Anda di halaman 1dari 9

4

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN

Bronchopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru dengan


eksudasi dan konsolidasi disebabkan oleh mikroorganisme.(Sarwono
waspadja,1997:735). Bronchopneumonia adalah radang paru yang disebabkan
oleh virus bakteri,jamur dan benda asing lain yang mengakibatkan tersumbatnya
alveolus dan bronkeolus oleh eksudat.(Ngastiyah,1997:39).

Bronchopneumonia merupakan salah satu jenis pneumonia yang sering


disebut pneumonia laburalis. Pengertian penyakit ini adalah merupakan
konsolidasi bercak yang berpusat disekitar bronkus yang mengalami peradangan
multifokal dan biasanya bilateral. Daerah yang paling sering terkena adalah
segmen basal lobus bagian bawah. (Thompson, 1997:67).

Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bronchopneumonia


adalah suatu peradangan pada parenkim paru atau alveoli yang disebabkan oleh
virus,bakteri, jamur dan benda asing lainnya yang mengakibatkan tersumbatnya
alveolus dan bronkeolus oleh eksudat.

2.2 Konsep Tumbuh Kembang anak usia 8 Tahun

1. Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan mulai lambat

2. Massa otot rangka meningkat dan keterampilan motorik membaik

3. Kemampuan memberikan perhatian mulai meningkat

4. Kapasitas belajar mulai meluas

4. Anak sangat crewet dan aktif bertanya

5. Interaksi dengan teman sebaya mulai semakin penting

6. Anak bisa saja masa pubertas lebih awal (umur 8-9 tahun)

2.3 Etiologi

Bronchopneumonia disebabkan oleh

1. Stafilokokus.

2. Streptokokus. 2
5

3. Pneumokokus.

4. Haemophilus.

5. Influenza.

6. Pseudomonas aeruginosa.

7. Bakteri koliform (Robbins, 1999:442)

2.4. Tanda Dan Gejala

Biasanya didahului ISPA selama beberapa hari

1. Sesak nafas.

2. Suhu naik 39o C- 40o C ,dangkal, kejang, gelisah.

3. Pernafasan cepat, dangkal disertai cuping hidung dan pucat disekitar mulut dan
hidung.

4. Perubahan bunyi nafas.

5. Batuk mula -mula kering menjadi produktif.

6. Kadang disertai muntah dan diare.

7. Penurunan kesadaran.(Ngastiyah, 1997:41)

8. Serangan akut dan membahayakan.

9. Sakit kepala, Malaise.

10. Nyeri abdomen.(Suriadi, 2000:248)


6

2.5 WOC
7

2.6 Manifestasi Klinis

1. Biasanya didahului infeksi fraktus respiratoris atas

2. Demam (39-4000C) terkadang disertai kejang karena demam yang tinggi

3. Anak sangat gelisah dan adanya nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk, yang
dicetuskan bernafas dan batuk

4. Pernafasan cepat dan dangkal

5. Terkadang disertai muntah dan diare

6. Tambahan suara nafas rhonci dan whezzing

7. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius

2.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Foto thoraks.

2. Laboratorium rutin:DPL, hitung jenis, LED, glukosa darah, ureum, creatinine,


SGOT, SGPT.

3. Analisa gas darah, elektrolit.

4. Pewarnaan gram sputum.

5. Kultur sputum.

6. Kultur darah.

7. Pemeriksaan serologi.

8. Pemeriksaan antigen.

9. Tes invasif ( Bronskopi, aspirasi jarum transtoraka, biopsy paru terbuka dan
thorakoskopi).(Rani, 2006:92)

2.8 PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan medis Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji


resistensi, tetapi karena hal itu perlu waktu dan pasien perlu secepatnya, maka
biasanya yang diberikan antara lain:

a. Pennicillin 50000 unit/kg/BB/hari ditambah klorqmfenikol 80-90


mg/kg/BB/hari atau diberikan antibiotic yang mempunyai spectrum luas seperti
ampicillin, pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.

b. Berikan oksigen dan cairan intravena.


8

c. Diberikan korelasi, sesuai dengan hasil analisa gas darah arteri.

2. Penatalaksanaan terapeutik

a. Menjaga kelancaran pernafasan.

b. Istirahat.

c. Nutrisi dan cairan.

d. Mengontrol suhu.

e. Mencegah komplikasi/gangguan rasa aman dan nyaman.(Ngastiyah, 1997:41-


43)

3. Penatalaksanaan medis umum.

a. Farmakoterapi - Antibiotik (diberikan secara intravena) - Ekspektoran. -


Antipiretik. - Analgetik.

b. Terapi O2 dan nebulisasi aerosol.

c. Fisioterapi dada dengan postural. (Engram, 1998:61)

2.9 KOMPLIKASI

Abses kulit, abses jaringan lunak, otitis media, sinusitis, meningitis


perikarditis, perikarditis. (Mansjoer, 2000:466)

2.10 Pencegahan

Penyakit broncho pneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak


dengan penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapt
menyebabkan terjadinya penyakit ini. Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan
adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh.
9

2.11 Asuhan Keperawatan Secara Teori

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Identitas.
Riwayat Keperawatan.
1) Keluhanutama.
Biasanya anak sangat gelisah, terjadi dispnea, pernapasan cepat dan dangkal,
diserai adanya pernapasan cuping hidupng, serta sianosis disekitar hidung &
mulut. Kadang disertai muntah serta diare, tinja berdarah dengan atau tanpa
adanya lendir, dan anoreksia
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Bronkopneumonia umumnya didahului oleh infeksi saluran pernapasan pada
bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh bisa saja meningkat sangat
mendadak mencapai 39-40oC dan kadang pula disertai adanya kejang akibat
demam yang tinggi.
3) Riwayat penyakit dahulu.
Biasanya pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan menurunnya
sistem imun
4) Riwayat kesehatan keluarga.
Apabila ada anggota keluarga yg menderita penyakit ispa mka keluarga lain dapat
tertular.
5) Riwayat kesehatan lingkungan.
Pneumonia umumnya sering terjadi pada musim hujan dan awal musim semi.
Selain itu pemeliharaan kesehatan & kebersihan lingkungan yg kurang juga dapat
menyebabkan anak menderita sakit.
6) Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap sangat beresiko tinggi untuk
mendapat penyakit ispa atas atau bawah lantaran sistem pertahanan tubuh yang
tidak cukup kuat untuk dapat melawan infeksi sekunder.
Pemeriksaan persistem.
1) Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.
2) Sistem pernapasan.
Adanya sesak napas, retraksi dada, pernapasan cuping hidung, , takipnea, ronki,
wheezing, batuk produktif atau non produktif, pernapasan tidak teratur/ireguler,
pergerakan dada asimetris, perkusi redup pada daerah terjadinya konsolidasi,
terdapat adanya sputum/sekret.
3) Sistem pencernaan.
Anak biasanya malas minum/makan, muntah, berat badan mengalami penurunan,
lemah.
4) Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin belum bisa
memahami mengenai alasan anak menderita diare sampai terjadi adanya dehidrasi
(ringan sampai berat).
5) Sistem saraf.
Biasanya anak mengalami demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan
menangis terus pada anak-anak atau malas minum.
10

6) Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
7) Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan atau masalah.
8) Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral hangat,
kulit kering.
9) Sistem penginderaan.
Tidak ada masalah attau kelainan.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, perubahan pola nafas, kerusakan
pertukaran gas berhubungan dengan produksi mukus pada paru dn ketidak
efektifan batuk.

b. Hipertermi berhubungan dengan adanya bakteri dan infeksi virus.

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara pemasukan


dan pengeluaran oksigen.

d. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang


berlebihan dampak dari usaha peningkatan proses bernafas.

e. Cemas orang tua berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai proses


penyakit dan perawatan di rumah.

3. INTERVENSI
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, perubahan pola nafas, kerusakan
pertukaran gas berhubungan dengan produksi mukus pada paru dn ketidak
efektifan batuk.
Tujuan : Bersihkan jalan nafas, pola nafas, perubahan pola nafas, kerusakan
pertukaran gas efektif dengan kriteria pernafsan spontan suara nafas Vesikuler,
frekuensi pernafasan normal (30-60 X/menit pada bayi dan 15-30 X/menit pada
anak). Tidak sesak dan tidak sianosis, batuk spontan, AGD normal (Pa O2 80 –
100 dan CO2 35 – 45).
Intervensi
1) Lakukan Auskultasi Suara 2 – 4 Jam
R/ mengetahui obstruksi pada saluran nafas dan manifestainya pada suara nafas.
2) Berikan posisi kepala lebih tinggi dari posisi badan dan kaki.

R/ penurunan diafragma dapat membantu ekspansi paru lebih maximal.


3) Latih dan anjurkan klien untuk lebih efektif

R/ batuk merupakan mekanisme alamiah untuk mengeluarkan benda asing dari


saluran nafas dengan baik dan benar.
4) Ubah posisi klien sesering mungkin tiap 2 jam

R/ Posisi klien yang tetap secara terus menerus dapat mengakibatkan akumulasi
sekret dan cairan pada lobus yang berada di bagian bawah.
5) Lakukan suction bila perlu
11

R/ peningkatan mucus/lendir di saluran nafas dapat menyumbat jalan nafas.


6) Monitor tanda vital tiap 4 jam

R/ peningkatan frekwensi nafas mengindikasikan tingkat keparahan.


7) Lakukan kolaborasi pemberian O2

R/ kebutuhan oksigen yang masuk ke tubuh dapat dibantu dengan tambahan


oksigen yang diberikan.
8) Lakukan pemijatan dinding dada dan perut serta pemberian nebulizer hati. Hati
pada anak yang sesak dan suhu tubuh yang tinggi.

R/ getaran dan pemijatan membantu melepaskan sekret yang menempel pada


dinding saluran nafas, nebulizer merangkang batuk efektif klien.
9)Berikan obat ekspektoran, broncodilator, mukolitik dan pemeriksaan penunjang.

R/ pelebaran saluran nafas, sekret yang mudah keluar akan mempermudah klien
bernafas, deteksi sejauh mana kebutuhan O2 dapat diberikan dengan pemeriksaan
penunjang.

b. Hipertermi berhubungan dengan adanya bakteri dan infeksi virus


Tujuan : Suhu tubuh dan tanda vital dalam batas normal dengan kriteria suhu
tubuh normal 365 – 375 o C (bayi) 36-37 (anak) nadi normal 120 140 X/menit
(bayi) 100-120 X/menit (anak) Respirasi normal 30-60 X/ment (bayi) 30-
40X/menit (anak).
Intervensi :
1) Monitor suhu tubuh tiap 2-4 Jam

R/ perubahan suhu tubuh dapat mengetahui adanya infeksi.


2) Berikan kompres hangat

R/ kompres hangat menurunkan panas dengan cara konduksi yaitu kontak


langsung dengan obyek.
3) Berikan antipiretik, analgetik sesuai program dokter

R/ menurunkan panas di pusat hepotalamus.

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara


pemasukan dan pengeluaran oksigen
Tujuan : klien mampu meningkatkan aktivitas fisiknya dengan kriteria mampu
melaksanakan aktifitas ringan dan mampu mempertahankan gerak.
Intervensi
1) Rencanakan periode istirahat sering pada klien untuk penghematan energi.

R/ istirahat yang cukup dapat mengembalikan tenaga klien secara bertahap dan
mencegah pengeluaran yang berlebihan.
2) Ciptakan lingkungan yang tenang tanpa stress

R/ Lingkungan yang tenang dapat memberikan rasa nyaman pada klien.


3) Ubah posisi secara bertahap dan tingkatkan aktivitas sesuai toleransi
12

R/ membantu mobilisasi secara bertahap


4) Sertakan orang tua dalam meningkatkan kebutuhan istirahat

R/ istirahat tidur lebih efektif dengan peran serta orang tua.


d. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
yang berlebihan dampak dari usaha peningkatan proses bernafas.
Tujuan : volume cairan tubuh sumbang antara intake dan output dengan kriteria
kebutuhan cairan terpenuhi, urine normal, turgor kulit baik dan membran mukosa
lembab, tidak demam.
Intervensi :
1) Tingkatkan frekwensi pemasukan cairan melalui oral

R/ Membantu mengencerkan sekresi pernafasan dan mencegah status cairan tubuh


2) Monitor pengeluaran urine tiap 8 jam

R/ mengetahui perbandingan antara pemasukan dan pengeluaran cairan.


3) Berikan cairan infus sesuai program dokter

R/ memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit


4) Kolaborasi tentang pemberian antipiretik

R/ mencegah timbulnya demam


e. Cemas orang tua berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
proses penyakit dan perawatan di rumah.
Tujuan : Secara verbal keluarga dapat menjelaskan proses penyakit, penyebab
dan penyegahan penyakit dengan kriteria keluarga menunjukkan pemahaman
menganai instruksi evaluasi dan mengatakan rencana keperawatan untuk istirahat
cairan diet dan perawatan evaluasi.
Intervensi :
1) Berikan penjelasan pada keluarga tentang perlunya istirahat

R/ Meminimalkan gerak sehingga klien tidak kelelahan


2) Jelaskan perlunya diet bergizi sesuai dengan usia dan cairan tambahan

R/ Diet bergizi dapat menimbilkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi


3) Diskusikan tanda dan gejala distres pernafasan

R/ keluarga mengetahui lebih dini gejala distres pernafasan


4) Libatkan keluarga dalam setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan

R/ Keluarga dapat melakukannya.


5) Libatkan keluarga dalam setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan.

R/ menghindari kesalah pahaman dalam tindakan dan membantu peran aktif


keluarga.
6) Ajarkan nama antibiotik dan antibiotik, dosis waktu pemberian dan tujuan serta
efek sampingnya pada keluarga.

R/ Keluarga dapat memberikan obat yang tepat sesuai kondisi klien.

Anda mungkin juga menyukai