Anda di halaman 1dari 13

SEMINAR AKUNTANSI (EKA 445 BP)

MANAJEMEN LABA

I GUSTI AYU AGUNG TATA INTAN TAMARA (1607531009)

GUSTI AYU KADE WITTIANJANI (1607531051)

KELOMPOK: 12

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2019

1
A. Konsep Laba Akuntansi

Pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi adalah laba

akuntansi yang merupakan selisih antara pengukuran pendapatan dan biaya.

Besar kecilnya laba sebagai kenaikan aktiva sangat tergantung pada ketepatan

pengukuran pendapatan dan biaya. Jadi dalam hal ini laba hanya merupakan

angka artikulasi dan tidak dapat didefinisikan tersendiri secara ekonomik

seperti halnya aktiva dan atau hutang.

Laba akuntansi adalah perbedaan antara revenue yang direalisasi yang

timbul dari transaksi pada periode tertentu dihadapkan dengan biaya-biaya

yang dikeluarkan pada periode tersebut.

Untuk menghitung laba ini, masing-masing orang atau perusahaan

dapat menentukan rumus perhitungan labanya tersendiri. Laba merupakan

informasi penting dalam suatu laporan keuangan. Angka ini penting untuk :

a. Perhitungan pajak, berfungsi sebagai dasar pengenaan pajak yang akan

diterima Negara.

b. Untuk menghitung deviden yang kan dibagikan kepada pemilik dan yang

kan ditahan dalam perusahaan.

c. Sebagai pedoman dalam menentukan kebijaksanaan investasi dan

pengambilan keputusan.

d. Menjadi dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi

perusahaan lainnya di masa yang akan datang.

e. Sebagai dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi.

2
f. Untuk menilai prestasi atau kinerja perusahaan/segmen perusahaan divisi.

B. Konsep Manajemen Laba

Manajemen laba adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak

manajemen yang menaikkan atau menurunkan laba yang dilaporkan dari unit

yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak mempunyai hubungan dengan

kenaikkan atau penurunan profitabilitas perusahaan untuk jangka panjang.

Dengan demikian, manajemen laba dapat diartikan sebagai suatu tindakan

manajemen dalam mempengaruhi laba yang dilaporkan dan memberikan

manfaat ekonomi yang keliru kepada perusahaan, sehingga dalam jangka

panjang hal tersebut akan sangat menggangu bahkan membahayakan

perusahaan.

Definisi manajemen laba menjadi dua, yaitu:

a. Definisi sempit. manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan

pemilihan metode akuntansi. Earnings management dalam artian sempit

ini didefinisikan sebagai perilaku manajemen untuk “bermain” dengan

komponen discretionary accruals dalam menentukan besarnya earnings.

b. Definisi luas. manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk

meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit

dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan

(penurunan) profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut.

3
Manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan maksud tertentu

terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja memperoleh

beberapa keuntungan pribadi. Manajemen laba terjadi ketika manajer

menggunakan judgment dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi

untuk merubah laporan keuangan, sehingga menyesatkan stakeholder tentang

kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil yang

berhubungan dengan kontrak yang tergantung pada angka akuntansi yang

dilaporkan. Manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi untuk

mencapai tujuan khusus.

Tujuan manajemen laba adalah memanipulasi besaran laba yang

dilaporkan kepada para pemegang saham dan mempengaruhi hasil perjanjian

yang bergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan. Fischer dan

Rosenzweig (1995) memandang earnings management sebagai serangkaian

langkah yang dilakukan manajer untuk meningkatkan atau menurunkan

jumlah laba yang dilaporkan dalam tahun berjalan yang merupakan tanggung

jawabnya tanpa menyebabkan penurunan atau peningkatan keuntungan yang

dicapai suatu badan usaha dalam jangka panjang.

Ada tiga sasaran yang dapat dicapai oleh manajer dalam melakukan

manajemen laba meliputi: minimalisasi biaya politik (political cost

minimization), maksimalisasi kesejahteraan manager (manager wealth

maximization), dan minimalisasi kas pendanaan (minimization of financing

cost).

Faktor-Faktor Penyebab Munculnya Manajemen Laba:

4
o Manajemen Akrual (accruals management). Faktor ini biasanya berkaitan

dengan segala aktivitas yang dapat mempengaruhi aliran kas dan juga

keuntungan yang secara pribadi merupakan wewenang dari para manajer

(managers discretion).

o Penerapan Suatu Kebijaksanaan Akuntansi yang Wajib. Faktor ini

berkaitan dengan keputusan manajer untuk menerapkan suatu

kebijaksanaan akuntansi yang wajib diterapkan oleh perusahaan yaitu

antara menerapkannya lebih awal dari waktu yang ditetapkan atau

menundanya sampai saat berlakunya kebijaksanaan tersebut.

o Perubahan Aktiva Secara Sukarela. Faktor ini biasanya berkaitan dengan

upaya manajer untuk mengganti atau merubah suatu metode akuntansi

tertentu diantara sekian banyak metode yang dapat dipilih yang tersedia

dan diakui oleh badan akuntansi yang ada (Generally Accepted Accounting

Principles).

C. Motivasi Manajemen Laba

Sugiri (2005) menyatakan bahwa salah satu motivasi manajemen laba

adalah mengelabui kinerja ekonomi yang sebenarnya, dan itu dapat terjadi

karena terdapat ketidaksimetrian informasi antara manajemen dan para

pemegang saham suatu badan usaha. Motivasi manajemen laba lainnya adalah

mempengaruhi penghasilan (telah diatur dalam kontrak) yang bergantung pada

angka-angka akuntansi yang dilaporkan dengan asumsi bahwa manajemen

5
memiliki kepentingan pribadi dan kompensasinya didasarkan pada laba

akuntansi.

Faktor-faktor yang memotivasi pihak manajemen untuk melakukan

manajemen laba adalah sebagai berikut:

a. Program Bonus (Bonus Plan).

Adanya asimetri informasi mengenai keuangan perusahaan

menyebabkan pihak manajemen dapat mengatur laba bersih untuk

memaksimalkan bonus mereka. Pada motivasi ini, diasumsikan bahwa

manajer meningkatkan keuntungan yang dilaporkan dalam upaya untuk

memaksimalkan imbalan bonus yang akan diterima.

Manajer pada perusahaan yang menerapkan program

bonus lebih cenderung untuk menggunakan metode atau

prosedur-prosedur akuntansi yang akan menaikkan laba

saat ini dengan memindahkan laba periode mendatang ke

periode berjalan.

b. Kontrak Utang (Debt Covenant).

Semakin dekat suatu perusahaan ke waktub pelanggaran kontrak

utang, manajemen akan cenderung memilih metode akuntansi yang dapat

‘memindahkan’ laba periode mendatang ke periode berjalan, yang

bertujuan untuk mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami

technical defauld (kegagalan dalam pelunasan hutang).

6
c. Motivasi Politis (political motivation).

Perusahaan besar yang menguasai hajat hidup orang banyak akan

cenderung menurunkan labanya untuk mengurangi visibilitasnya, misalnya

dengan menggunakan praktik atau prosedur akuntansi, khususnya selama

periode kemakmuran tinggi.

d. Motivasi Pajak (taxation motivation).

Salah satu insentif yang dapat memicu manajer untuk melakukan

rekayasa laba adalah keinginan untuk meminimalkan pajak atau total pajak

yang harus dibayarkan perusahaan. Hal ini karena laba sering dijadikan

landasan untuk mengambil keputusan, menyusun kontrak maupun

penilaian kinerja suatu manajer.

e. Pergantian CEO (Chief Executive Officer).

Banyak motivasi yng timbul disekitar waktu penggantian CEO.

Contohnya, CEO yang mendekati masa pensiun (tugas akhirnya) akan

melakukan strategi memaksimalkan laba untuk meningkatkan bonusnya.

f. IPO (Initial Public Offering).

Perusahaan yang baru pertama kali menawarkan sahamnya dipasar

modal belum memiliki harga pasar, sehingga terdapat masalah bagaimana

menetapkan nilai saham yang ditawarkan. Oleh karena itu, informasi

seperti laba bersih dapat digunakan sebagai sinyal kepada calon investor

tentang nilai perusahaan, sehingga manajemen perusahaan yang akan go

public cenderung melakukan manajemen laba untuk memperoleh harga

lebih tinggi atas sahamnya.

7
D. Terjadinya Manajemen Laba melalui Manipulasi Akuntansi

Manajemen laba yang dilakukan manajemen biasanya dilakukan

melalui manipulasi akuntansi. Manipulasi akuntansi merujuk pada

pengubahan catatan akuntansi secara sengaja dari yang seharusnya untuk

memperoleh posisi atau kondisi keuangan tertentu dengan tujuan akhir berupa

perubahan sikap pemangku kepentingan sesuai dengan yang diinginkan pihak

manajemen. Manipulasi akuntansi tidak memiliki dampak terhadap aliran kas

atau factor ekonomik real lainnya.

a. Manipulasi yang melanggar PABU

Mencakup pelanggaran nyata terhadap PABU dalam konteks

pendekatan akuntansi berbasis aturan. Macam-macam pelanggaran ini

antara lain: transaksi fiktif dengan cara menambah (mark up) atau

mengurangi (mark down) nilai transaksi, atau mungkin dengan tidak

melaporkan sejumlah transaksi, percepatan pengakuan pendapatan dengan

mengubah tanggal menjadi lebih awal, pengakuan biaya sebagai asset, dll.

b. Manipulasi yang selaras dengan PABU

8
Memanipulasi laba dengan menggunakan fleksibilitas yang

diperbolehkan GAAP (Generally Accepted Accounting Principles).

Manipulasi ini dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu:

1) Pemilihan metode

Cara ini meliputi pengubahan metode yang sebelumnya

digunakan ke metode lain yang lebih menguntungkan. Misalnya

pengubahan metode alokasi depresiasi dan aliran biaya pada sediaan.

Hal ini dimungkinkan dengan adanya berbagai alternatif yang tersedia

di PABU. Namun demikian, cara ini tidak terlalu efektif untuk

memanipulasi laba. Pertama, pemilihan metoda harus diungkap dalam

catatan laporan keuangan sehingga tidak terlalu sulit bagi pihak‐pihak

yang berkepentingan untuk mendeteksi apa yang terjadi (i.e.

manipulasi akuntansi bila terjadi). Kedua, cara ini tidak dapat

seringsering digunakan karena pengubahan metode yang terlalu sering

tentu akan menimbulkan kecurigaan.

2) Pengubahan unsur‐unsur estimasi

Managemen menggunakan metode ini untuk memanipulasi

laba dengan mengubah estimasi akuntansi. Ini dilakukan dengan

mengubah unsur‐unsur estimasi seperti pada umur ekonomis dan nilai

sisa pada aset jangka panjang, perkiraan piutang tak tertagih, asset

impairments. Manipulasi laba semacam ini sangat sulit dideteksi oleh

investor secara umum.

9
3) Penstrukturan transaksi

Penstrukturan transaksi, secara akuntansi, dilakukan dengan

menyesuaikan unsur‐unsur transaksi. Contoh yang umum untuk cara

ini adalah penstrukturan sewa guna usaha (i.e. capital atau operating

lease), investasi saham/ekuitas (i.e. dikonsolidasi atau tidak

dikonsolidasi).

E. Pola Manajemen Laba

Pola manajemen laba dapat dilakukan dengan cara:

a. Taking a Bath. (Penurunan Laba Secara Besar-Besaran)


Hal ini terjadi selama periode pada saat terjadinya reorgenerasi,

termasuk adanya pergantian pimpinan baru. Jika manajer merasa harus

melaporkan kerugian, maka ia akan melaporkan dalam jumlah yang besar.

Dengan tindakan ini manajer berharap dapat meningkatkan laba yang akan

datang dan kesalahan atas kerugian perusahaan dapat dilimpahkan kepada

manajer lama. Konsekuensinya, mereka akan menghapus asset,

menyediakan biaya yang diharapkan di masa mendatang, dan secara

umum akan meningkatkan probabilitas keuntungan yang dilaporkan di

masa datang.

b. Income Minimization.
Pola ini mirip dengan taking a bath tetapi lebih halus. Cara ini

dilakukan pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi, sehingga jika

10
periode yang akan datang diperkirakan laba turun drastis dapat diatasi

dengan mengambil laba periode sebelumnya.


c. Income Maximization.
Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income

maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk

tujuan bonus yang besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang

melakukan pelaggaran perjanjian hutang. Pola ini dapat dilakukan dengan

mengakui pendapatan terlebih dahulu, dan menunda pengakuan beban.


d. Income Smoothing
Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan

sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan dan dapat

meningkatkan kemampuan investor untuk memprediksi aliran kas di masa

yang akan datang. karena pada umumnya investor lebih menyukai aliran

laba yang relatif stabil.

Perataan laba dapat dihasilkan dari hal-lah berikut ini:

1) Natural income smoothing, yaitu proses pembentukan laba secara

inheren menghasilkan suatu stream earnings yang relatif merata,

seperti yang terjadi pada utilitas publik (Eckel, 1981).

2) Intentional income smoothing, yaitu yang disebabkan oleh tindakan

manajemen. yang dapat digolongkan ke dalam dua hal di bawah ini.

3) Real income smoothing (RIS), yang merupakan respons manajer

terhadap perubahan kondisi perekonomian. Hasil investigasinya

menunjukkan hasil bahwa RIS mempengaruhi aliran kas perusahaan.

4) Artificial income smoothing (AIS), yaitu upaya manajer untuk secara

11
"artifisial" mengurangi variabilitas laba. Hasil investigasinya

menunjukkan hasil bahwa AIS tidak memiliki dampak langsung

terhadap aliran kas perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Agnes Utari Widyaningdyah (2001). Analisis Faktor-faktor Yang Berpengaruh


Terhadap Earnings Management Pada Perusahaan Go Public di
Indonesia. Jurnal Akuntansi & Keuangan, November Vol. 3 No. 2.

12
Fischer, M dan K Rosenzweig. 1995. Attitudes of Students and Accounting
Practitioners Concerning the Etrhical Acceptability of Earnings
Managemen. Journal of Business Ethics, 14: 434-444.

Lobo, Gerald J., and Jian Zhou. 2001. “Disclosure Quality and Earnings
Management”. http://www.ssrn.com.

Repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26810/4/Chapter%20II.pdf

Setiawati, L. dan A. Na'im. 2000. Manajemen Laba. Journal Ekonomi dan Bisnis.

Sugiri. 2005. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

13

Anda mungkin juga menyukai