Oleh:
Regina Julianti
B. Etiologi
Mycrobacterium leprae merupakan basil tahan asam (BTA), yang bersifat
obligat intraseluler yang menyerang saraf perifer, kulit, dan organ lain seperti
mukosa saluran napas bagian atas, hati, dan sumsum tulang kecuali susunan
saraf pusat. Masa membelah diri mycrobacterium leprae 12-21 hari dan masa
tunasnya antara 40 hari – 40 tahun. Mycrobacterium leprae atau kuman
hansen adalah kuman penyebab penyakit kusta yang ditemukan oleh sarjana
dari Norwegia, GH Armouer Hansen pada tahun 1873. Kuman ini bersifat
tahan asam berbentuk batang dengan ukuran 1,8 micron, lebar 0,2-0,5 micron.
Biasanya ada yang berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam
sel terutama jaringan yang bersuhu dingin dan tidak dapat di kultur dalam
media buatan. ENL merupakan basil humoral dimana basil kusta yang utuh
maupun yang tidak utuh menjadi antigen sehingga tubuh membentuk antibodi,
selanjutnya membentuk kompleks imun yang mengendap dalam vaskuler.
Reaksi tipe – 2 yang tipikal pada kulit ditandai dengan nodul – nodul
eritematosa yang nyeri, timbul mendadak, lesi dapat superfisial atau lebih
dalam. Berbagai faktor yang dianggap sering mendahului timbulnya reaksi
kusta antara lain : setelah pengobatan antikusta yang intensif, infeksi rekuren,
pembedahan, dan stres fisik.
C. Patogenesiss
Kuman Mycobacterium leprae masuk ke dalam tubuh melalui saluran
pernafasan (SelSchwan) dan kulit yang tidak utuh. Sumber penularan adalah
penderita kusta yang banyak mengandung kuman (tipe multibasiler) yang
belum diobati. Kuman masuk ke dalam tubuh menuju tempat predileksinya
yaitu saraf tepi. Saat Mycobacterium leprae masuk ke dalam tubuh,
perkembangan penyakit kusta bergantung pada kerentanan seseorang.
Respons tubuh setelah masa tunas dilampaui tergantung pada derajat sistem
imunitas selular (cellular mediated immune) pasien, bila sistem imunitas
selular tinggi, penyakit berkembang kearah tuberkuloid dan bila rendah,
berkembang kearah lepromatosa. Mycobacterium leprae berprediksi di daerah
yang relatif lebih dingin, yaitu daerah akral dengan vaskularisasi yang sedikit.
Derajat penyakit tidak selalu sebanding dengan derajat infeksi karena respons
imun pada tiap pasien berbeda. Gejala klinis lebih sebanding dengan tingkat
reaksi selular dari pada intensitas infeksi. Oleh karena itu penyakit kusta dapat
disebut sebagai penyakit imunologik (Arif Mansjoer, 2000).
D. Manifestasi Klinis Penyakit Kusta
Menurut Jimmy Wales (2008), tanda-tanda tersangka kusta (Suspek) adalah
sebagai berikut:
1. Tanda-tanda pada kulit
a. Bercak/kelainan kulit yang merah/putih dibagian tubuh
b. Kulit mengkilat
c. Bercak yang tidak gatal
d. Adanya bagian-bagian yang tidak berkeringat atau tidak berambut
e. Lepuh tidak nyeri
2. Tanda-tanda pada syaraf
a. Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota badan
b. Gangguan gerak anggota badan
c. Adanya cacat (deformitas)
d. Luka (ulkus) yang tidak mau sembuh
Gejala-gejala kerusakan saraf menurut A. Kosasih (2008), antara lain
adalah :
a. N. fasialis
Lagoftalmus
b. N. ulnaris
1) Anastesia pada ujung jari bagian anterior kelingking dan jari
manis
2) Clawing kelingking dan jari manis
c. N. medianus
1) Anastesia pada ujung jari bagian anterior ibu jari, telunjuk dan
jari tengah
2) Tidak mampu aduksi ibu jari
3) Clawing ibu jari, telunjuk dan jari tengah
4) Ibu jari kontraktur
d. N. radialis
1) Anastesia dorsum manus
2) Tidak mampu ekstensi jari-jari atau pergelangan tangan
e. N. poplitea lateralis
Kaki gantung (foot drop)
f. N.tibialis posterior
1) Anastesia telapak kaki
2) Clow toes
F. Faktorpenyebab
a. faktor agent
Kuman penyebabnya adalah Mycobacterium Leprae yang
ditemukan oleh G.A. Hansen pada tahun 1874 di Norwegia, secara
morfologik berbentuk pleomorf lurus batang panjang, sisi paralel dengan
kedua ujung bulat, ukuran 0,3-0,5 x 1-8 mikron.
Basil ini berbentuk batang gram positif, tidak bergerak dan tidak
berspora, dapat tersebar atau dalam berbagai ukuran bentuk kelompok,
termasuk massa ireguler besar yang disebut sebagai globi ( Depkes, 2007).
c. faktor environment
Lingkungan : Fisik, biologi, sosial, yang kurang sehat. Buruknya
kondisi kesehatan lingkungan yang banyak ditemui pada warga miskin,
diduga menjadi sarang yang nyaman untuk berkembangnya kuman kusta
H. Komplikasi
Cacat merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kusta akibat
kerusakan fungsi saraf tepi maupun karena neuritis sewaktu terjadi reaksi
kusta. Reaksi kusta atau reaksi lepra adalah suatu episode akut dalam
perjalanan kronis penyakit kusta yang merupakan reaksi kekebalan (respon
seluler) atau reaksi antigen-antibodi (respon humoral) dengan akibat
merugikan pasien. Reaksi ini dapat terjadi pada pasien sebelum mendapat
pengobatan, selama pengobatan dan sesudah pengobatan. Namun sering
terjadi pada 6 bulan sampai setahun sesudah mulai pengobatan.
I. Pengobatan / Penatalaksanaan
Terapi Medik
Tujuan utama program pemberantasan kusta adalah penyembuhan pasien kusta
dan mencegah timbulnya cacat serta memutuskan mata rantai penularan dari
pasien kusta terutama tipe yang menular kepada orang lain untuk menurunkan
insiden penyakit. Program Multi Drug Therapy (MDT) dengan kombinasi
rifampisin, klofazimin, dan DDS dimulai tahun 1981. Program ini bertujuan
untuk mengatasi resistensi dapson yang semakin meningkat, mengurangi
ketidaktaatan pasien, menurunkan angka putus obat, dan mengeliminasi
persistensi kuman kusta dalam jaringan.
Rejimen pengobatan MDT di Indonesia sesuai rekomendasi WHO 1995 sebagai
berikut:
a). Tipe PB ( Pause Basiler)
Jenis obat dan dosis untuk orang dewasa :
Rifampisin 600mg/bln diminum didepan petugas DDS tablet 100 mg/hari
diminum di rumah. Pengobatan 6 dosis diselesaikan dalam 6-9 bulan dan
setelah selesai minum 6 dosis dinyatakan RFT (Release From Treatment)
meskipun secara klinis lesinya masih aktif. Menurut WHO(1995) tidak lagi
dinyatakan RFT tetapi menggunakan istilah Completion Of Treatment Cure
dan pasien tidak lagi dalam pengawasan.
B. Riwayat Kesehatan
1. Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien datang untuk kontrol rutin penyakitnya 1 minggu sekali.
2. Keluhan Utama
Klien datang kontrol dengan keluhan terdapat bercak-bercak merah di
kulitnya.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang (PQRST)
Klien mengeluh ada bercak merah di area kedua lengan, punggung, badan,
kedua kaki, sehingga klien merasakan perih (nyeri). Bercak merah
berbatas tegas dengan bentuk tidak bulat, menimbul dan keras, bercak
merah tersebut dirasakan terlihat lebih jelas jika berada di cuaca yang
dingin dan dirasakan berkurang jika rutin menjalani pengobatan dengan
meminum obat. Keluhan ini disertai dengan hiperpigmentasi pada area
wajah klien.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Menurut penuturan klien, sejak 8 tahun yang lalu klien sudah mengalami
adanya bercak merah yang awalnya hanya sedikit, lama kelamaan menjadi
semakin banyak dan menimbulkan gejala seperti lemah pada ekstremitas,
sehingga klien mengalami kesulitan untuk berjalan, kemudian klien
melakukan pemeriksaan ke puskesmas terdekat untuk mengatasi
keluhannya, lalu di diagnosa mempunyai penyakit lupus, dan klien sudah
melakukan pengobatan lupus di puskesmas selama 2 tahun. Tetapi gejala
yang dialami klien tidak berkurang, lalu klien melakukan pemeriksaan ke
rumah sakit hasan sadikin dengan menunjukkan hasil bahwa hasil
pemeriksaan terhadap penyakit lupus klien negatif, klien di diagnosis
mempunyai penyakit kusta. Klien telah melaksanakan kontrol rutin
terhadap keluhannya selama 2 bulan di poli kulit RSUP Hasan Sadikin
Bandung.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut klien, di keluarganya ada yang memiliki penyakit yang seperti
klien alami sekarang ini yaitu kakek klien. Klien mengatakan dalam
keluarganya tidak ada yang memiliki alergi.
6. Riwayat Psikososial Spiritual
Klien mengatakan tidak merasa malu dengan perubahan kulit pada
sebagian tubuhnya dan mengatakan penyakit ini adalah cobaan.
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Kesadaran compos mentis
Nadi : 80 x / menit
Respirasi : 20 x / menit
Tekanan darah : 120/70 mmHg
BB : 60 kg
TB : 163 cm
Pola BAB : 1 kali sehari, tidak ada keluhan
Pola istirahat tidur: Tidur malam ± 5 jam dengan kualitas tidak nyenyak
karena merasakan perih pada daerah lessi, klien mengatakan jarang tidur
siang.
Pola BAK : 5 kali sehari, warna kuning jernih, tidak ada keluhan
Pola makan : 3 kali sehari, habis satu porsi. Tidak ada keluhan
Pola minum : 1000 cc per hari