BRONKOPNEUMONIA
Disusun oleh:
Yeni Rosa Sitohang
1361050247
Pembimbing :
Dr. Alfred Siahaan Sp.A
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan case report berjudul
“Bronkopneumonia pada Anak”.
Penyusunan case report ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi kegiatan
pada kepaniteraan ilmu kesehatan anak di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Indonesia. Dalam penulisan case report ini banyak pihak yang memberikan bantuan baik
moril maupun materi sehingga case report ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr., SpA. selaku pembimbing materi case report yang selalu membagi ilmunya
kepada Penulis.
2. Kedua orang tua Penulis, yaitu Bpk. Dapot Sitohang dan Ibu Saida Silalahi yang
selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada Penulis.
Penulis menyadari bahwa penyusunan case report ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga case report ini
dapat bermanfaat kepada yang membacanya.
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................. 1
I. Definisi .............................................................................................. 16
VII.Pemeriksaan..................................................................................... 24
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pneumonia adalah infeksi jaringan paru-paru yang bersifat akut. Penyebabnya adalah
bakteri, virus, dan jamur. Bakteri yang sering menyebabkan pneumonia adalah Streptococcus
dan Mycoplasma pneumonia, sedangkan virus yang menyebabkan pneumonia adalah
adenovirus, rhinovirus, influenza virus, respiratory syncytial virus (RSV) dan para influenza
virus. Terjadinya pneumonia ditandai dengan gejala batuk dan atau kesulitan bernapas seperti
napas cepat, dan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Pada umumnya, pneumonia
dikategorikan dalam penyakit yang ditularkan melalui udara, dengan sumber penularan
adalah penderita pneumonia yang menyebarkan kuman dalam bentuk droplet ke udara pada
saat batuk atau bersin. Untuk selanjutnya, kuman penyebab pneumonia masuk ke saluran
pernapasan melalui proses inhalasi (udara yang dihirup), atau dengan cara penularan
langsung, yaitu percikan droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin, dan
berbicara langsung terhirup oleh orang di sekitar penderita, atau memegang dan
menggunakan benda yang telah terkena sekresi saluran pernapasan penderita.
4
ILUSTRASI KASUS
A. IDENTITAS
Nama : An. M
Umur : 1 tahun 10 bulan
Tanggal Lahir : 25 Januari 2016
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Betawi
Tanggal Masuk RS : 16 Desember 2017
Tanggal Keluar RS : 19 Desember 2017
Penghasilan :- Penghasilan :-
5
B. ANAMNESIS
An. MBA, 1 tahun 10 bulan datang dengan keluhan sesak. Sesak dirasakan sejak 4 hari
yang lalu secara tiba-tiba. Sesak tidak disertai bunyi, hilang timbul. Timbul terutama saat
pasien melakukan aktivitas fisik. Pasien juga mudah lelah saat minum susu
menggunakan botol susu/dot. Pasien sudah sempat dibawa ke puskesmas dan diberi obat
namun keluhan tidak berkurang. Selain itu pasien juga mengeluh batuk dan deman.
Batuk dirasakan sejak 1 bulan yang lalu, hilang timbul. Batuk berdahak namun dahak
tidak dapat dikeluarkan. Demam yang dialami timbul bersamaan dengan batuk.
Saat hamil ibu pasien secara teratur melakukan kontrol terhadap kehamilannya
6
Ibu pasien menyangkal adanya penyakit kehamilan (Hipertensi / DM / TORCH) dan
tidak pernah terjatuh saat hamil
Riwayat Kelahiran
Pasien dilahirkan di Puskesmas, dibantu oleh bidan. Pasien lahir dengan spotan, kurang
bulan, dan langsung menangis. Berat badan lahir 2200 gram, panjang badan lahir 49 cm,
lingkar kepala tidak diketahui dan nilai APGAR tidak diketahui. Tidak ada kelainan
bawaan.
Psikomotor
Riwayat Imunisasi
BCG 1 Bulan
DPT/DT 2 Bulan
POLIO Lahir
CAMPAK
HEPATITIS B Lahir
MMR
7
Riwayat Makanan
• 6-10 bulan :ASI + susu formula 3x sehari +/- 100 cc perkali minum + bubur saring 2x
sehari 1 mangkok kecil (berisi nasi, sayur, ikan/ayam) selalu habis
• 10 bulan – sekarang : susu formula masih diberikan +/- 200 cc / kali minum sebanyak
4 x dalam sehari. Nasi tim + sayur + ikan/ayam/daging. Buah
(pisang/jeruk/melon/pepaya) diganti secara bergantian. Dimakan 2x sehari sebanyak
½ piring orang dewasa selalu habis.
Kesan : Pola makan sesuai dengan pertambahan usia, kualitas dan kuantitas makanan
cukup
C. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital (16/12/2017) :
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Kompos Mentis
GCS : E4 V5 M6
Tekanan Darah :-
Denyut Nadi : 90 x / menit, kuat angkat, isi cukup, regular
Frekuensi Nafas : 50 x / menit, regular
Suhu Tubuh : 38,2 °C Axilla
Status Antropometri :
Berat Badan : 12 kg
Tinggi Badan : 85 cm
Lingkar Lengan atas : 16 cm
Status Gizi :
• -2 SD sampai 0 SD = Normal
8
WHO BMI-for-age BOYS
• 0 SD sampai +1 SD = Normal
BB 12
• BMI =TB (m)2 = 0,7225 = 16,6089
Cor :
Pulmo :
9
Abdomen :
Ekstremitas : Akral hangat, capillary refill time <2 detik, deformitas (-), ROM baik
Pemeriksaan Neurologis :
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
Pemeriksaan dilakukan di RSU PGI Cikini pada tanggal 16/12/2017
1. Hematologi
Darah Lengkap :
LED : 3 mm/jam
Hemoglobin : 12.9 g/dL
Leukosit : 12.1 ribu/uL
Eritrosit : 5.12 juta/ml
Hematokrit : 38 %
Trombosit : 326 ribu/uL
Basofil : 1%
Eosinofil : 9%
Batang : 0%
Segmen : 26%
Limfosit : 58%
Monosit : 6%
10
b. Foto thorax
E. DIAGNOSIS
F. TATALAKSANA
Rawat Inap
Bb = 12 kg
11
10 kg x 100 cc = 1000
2 kg x 50 cc = 100
8,4
Kebutuhan cairan = 1100 + ( 1100 x 100)
1192,4
Kebutuhan cairan makro = = 16,56 = 16 tpm (makro)
72
Medikamentosa :
G. PROGNOSIS
12
FOLLOW UP PASIEN
THT : T1-T1
Thoraks :
P : Sulit dinilai
A: BND Bronchovesikuler
Rh +/+, Wh -/-
13
Jantung :
P : Sulit dinilai
Abdomen :
A : BU (+) 4 x/menit
Ekstremitas :
Akral Hangat
14
TB : 85 cm 3x2,5mg (IV)
Inhalasi :
BB : 12 kg
NaCl 3cc
Kepala : Normocephali ventolin 1 Neb
2x1
Mata : CA -/-, SI -/-
Paracetamol syr
Leher : KGB tidak teraba 4x120mg (PO) k/p
membesar
THT : T1-T1
Thoraks :
I : Pergerakan dinding
dada simetris
P : Sulit dinilai
A: BND Bronchovesikuler
Rh +/+, Wh -/-
Jantung :
P : Sulit dinilai
Abdomen :
A : BU (+) 5 x/menit
15
P:Timpani, Nyeri ketuk (-)
Ekstremitas :
Akral Hangat
THT : T1-T1
Thoraks :
I : Pergerakan dinding
dada simteris
P : Sulit dinilai
A: BND Bronchovesikuler
16
Rh +/+, Wh -/-
Jantung :
P : Sulit dinilai
Abdomen :
A : BU (+) 4 x/menit
Ekstremitas :
Akral Hangat
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pneumonia merupakan inflamasi pada parenkim paru dengan konsolidasi
ruang alveolar. Bronkopneumonia mengacu oada inflamasi paru yang terfokus pada
area bronkiolus dan memicu produksi eksudat mukopurulen yang dapat
mengakibatkan obstruksi saluran respiratori berkaliber kecil dan menyebabkan
konsolidasi yang merata ke lobulus yang berdeketan. Pada pneumonia lobaris
terlokalisir pada satu atau lebih lobus paru.
2.2 Epidemiologi
Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia di
bawah lima tahun (balita). Diperikirakan hampir seperlima kematian anak diseluruh
dunia, lebih kuranng 2 juta anak balita, meninggal setiap tahun akibat pneumonia,
sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Menurut survei kesehatan
nasional (SKN) 2001, 27,6% kematian bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia
disebabkan oleh penyakit sistem respiratori termasuk pneumonia.
2.3 Klasifikasi
2.3.1 Berdasarkan tempat terjadinya infeksi dibagi menjadi dua bentuk :
1. community-acquired pneumonia : infeksi terjadi di masyarakat
2. hospital-acquired pneumonia : infeksi didapat di rumah sakit, pneumonia
yang di dapat di rumah sakit sering merupakan infeksi sekunder berbagai
penyakit dasar yang sudah ada, sehingga spectrum etiologinya berbeda
dengan infeksi yang terjadi di masyarakat. Gejala klinis, derajat beratnya
penyakit dan komplikasi yang timbul lebih kompleks. Penanganannya
khusus sesuai dengan penyakit dasar
18
o Pneumonia sangat berat : tidak mau menetek/minum, kejang, letargis,
demam atau hipotermia, bradipnea atau pernapasan ireguler
- Anak umur 2 bulan-5 tahun
o Pneumonia ringan : napas cepat
o Pneumonia berat : retraksi
o Pneumonia sangat berat : tidak dapat minum/makan, kejang, letargis,
malnutrisi
2.4 Etiologi
Pneumonia disebabkan oleh kuman (virus atau bakteri), pada pneumonia
bakterial awitannya cepat, batuk produktif, pasien tampak toksik, leukositosis dan
perubahan nyata pada pemeriksaan radiologis.
Etiologi pneumonia pada neonates dan bayi kecil yaitu Streptococcus group B
dan bakteri Gram negatif seperti E. Colli, Pseudomonas sp, atau Klebsiella sp. Pada
bayi yang lebih besar dan anak balita yaitu infeksi Streptococcus pneumonia,
Haemmophillus influenza tipe B dan Staphylococcus aureus. Pada anak yang lebih
besar dan remaja, selain bakteri yang disebutkan di atas dapat disebabkan oleh
Mycoplasma pneumonia.
Di negara maju pneumonia pada ana terutama disbebakan oleh virus. Virus
yang terbanyak di temukan adalah Respiratory Syncytial Virus (RSV), Rhinovirus, dan
virus Parainfluenza. Bakteri yang terbanyak adalah Streptococcus pneumonia,
Haemmophillus influenza tipe B dan Mycoplasma pneumoniaI.
Faktor risiko pada masa bayi adalah berat badan lahir rendah (BBLR), tidak
mendapat imunisasi, tidak mendapat ASI yang adekuat, malnutrisi, defisiensi vitamin
A, tingginya prevalens kolonisasi bateri pathogen di nasofaring, dan tingginya
pajanan terhadap polusi udara (polusi industry atau asap rokok).
19
2. Gejala gangguan respiratori yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea,
napas cuping hidung, air hunger, merintih dan sianosis
Pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda klinis seperti pekak perkusi, suara
napas melemah dan ronki. Pada neonates dan bayi kecil, gejala dan tanda pneumonia
lebih beragam dan tidak selalu jelas terlihat. Pada perkusi paru dan auskultasi
umumnya tidak didapatkan kelainan.
20
akan semakin bertambah beratmabh namun nyeri pleura semakin berkurang dan
berubah menjadi nyeri tumpul.
21
kerusakan setiap komponen pertahan saluran napas atas menyebabkan kolonisasi
bakteri patogen sebagai fasiliti terjadinya infeksi saluran napas bawah.
2.8 Patogenesis
Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroornagisme di paru.
Keadaan ini disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru. Apabila terjadi
22
ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dapat berkembang biak
dan menimbulkan penyakit. Resiko infeksi di paru sangat tergantung pada
kemampuan mikroorganisme untuk sampai dan merusak permukaan epitel saluran
napas. Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan :
1. Inokulasi langsung
2. Penyebaran melalui pembuluh darah
3. Inhalasi bahan aerosol
4. Kolonisasi dipermukaan mukosa
Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah secara Kolonisasi.
Secara inhalasi terjadi pada infeksi virus, mikroorganisme atipikal, mikrobakteria atau
jamur.Kebanyakan bakteri dengan ukuran 0,5 -2,0 m melalui udara dapat mencapai
bronkus terminal atau alveol dan selanjutnya terjadi proses infeksi. Bila terjadi
kolonisasi pada saluran napas atas (hidung, orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke
saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme, hal ini merupakan
permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru. Aspirasi dari sebagian kecil sekret
orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50 %) juga pada keadaan penurunan
kesadaran, peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse).
Sekresi orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang tinggi 10 8-10/ml,
sehingga aspirasi dari sebagian kecil sekret (0,001 - 1,1 ml) dapat memberikan titer
inokulum bakteri yang tinggi dan terjadi pneumonia.
Pada pneumonia mikroorganisme biasanya masuk secara inhalasi atau
aspirasi. Umumnya mikroorganisme yang terdapat disaluran napas bagian atas sama
dengan di saluran napas bagian bawah, akan tetapi pada beberapa penelitian tidak di
temukan jenis mikroorganisme yang sama.
23
darah perifer lengkap dan LED tidak dapat membedakan antara infeksi virus
dan infeksi bakteri secara pasti.
2.8.2. Rontgen Toraks
Pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan, hanya direkomendasikan pada
pneumonia berat yang dirawat. Foto rontgen traks AP dan lateral hanya
dilakukan pada pasien dengan tanda dan gejala klinik distress pernapasan
seperti takipnea, batuk dan ronki dengan atau tanpa suara napas yang
melemah.
Secara umum gambaran foto toraks terdiri dari :
1. Infiltrat interstisial, ditandai dengan peningkatan corakan bronovaskular,
peribroncial cuffing, dan hiperaerasi.
2. Infiltrat alveolar, merupakan konsolidasi paru dengan air bronchogram
Konsolidasi dapat mengenai satu lobus disebut dengan pneumonia lobaris,
atau terlihat sebagai lesi tunggal yang biasanya cukup besar, berbenuk
sferis, berbatas yang tidak terlalu tegas dan menyerupai lesi tumor paru,
dikenal sebagai round pneumonia.
3. Bronkopneumonia, ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua
paru, berupa bercak-bercak infiltrate yang dapat meluas hingga daerah
perifer paru, disertai dengan peningkatan corakan peribronkial.
Gambaran atelektaksis sulit dibedakan dengana pneumonia disebabkan
oleh berbagai penyebab seperti kompresi ekstrinsik pada bronkus (malformasi
kongenital, tumor,dll) dan obstruksi bronkial intrinsic (benda asing, edema,
inflamasi, bronkomalasia atau stenosis, tumor dan sumbatan mucus). Penyakit
paru noninfeksi juga dapat menyebabkan atelektasis seperti edema paru.
Pada pneumonia virus gambarannya cenderung terjadi penebalan
peribronkial, infiltrate interstisial merata dan hiperinflasi, sedangkan infiltrate
alveolar berupa konsolidasi segmen atau lobar, bronkopneumonia dan air
bronchogram sangat mungkin disebabkan oleh bakteri. Pada pneumonia
stafilokokus dapat ditemukan abses kecil dan pneumatokel.
Secara umum gambaran foto rontgen toraks tidak dapat membedakan
secara pasti pneumonia berdasarkan etiologinya.
24
Pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan kecuali pada pneumonia berat
yang di rawat di RS. Spesimen dapat berasal dari usap tenggorok, sekret
nasofaring, bilasan bronkus, darah, pungsi pleura, dan aspirasi paru. Diagnosis
definitif bila kuman ditemukan dari spesimen darah, pungsi pleura atau
aspirasi paru. Spesimen yang memenuhi syarat adalah sputum yang
mengandung ≥ 25 leukosit dan ≤ 40 sel epitel/lapangan pada pemeriksaan
mikroskopis dengan pembesaran kecil. Spesimen dari nasofaring kurang
bermanfaat karena tingginya prevalens kolonisasi bakteri di nasofaring. Kultur
darah jarang positif pada infeksi Mikoplasma dan Klamidia sehingga tidak
rutin dianjurkan.
25
2.10.2 Bayi berusia dibawah 2 bulan
1. Pneumonia
Bila ada napas cepat (.60x/menit) atau sesak napas
Harus dirawat dan diberikan antibiotik
2. Bukan pneumonia
Tidak ada napas cepat atau sesak napas
Tidak perlu dirawat, cukup diberikan pengobatan simptomatis
2.11 Diagnosa Banding
2.10.1 Asma
Asma adalah mengi berulang dan/atau batuk persisten dengan
karakteristik timbul secara episodik, cenderung pada malam/dini hari
(nocturnal), musiman, setelah aktivitas fisik serta terdapat riwayat asma atau
atopi lain pada pasien dan/atau keluarganya. Pada eksaserbasi (serangan asma)
adalah episode perburukan gejala-gejala asma secara progresif yaitu berupa
sesak napas, batuk, mengi atau dada rasa tertekan. Serangan akut biasanya
timbul akibat pajanan terhadap faktor pencetus (paling sering infeksi virus
atau alergen).
2.10.2 Bronkiolitis
Bronkiolitis adalah penyakit seasonal viral yang ditandai dengan
adanya panas, pilek, batuk, dan mengi yang dapat terjadi pada bayi <2 tahun.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan inspiratory crackles dan/atau high pitched
expiratory wheeze. Penyebab tersering adalah Respiratory Syncytial Virus
(RSV) selain itu dapat disebabkan oleh Rhinovirus,Adenovirus,Parainfluenzae
virus, enterovirus, dan Influenza virus.
Pada bronkiolitis rhinorrhea dan nasal discharge (Pilek) sering timbul
sebelum gejala lain seperti batuk, takipnea, sesak napas dan kesulitan makan.
Batuk disertai gejala nasal adalah gejala yang pertama muncul pada
bronkiolitis. Batuk kering dan mengi khas untuk bronkiolitis. Banyak
penderita bronkiolitis mempunyai kesulitan makan yang berhubungan dengan
sesak napas, namun hal ini bukan dasar untuk diagnosis bronkiolitis.
26
2.12 Tatalaksana
2.10.1 Kriteria Rawat Inap
Bayi :
o Saturasi oksigen ≤ 92%,sianosis
o Frekuensi napas ≥ 60 x/menit
o Distres pernapasan, apnea intermiten, atau grunting
o Tidak mau minum/menetek
o Keluarga tidak bisa merawat di rumah
Anak :
o Saturasi oksigen ≤ 92%,sianosis
o Frekuensi napas ≥ 50 x/menit
o Distres pernapasan
o Grunting
o Terdapat tanda dehidrasi
o Keluarga tidak bisa merawat di rumah
2.10.2 Tatalaksana Umum
Pasien dengan saturasi oksigen ≤ 92% pada saat bernapas dengan udara
kamar harus diberikan terapi oksigen dengan kanul nasal, head box, atau
sungkup untuk mempertahankan saturasi oksigen > 92%.
- Pada pneumonia berat atau asupan per oral kurang, diberikan cairan
intravena dan dilakukan balns airan ketat
- Fisioterapi dada tidak bermanfaat dan tidak direkomendasikan untuk
anak dengan pneumonia
- Antipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk menjaga kenyamanan
pasien dan mengontrol batuk
- Nebulisasi dengan beta-2 agonis dan/atau NaCl dapat diberikan untuk
memperbaiki mucocilliary clearance
- Pasien yang mendapatkan terapi oksigen harus diobservasi setidaknya
setiap 4 jam sekali, termasuk pemeriksaan saturasi oksigen
2.10.3 Pemmberian Antibiotik
- Amoksisilin merupakan pilihan pertama antibiotik oral pada anak <5
tahun karena efektif melawan sebagian besar pathogen yang
27
menyebabkan pneumonia pada anak,ditoleransi dengan baik, dan
murah. Alternatifnya adalah eritromisin, claritromisin, azitromisin, co-
amoxiclav dan ceflacor.
- M.pneumoniae lebih sering terjadi pada anak yang lebih tua maka
antibiotik golongan makrolid diberikan sebagai pilihan pertama secara
empiris pada anak ≥ 5 tahun
- Makrolid diberikan jika M.pneumoniae atau C.pneumoniae dicurigai
sebagai penyebab
- Amoksisili diberikan sebagai pilihan pertama jika S.pneumoniae sangat
mungkin sebagai penyebab
- Jika S. aureus dicurigai sebagai penyebab, diberikan makrolid ata
kombinasi flucloxacillin dengan amoksisilin
- Antibiotik intravena diberikan pada pasien pneumonia yang tidak dapat
menerima obat per oral (misal karena muntah) atau termasuk dalam
derajat pneumonia berat
- Antibiotik intravena yang di anjurkan adalah ampisilin dan
kloramfenikol,co-amoxiclav, ceftriaxone, cefuroxime,dan cefotaxime
- Pemberian antibiotik oral harus dipertimbangkan jika terdapat
perbaikan setelah mendapat antibiotik intravena
- Rekomendasi UKK respirologi antibiotik untuk community acquired
pneumonia:
Neonatus – 2 bulan : Ampisilin + gentamisin
>2 bulan :
- Lini pertama Ampisilin bila dalam 3 hari tidak ada
perbaikan dapat ditambah kloramfenikol
- Lini kedua Seftriakson
2.10.4 Nutrisi
- Pada anak dengan distress pernapasan berat, pemberian makanan per
oral harus dihindari. Makanan dapat diberikan lewat NGT atau
intravena, tetapi harus diingat pemasangan NGT dapat menekan
28
pernapasan, khususnya pada bayi/anak dengan ukuran lubang hidung
kecil. Jika memang dibutuhkan, sebaiknya menggunakan ukuran
terkecil.
- Perlu dilakukan pemantauan balans cairan ketat agar anak tidak
mengalami overhidrasi karena pada pneumonia berat terjadi
peningkatan sekresi hormon antidiuretic.
2.10.5 Kriteria pulang
Gejala dan tanda pneumonia menghilang
Asupan per oral adekuat
Pemberian antibiotik dapat diteruskan di rumah (per oral)
Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana
ontrol
Kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjutan di rumah
29
BAB III
ANALISIS KASUS
Selain itu, berdasarkan riwayat penyakit dahulu pasien pernah mengalami penyakit
paru saat pasien berumur 6 bulan.
Pada pemeriksaan fisik saat pasien pertama kali masuk didapatkan keadaan umum
pasien tampak sakit sedang dengan kesadaran kompos mentis (GCS : E4/V5/M6) dengan
tanda-tanda vital demam 38.2°𝐶 dengan frekuensi napas 50x/menit. Selain itu juga
ditemukan napas cuping hidung, retraksi sela iga dan pada auskultasi paru di temukan rhonki
basal halus pada kedua lapang paru.
Pada pemeriksaan foto rontgen thoraks tanggal 16 Oktober 2017 didapatkan bercak
infiltrat pada kedua lapang paru. Kesan : Bronkopneumonia.
30
Pada teori gambaran foto thoraks bronkopneumonia, ditandai dengan gambaran difus
merata pada kedua paru, berupa bercak-bercak infiltrate yang dapat meluas hingga daerah
perifer paru, disertai dengan peningkatan corakan peribronkial.
Pada pasien ini diberikan antibiotik dan antipiretik. Setelah dilakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, pada pasien ini dapat ditegakkan diagnosis
“Bronchopneumonia”. Sehingga pengobatannya dapat dilanjutkan.
31
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
32