BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 PENGERTIAN
6. Anak bisa saja masa pubertas lebih awal (umur 8-9 tahun)
2.3 Etiologi
1. Stafilokokus.
2. Streptokokus. 2
5
3. Pneumokokus.
4. Haemophilus.
5. Influenza.
6. Pseudomonas aeruginosa.
1. Sesak nafas.
3. Pernafasan cepat, dangkal disertai cuping hidung dan pucat disekitar mulut dan
hidung.
2.5 WOC
7
3. Anak sangat gelisah dan adanya nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk, yang
dicetuskan bernafas dan batuk
7. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius
1. Foto thoraks.
5. Kultur sputum.
6. Kultur darah.
7. Pemeriksaan serologi.
8. Pemeriksaan antigen.
9. Tes invasif ( Bronskopi, aspirasi jarum transtoraka, biopsy paru terbuka dan
thorakoskopi).(Rani, 2006:92)
2.8 PENATALAKSANAAN
2. Penatalaksanaan terapeutik
b. Istirahat.
d. Mengontrol suhu.
2.9 KOMPLIKASI
2.10 Pencegahan
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Identitas.
Riwayat Keperawatan.
1) Keluhanutama.
Biasanya anak sangat gelisah, terjadi dispnea, pernapasan cepat dan dangkal,
diserai adanya pernapasan cuping hidupng, serta sianosis disekitar hidung &
mulut. Kadang disertai muntah serta diare, tinja berdarah dengan atau tanpa
adanya lendir, dan anoreksia
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Bronkopneumonia umumnya didahului oleh infeksi saluran pernapasan pada
bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh bisa saja meningkat sangat
mendadak mencapai 39-40oC dan kadang pula disertai adanya kejang akibat
demam yang tinggi.
3) Riwayat penyakit dahulu.
Biasanya pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan menurunnya
sistem imun
4) Riwayat kesehatan keluarga.
Apabila ada anggota keluarga yg menderita penyakit ispa mka keluarga lain dapat
tertular.
5) Riwayat kesehatan lingkungan.
Pneumonia umumnya sering terjadi pada musim hujan dan awal musim semi.
Selain itu pemeliharaan kesehatan & kebersihan lingkungan yg kurang juga dapat
menyebabkan anak menderita sakit.
6) Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap sangat beresiko tinggi untuk
mendapat penyakit ispa atas atau bawah lantaran sistem pertahanan tubuh yang
tidak cukup kuat untuk dapat melawan infeksi sekunder.
Pemeriksaan persistem.
1) Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.
2) Sistem pernapasan.
Adanya sesak napas, retraksi dada, pernapasan cuping hidung, , takipnea, ronki,
wheezing, batuk produktif atau non produktif, pernapasan tidak teratur/ireguler,
pergerakan dada asimetris, perkusi redup pada daerah terjadinya konsolidasi,
terdapat adanya sputum/sekret.
3) Sistem pencernaan.
Anak biasanya malas minum/makan, muntah, berat badan mengalami penurunan,
lemah.
4) Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin belum bisa
memahami mengenai alasan anak menderita diare sampai terjadi adanya dehidrasi
(ringan sampai berat).
5) Sistem saraf.
Biasanya anak mengalami demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan
menangis terus pada anak-anak atau malas minum.
10
6) Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
7) Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan atau masalah.
8) Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral hangat,
kulit kering.
9) Sistem penginderaan.
Tidak ada masalah attau kelainan.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, perubahan pola nafas, kerusakan
pertukaran gas berhubungan dengan produksi mukus pada paru dn ketidak
efektifan batuk.
3. INTERVENSI
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, perubahan pola nafas, kerusakan
pertukaran gas berhubungan dengan produksi mukus pada paru dn ketidak
efektifan batuk.
Tujuan : Bersihkan jalan nafas, pola nafas, perubahan pola nafas, kerusakan
pertukaran gas efektif dengan kriteria pernafsan spontan suara nafas Vesikuler,
frekuensi pernafasan normal (30-60 X/menit pada bayi dan 15-30 X/menit pada
anak). Tidak sesak dan tidak sianosis, batuk spontan, AGD normal (Pa O2 80 –
100 dan CO2 35 – 45).
Intervensi
1) Lakukan Auskultasi Suara 2 – 4 Jam
R/ mengetahui obstruksi pada saluran nafas dan manifestainya pada suara nafas.
2) Berikan posisi kepala lebih tinggi dari posisi badan dan kaki.
R/ Posisi klien yang tetap secara terus menerus dapat mengakibatkan akumulasi
sekret dan cairan pada lobus yang berada di bagian bawah.
5) Lakukan suction bila perlu
11
R/ pelebaran saluran nafas, sekret yang mudah keluar akan mempermudah klien
bernafas, deteksi sejauh mana kebutuhan O2 dapat diberikan dengan pemeriksaan
penunjang.
R/ istirahat yang cukup dapat mengembalikan tenaga klien secara bertahap dan
mencegah pengeluaran yang berlebihan.
2) Ciptakan lingkungan yang tenang tanpa stress