kovalen yang
memiliki 3 pasang PEI. Contoh : N2 (Konfigurasi elektron
N = 2, 5) atau N ≡ N.
Gambar Stuktur CO2 dan N2
Ikatan kovalen yang hanya melibatkan sepasang elektron
disebut ikatan tunggal (dilambangkan dengan satu garis),
sedangkan ikatan kovalen yang melibatkan lebih dari sepasang
elektron disebut ikatan rangkap. Ikatan yang melibatkan dua
pasang elektron disebut ikatan rangkap dua (dilambangkan
dengan dua garis), sedangkan ikatan yang melibatkan tiga
pasang elektron disebut ikatan rangkap tiga (dilambangkan
dengan tiga garis).
c) Ikatan Kovalen Koordinasi
Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen yang
terjadi karena pasangan elektron yang dipakai bersama berasal
dari salah satu atom yang berikatan. Ikatan kovalen koordinasi
umumunya terjadi pada molekul yang juga mempunyai ikatan
kovalen. Contoh :

Pada ikatan kovalen biasa, pasangan elektron yang


digunakan bersama dengan atom lain berasal dari masing-
masing atom unsur yang berikatan. Namun apabila pasangan
elektron tersebut hanya berasal dari salah satu atom yang
berikatan, maka disebut ikatan kovalen koordinasi.
d) Polarisasi Ikatan Kovalen
Perbedaan keelektronegatifan dua atom menimbulkan
kepolaran senyawa. Adanya perbedaan keelektronegatifan
tersebut menyebabkan pasangan elektron ikatan lebih tertarik ke
salah satu unsur sehingga membentuk dipol. Adanya dipol inilah
yang menyebabkan senyawa menjadi polar. Berdasarkan
kepolarannya, ikatan kovalen dibagi menjadi 2 yaitu :
 Senyawa kovalen polar, terjadi antara dua atom dengan
keelektronegatifan berbeda (unsur yang berbeda). Contoh :
HCl, HBr, HI, HF, H2O, NH3, dll.
 Senyawa kovalen nonpolar, terjadi antara dua atom dengan
keelektronegatifan sama (unsur yang sama). Contoh : H2,
O2, Cl2, N2, CH4, C6H6, BF3.

Pada ikatan kovalen yang terdiri lebih dari dua unsur,


kepolaran senyawanya ditentukan oleh hal-hal berikut.
 Jumlah momen dipol, jika jumlah momen dipol = 0,
senyawanya bersifat nonpolar. Jika momen dipol tidak sama
dengan 0 maka senyawanya bersifat polar.
 Bentuk molekul, jika bentuk molekulnya simetris maka
senyawanya bersifat nonpolar, sedangkan jika bentuk
molekulnya tidak simetris maka senyawanya bersifat polar.

Kedudukan pasangan elektron ikatan tidak selalu


simetris terhadap kedua atom yang berikatan. Hal ini disebabkan
karena setiap unsur mempunyai daya tarik elektron
(keelektronegatifan) yang berbeda-beda. Salah satu akibat dari
keelektronegatifan adalah terjadinya polarisasi pada ikatan
kovalen.
Kepolaran dinyatakan dengan momen dipol (μ), yaitu
hasil kali antara muatan (Q) dengan satuan Coloumb dengan
jarak (r) satuan meter.
μ=Q×r
Satuan momen dipol adalah debye (D), di mana 1 D = 3,33 ×
10–30 Cm. Contoh:
Panjang ikatan dalam molekul HCl adalah 1,27 Å. Hitunglah
momen dipol (dalam debye) bila muatan pada atom H dan Cl
masing-masing adalah +1 dan −1.
Jawab :
Muatan pada atom H dan Cl adalah sebesar muatan e−.

r = 1,27 Å =

e) Menggambarkan Rumus Titik Elektron (Struktur Lewis) untuk


molekul Poliatom.
Penggambaran rumus titik elektron(struktur lewis) dari
molekul beratom banyak (poliatom0 kadang-kadang
menimbulkan kesulitan. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu
dibuat beberapa kemungkinan. Beberapa cacatan berikut dapat
berguna dalam meramalkan struktur lewis dari molekul yang
beratom banyak.
 Gambarlah semua elektron terluar (elektron valensi) dan
masing-masing atom berikatan.
 Umumnya atom-atom di dalam struktur lewis akan
mempunyai 8 elektron valensi, kecuali atom hidrogen yang
hanya mempunyai 2 elektron (Duplet).
 Umumnya atom-atom H akan membentuk pasangan
elektron bersama dengan sebuah elektron dari atom O
dahulu (ikatan kovalen).
 Sebuah elektron dari atom O yang tersisa akan membentuk
pasangan elektron dengan atom lainnya (ikatan kovalen).
 Bila atom H dan atom O sudah dipasangkan semua, sisa
atom Oksigen baru membentuk pasangan elektron dengan
atom lain dengan ikatan kovalen atau kovalen koordinasi.
 Umumnya didalam struktur lewis semua elektron
berpasngan termasuk pasangan elektron bebas (tidak untuk
berikatan).
Perbandingan sifat senyawa ion dengan senyawa
kovalen. Antara senyawa ion dan senyawa kovalen terdapat
beberapa berbedaan sifat, yang dapat dilihat pada tabel berikut :
Sifat Senyawa Senyawa Kovalen Senyawa Ion
Titik didih Relatif rendah Relatif tinggi
Kemudahan
Zat-zat yang mudah Zat-zat yang sukar
menguap
menguap menguap
(Volatilitas)
Tidak larut dalam air, Cenderung larut
tetapi lebih mudah larut dalam air, tetapi
Kelarutan
dalam pelarut yang tidak larut dalam
nonpolar pelarut organik
Dalam bentuk
padatan tidak dapat
Dalam bentuk padatan
menghantarkan
maupun lelehan tidak
Daya hantar listrik listrik, tetapi dalam
dapat menghantarkan
bentuk lelehan dapat
listrik
menghantarkan
listrik.

D. Ikatan Logam
Logam mempunyai beberapa sifat yang unik, antara lain
dapat menghantarkan arus listrik dan kalor dengan baik, mudah
ditempa, ulet, dan dapat diulur menjadi kawat. Sifat-sifat logam
tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan teori ikatan kovalen
maupun ikatan ion. Logam tersusun dalam suatu kisi kristal yang
terdiri dari ion-ion positif logam dalam lautan elektron. Lautan
elektron merupakan elektron-elektron valensi dari masing-masing
atom yang saling tumpang tindih. Elektron-elektron yang bebas
bergerak dari satu inti atom ke inti atom yang lain disebut elektron
terdislokalisasi. Gaya tarikan inti atom-atom logan dengan lautan
elektron mengakibatkan terjadinya ikatan logam. Adanya elektron
yang dapat bergerak bebas dari satu atom ke atom yang lain
menjadikan logam sebagai penghantar listrik dan kalor yang baik.
Atom-atom logam cenderung mudah melepaskan elektronnya
(energi ionisasi rendah) dan susah menangkap elektron (afinitas
elektron kecil) sehingga elektron-elektron valensi terdelokalisasi dan
tersebar merata menjadi lautan elektron di antara kation-kation
logam. Elektron-elektron “mengalir” di antara dan sekeliling kation
logam dan mengikatkan kation-kation logam tersebut.

Gambar perbandingan Ikatan Ion, Ikatan Kovalen, dan Ikatan


Logam

E. Bentuk Molekul
Bentuk molekul menggambarkan kedudukan atom-atom di
dalam suatu molekul, kedudukan atom-atom dalam ruang tiga
dimensi, dan besarnya sudut-sudutikatan yang dibentuk dalam suatu
molekul. Ikatan yang terjadi pada molekul tersebut dibentuk oleh
pasangan-pasangan elektron.
Pasangan-pasangan elektron di dalam suatu molekul dapat
menempatkan diri sedemikian rupa sehingga gaya tolak-menolak
pasangan elektron itu serendah mungkin. Agar kedudukan pasangan
elektron tersebut menghasilkan gaya tolak-menolak yang paling
rendah, maka pasangan elektron tersebut akan berada pada jarak
yang saling berjauhan satu sama lain berdasarkan hal tersebut maka
kedudukan pasangan-pasangan elektron mempunyai sudut dasar
sebagai berikut :
a) Linear
b) Segitiga datar
c) Tetrahedron
d) Trigonal bipiramida
e) Oktahedran

F. Pengecualian Dan Kegagalan Aturan Oktet


Aturan oktet banyak membantu dalam meramalkan rumus
kimia senyawa biner sederhana. Akan tetapi, aturan ini ternyata
banyak dilanggar dan ternyata gagal dalam meramalkan rumus kimia
senyawa dari unsur-unsur transisi dan postransisi.
a) Pengecualian Aturan Oktet
a. Senyawa yang tidak mencapai aturan octet, yaitu senyawa
kovalen biner sederhana dari berilium (Be), boron (B), dan
aluminium (Al), yaitu unsur-unsur yang elektron valensinya
kurang dari 4, tidak mencav rgbpai oktet. Contohnya:
BeCl2, BCl3, dan AlBr3.
b. Senyawa dengan jumlah elektron valensi ganjil, yaitu
senyawa yang memiliki jumlah elektron valensi ganjil tidak
mungkin memenuhi aturan oktet. Contohnya : NO2, yang
mempunyai elektron valensi (5+6+6) = 17.
c. Senyawa dengan oktet berkembang, yaitu unsur-unsur dari
periode 3 atau lebih dapat membentuk senyawa yang
melampoi aturan oktet (lebih dari 8 elektron kulit terluar).
Hal itu dapat terjadi karena kulit luarnya (Kulit M, N, dan
seterusnya) fdapat mempunyai 18 elektron. Beberapa
contoh adalah PCl5, SF6, CiF3, IF7, dan SbCi5.
b) Kegagalan Aturan Oktet
Aturan oktet gagal meramalkan rumus kimia senyawa
unsur transisi maupun postransisi. Atom Sn mempunyai 4
elektron valensi, tetapi senyawanya banyak yang terbentuk
dengan melepas dua elektron. Begitu juga dengan Bi yang
mempunyai 5 elektron valensi, tetapi senyawanya banyak yang
terbentuk dengan melepas satu atau tiga elektron. Pada
umumnya, senyawa unsur transisi maupun unsur postransisi
tidak memenuhi aturan oktet.

V. STRATEGI PEMBELAJARAN
Model Pembelajaran : Ceramah Bermakna, Diskusi dan Tanyajawab
Pendekatan Pembelajaran : Konsep
Metode Pembelajaran : Student Teams – Achievement Divisions (STAD)

VI. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR


6.1 Media
1. LKS (Lembar Kerja Siswa) Ikatan Kovalen.
2. Alat tulis menulis (spidol, whiteboard, buku tulis, pulpen).
3. Slide power point, video pembelajaran, dan flash.
c) Sumber belajar (buku referensi)
VII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Tahap Alokasi
Rincian Kegiatan Guru / Siswa
Kegiatan Waktu
A. Pendahuluan - Guru mengucapkan salam dan memeriksa kehadiran 10 menit
siswa.
- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
- Guru menyampaikan materi prasyarat, yaitu tentang
konfigurasi elektron dan tabel periodik unsur.
- Guru menyampaikan pertanyaan motivasi :
“dari 118 unsur yang sudahditemukan sekarang, hampir
semuanya ditemukan dalam keadaan
bersenyawa/berikatan dengan unsur lain, kecuali unsur-
unsur gas mulia. Kenapa unsur-unsur berikatan?dan
kenapa gas mulia tidak berikatan dengan unsur lain?”
- Guru menyampaikan pertanyaan masalah :
“Atom pada umumnya tidak berdiri sendiri, melainkan
bergabung dengan atom lain membentuk molekul atau
senyawa. Lalu bagaimanakah atom-atom lain dapat
membentuk ikatan?”
(Rasa ingin tahu, religius, komunikatif, tanggung
jawab, disiplin)
B. Inti Kegiatan Tatap Muka / Tugas Terstruktur 60 menit
- Guru memberikan informasi berupa slide
mengenai konsep dasar pembentukan suatu molekul
adalah untuk mencapai konfigurasi elektron yang
stabil seperti gas mulia.
- Guru menjelaskan tentang ikatan ion.
- Siswa membentuk kelompok heterogen yg terdiri dari 4-
5 orang.
- Siswa berdiskusi dan menganilisis LKS diskusi
mengenai ikatan ion.
- Siswa dan guru membahas dan menganalisis jawaban
soal
(Komunikatif, rasa ingin tahu)
C. Penutup - Guru memberikan evaluasi kepada siswa. 20 menit
- Siswa mengerjakan soal evaluasi yang diberikan oleh
guru.
- Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan hasil
pembelajaran.
- Guru memberikan reward kepada kelompok yang aktif.
- Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan
salam.
(Tanggung jawab, religius, disiplin, rasa ingin tahu)

Anda mungkin juga menyukai