Anda di halaman 1dari 9

A.

Pengertian
Menurut WHO (2014), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x
sehari dan diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan
kronis.
Diare adalah kondisi yang didefinisikan oleh peningkatan frekwensi
defekasi (lebih dari 3kali sehari), peningkatan jumlah feses (lebih dari 200g per
hari) dan perubahan konsistensi (cair) (Brunner & Suddart, 2014).
Diare adalah peningkatan dalam frekuensi buang air besar (kotoran), serta
pada kandungan air dan volume kotoran itu. Para Odha sering mengalami diare.
Diare dapat menjadi masalah berat. Diare yang ringan dapat pulih dalam beberapa
hari. Namun, diare yang berat dapat menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan)
atau masalah gizi yang berat (Yayasan Spiritia, 2011)
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak
atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam.
Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran
tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar
5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010).

B. Etiologi
Etilogi diare menurut Brunner & Suddart (2014):
1. Faktor infeksi
Bakteri (Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus (Enterovirus), parasit
(cacing), Kandida (Candida Albicans).
2. Faktor parentral
Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-anak).
3. Faktor malabsorbsi
Karbohidrat, lemak, protein.
4. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak kutang
matang.
5. Faktor Psikologis
Rasa takut, cemas.

C. Manifestasi Klinis
Tanda dan Gelaja diare menurut Brunner & Suddart (2014):
1. Peningkatan frekwensi defekasi dan kandungan cairan dalam feses
2. Kram abdomen, distensi, gemuruh di usus (borborigmus), anoreksia dan rasa
haus, kontraksi anus dan nyeri serta mengejan yang tidak efektif (tenemus)
setiap kali defekasi.
3. Feses cair, yang mengindikasikan penyakit pada usus kecil
4. Feses semi padat, lunak yang disebakan oleh gangguan pada usus besar
5. Terdapat lender, darah, dan nanah dalam feses, yang menunjukan kolitis atau
inflamasi

D. Klasifikasi Diare
Menurut WHO (2010), diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Diare akut
Biasanya berlangsung selama beberapa hari dan biasanya disebabkan oleh
infeksi oleh bakteri, virus atau parasit.
2. Diare Kronis
Berlangung lebih lama daripada Diare Akut, umumnya lebih dari 14 hari.
Diare Kronis dapat mengindikasikan adanya gangguan yang serius, seperti
colitis ulserativa atau penyakit crohn, atau sindrom iritasi usus besar.

E. Patofisiologi
Menurut Vivian (2010), mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya
diare adalah sebagai berikut : gangguan osmotik merupakan akibat terdapatnya
makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkan sehingga timbul diare. Gangguan sekresi akibat rangsangan
tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus atau terjadi peningkatan sekresi air
dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat
peningkatan isi rongga usus. Gangguan motilitas usus hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan selanjutnya timbul diare pula.
F. Pathway
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :
- feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
- Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
- AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat,
HCO3 menurun )
- Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
b. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni

H. Komplikasi
Menurut Nelwan (2014), “Bila tidak teratasi bisa menjadi diare kronis
(terjadi sekitar 1% pada diare akut pada wisatawan). Bisa timbul pertumbuhan
bakteri diusus secara berlebihan, sindrom malabsorbsi. Merupakan tanda awal
pada inflammatory bowel disease (penyakit radang usus (kolitis) adalah kondisi
gangguan yang menyebabkan sistem pencernaan jadi meradang). Menjadi
predisposisi sindroma raiter’s atau sindrom hemolitik- uremikum (kondisi medis
yang ditandai dengan kerusakan sel darah merah dan penurunan jumlah sel
pembeku darah atau trombosit)”.
Diare dapat mengakibatkan berbagai komplikasi sebagai berikut :
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik)
2. Rinjatan hipovolemik
3. Hipokalemia (dengan gejala miteorismus, hipotoni otot, lemak,
bradikardia,
perubahan elektrokardiagram).
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi
enzim laktasi.
6. Kejang-kejang pada dehidrasi hipertonik
7. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).

I. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Biodata umum
Tempat tinggal : di daerah sanitasi buruk.
2. Riwayat kesehatan
Riwayat gastroenteritis, glardiasis, penyakit seliakus, sindrom iritabilitas
kolon, otitis media akut, tondilitas, ensefalitis dan lainnya.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Pernah mengalami diare, pernah menderita penyakit pencernaan.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Pernah menderita penyakit saluran pencernaan.
5. Keluhan utama
Anak sering menangis, tidam mau makan dan minum, badan lemas.
6. Pola kesehatan fungsional
1) Pemeliharaan kesehatan
Personal hygiene anak kurang : kebiasaan ibu memelihara kuku
anak, cuci tangan sebelum makan, makanan yang dihidangkan tidak
tertutup, makanan basi.
2) Nutrisi dan metabolik
Hipertermi, penuturan berat badan total sampai 50%, dnoteksia,
muntah.
3) Eliminasi BAB
Feces encer, frekuensi bervariasi dari 2 sampai 20 per hari.
4) Aktifitas
Kelemahan tidak toleran terhadap aktifitas.
5) Sensori
Nyeri ditandai dengan menangis dan kaki diangkat ke abdomen.
7. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Tampak lemah dan kesakitan.
2) Tanda vital
Berat badan menurun 2% dehidrasi ringan
Berat badan menurun 5% dehidrasi sedang
Berat badan menurun 8% dehidrasi berat
TD menurun karena dehidrasi
RR meningkat karena hipermetabolisme, cepat dan dalam (kusmoul)
Suhu meningkat bila terjadi reaksi inflmasi
Nadi meningkat (nadi perifer melemah)
3) Mata : cekung
4) Mulut : mukosa kering
5) Abdomen : turgor jelek
6) Kulit : kering, kapilari refil > 2’

b. Diagnosa keperawatan
1. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan seringnya buang air
besar dan encer.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
menurunnya intake dan menurunnya absorbsi makanan dan cairan.
3. Hipertermi berhubungan dengan infeksi ditandi dengan kerusakan pada
mukosa usus.
4. Resiko gangguan integritas kulit ditandai dengan kemerahan di sekitar
anus
5. Gangguan tidur berhubungan dengan rasa nyaman ditandai dengan
sering defekasi.
6. Cemas berhubungan dengan kondisi dan hospitalisasi pada anak.
7. Kurangnya pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurangnya
informasi.

c. Intervensi
1. Diagnosa : Kurangnya volume cairan dan elektrolit berhubungan
dengan seringnya buang air besar dan encer.
Tujuan : Keseimbangan cairan dapat dipertahankan dalam batas normal.
Hasil yang diharapkan :
1) BAB cair dapat teratasi
2) Turgor elastik
3) Membran mukosa lembab
4) Berat badan tidak menunjukkan penurunan.

Intervensi :

1) Anjurkan minum air yang banyak


Rasional : cairan dalam tubuh seimbang atau tidak dehidrasi
2) Kaji TTV
Rasional : membantu mengkaji kesadaran pasien.
3) Kaji status hidrasi, ubun-ubun, mata, turgor kulit, dan membran
mukosa.
Rasional : menentukan kehilangan dan kebutuan cairan.
4) Ukur BB setiap hari
Rasional : mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah
pemberian nutrisi.
5) Pemberian obat sesuai resep dokter
Rasional : agar penyakit teratasi
2. Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan menurunnya intake absorbsi makanan.
Tujuan : Anak-anak toleran diet yang sesuai.
Hasil yang diharapkan :
1) BB dalam batas normal
2) Tidak terjadi kekambuhan diare.
Intervensi :

1) Timbang BB tiap hari


Rasional : mengevaluasi keefektifan dalam pemberian nutrisi./
2) Pembatasan aktifitas selama fase sakit akut
Rasional : mengurangi reyurtasi.
3) Jaga kebersihan mulut pasien
Rasional : mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan.
4) Monitor intake dan output
Rasional : observasi kebutuhan nutrisi.
3. Diagnosa : Hiperermi berhubungan dengan infeksi ditandai dengan
kerusakan pada mukosa usus.
Tujuan : mengembalikan suhu tubuh menjadi normal.
Hasil yang diharapkan :
- Suhu tubuh kembali normal 36-37oC
Intervensi :
1) Hindarkan dan cegah penggunaan sumber dari luar
Rasional : mengurangi resiko vasodilatasi perifer dan kolaps
paskuler.
2) Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan peningkatan dari nilai
dasar suhu normal pasien.
Rasional : mendeteksi peningkatan suhu tubuh dan mulainya
hipertermi.
3) Anjurkan pada anak agar tidak memakai pakaian / selimut tebal.
Rasional : mengurangi peningkatan suhu tubuh.
4) Kolaborasi pemberian obat anti infeksi à anti gronik.
4. Diagnosa : Resiko gangguan integritas kulit ditandai dengan kemerahan
di sekitar anus
Tujuan : integritas kulit normal.
Hasil yang diharapkan :
- Iritasi berkurang
Intervensi :

1) Kaji kerusakan kulit / iritasi setiap buang air besar


Rasional : menentukan intervensi lebih lanjut.
2) Gunakan kapas lembab dan sabun bayi (pH normal) untuk
membersihkan anus setiap buang air besar.
Rasional : menghindari resiko infeksi kulit.
3) Hindari dari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab.
Rasional : mengurangi infeksi secara dini.
5. Diagnosa : Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sering
defekasi ditandai dengan mata merah dan sering menguap
Tujuan : Agar pola tidur pasien dapat terpenuhi.
Hasil yang diharapkan :
1) Pasien dapat tidur 6-8 jam setiap malam
2) Secara verbal mengatakan dapat lebih rileks dan lebih segar.
Intervensi :

1) Berikan susu hangat sebelum tidur


Rasional : meningkatkan tidur
2) Anjurkan makanan yang cukup satu jam sebelum tidur.
Rasional : meningkatkan tidur.
3) Keadaan tempat tidur yang nyaman, bersih dan bantal yang nyaman.
Rasional : meningkatkan tidur.
4) Lakukan persiapan untuk tidur malam sesuai dengan pola tidur
pasien.
Rasional : mengatur pola tidur.
5) Pemberian obat sesuai resep dokter
Rasional : agar penyakit teratasi
6. Diagnosa : Cemas berhubungan dengan kondisi dan hospitalisasi pada
anak
Tujuan : Anak dan orang tua menunjukkan rasa cemas atau takut
berkurang.
Hasil yang diharapkan :
- Orang tua aktif marawat anak dan bertanya dengan perawat atau
dokter tentang kondisi atau klasifikasi dan anak tidak menangis.
Intervensi :

1) Anjurkan pada orang tua mengekspresikan perasaan rasa takut dan


cemas, dengarkan keluhan orang tua dan bersikap empati dengan
sentuhan terapeutik.
Rasional : mengurangi rasa cemas dan takut yang dialami oleh orang
tua.
2) Gunakan komunikasi terapeutik, kontak mata, sikap tubuh dan
sentuhan.
Rasional : orang tua anak merasa diperhatiakn akan rasa cemas yang
dihadapinya.
3) Jelaskan setiap prosedur yang akan dlakukan pada anak kepada orang
tua.
Rasional : mengurangi rasa cemas orang tua.
4) Libatkan orang tua dalam perawatan anak
Rasional : anak tidak merasa kehilangan perhatian akan orang lain.

5) Jelaskan kondisi anak, alasan pengobatan dan perawatan


Rasional : meningkatkan pengetahuan orang tua dan agar orang tua
mengetahui kondisi anak.
7. Diagnosa : Kurangnya pengetahuan orang tua berhubungan dengan
kurangnya informasi.
Tujuan : Agar keluarga mengetahui informasi tentang diare.
Hasil yang diharapkan :
1) Keluarga mengerti tentang diare
2) Keluarga mengetahui cara pencegahan dan pengobatan yang dapat
dilakukan apabila terjadi lagi diare.
Intervensi :

1) Kaji tingkat pemahaman orang tua


Rasional : ajarkan orang tua tentang pentingnya cuci tangan untuk
mengetahui kontaminasi.
2) Jelaskan pentingnya kebersihan
3) Ajarkan tentang positif diet dan kontrol diare
Rasional : meningkatkan pengetahuan dan cara mencegah diare.
4) Membiasakan bersih agar air di jamban dan jamban harus selalu
bersih agar tidak ada lalat.
Rasional : Mencegah penyebaran kuman dan diare

DAFTAR PUSTAKA

Juffrie. 2010. Gastroenterologi-hepatologi, jilid 1. Jakarta : Badan penerbit IDAI

Vivian, N. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika

Brunner & Suddart. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Ed 12. EGC. Jakarta

Nelwan, Erni, Juita. (2014). Buku ajar ilmu penyakit dalam. (Edisi 4. Jilid ke- 1).
Jakarta: Internal Publishing.

https://www.academia.edu/24699791/LP_DIARE

Anda mungkin juga menyukai