Anda di halaman 1dari 11

Makna Idul Fitri dan Syawal

Tetap Bersilaturahim di Musim Pandemi

Khutbah I

ُ‫ هللا‬،‫ َوهلِل ِ ْال َح ْم ُد‬،ُ‫ هللاُ أَ ْكبَ ُر هللاُ أَ ْكبَ ُر هللاُ أَ ْكبَر‬،ُ‫ هللاُ أَ ْكبَ ُر هللاُ أَ ْكبَ ُر هللاُ أَ ْكبَر‬،ُ‫اهللُ أَ ْكبَ ُر هللاُ أَ ْكبَ ُر هللاُ أَ ْكبَر‬
‫ َواَل‬،ُ‫ َونَ ْشهَ ُد أَ ْن اَل إِلَهَ إِاَّل هللا‬، ‫صياًل‬ ِ َ‫ َو ُسب َْحانَ هللاِ َوبِ َح ْم ِد ِه بُ ْك َرةً َوأ‬،‫ َو ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َكثِيرًا‬،‫أَ ْكبَ ُر َكبِيرًا‬
‫ك‬َ ‫ار‬ َ َ‫صلَّى هللاُ َو َسلَّ َم َوب‬ َ ،ُ‫ َو َرحْ َمتُهُ ْال ُم ْهدَاة‬،ِ‫ َونَ ْشهَ ُد أَ َّن َسيِّ َدنَا َونَبِيَّنَا ُم َح َّمدًا َرسُو ُل هللا‬،ُ‫نَ ْعبُ ُد إِاَّل إِيَّاه‬
ِ ُ ‫ فَأ‬،‫ أما بعد‬. َ‫ َو َعلَى آلِ ِه َوأَصْ َحابِ ِه الطَّيِّبِ ْينَ الطَّا ِه ِر ْين‬،‫َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬
،ِ ‫وص ْي ُك ْم َونَ ْف ِسي بِتَ ْق َوى هَّللا‬
)٤٦-٤٥ :‫ اُ ْد ُخلُوْ هَا بِ َساَل ٍم آ ِمنِينَ (الحجر‬،‫ُون‬ ٍ ‫ إِ َّن ْال ُمتَّقِينَ فِي َجنَّا‬:‫ال تَ َعالَى‬
ٍ ‫ت َو ُعي‬ َ َ‫ق‬
Ma’asyiral Muslimin yang berbahagia, Walaupun saat ini kita dalam masa pandemi, namun
alhamdulillah, pagi ini kita masih diberi kesempatan untuk merasakan kebahagiaan. Meskipun
saat ini kita dalam masa-masa yang sulit, tapi alhamdulillah, pagi ini kita masih diberi kekuatan
untuk merayakan hari kemenangan yang penuh kebahagiaan. Semoga kita dianugerahi umur
yang panjang sehingga dapat kembali menikmati kelezatan ibadah pada Ramadhan yang akan
datang.

Saudara-saudara yang berbahagia,


Banyak sekali hikmah, pelajaran dan makna yang dapat kita petik dari mewabahnya Covid-19.
Di antaranya, kita diingatkan untuk selalu bersabar dan bersyukur dalam situasi apa pun dan
dalam kondisi bagaimana pun. Sabar dan syukur adalah dua senjata bagi seorang mukmin dalam
mengarungi kehidupan di dunia. Jika kita tidak menghiasi diri kita dengan sifat sabar dan syukur
dalam situasi seperti ini, maka kita tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali kerisauan,
kepenatan, kesusahan, dan kesedihan. Sebaliknya, jika kita tanamkan sabar dan syukur dalam
hati kita, maka kita akan meraih ridha Allah dan pahala yang besar di kehidupan akhirat.

Mewabahnya virus ini juga mengingatkan bahwa kita adalah makhluk yang lemah. Hanya
dengan makhluk yang sangat kecil itu, banyak orang menjadi tak berdaya. Banyak orang jatuh
sakit. Bahkan banyak orang meninggal dunia. Hal ini seakan mengikis habis kesombongan pada
diri manusia. Manusia itu makhluk lemah yang memiliki banyak keterbatasan. Tidak selayaknya
ia menyombongkan dan membanggakan dirinya.

Menyebarnya virus ini juga mengingatkan kita akan kematian. Manusia pasti akan mati. Manusia
tidak selamanya hidup di dunia ini. Semuanya pasti akan berakhir dengan kematian. Tidak
seorang pun dapat memajukan kematian atau memundurkannya barang sesaat pun. Kematian
adalah pintu yang akan dimasuki oleh setiap insan. Ajal tidak akan meminta izin kepada orang
muda yang sehat. Maut juga tidak akan permisi kepada orang tua yang sakit-sakitan. Maut akan
Makna Idul Fitri dan Syawal

menjemput seseorang secara tiba-tiba tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Virus ini adalah satu
di antara sekian sebab kematian manusia.

Menjalarnya virus ini juga mengingatkan kepada kita akan arti penting dari ilmu agama. Tanpa
ilmu agama, kita tidak akan mampu menggali hikmah dari suatu kejadian. Tanpa ilmu agama,
kita tidak akan dapat bersabar dan bersyukur sebagaimana mestinya. Tanpa ilmu agama, kita
tidak akan mampu menyikapi musibah sesuai tuntunan syariat Islam.

Hadirin yang berbahagia,


Kita bersyukur kepada Allah karena telah dianugerahi kekuatan untuk menuntaskan ibadah puasa
dan berbagai ibadah lainnya selama bulan Ramadhan. Setiap kali selesai menuntaskan suatu
ibadah, seorang mukmin yang baik akan berharap-harap cemas. Berharap ibadahnya diterima
oleh Allah. Dan cemas, jangan-jangan ibadah yang telah dilakukan tidak diterima oleh-Nya.
Harapan itu akan memotivasinya untuk terus melakukan ibadah sehingga ia bisa menghimpun
bekal sebanyak-banyaknya untuk kehidupan akhirat. Sedangkan kecemasan dan kekhawatiran itu
akan mendorongnya untuk terus beribadah, karena ia tidak tahu ibadah mana yang diterima oleh
Allah ta’ala, apakah ibadah yang telah dikerjakan ataukah ibadah yang akan dilakukan. Saudara-
saudara yang berbahagia,

Setelah hak-hak Allah kita tunaikan selama Ramadhan melalui ibadah-ibadah yang kita lakukan,
tibalah kini waktu untuk memenuhi hak-hak sesama hamba. Hari raya adalah salah satu momen
yang tepat untuk mempererat tali silaturahim dan memperkuat hubungan persaudaraan sesama
muslim dan sesama anak bangsa.

Musim pandemi janganlah menghalangi kita untuk bersilaturahim. Karena silaturahim bisa
dilakukan dengan berbagai cara. Jika tidak memungkinkan dengan bertemu fisik, maka bisa
diganti dengan pertemuan secara daring. Silaturahim juga dapat dilakukan dengan saling
bertegur sapa dan menanyakan kabar melalui sambungan telepon. Di musim pandemi covid-19
ini, kita memang dianjurkan untuk menjaga jarak fisik. Akan tetapi jarak sosial tidak boleh
renggang. Jarak persaudaraan harus tetap dekat. Jembatan penghubung antar kerabat harus tetap
dibentangkan.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Dalam Shahih Ibn Hibbban dari hadits Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu, ia berkata: Wahai
Rasulullah, beritahulah aku tentang sesuatu yang jika aku kerjakan, maka aku akan masuk surga.
Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Makna Idul Fitri dan Syawal

‫ص ِل األَرْ َحا َم وقُ ْم بِاللَّ ْي ِل َوالنَّاسُ نِيَا ٌم تَ ْد ُخ ِل ْالـ َجنَّةَ بِ َسالَ ٍم ( َر َواهُ اب ُْن‬ ْ َ‫أ‬
ِ ‫ط ِع ِم الطَّ َعا َم َوأَ ْف‬
ِ ‫ش السَّال َم َو‬
)‫ِحبَّان‬
Maknanya: “Berikanlah makanan, sebarkanlah salam, sambunglah tali silaturahim dan lakukan
shalat malam ketika orang-orang tidur, maka engkau akan masuk surga dengan selamat” (HR.
Ibnu Hibban)

Hadirin yang berbahagia,


Musim pandemi jangan sampai membuat kita memutus tali silaturahim. Jangan sampai keluarga
dan kerabat kita, merasa kita tinggalkan dan kita abaikan. Walaupun di masa pandemi, kita tetap
jaga hubungan baik dengan mereka. Kita jaga hubungan baik itu dengan cara membantu mereka
di kala mereka butuh bantuan. Kita beri utang mereka jika butuh utangan. Kita kunjungi mereka
jika memungkinkan. Jangan tunggu mereka berbuat baik kepada kita lalu kita balas kebaikan
mereka. Jangan tunggu mereka mengunjungi kita lalu kita balas kunjungan mereka. Jangan
tunggu mereka menyapa duluan lewat sambungan telepon baru kemudian kita balas menyapa.
Kita dahului mereka dengan itu semua. Karena ini adalah kebaikan yang pahalanya besar.
Jadilah orang yang pertama kali melakukannya. Kita berlomba-lomba dalam kebaikan.

Menyambung silaturahim adalah salah satu kewajiban dan memutus silaturahim termasuk salah
satu dosa besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ِ ‫اَل يَ ْد ُخ ُل ْالـ َجنَّةَ قَا ِط ٌع ( َر َواهُ ْالب‬


)‫ُخَاريُّ َو ُم ْسلِ ٌم‬
Maknanya: “Tidak akan masuk surga (bersama orang-orang yang lebih awal masuk surga) orang
yang memutus silaturahim (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Hadirin yang berbahagia,


Termasuk silaturahim adalah membantu kerabat kita ketika mereka dalam kondisi
membutuhkan, terutama dalam situasi pandemi seperti saat ini. Dalam hadits disebutkan:

‫صيبَ ٍة إِال َك َساهُ هللاُ ُس ْب َحانَهُ ِم ْن ُحلَ ِل ال َك َرا َم ِة يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة ( َر َواهُ اب ُْن‬
ِ ‫َما ِم ْن ُم ْؤ ِم ٍن يُ َع ِّزي أَخَاهُ بِ ُم‬
)‫اجه‬
َ ‫َم‬
Maknanya: “Tidaklah seorang mukmin menghibur saudaranya karena musibah yang
menimpanya, kecuali Allah akan mengenakan kepadanya pakaian-pakaian kemuliaan di hari
kiamat” (HR Ibnu Majah)

Janganlah kita menganggap silaturahim sebagai beban. Jangan pula berpikir bahwa silaturahim
hanya akan menambah kesusahan yang sedang kita rasakan. Bahkan sebaliknya, hadirin sekalian,
Makna Idul Fitri dan Syawal

dengan sebab silaturahim itu Allah akan angkat kesusahan dari kita dan melapangkan rezeki kita.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ِ َ‫أن يَ ُم َّد هللاُ في ُع ُم ِره َويُ َو ِّس َع َعلَ ْي ِه ِر ْزقَهُ َويَ ْدفَ َع َع ْنهُ ِم ْيتَةَ السُّوْ ِء فَ ْلي‬
َ ُ‫صلْ َر ِح َمه‬
ُ‫(ر َواه‬ ْ ُ‫َم ْن َس َّره‬
ِ ‫ْال َحا ِك ُم فِي ْال ُم ْستَ ْد َر‬
)‫ك‬
Maknanya: “Barangsiapa menginginkan dipanjangkan umurnya, diluaskan rezekinya, dan
diselamatkan dari kematian yang buruk oleh Allah, maka hendaklah ia sambung tali silaturahim
dengan kerabatnya” (HR Al-Hakim dalam al-Mustadrak)

Hadirin yang berbahagia,


Kepada selain kerabat dan keluarga juga kita lakukan hal yang sama. Kita jadikan hari raya
sebagai mementum untuk mempererat hubungan kita dengan tetangga, teman, kolega, dan
seluruh lapisan masyarakat. Saling bermaaf-maafan harus menghiasi hari raya kita. Yang lalu
biarlah berlalu. Kita maafkan kesalahan orang lain kepada kita. Kita adalah saudara-saudara
sesama Islam. Kita adalah bersaudara sesama anak bangsa. Di akhirat kelak, janganlah kita
termasuk mereka yang membawa pahala shalat, puasa, dan berbagai ibadah yang lain, sekaligus
juga membawa dosa yang berkaitan dengan hubungan sesama manusia. Yaitu mereka yang
berbuat zalim kepada orang lain dan belum sempat meminta maaf atau kerelaan darinya sampai
ajal tiba. Merekalah orang yang bangkrut sebangkrut-bangkrutnya di akhirat kelak. Pahala
mereka akan diambil dan diberikan kepada orang-orang yang mereka zalimi. Jika tidak cukup,
maka dosa-dosa orang yang mereka zhalimi akan diambil dan ditimpakan kepada mereka lalu
mereka dilemparkan ke api neraka. Na’udzu billahi min dzalik.

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah,


Demikian khutbah yang singkat ini. Mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua.

‫ إِنَّهُ هُ َو ْال َغفُوْ ُر ال َّر ِح ْي ُم‬،ُ‫ فَا ْستَ ْغفِرُوْ ه‬،‫أَقُوْ ُل قَوْ لِ ْي ٰه َذا َوأَ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِ ْي َولَ ُك ْم‬
Khutbah II

‫ َوأَ ْشهَ ُد أَ ْن اَل إِلَهَ إِاَّل‬،‫ هللاُ أَ ْكبَ ُر َوهَّلِل ِ ْال َح ْم ُد‬،ُ‫ هللاُ أَ ْكبَ ُر هللاُ أَ ْكبَ ُر هللاُ أَ ْكبَر‬،ُ‫هللاُ أَ ْكبَ ُر هللاُ أَ ْكبَ ُر هللاُ أَ ْكبَر‬

ِ َ‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َوب‬


‫ار ْك‬ َ ‫ فَاللهُ َّم‬،ُ‫ َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن َسيِّ َدنَا َونَبِيَّنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُد هَّللا ِ َو َرسُولُه‬،ُ‫ك لَه‬ َ ‫هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِري‬
‫ أما‬.‫ َوالتَّابِ ِعينَ لَهُ ْم بِإِحْ َسا ٍن إِلَى يَوْ ِم الدِّي ِن‬، َ‫ َو َعلَى آلِ ِه َوأَصْ َحابِ ِه ال َميَا ِم ْين‬،‫َعلَى َسيِّ ِدنَا َونَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد‬
‫ َوا ْش ُكرُوهُ َعلَى‬،‫صي ُك ْم َونَ ْف ِسي بِتَ ْق َوى هَّللا ِ َع َّز َو َج َّل َواتَّقُوا هَّللا َ تَ َعالَى فِي هَ َذا ْاليَوْ ِم ْال َع ِظ ِيم‬ ِ ‫بعد فَأُو‬
‫‪Makna Idul Fitri dan Syawal‬‬

‫ص ِّل‬‫صيَ ِام ال َّد ْه ِر َو َ‬ ‫ت ِم ْن َش َّوا ٍل‪ ،‬لِيَ ُكونَ لَ ُك ْم َك ِ‬ ‫صيَ ِام ِس ٍّ‬‫ضانَ بِ ِ‬ ‫تَ َم ِام الصِّ يَ ِام َو ْالقِيَ ِام‪َ ،‬وأَ ْتبِعُوا َر َم َ‬
‫صلُّونَ‬ ‫ك ْال َح ُّ‬
‫ق‪ :‬إِ َّن هَّللا َ َو َماَل ئِ َكتَهُ يُ َ‬ ‫اللهُ َّم َو َسلِّ ْم َعلَى َسيِّ ِدنَا َونَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد‪َ ،‬ك َما أَ َمرْ تَنَا‪ ،‬فَقُ ْلتَ َوقَوْ لُ َ‬
‫ار ْك َعلَى َسيِّ ِدنَا‬ ‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َوبَ ِ‬ ‫َعلَى النَّبِ ِّي‪ ،‬يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوْ ا َ‬
‫صلُّوْ ا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموا تَ ْسلِي ًما‪ ،‬اللهُ َّم َ‬
‫َّاش ِدينَ ‪ ،‬أَبِي بَ ْك ٍر َو ُع َم َر َو ُع ْث َمانَ‬
‫ض اللهُ َّم ع َِن ْال ُخلَفَا ِء الر ِ‬ ‫صحْ بِ ِه‪َ ،‬وارْ َ‬ ‫َونَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو َ‬
‫ت‪َ ،‬و ْال ُم ْؤ ِمنِينَ‬
‫صالحينَ ‪ ،‬اللهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِمينَ َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬ ‫َّحابَ ِة ال َّ‬ ‫َو َعلِ ٍّي‪َ ،‬وع َْن َسائِ ِر الص َ‬
‫ت‪ ،‬اللهُ َّم اجْ َعلْ ِعي َدنَا هَ َذا‬ ‫ت‪ ،‬إِنَّكَ َس ِمي ٌع قَ ِريبٌ ُم ِجيبُ ال َّد َع َوا ِ‬ ‫ت‪ ،‬اأْل َحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواأْل َ ْم َوا ِ‬
‫َو ْال ُم ْؤ ِمنَا ِ‬
‫َس َعا َدةً َوتَالَ ُح ًما‪َ ،‬و َم َس َّرةً َوتَ َرا ُح ًما‪َ ،‬و ِز ْدنَا فِي ِه طُ َمأْنِينَةً َوأُ ْلفَةً‪َ ،‬وهَنَا ًء َو َم َحبَّةً‪َ ،‬وأَ ِع ْدهُ َعلَ ْينَا بِ ْال َخي ِْر‬
‫اس د َْأبَنَا‪ ،‬اللهُ َّم أَ ِد ِم‬ ‫ت‪ ،‬اللهُ َّم اجْ َع ِل ْال َم َو َّدةَ ِشي َمتَنَا‪َ ،‬وبَ ْذ َل ْالخَ ي ِْر لِلنَّ ِ‬ ‫ت‪َ ،‬و ْاليُ ْم ِن َو ْالبَ َر َكا ِ‬ ‫َّح َما ِ‬
‫َوالر َ‬
‫ك فِي‬ ‫ال َّس َعا َدةَ َعلَى َوطَنِنَا‪َ ،‬وا ْن ُش ِر ْالبَ ْه َجةَ فِي بُيُوتِنَا‪َ ،‬واحْ فَ ْ‬
‫ظنَا فِي أَ ْهلِينَا َوأَرْ َحا ِمنَا‪َ ،‬وأَ ْك ِر ْمنَا بِ َك َر ِم َ‬
‫ار‪َ ،‬وأَ ْد ِخ ْلنَا ْال َجنَّةَ َم َع‬ ‫ال ُّد ْنيَا َواآْل ِخ َر ِة‪َ ،‬ربَّنَا آتِنَا ِفي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً‪َ ،‬وفِي اآْل ِخ َر ِة َح َسنَةً‪َ ،‬وقِنَا َع َذ َ‬
‫اب النَّ ِ‬
‫إن هللاَ يَأْ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َواإْل حْ َسا ِن‪َ ،‬وإِ ْيتَا ِء ِذي ْالقُرْ بَى ويَ ْنهَى ع َِن‬ ‫َزي ُز يَا َغفَّارُ‪ِ .‬عبَا َد هللاِ‪َّ ،‬‬ ‫ار‪ ،‬يَا ع ِ‬ ‫اأْل َب َْر ِ‬
‫الفَحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َوالبَ ْغ ِي‪ ،‬يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ نَ ‪ .‬فَاذ ُكرُوا هللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ أَ ْكبَرُ‪،‬‬
‫َام َوأَ ْنتُ ْم بِ َخي ٍْر‬
‫ِع ْي ٌد َس ِع ْي ٌد َو ُكلُّ ع ٍ‬
Makna Idul Fitri dan Syawal

Khutbah I

‫ هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر‬،‫ هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر‬،‫هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر‬

ِ ‫الحمْ ُد هّلِل ِ كثيرا وسبحان هللا ب ُْك َر ًة َوأصِ ْيالً الَ ِا َل َه ِاالَّ هللاُ َوهللاُ اَ ْك َبرْ هللاُ اَ ْك َبرْ َو‬
‫هلل‬ َ ‫هللاُ اَ ْك َبرْ َك ِبيْرً ا َو‬
‫ أَ ْش َه ُد أَنْ اَل ِا َل َه‬،‫ريم‬ َ
ِ ‫ َوأ ْف َه َم َنا ِب َش ِر ْي َع ِة ال َّن ِبيّ ال َك‬،‫هلل الّذي َهدَا َنا ُس ُب َل ال ّسالَ ِم‬ َ ‫هلل ْا‬
ِ ‫لح ْم ُد‬ ِ ‫لحمْ ُد‬ َ ‫لحمْ ُد ْا‬ َ ‫ْا‬
،‫ َوأَ ْش َه ُد أَنّ َس ِّي َد َنا َو َن ِب َّي َنا م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرسولُه‬،‫اإلكرام‬ ْ ‫الل َو‬ ِ ‫لج‬ َ ‫ ُذو ْا‬،‫إِاَّل هللا َوحْ دَ هُ ال َش ِريك َله‬
،‫سان إ َلى َي ْو ِم ال ِّدين‬ ِ ْ‫عين ِبإح‬ َ ‫حاب ِه َوال َّت ِاب‬
ِ ْ‫باركْ َع َلى َس ِّيدِنا م َُح ّم ٍد وعلى اله وأص‬ ِ ‫ص ِّل و َسلِّ ْم َو‬ َ ‫اللّ ُه َّم‬
‫ قال هللا تعالى في‬،‫ أوصيكم و نفسي بتقوى هللا وطاعته لعلكم تفلحون‬،‫ فيايها اإلخوان‬:‫أما بعد‬
َ ‫ َيا أَ ُّي َها الَّذ‬:‫ بسم هللا الرحمان الرحيم‬،‫ أعوذ باهلل من الشيطان الرجيم‬:‫القران الكريم‬
‫ِين آَ َم ُنوا‬
‫ يُصْ لِحْ َل ُك ْم أَعْ َما َل ُك ْم َو َي ْغفِرْ َل ُك ْم ُذ ُنو َب ُك ْم َو َمنْ يُطِ ِع هللا َو َرسُو َل ُه َف َق ْد‬،‫ا َّتقُوا هللا َوقُولُوا َق ْواًل َسدِي ًدا‬
.‫هللا َح َّق ُت َقا ِت ِه َوالَ َتم ُْو ُتنَّ إِالَّ َوأَ ْن ُت ْم مُسْ لِم ُْو َن‬
َ ‫از َف ْو ًزا َعظِ يمًا وقال تعالى َيا اَ ُّي َها الَّ ِذي َْن آ َم ُن ْوا ا َّتقُ ْوا‬ َ ‫َف‬
‫صدق هللا العظيم‬
Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah

Pada saat ini kita semua patut bersyukur bahwa bulan suci Ramadhan baru saja kita lalui
bersama dengan baik. Ini berarti kita semua telah lulus ujian, yakni berhasil menjalankan ibadah
puasa selama sebulan penuh sesuai dengan ketentuan syari’at. Sekarang juga, kita patut
bergembira karena di samping telah berhasil menambah pundi-pundi pahala, juga dosa-dosa kita
diampuni oleh Allah subhanahu wata’ala. Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu sebagai berikut:

‫ان إِي َما ًنا َواحْ ت َِسابًا ُغف َِر َل ُه َما َت َق َّد َم ِمنْ َذ ْن ِب ِه‬
َ ‫ض‬ َ ْ‫َمن‬
َ ‫صا َم َر َم‬

Artinya, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka akan
diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”

Dari hadits tersebut lahirlah makna Idul Fitri yang dalam konteks Indonesia tidak hanya secara
bahasa bermakna Hari Raya setelah berakhirnya Ramadhan, atau yang dalam Kamus Al-Maany

dimaknai sebagai َّ ِ‫( اَليَوْ ُم ْاأل َّو ُل الَّ ِذي يَ ْبدَأُ بِ ِه اإل ْفطَا ُر ل‬hari
َ‫لصـائِ ِم ْين‬ pertama bagi orang-orang
yang berpuasa Ramadhan mulai kembali berbuka [dengan makan dan minum seperti di hari-hari
biasa]), tetapi juga secara konseptual bermakna “kembali suci” seperti ketika kita baru terlahir ke
dunia.
Makna Idul Fitri dan Syawal

Makna secara konseptual tersebut, yakni “kembali suci”, secara budaya telah diterima umat
Islam Indonesia dari generasi ke generasi dengan merujuk pada maksud hadits di atas.
Setidaknya hal ini merupakan doa kita semua kepada Allah dan semoga dikabulkan. Amin.
Namun demikian perlu ada ketegasan bahwa yang dimaksud “kembali suci” dalam konteks ini
adalah terbebas dari dosa-dosa kepada Allah subhanahu wata’ala saja karena hanya menyangkut
hablum minallah. Sedangkan “kembali suci” dari dosa-dosa kepada manusia tidak otomatis
terjadi karena hal ini menyangkut hablum minannas. Semua persoalan yang terkait dengan
sesama manusia harus diselesaikan sendiri antar sesama manusia.

Oleh karena itu, kita akan benar-benar mencapai Idul fitri dalam arti “kembali suci” seperti
ketika baru terlahir ke dunia apabila urusan dosa-dosa dengan sesama manusia bisa kita
selesaikan dengan berakhirnya Ramadhan. Tentu saja lebih baik urusan dosa dengan sesama
manusia bisa kita selesaikan sesegera mungkin tanpa menunggu berakhirnya Ramadhan. Jadi
maksudnya, jangan sampai hingga datangnya bulan Syawal ini kita masih memiliki dosa-dosa
dengan sesama manusia yang belum terselesaikan.

Jika itu terjadi, maka sudah pasti dosa-dosa kepada sesama manusia tersebut akan menghalangi
kembalinya kita kepada “fitrah” atau “suci”. Hal inilah yang kemudian melahirkan tradisi saling
bermaaf-maafan diantara umat Islam yang di Indonesia dikenal dengan Halal bi halal. Tradisi ini
tentu saja baik karena dapat memperbaiki hubungan antar sesama manusia yang kadang-kadang
memang sulit terhindar dari konflik, ketegangan dan bahkan permusuhan.

Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah,

Datangnya Idul Fitri membawa kita semua kembali pada kesucian sebagaimana telah diuraikan
di atas. Lalu, bagaimanakah kita menyikapi hari-hari setelah kita kembali pada keadaan suci ini?
Setidaknya ada dua jawaban sebagai berikut:

Pertama, kita hendaknya meneruskan kebaikan yang sudah dicapai selama Ramadhan. Dalam
kaitan ini Syekh Muhammad ibn ‘Umar Nawawi al-Bantani mengingatkan salah satu dari
kesepuluh amaliah sunnah Ramadhan dalam kitabnya berjudul Nihâyah al-Zain fî Irsyâd al-
Mubtadi’in, yakni istiqamah dalam menjalankan amaliah Ramadhan dan melanjutkan amaliah-
amaliah tersebut di bulan-bulan berikutnya.

Jika kita bisa melanjutkan amaliah-amaliah sunnah di bulan Ramadhan seperti menahan lisan
dan anggota badan lainnya dari perkara-perkara yang tak berguna - apalagi perkara-perkara
haram, memperbanyak sedekah, memperbanyak i'tikaf, mengkhatamkan Al-Quran setidaknya
sebulan sekali, dan sebagainya, maka itu berarti kita melakukan upaya peningkatan kualitas
ruhani kita. Peningkatan semacam itu sejalan dengan makna kata “Syawal” (‫ ) َشوَّا ُل‬yang secara
َ ‫ ) َش ـ‬yang berarti “irtafaá” (‫ )اِرْ تَفَ ـ َع‬yang dalam bahasa
etimologis berasal dari kata “Syala” (‫ال‬
Indonesia berarti “meningkatkan”.
Makna Idul Fitri dan Syawal

Tentu saja mungkin kita tidak bisa melakukan persis sama dengan apa yang kita lakukan selama
Ramadhan dalam rangka peningkatan amal karena berbagai alasan seperti kesibukan
menjalankan tugas sehari-hari dan sebagainya. Tetapi setidaknya ada ikhtiar kita untuk
melestarikan ibadah-ibadah seperti itu, misalnya dengan menjauhi maksiat, berpuasa 6 hari di
bulan Syawal dan sebagainya. Ramadhan memang dimaksudkan sebagai bulan tarbiyah atau
bulan pendidikan dimana umat Islam digembleng selama sebulan penuh agar menjadi orang-
orang yang bertakwa kepada Allah subhanahu wata’ala.

Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah,


Kedua, menjaga agar kita tidak mengalami kebangkrutan amal yang telah kita raih baik sebelum
dan selama Ramadhan dengan cara tidak menzalimi orang lain. Dalam hal ini Rasulullah
shallahu alaihi wa sallam menjelaskan tentang kebangkrutan amal sebagaimana diriwayatkan
dari Abu Hurairah dalam sebuah berikut ini:

“‫أَ َت ْدر ُْو َن َما ْال ُم ْفلِسُ ؟” َقا َل‬

Artinya, “Tahukah kalian siapakahorang yang mengalami kebangkrutan amal? Tanya Rasulullah
kepada para sahabat. Mereka menjawab:

َ ‫ اَ ْل ُم ْفلِسُ فِ ْي َنا َمنْ الَ ِدرْ َه َم َل ُه َوالَ َم َت‬:‫َقالُ ْوا‬


‫اع‬
Artinya, “Para sahabat menjawab : Orang bangkrut menurut pendapat kami ialah mereka yang
tiada mempunyai uang dan tiada pula mempunyai harta benda.”

‫فَقَال‬

Artinya, “Maka Nabi menjawab”:

“،‫ف ٰه َذا‬َ ‫ َو َق َذ‬،‫ َو َيأْتِي َق ْد َش َت َم ٰه َذا‬،ٍ‫صالَ ٍة َوصِ َي ٍام َو َز َكاة‬َ ‫ َيأْتِي َي ْو َم ْالقِ َيا َم ِة ِب‬،‫ِس ِمنْ أ ُ َّمتِي‬َ ‫إِنَّ ْال ُم ْفل‬
ْ‫ َفإِن‬.ِ‫ َفيُعْ طِ ى ٰه َذا ِمنْ َح َس َنا ِت ِه َو ٰه َذا م ِٰن َح َس َنا ِته‬.‫ب ٰه َذا‬َ ‫ض َر‬ َ ‫ َو‬،‫ك دَ َم ٰه َذا‬ َ ‫ َو َس َف‬،‫َوأَ َك َل َما َل ٰه َذا‬
ُ ُ ُ ‫ أُخ َِذ ِمنْ َخ َطا َيا ُه ْم َف‬،ِ‫ضى َما َع َل ْيه‬
َ ‫ َق ْب َل أَنْ َي ْق‬،ُ‫ت َح َس َنا ُته‬
ِ ‫ ث َّم ط ِر َح فِي ال َّن‬.ِ‫ت َع َل ْيه‬
‫ار‬ ْ ‫ط ِر َح‬ ْ ‫” َف ِن َي‬

Artinya, “Sesungguhnya orang bangkrut dari umatku ialah mereka yang pada hari kiamat
membawa amal kebaikan dari shalat, puasa, dan zakat. Tetapi mereka dahulu pernah mencaci
maki orang lain, menuduh (dan mencemarkan nama baik) orang lain, memakan harta orang lain,
menumpahkan darah orang lain dan memukul orang lain. Maka kepada orang yang mereka salahi
itu diberikan pahala amal baik mereka; dan kepada orang yang lain lagi diberikan pula amal baik
mereka. Apabila amal baik mereka telah habis sebelum utangnya lunas, maka diambillah
kesalahan orang yang disalahi itu dan diberikan kepada mereka; Sesudah itu, mereka yang suka
mencaci, menuduh, memakan harta orang lain, menumpahkan darah orang lain, dan memukul
orang lain itu, akan dilemparkan ke dalam neraka.”

Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah,


Makna Idul Fitri dan Syawal

Hadits tersebut hendaklah dapat kita hayati bersama karena memberikan kesadaran kepada kita
betapa pentingnya menghindari perbuatan mendzalimi sesama manusia. Alasannya adalah
kedzaliman-kedzaliman seperti itu dapat membuat kita bangkrut secara agama, yakni ludesnya
amal-amal kebaikan kita yang telah kita kumpulkan dengan susah payah selama bertahun-tahun,
bahkan selama hidup kita.

Utuk itu apabila kita sayang pada diri sendiri, maka jagalah agar amal-amal baik kita bisa kita
rawat dengan sebaik-baiknya sehingga tidak musnah sia-sia, dengan cara kita harus bisa
mengendalikan diri kita sehingga orang lain selamat dari perbuatan mendzalimi orang lain
seperti: menyakiti hati, menghujat dan memaki, memfitnah dan menuduh tanpa bukti,
mengambil hak seperti mencuri dan korupsi, membunuh, menyakiti secara fisik, dan sebagainya.

Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah,

Mudah-mudahan apa yang khatib sampaikan tadi terkait dengan apa yang harus kita lakukan
setelah Ramadhan, dapat bermanfaat bagi kita semua, dan khususnya bagi khatib pribadi.
Mudah-mudahan pula kita semua senantiasa mendapat petunjuk dari Allah subhanahu wata’ala
sehingga hal-hal jelek seperti yang tadi khatib kemukakan benar-benar dapat kita hindari
bersama, dan akhirnya kita semua kelak diterima di sisi Allah subhanahu wata’ala dan
ditempatkan di surga bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan orang saleh lainnya.
Amin… Amin ya Rabbal 'alamin.

ْ‫ك َوا ْن َحر‬


َ ‫ص ِّل ل َِر ِّب‬َ ‫ك ْال َك ْو َث َر َف‬ َ ‫ إِ َّنا أَعْ َط ْي َنا‬.‫ِيم‬
ِ ‫من الرَّ ح‬ ِ ْ‫هللا الرَّ ح‬ ِ ‫ ِبسْ ِم‬.‫ْطن الرَّ ِجي ِْم‬ ِ ‫هلل م َِن ال َّشي‬ ِ ‫أع ُْو ُذ ِبا‬
ِ ‫آن ْال َعظِ ي ِْم َو َن َف َعنِي َو ِايِّا ُك ْم بما فيه م َِن اآل َيا‬
‫ت‬ ِ ْ‫ك هللاُ لِي َو َل ُك ْم فِي ْالقُر‬ َ ‫ار‬ َ ‫ك ه َُو االَ ْب َت ُر َب‬ َ ‫إِنَّ َشا ِن َئ‬
ِّ ‫َو‬
َ ‫ َو َت َق َّب ْل ِم ِّنيْ َو ِم ْن ُك ْم ت‬.‫الذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‬
‫ َفاسْ َت ْغفِر ُْوا ِا َّن ُه ه َُو ْال َغفُ ْو ُر الرَّ ِح ْي ُم‬..‫ِالو َت ُه ِا ّن ُه ه َُو ال َّس ِم ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم‬

Khutbah II

‫ان هللا ُب ْك َر ًة َو أَصْ ْيالً الَ ِا َل َه‬


َ ‫هلل َك ِثيْرً ا َو ُسب َْح‬ َ ‫×) هللاُ اَ ْك َبرْ كبيرا َو ْا‬٤( ْ‫×) هللاُ اَ ْك َبر‬٣( ْ‫هللاُ اَ ْك َبر‬
ِ ‫لحمْ ُد‬
ِ ‫ِاالَّ هللاُ َوهللاُ اَ ْك َبرْ هللاُ اَ ْك َبرْ َو‬
َ ‫هلل ْا‬
‫لح ْم ُد‬
َ‫ َوأَ ْش َه ُد أَنْ الَ ِا َل َه إِالَّ هللاُ َوهللاُ َوحْ َدهُ ال‬.ِ‫لى َت ْوفِ ْيقِ ِه َو ِامْ ِت َنا ِنه‬
َ ‫لى إِحْ َسا ِن ِه َوال ُّش ْك ُر َل ُه َع‬ َ ‫هلل َع‬ِ ‫اَ ْل َحمْ ُد‬
‫ص ِّل َع َلى َس ِّي ِد َنا‬
َ ‫[ الل ُه َّم‬.‫إلى ِرضْ َوا ِن ِه‬ َ ‫ْك َل ُه َوأَ ْش َه ُد أنَّ َسيِّدَ َنا م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُ ُه ال َّداعِ ى‬ َ ‫َش ِري‬
‫م َُح َّم ٍد ِو َع َلى اَلِ ِه َوأَصْ َح ِاب ِه َو َسلِّ ْم َتسْ لِ ْيمًا كِثيْرً ا‬
‫هللا أَ َم َر ُك ْم ِبأَم ٍْر َبدَأَ ِف ْي ِه‬
َ َّ‫واهللا فِ ْي َما أَ َم َر َوا ْن َته ُْوا َعمَّا َن َهى َواعْ َلم ُْوا أَن‬
َ ُ‫أَمَّا َبعْ ُد َفيا َ اَ ُّي َها ال َّناسُ ِا َّتق‬
‫لى ال َّن ِبى يآ اَ ُّي َها الَّ ِذي َْن آ َم ُن ْوا‬ َ ‫صلُّ ْو َن َع‬ َ َّ‫ِب َن ْفسِ ِه َو َثـ َنى ِب َمآل ِئ َك ِت ِه ِبقُ ْدسِ ِه َو َقا َل َتعا َ َلى إِن‬
َ ‫هللا َو َمآل ِئ َك َت ُه ُي‬
َ ‫آل َس ِّيدِنا‬ ِ ‫صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلِّ ْم َو َع َلى‬ َ ‫ص ِّل َع َلى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد‬َ ‫ الل ُه َّم‬.‫صلُّ ْوا َع َل ْي ِه َو َسلِّم ُْوا َتسْ لِ ْيمًا‬
َ
‫ض اللّ ُه َّم َع ِن ْال ُخ َل َفا ِء الرَّ اشِ ِدي َْن أَ ِبى َب ْك ٍر‬َ ْ‫ك َو َمآل ِئ َك ِة ْال ُم َقرَّ ِبي َْن َوار‬
َ ِ‫ِك َو ُر ُسل‬َ ‫م َُح َّم ٍد َو َع َلى اَ ْن ِبيآئ‬
‫‪Makna Idul Fitri dan Syawal‬‬

‫َو ُع َمر َوع ُْث َمان َو َعلِى َو َعنْ َبقِ َّي ِة الص ََّحا َب ِة َوال َّت ِاب ِعي َْن َو َت ِابعِي ال َّت ِاب ِعي َْن َل ُه ْم ِب ِاحْ َس ٍ‬
‫ان ِا َلى َي ْو ِم ال ِّدي ِ‬
‫ْن‬
‫ِك َيا أَرْ َح َم الرَّ ا ِح ِمي َْن‬
‫ض َع َّنا َم َع ُه ْم ِب َرحْ َمت َ‬
‫َوارْ َ‬
‫ت الل ُه َّم أَعِ َّز‬ ‫مْوا ِ‬ ‫ت اَالَحْ يآ ُء ِم ْن ُه ْم َو ْاالَ َ‬ ‫ت َو ْالمُسْ لِ ِمي َْن َو ْالمُسْ لِ َما ِ‬ ‫اغفِرْ ل ِْلم ُْؤ ِم ِني َْن َو ْالم ُْؤ ِم َنا ِ‬
‫اَلل ُه َّم ْ‬
‫ص َر ال ِّدي َْن‬ ‫ك ْالم َُوحِّ ِد َّي َة َوا ْنصُرْ َمنْ َن َ‬ ‫ك َو ْال ُم ْش ِر ِكي َْن َوا ْنصُرْ عِ َبادَ َ‬ ‫إلسْ الَ َم َو ْالمُسْ لِ ِمي َْن َوأَ ِذ َّل ال ِّشرْ َ‬ ‫ْا ِ‬
‫ْن‪ .‬الل ُه َّم ْاد َفعْ َع َّنا ْال َبالَ َء‬ ‫ك إِ َلى َي ْو َم ال ِّدي ِ‬ ‫ْن َواعْ ِل َكلِ َما ِت َ‬ ‫اخ ُذ ْل َمنْ َخ َذ َل ْالمُسْ لِ ِمي َْن َو دَ مِّرْ أَعْ دَا َء ال ِّدي ِ‬ ‫َو ْ‬
‫الزالَ ِز َل َو ْالم َِح َن َوس ُْو َء ْالفِ ْت َن ِة َو ْالم َِح َن َما َظ َه َر ِم ْن َها َو َما َب َط َن َعنْ َب َل ِد َنا ِا ْن ُدو ِن ْيسِ يَّا‬ ‫َو ْا َلو َبا َء َو َّ‬
‫لعا َل ِمي َْن‪َ .‬ر َّب َنا آتِنا َ فِى ال ُّد ْن َيا َح َس َن ًة َوفِى ْاآلخ َِر ِة‬ ‫دَان ْالمُسْ لِ ِمي َْن عآم ًَّة َيا َربَّ ْا َ‬ ‫خآص ًَّة َو َسائ ِِر ْالب ُْل ِ‬
‫لخاسِ ِري َْن‪.‬‬ ‫ار‪َ .‬ر َّب َنا َظ َلمْ َنا اَ ْنفُ َس َنا َواإنْ َل ْم َت ْغفِرْ َل َنا َو َترْ َحمْ َنا َل َن ُك ْو َننَّ م َِن ْا َ‬ ‫اب ال َّن ِ‬‫َح َس َن ًة َوقِ َنا َع َذ َ‬
‫بى َو َي ْن َهى َع ِن ْال َفحْ شآ ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْال َب ْغي‬ ‫ان َوإِيْتآ ِء ذِي ْالقُرْ َ‬ ‫ْ‬
‫إلحْ َس ِ‬ ‫هللا َيأ ُم ُر ِباْل َع ْد ِل َو ْا ِ‬
‫هللا ! إِنَّ َ‬ ‫عِ َبادَ ِ‬
‫هللا أَ ْك َبرْ‬‫لى ِن َع ِم ِه َي ِز ْد ُك ْم َو َلذ ِْك ُر ِ‬ ‫لعظِ ْي َم َي ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكر ُْوهُ َع َ‬ ‫ِظ ُك ْم َل َعلَّ ُك ْم َت َذ َّكر ُْو َن َو ْاذ ُكرُوا َ‬
‫هللا ْا َ‬ ‫َيع ُ‬
Makna Idul Fitri dan Syawal

Anda mungkin juga menyukai