Anda di halaman 1dari 89

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kegiatan penambangan batubara telah dimulai pada tahun 1919, pada
waktu Indonesia masih berada dibawah pemerintahan Belanda. Pada tahun 1976
pemerintah Indonesia mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) tentang
pengenbangan batubara sebagai sumber energy alternative untuk pembangkit,
pabrik semen dan lainnya.
Batubara merupakan bahan galian yang strategis dan salah satu bahan
baku energy nasional yang mempunyai peran yang besar dalam pembangunan
nasional. Informasi mengenai sumber daya dan cadangan batubara menjadi hal
yang mendasar di dalam merencanakan strategi kebijaksanaan energy nasional.
Dewasa ini pemerintah tengah meningkatkan pemanfaatan batubara sebagai
energi alternative terbaik untuk keperluan domestic seperti pada sector industry
dan pembangkit tenaga listrik, maupun untuk ekspor sebagai sumber pendapatan
devisa.
Pemerintah telah melibatkan pihak swasta baik domestic maupun asing
dalam pengusahaan pengembangan batubara. Salah satunya adalah PT. Tanjung
Bunga Coal Resource yang beroperasi membantu menyuplai Batubara untuk
membantu sektor Industri dalam negeri. Dalam kegiatan Penambangan pada PT.
Tanjung Bunga Coal Resource memulai kegiatan dari Eksplorasi hingga
penggolahan hingga dapat kita ketahui sangat penting untuk mengetahui analisis
kestabilan lerengnya serta estimasi sumber daya sehingga kita dapat mngetaui
ketersiaan cadangan sehingga akirhnya dapat disimpulkan apakah kegiatan
penambangan yang dijalankan dapat mendatangkan keuntungan atau dapat
dilanjutkan atau tidak.
Permukaan tanah yang tidak selalu membentuk bidang datar atau
mempunyai perbedaan elevasi antara tempat yang satu dengan yang lain
sehingga membentuk suatu lereng (slope). Perbedaan elevasi tersebut pada
kondisi tertentu dapat menimbulkan kelongsoran lereng sehingga dibutuhkan

1|MINE PLANNING DESIGN


suatu analisis stabilitas lereng. Analisis stabilitas lereng mempunyai peran yang
sangat penting pada perencanaan konstruksi-konstruksi sipil dan Terowongan
tambang. Kondisi tanah asli yang tidak selalu sesuai dengan perencanaan yang
diinginkan misalnya lereng yang terlalu curam sehingga dilakukan pemotongan
bukit atau kondisi lain yang membutuhkan timbunan dan lain sebagainya.
Sehingga diperlukan analisis stabilitas lereng yang lebih akurat agar diperoleh
konstruksi lereng yang mantap (sesuai dengan syarat keamanan). Untuk
mendapatkan suatu nilai faktor keamanan minimum dari suatu analisis stabilitas
lereng memerlukan suatu proses coba-coba (trial and error). Pada proses trial
and error yang dilakukan secara manual akan membutuhkan waktu yang cukup
lama dan diperlukan ketelitian. Proses analisis yang cukup lama dan kurang
akurat inilah yang melatarbelakangi pembuatan sebuah program (software)
analisis stabilitas lereng. Dengan program ini diharapkan dapat mempercepat
proses analisis tersebut dan hasil perhitungan faktor keamanan yang didapatkan
lebih akurat.
PT.Tanjung Bunga Coal Resources telah melakukan kegiatan eksplorasi
di daerah Izin Usaha Pertambangan,tentang Persetujuan Penyesuaian Ijin Usaha
Pertambangan (IUP) Eksplorasi Batu bara Kepada PT. Tanjung Bunga
Resources, Luas Izin Usaha Pertambangan tersebut ialah 1.645 Ha, meliputi desa
Ebak, dan Desa Waibao Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur,
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dari hasil eksplorasi yang telah dilakukan oleh
PT. Tanjung Bunga Resources kemudian disimpulkan mengenai potensi
batubara di daerah tersebut pada sub-bab terakir yang meragkum tentang
kesimpulannya.

1.2. Tujuan
Secara umum Kegiatan Perencanaan ini bertujuan untuk :
1. Sebagai Perencanaan tambang: development, dan eksploitasi
2. Perencanaan sebagai acuan pelaksanaan kegiatan, baik acuan kerja di
lapangan, maupun acuan bagi staf manajemen di dalam kantor

2|MINE PLANNING DESIGN


3. Mengetahui Anilisis Kestabilan Lereng
4. Mengembangkan metode analisis stabilitas lereng dengan pendekatan
numerik.
5. Membuat program yang dapat membantu dalam menganalisis stabilitas
lereng secara akurat.
6. Mengetahui Cadangan bahan galian: prosedur eksplorasi, penemuan
bahan galian, perhitungan jumlah cadangan, dan kadar rata-rata
dilakukan oleh PT. Tanjung Bunga Coal Resource
7. Mengetahui Faktor geologi pada daerah tersebut seperti keberadaan
endapan, genesa, struktur, mineralogy dan petrografi.
8. Sebagai syarat yang dibuat untuk memenuhi nilai tuga besar mata kulia
MPD pada jurusan Teknik Pertambangan ,Fakultas Sains dan Teknik,
Universitas Nusa Cendana

1.3. Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan yang digunakan dalam Tugas MPD ini adalah
sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang, tujuan, dan sistematika penulisan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang dasar-dasar teori dan referensi Tugas MPD tersebut.
BAB III. METODOLOGI
Metode analisis yang digunakan adalah menggunakan Metode Irisan
(Slices method).
BAB IV. VALIDASI PROGRAM
Berisi tentang perbandingan hasil perhitungan manual yang telah ada
dengan hasil perhitungan program komputer yang kami buat sebagai
validasi program serta pembahasan terhadap hasil-hasil tersebut.
BAB V. PENUTUP

3|MINE PLANNING DESIGN


Berisi kesimpulan dari bab-bab sebelumnya serta saran-saran yang
berguna bagi perkembangan dan keberhasilan dalam analisis.

4|MINE PLANNING DESIGN


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perencanaan Tambang Batubara

2.1.1. Penaksiran Cadangan

Penaksiran cadangan merupakan salah satu tugas terpenting dan berat


tanggung jawabnya dalam mengevaluasi suatu proyek pertambangan karena
keputusan-keputusan teknis amat tergantung padanya. Model cadangan yang
dibuat adalah pendekatan dari keadaan cadangan nyata berdasarkan
data/informasi yang tersedia dan masih mengandung ketidakpastian.
Ada beberapa hal yang mendasari sehingga penaksiran cadangan
dianggap penting, antara lain :
1) Penaksiran cadangan memberikan taksiran dari kuantitas (tonase) dan
kualitas (kadar dan lain-lain) dari cadangan.
2) Penaksiran cadangan memberikan perkiraan bentuk tiga dimensi dari
cadangan serta distribusi ruang (spatial) dari nilainya. Hal ini penting
untuk menentukan urutan atau tahapan penambangan, yang pada
gilirannya akan mempengaruhi pemilihan peralatan dan Net Present
Value (NPV) dari tambang.
3) Jumlah cadangan menentukan umur tambang. Hal ini penting dalam
perancangan pabrik pengolahan dan kebutuhan infrastruktur lainnya.
4) Batas-batas kegiatan penambangan (pit limit) dibuat berdasarkan
taksiran cadangan. Faktor ini harus diperhatikan dalam menentukan
lokasi pembuangan tanah atau batuan penutup dan tailing (waste
dump dan tailing impoundment), pabrik pengolahan bijih, bengkel dan
fasilitas lainnya.
Syarat-syarat untuk dapat melaksanakan penaksiran cadangan suatu
daerah penambangan, antara lain :

5|MINE PLANNING DESIGN


1) Suatu taksiran cadangan harus mencerminkan kondisi geologis dan
karakter atau sifat dari mineralisasi.
2) Model cadangan yang akan digunakan untuk perancangan tambang harus
konsisten dengan metode penambangan dan teknik perencanaan tambang
yang akan diterapkan.
3) Taksiran yang baik harus didasarkan pada data faktual yang diolah atau
diperlakukan secara objektif.
4) Metode penaksiran yang digunakan harus memberikan hasil yang dapat
diuji ulang atau diverifikasi.
Tahap pertama setelah penaksiran cadangan selesai dilakukan adalah
memeriksa atau mengecek taksiran kadar blok (unit penambangan terkecil). Hal
ini dilakukan dengan menggunakan data pemboran (komposit data assay) yang
ada disekitarnya. Setelah penambangan dimulai, taksiran kadar dari model
cadangan harus dicek ulang dengan kadar dan tonase hasil penambangan yang
sesungguhnya.

2.1.2 Metode Penaksiran Cadangan

Prinsip utama dalam penaksiran cadangan adalah bagaimana


mendapatkan suatu nilai pengganti terbaik dari sejumlah perconto yang diambil
dari suatu badan mineral. Secara lebih spesifik kita ingin menaksir kadar pada
suatu lokasi dimana kita tidak memiliki data dengan menggunakan sejumlah
perconto yang letaknya dekat dengan lokasi tersebut.
Ada berbagai metode untuk menghitung cadangan sesuai dengan
kondisi geologi dan mineralogi endapan. Berbagai metode tersebut telah
dikembangkan dari metode konvensional (klasik) yang manual sampai metode
geostatistik dengan komputer. Metode geostatistik secara bertahap telah
menggantikan penggunaan metode konvensional. Metode geostatistik
penjelasan secara rinci tidak akan dibahas dalam kesempatan ini.
Untuk memilih salah satu di antara metode itu diperlukan beberapa
pertimbangan, yaitu analisis geologi cadangan, tujuan perhitungan cadangan,

6|MINE PLANNING DESIGN


sistem penambangan dan prinsip-prinsip dari interpretasi dan eksplorasi yang
dipakai. Metode tertentu lebih sesuai dipakai untuk endapan dengan bentuk
geometri dan distribusi kadar yang tertentu pula. Endapan dengan bentuk
geometri kompleks dan distribusi kadar yang tinggi akan lebih cocok bila
dihitung dengan Metode Krigging. Untuk endapan dengan bentuk geometri
sederhana dengan distribusi kadar atau koefisien variasi rendah akan lebih
efektif dihitung dengan metode penampang yang sederhana.
Metode-metode konvensional yang digunakan untuk perhitungan
cadangan adalah sebagai berikut :
1) Menurut G. Popov :
a. Metode rata-rata faktor dan luas
 Metode analog
 Metode blok-blok geologi
b. Metode blok-blok penambangan
 Blok terbuka pada empat sisi pekerjaan bawah tanah
 Blok terbuka pada tiga sisi pekerjaan bawah tanah
 Blok terbuka pada dua sisi pekerjaan bawah tanah
 Blok terbuka pada satu level dan perpotongan pada kedalaman
pemboran
c. Metode cross-section
 Metode standar
 Metode linear
 Metode isoline
d. Metode Analitik
 Metode triangle (segitiga)
 Metode poligon
o Penyebaran lubang bor tidak teratur
o Penyebaran lubang bor teratur
 Jaringan kerja bujur sangkar
 Grid papan catur

7|MINE PLANNING DESIGN


2) Menurut Park adalah :
a. Regular
 Included area
 Excluded area
 Semi regular
b. Irregular
 Area of influence
 Triangle grouping
 Cross-section
Berikut ini adalah uraian- uraian mengenai beberapa metoda yang biasa
diaplikasikan :
1) Metode Penampang Melintang
Penampang melintang disusun dari kombinasi antara peta garis
singkapan (cropline) batubara dengan data pemboran (log bor).
Penampang melintang per seam disusun dengan melakukan interpolasi
antar data lapisan (seam) pada setiap titik bor yang berdekatan. Garis
penampang melintang sebaiknya selalu diusahakan tegak lurus jurus
garis singkapan batubara. Penampang seam berguna untuk
memudahkan perhitungan sumberdaya sekaligus cadangan batubara
salah satunya dengan menggunakan rumus mean area. Data tersebut
juga dapat digunakan untuk menghitung cadangan tertambang dengan
memasukkan asumsi sudut lereng ke dalamnya.
Cadangan dihitung berdasarkan luas daerah batas seam pada
penampang yang bersebelahan. Volume cadangan yang dihitung adalah
volume antara dua penampang yang bersebelahan. Perhitungan volume
dilakukan menggunakan rumus mean area
V = L /2 (S1 + S2)

keterangan :

V = Volume daerah yang ditaksir (m3)

8|MINE PLANNING DESIGN


L = Jarak antar Penampang (m)
S = Luas daerah penampang batubara pertama dan kedua (ton/m3)

Selain menggunakan rumus mean area, perhitungan ini juga dapat


dilakukan menggunakan rumus kerucut terpancung, rumus prismoida
dan rumus obelisk.
Faktor tonase biasanya diperoleh untuk masing-masing material
secara empirik. Kemudian tonase untuk masing-masing penampang
dijumlahkan untuk memberikan gambaran total tonase cadangan
batubara. Perkiraan akhir untuk kualitas batubara diperoleh dengan
menghitung nilai rata-rata tertimbang (weighted average) untuk
masing-masing seam atau area perhitungan.
2) Metode Penampang Horizontal
Walaupun metode penampang vertikal telah banyak digunakan untuk
penaksiran cadangan bijih pada masa lalu, sekarang metode ini telah
banyak digantikan oleh teknik-teknik berdasar pada penggunaan
penampang horizontal.
Metode penampang horizontal pada dasarnya melakukan perhitungan
volume berdasarkan luas daerah juga. Nilai-nilai elevasi yang diperoleh
dari data pemboran dikorelasikan secara horizontal membentuk
permukaan lapisan menggunakan prinsip triangulasi atau daerah
pengaruh. Kemudian permukaan ini dihitung luasnya, dan luas
permukaannya dikalikan dengan rata-rata ketebalan lapisan untuk
memperoleh volume seam yang diinginkan.
3) Metode Triangular
Metode triangular adalah salah satu metode yang dapat digunakan
untuk menghitung cadangan batubara. Di dalam metode triangular,
masing-masing titik batas material pada lubang bor dijadikan ujung
sebuah segitiga sehingga akan dihasilkan suatu permukaan yang terdiri
dari gabungan segitiga-segitiga dan dihasilkan seam berupa prisma-

9|MINE PLANNING DESIGN


prisma segitiga yang teridiri dari dua buah segitiga yang sejajar dengan
jarak vertikal sebesar ketebalan lapisan. Jika prisma segitiga yang
terbentuk memiliki ketebalan yang tetap, maka volumenya akan sama
dengan luas daerah dikalikan dengan ketebalan, dan untuk memperoleh
tonnase, maka dikenakanlah faktor tonase yang sesuai.
4) Metode Poligon
Metode poligon merupakan metode penaksiran yang konvensional.
Metode ini umum diterapkan pada endapan-endapan yang relatif
homogen dan mempunyai geometri sederhana.
Kadar pada suatu luasan di dalam poligon ditaksir dengan nilai conto
yang berada ditengah-tengah poligon sehingga metode ini sering
disebut metode poligon daerah pengaruh (area of influence). Daerah
pengaruh dibuat dengan membagi dua jarak antara dua titik sampel
dengan satu garis sumbu. Poligon dibangun dari titik-titik pada garis
hubung dengan jarak batas terhadap pusat poligon yang selalu sama
dengan jarak batas pusat poligon disebelahnya. Di dalam poligon, kadar
diasumsikan konstan dan sama dengan kadar pada lubang bor di
dalamnya. Dalam kerangka model blok, dikenal jenis penaksiran
poligon dengan jarak titik terdekat (rule of nearest point), yaitu nilai
hasil penaksiran hanya dipengaruhi oleh nilai sampel yang terdekat.
5) Menurut U.S. Geological Survey, 1980
Perhitungan sumberdaya batubara dilakukan berdasarkan berat
batubara per unit volume, luas daerah yang melingkupi sumberdaya
yang akan dihitung, dan rata-rata ketebalan seam.
Metode ini dianggap sesuai untuk diterapkan dalam perhitungan
sumberdaya batubara yang berbentuk tabular dengan ketebalan dan
kemiringan yang relatif konsisten. Prosedur perhitungan dalam sistem
USGS adalah dengan membuat lingkaran-lingkaran (setengah
lingkaran) pada setiap titik informasi endapan batubara, yaitu
singkapan batubara dan lokasi pemboran.

10 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
Untuk batubara dengan kemiringan lapisan kurang dari 30 derajat,
daerah dalam radius lingkaran 0-400 m adalah untuk perhitungan
sumberdaya terukur dan daerah radius 400-1200 m adalah untuk
perhitungan sumberdaya terunjuk. Sedangkan untuk batubara dengan
kemiringan lebih dari 30 derajat, radius lingkaran-lingkaran dicari
harga proyeksinya ke permukaan terlebih dahulu. Tonase batubara
diperkirakan dengan rumus sebagai berikut :

A x B x C = tonase batubara

Keterangan :

A = rata-rata ketebalan seam (m)


B = berat batubara per unit volume yang sesuai (ton/m3)
C = luas daerah dasar batubara (m2)

6) Model Gridded Seam (Model Blok stratigrafi)


Dasar aplikasi teknik-teknik komputer untuk penaksiran tonase dan
kadar adalah membagi-bagi cebakan dan memvisualisasikan cebakan
sebagai kumpulan blok-blok, kemudian blok-blok inilah yang akan
diamati untuk memperkirakan tonase dan kadar. Untuk pemodelan
batubara dan cebakan-cebakan berlapis yang memiliki penyebaran
lateral biasanya digunakan model gridded seam. Secara lateral endapan
batubara dan daerah sekitarnya dibagi menjadi sel-sel yang teratur,
dengan lebar dan panjang tertentu. Adapun dimensi vertikalnya tidak
dikaitkan dengan tinggi jenjang tertentu, melainkan dengan unit
stratigrafi dari cebakan yang bersangkutan. Permodelan dilakukan
dalam bentuk puncak, dasar, dan ketebalan dari unit stratigrafi. Kadar
dari berbagai bahan galian atau variabel dimodelkan untuk setiap
lapisan.

11 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
Dalam melakukan perhitungan cadangan, parameter-parameter yang
penting adalah :
1. Ketebalan dan luas
2. Kadar dari bijih
3. Berat jenis bijih

2.1.1.1 Konsep Pengembangan


Dalam merencanakan suatu tambang batubara perlu pemahaman
mengenai Konsep Penambangan dan Perancangan Penambangan yang benar
untuk suatu tambang terbuka batubara. Hal ini menjadi penting karena penataan
lahan bekas tambang seharusnya menjadi bagian perencanaan tambang.
A. Pemilihan Daerah Penambangan
Pemilihan daerah penambangan tentunya harus didasarkan pada hasil
Kajian Geologi Tambang akan diperoleh daerah penambangan tersebut.
Beberapa faktor yang menyebabkan suatu daerah dapat dikatagorikan potensial
adalah :
a. Penyebaran batubara yang merata.
b. Jumlah cadangan yang besar.
c. Lapisan batubara yang tebal.
d. Kualitas batubara yang baik.
e. Perhitungan cadangan tertambang pada daerah tambang tersebut
dapat menghasilkan nisbah kupas yang bervariasi. Besarnya
nisbah kupas pada tambang-tambang ini disebabkan antara lain
oleh kondisi topografi dan hilangnya penyebaran lapisan batubara
pada daerah tersebut.
f. Oleh karena itu daerah yang mempunyai nisbah kupas > 12 : 1
dianggap tidak ekonomis untuk ditambang saat ini. Lapisan
penutup di atas lapisan batubara maupun antara lapisan batubara
pada umumnya terdiri dari siltstone, mudstone kadang-kadang
dengan sisipanshally coal dan sandstone.

12 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
g. Kemiringan lapisan batubara berkisar antar 8 – 35 derajat.
B. Tahapan Penambangan
Terdapat dua pendekatan rancangan tambang terbuka yaitu :
a. Mempertimbangkan persoalan tahapan pemindahan material per
blok untuk memenuhi produksi.
b. Mempertimbangkan pemindahan material yang berhubungan
sangat erat dengan peralatan yang digunakan.
Pada tambang terbuka daerah penambangan cukup luas sehingga
memungkinkan pemakaian alat-alat yang besar. Dalam pemilihan metoda
penambangan perlu memperhatikan pertimbangan teknis yang didasarkan atas :
a. Faktor geografi dan geologi
b. Lokasi :penentuan pemakaian alat penambangan
c. Curah hujan, temperatur, iklim dan ketinggian akan berpengaruh
terhadap produktifitas alat.
d. Faktor geologi yang berpengaruh seperti keadaan permukaan,
jumlah lapisan batubara, kemiringan batubara, dan ketebalan
tanah penutup.
e. Ukuran dan distribusi lapisan batubara
f. Ketersediaan peralatan dan kesesuaian dengan peralatan lain
g. Geoteknik
h. Umur tambang
i. Produksi
j. Sistem Penambangan Batubara

Kegiatan-kegiatan dalam tambang batubara terbuka meliputi :


a. Persiapan daerah penambangan
b. Pemboran dan peledakan atau penggaruan
c. Pengupasan dan pembuangan tanah penutup
d. Pemuatan dan pembuangan tanah penutup
e. Reklamasi

13 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
f. Teknik penambangan pada umumnya sangat dipengaruhi oleh
kondisi geologi dan topografi daerah yang akan ditambang.
Kegiatan penambangan selalu menimbulkan pengaruh terhadap
lingkungan, oleh karena itu dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam
penambangan harus mengetahui/mengerti akibat-akibat yang mungkin akan
ditimbulkan dari kegiatan-kegiatan tersebut, sehingga dapat diusahakan dampak
negatif yang sekecil mungkin.
Contoh jenis peralatan tambang dan peralatan bantu utama yang akan
digunakan dalam sistem penambangan seperti yang telah diuraikan di atas adalah
seperti yang terlihat pada Tabel 2.1

Tabel 2. 1.Contoh Peralatan Tambang Yang Diperlukan Berdasarkan Aktivitas

(Laporan Akhir Proyek Bina Pertambangan, ITB, 2000)

Aktivitas Peralatan/Bahan
Buldoser dengan single shank
Pembongkaran, penggaruan, dan
(giant) ripper dan double
penggusuran
shank ripper
- Alat bor : CRD dan
Kompresor
- Bahan peledak : ANFO
(bahan peledak utama) dan
Pemboran dan peledakan Power Gel (primer)
- - Alat bantu peledakan :
NONEL, sumbu ledak,
sumbu api, plain
detonator.
Penggalian dan pemuatan Shovel dan backhoe
Pengangkutan Truk jungkit

14 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
C. Cadangan Tertambang
Seperti telah dijelaskan dalam Kajian Geologi Tambang, perhitungan
cadangan tertambang dilakukan dengan perhitungan dilakukan dengan metode
penampang atau metode lainnya.

D. Strategi Penambangan
Perancangan penambangan pada daerah tambang pada umumnya
dilakukan berdasarkan batasan nisbah kupas.

2.1.1.2 Perancangan Penambangan

A. Rencana Produksi
Semua perusahaan tambang merencanakan beroperasi dengan tingkat
produksi batubara per tahun. Produksi tahun ke-1 biasanya lebih kecil dari tahun-
tahun berikutnya. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa pada tahun
awal penambangan selain kegiatan penambangan juga diperlukan berbagai
kegiatan lainnya seperti persiapan permuka kerja, pembuatan jalan ke outside
dump, dan lain sebagainya.
Rencana produksi untuk setiap tahun memperhatikan pengaruh curah
hujan terhadap produksi batubara.
Rencana produksi bertahap seperti yang dijelaskan di atas selanjutnya
menjadi panduan untuk menentukan batas kemajuan penambangan setiap tahun.
1. Kriteria Penambangan
Kriteria penambangan pada umumnya dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor berikut :
a. Faktor struktur geologi
b. Faktor geoteknik
c. Faktor hidrologi dan hidrogeologi
d. Data dan asumsi yang digunakan dalam perhitungan :
1) Waktu kerja
2) Sifat fisik material

15 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
3) Efisiensi kerja peralatan
B. Rancangan Penambangan
1) Permuka kerja penambangan
Permuka kerja penambangan adalah medan kerja di mana kegiatan
penggalian/penambangan batubara sedang berlangsung. Satu
permuka kerja membutuhkan satu armada peralatan tambang yang
terdiri dari satu unit alat gali-muat dengan beberapa unit alat angkut
dan dibantu satu unit alat garu-dorong. Dalam satu pit
penambangan mungkin terdapat satu atau lebih permuka kerja. Jika
pit cukup luas dan dengan alasan kebutuhan produksi maka
beberapa permuka kerja dapat beroperasi secara bersamaan.
Banyaknya permuka kerja yang harus beroperasi dalam
penambangan ditentukan oleh jumlah armada peralatan
penambangan batubara yang dibutuhkan berdasarkan target
produksi.
2) Batas penambangan
Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan batas tambang
terbuka adalah batas Kuasa Pertambangan (KP) Eksploitasi,
penyebaran lapisan batubara, dimensi lereng aman, rencana
produksi, nisbah kupas, aliran sungai, dan jalan negara yang
melewati tambang tersebut.
Penentuan batas lereng akhir tambang juga mengacu pada nisbah
kupas dan dimensi maksimum lereng yang aman berdasarkan
rekomendasi Kajian Geoteknik. Rencana produksi akan
menentukan batas pit yang akan ditambang setiap tahun dengan
nisbah kupas tertentu.
Batas penambangan tiap semester/tahun baik ke arah lateral (luas
bukaan tambang) maupun vertikal (posisi lantai tambang)
diwujudkan dalam peta kemajuan tambang tiap tahun.

16 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
3) Arah dan urutan penambangan
Arah kemajuan penambangan adalah dari daerah singkapan ke arah
tegak lurus jurus lapisan batubara sampai lereng akhir
penambangan, kemudian bergerak maju ke daerah penambangan
tahun berikutnya mengikuti penyebaran lapisan batubara.
Pemilihan urut-urutan penambangan terutama didasarkan pada
pertimbangan teknis operasional serta cadangan yang ada
4) Kegiatan Penambangan
Penambangan batubara biasanya dilakukan dengan
siklus konvensional yaitu menggunakan kombinasi
peralatan shovel/ backhoe dan truk jungkit serta buldoser. Metode
ini mempunyai fleksibilitas dan selektivitas dalam penggalian,
serta ketersedian alat baik jenis maupun ukuran di pasaran.
Operasi penambangan setiap tahunnya terdiri kegiatan
pembersihan lahan yang dilaksanakan terlebih dahulu, kemudian
diikuti dengan penggalian/ pemberaian, pemuatan dan
pengangkutan yang dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan.
Artinya, sementara kegiatan pembersihan lahan terus berlangsung
dan setelah luas lahan yang dibersihkan cukup dan aman untuk
tempat kerja alat gali, maka kegiatan penggalian/pemberaian dapat
segera dimulai. Kegiatan ini diikuti dengan kegiatan pemuatan dan
pengangkutan, baik untuk batubara maupun lapisan penutup.
5) Pembersihan lahan
Untuk menyediakan tempat kerja bagi alat gali-muat dan alat
angkut perlu dilakukan pembersihan lahan. Pembersihan lahan ini
dilakukan terhadap vegetasi/pohon-pohon yang terdapat di sekitar
daerah operasi penambangan dengan menggunakan buldoser.
6) Penanganan tanah pucuk
Pertimbangan penanaman kembali daerah bekas tambang untuk
mengurangi kerusakan lingkungan (reklamasi) memerlukan suatu

17 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
strategi untuk penanganan tanah pucuk. Tanah pucuk ini nantinya
akan disebar pada bagian teratas dari tumpukan lapisan penutup,
baik di lokasioutside dump maupun di lokasi backfilling.
Tanah pucuk akan dikupas dan dimuat ke dalam truk jungkit
dengan menggunakan alat muat kemudian diangkut ke lokasi
penimbunan dan langsung disebar di atas timbunan lapisan
penutup, kecuali pada awal penambangan karena belum ada
timbunan lapisan penutup maka tanah pucuk akan ditumpuk di
dekat lokasi outside dump sebelum disebar di atas timbunan
lapisan penutup.
7) Penggalian/pemberaian, pemuatan dan pengangkutan lapisan
penutup
Seperti telah diuraikan sebelumnya, teknik penggalian yang
direkomendasikan adalah :
a. Penggalian bebas untuk tanah pucuk
b. Penggaruan untuk batubara, mudstone,
sebagian sandstone dan siltstone
c. Peledakan untuk sebagian batuan keras, bila ada.
Oleh sebab itu penanganan lapisan penutup (overburden dan
interburden) akan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
 Penggalian/pemberaian
 Pemuatan
Pemuatan lapisan penutup ke dalam alat angkut baik dari
hasil penggaruan maupun hasil peledakan adalah
menggunakan alat muat.
 Pengangkutan
Pengangkutan lapisan penutup ke lokasi penimbunan
adalah menggunakan truk jungkit.

18 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
8) Penggalian/pemberaian, pemuatan dan pengangkutan batubara
Pada umumnya penanganan lapisan batubara akan dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
a. Penggaruan
b. Penggaruan batubara dengan menggunakan buldoser yang
dapat dilengkapi dengan single/double shank ripper.
c. Pemuatan
d. Pemuatan batubara ke dalam alat angkut menggunakan alat
muat.
e. Pengangkutan
f. Pengangkutan lapisan batubara ke ROM
stockpile menggunakan truk jungkit (rigid truck).
9) Jalan tambang
Yang dimaksud dengan jalan tambang adalah jalan yang
menghubungkan permuka kerja dengan lokasi ROM stockpile dan
lokasi penimbunan lapisan penutup. Jalan tambang disiapkan untuk
untuk dua jalur pengangkutan truk jungkit.
10) Perencanaan penimbunan lapisan penutup
Dalam perencanaan penimbunan lapisan penutup, penimbunan di
lokasi outside dump hanya akan dilaksanakan sampai tersedianya
daerah bekas penambangan yang cukup luas untuk dapat
melaksanakan backfilling. Cara seperti ini selain mengurangi biaya
produksi (karena jarak angkut lapisan penutup berkurang) juga
mengurangi kerusakan lingkungan akibat bekas penambangan.
Dengan backfilling lubang-lubang bekas tambang diisi kembali
sehingga persiapan pelaksanaan reklamasi dapat segera berjalan.
Untuk keperluan penimbunan di luar pit ini telah dipilih lokasi
timbunan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi
penimbunan tanah adalah sebagai berikut :
a. jarak yang tidak terlalu jauh dari permuka kerja tambang

19 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
b. tidak ada cadangan batubara di bawah lokasi yang dipilih
c. tidak mengganggu daerah yang akan ditambang
d. topografi permukaan berupa lembah.
Untuk menjaga agar lereng timbunan tetap aman, perancangan
penimbunan tanah di luar pit maupun backfilling selalu mengikuti
dimensi timbunan yang telah direkomendasikan oleh Kajian
Geoteknik.
11) Kebutuhan Peralatan
Kebutuhan alat-alat tambang dihitung dengan cara membagi target
produksi per jam dengan produktivitas alat per jam. Target
produksi per jam didapatkan dengan cara membagi target produksi
per tahun dengan jam kerja efektif alat per tahun.
Peralatan tersebut dapat dikelompokkan menjadi peralatan
tambang utama dan peralatan penunjang.

2.1.1.3 Aplikasi SURPAC


SURPACmerupakan salah satu perangkat lunak terpadu yang dirancang
khusus untuk industri pertambangan. SURPACmerupakan inti dari sistem
SURPACmeliputi sistem dasar dari program, bahasa pemrograman, struktur
data, library, alat-alat dan modul-modul yang merupakan bagian perangkat
lunak SURPAC. Komponen-komponen SURPAC meliputi :
- Menu
Grup menu berfungsi pada saat diaktifkan modul tertentu, misalnya
modul Block Modul.

- Toolbar
Toolbar adalah sekumpulan ikon yang berhubungan dengan fungsi
tertentu. Ikon merepresentasikan salah satu fungsi yang ada pada grup
menu.

20 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
- Navigator
Navigator berfungsi seperti Windows Explorer. Melalui navigator, kita
bisa mengelola file yang ada, menyalin file, membubuhkan file, membuat
folder baru dan lain-lain.
- Preview Pane
Preview pane menampilkan data string tanpa harus membukanya ke
dalam jendela grafis.
Tampilan Surpac memiliki 10 area berbeda:
1. Menu
2. Toolbar
3. Navigator
4. Preview pane
5. Legend pane
6. Graphic
7. Properties pane
8. Layers pane
9. Status bar
10. Message window

Data2 di surpac
a. String merupakan data kumpulan koordinat / data lapangan tanpa ada
database (x,y,z)point garis segment format *.str
b. DTM : Digital Terrin Modeling format *.dtm hasil pengolahan dari
data string berupa surface
c. Geological database format *.ddb bentuk data titik bor berupa tabel
dan visual
d. Survey daabase format *.sdb hasil pengukuran dilapangan memiliki
database berupa tabel seperti x, y, z, lokasi, surveyor, tgl pengukuran.
e. Block Model format *.mdl berisi informasi spasial dan database.
f. Plotfile format *.dwf layout

21 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
g. Macros format *.tcl sebuah program yang dibuat untuk mempercepat
proses pengolahan
h. Plugins bentuk data yang di support oleh surpac misal AutoCAD,
ArcGIS
i. Styles File format *.ssi untuk merubah warna dan jenis objek bukan
data tapi settingan
Format Data String
Format file yang umum digunakan untuk menyimpan informasi dalam
Surpac berupa file string (*.str). Sebuah file string berisi informasi koordinat
sebuah titik atau lebih, dan deskripsi titik-titik tersebut. Sangat penting untuk
memahami bagaimana aturan-aturan sebuah data untuk disimpan dalam sebuah
file string, agar pekerjaan menjadi lebih efektif. Data dalam file string
diklasifikasikan menjadi:
a. Point (titik);
b. Segment (garis); dan
c. String (polyline).
Setiap titik dalam sebuah file string dikelompokkan pada sebuah segmen,
barU kemudian merupakan kumpulan data string. Jenis-jenis string adalah
sebagai berikut:
a. String terbuka (open);
b. String tertutup (closed); dan
c. Spot height.
Titik, segment dan string dapat memiliki sebuah atau lebih informasi
deskriptif yang berhubungan dengannya, tersimpan dalam kolom deskripsi.
Kolom deskriptif diberi nama sesuai urutannya, D1, D2, D3 dan seterusnya.
String, segment dan titik diidentifikasikan berdasarkan nomor uniknya

2.2. Stabilitas Lereng


Suatu permukaan tanah yang miring yang membentuk sudut tertentu
terhadap bidang horisontal disebut sebagai lereng (slope). Lereng dapat terjadi

22 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
secara alamiah atau dibentuk oleh manusia dengan tujuan tertentu. Jika
permukaan membentuk suatu kemiringan maka komponen massa tanah di atas
bidang gelincir cenderung akan bergerak ke arah bawah akibat gravitasi. Jika
komponen gaya berat yang terjadi cukup besar, dapat mengakibatkan longsor
pada lereng tersebut. Kondisi ini dapat dicegah jika gaya dorong (driving force)
tidak melampaui gaya perlawanan yang berasal dari kekuatan geser tanah
sepanjang bidang longsor seperti yang diperlihatkan pada gambar berikut

Gambar 2. 1 Kelongsoran Lereng

Bidang gelincir dapat terbentuk dimana saja di daerah-daerah yang


lemah. Jika longsor terjadi dimana permukaan bidang gelincir memotong lereng
pada dasar atau di atas ujung dasar dinamakan longsor lereng (slope failure)
seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.2. Lengkung kelongsoran disebut
sebagai lingkaran ujung dasar (toe circle), jika bidang gelincir tadi melalui ujung
dasar maka disebut lingkaran lereng (slope circle). Pada kondisi tertentu terjadi
kelongsoran dangkal (shallow slope failure) seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.2. Jika longsor terjadi dimana permukaan bidang gelincir berada agak

23 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
jauh di bawah ujung dasar dinamakan longsor dasar (base failure) seperti pada
Gambar 2.2. Lengkung kelongsorannya dinamakan lingkaran titik tengah
(midpoint circle) (Braja M. Das, 2002). Proses menghitung dan membandingkan
tegangan geser yang terbentuk sepanjang permukaan longsor yang paling
mungkin dengan kekuatan geser dari tanah yang bersangkutan dinamakan
dengan Analisis Stabilitas Lereng (Slope Stability Analysis).

2.2.1. Parameter Tanah/Batuan


Untuk analisis stabilitas lereng diperlukan parameter tanah/batuan :
1. Kuat geser
Kuat geser terdiri dari kohesi (c) dan sudut geser dalam ( φ ). Untuk
analisis stabilitas lereng untuk jangka panjang digunakan harga
kuat geser efektif maksimum (c’ , φ ’). Untuk lereng yang sudah
mengalami gerakan atau material pembentuk lereng yang
mempunyai diskontinuitas tinggi digunakan harga kuat geser sisa
(cr = 0; φ r). ƒ
2. Berat Isi
Berat isi diperlukan untuk perhitungan beban guna analisis
stabilitas lereng. Berat isi dibedakan menjadi berat isi asli, berat isi
jenuh, dan berat isi terendam air yang penggunaannya tergantung
kondisi lapangan.
Salah satu penerapan pengetahuan mengenai kekuatan geser
tanah/batuan adalah untuk analisis stabilitas lereng. Keruntuhan
geser pada tanah atau batuan terjadi akibat gerak relatif
antarbutirnya. Oleh sebab itu kekuatannya tergantung pada gaya
yang bekerja antarbutirnya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kekuatan geser terdiri atas :
 Bagian yang bersifat kohesif, tergantung pada macam
tanah/batuan dan ikatan butirnya.

24 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
 Bagian yang bersifat gesekan, yang sebanding dengan tegangan
efektif yang bekerja pada bidang geser
Kekuatan geser tanah dapat dinyatakan dengan rumus :
S = C’ + ( τ - µ ) tan φ (2.1)
dimana :
S = kekuatan geser
τ = tegangan total pada bidang geser
µ = tegangan air pori
C’= kohesi efektif
φ = sudut geser dalam efektif

Gambar 2. 2.Kekuatan geser tanah/ batuan

Analisis stabilitas lereng pada dasarnya dapat ditinjau sebagai


mekanisme gerak yang terletak pada bidang miring. Benda akan tetap pada
posisinya jika gaya penahan R yang terbentuk oleh gaya geser antara benda
dan permukaan lereng lebih besar dibandingkan dengan gaya gelincir T dari
benda akibat gaya gravitasi. Sebaliknya benda akan tergelincir jika gaya
penahan R lebih kecil dibanding dengan gaya gelincir T. Secara skematik
terlihat pada Gambar 2.3. Secara matematis stabilitas lereng dapat
diformulasikan sebagai :
seimbang
FK = R/ T

25 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
dimana
FK = faktor keamanan
R = gaya penahan
T = gaya yang menyebabkan gelincir
Jika
FK < 1 benda akan bergerak
FK = 1 benda dalam keadaan FK > 1 benda akan diam

Gambar 2. 3.Keseimbangan benda pada bidang mi

2.2.2 Angka Keamanan (Safety Factor)


Mengingat lereng terbentuk oleh banyaknya variabel dan banyaknya
faktor ketidakpastian antara lain parameter-parameter tanah seperti kuat geser
tanah, kondisi tekanan air pori maka dalam menganalisis selalu dilakukan
penyederhanaan dengan berbagai asumsi. Secara teoritis massa yang bergerak
dapat dihentikan dengan meningkatkan kekuatan gesernya. Hal yang perlu
dipertimbangkan dalam penentuan kriteria faktor keamanan adalah resiko yang
dihadapi, kondisi beban dan parameter yang digunakan dalam melakukan
analisis stabilitas lereng. Resiko yang dihadapi dibagi menjadi tiga yaitu : tinggi,
menengah dan rendah. Tugas seorang engineer meneliti stabilitas lereng untuk

26 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
menentukan faktor keamanannya. Secara umum, faktor keamanan dapat
dijelaskan sebagai berikut :

FK = τf /τd
Dimana :
FK = angka keamanan terhadap kekuatan tanah.
τf = kekuatan geser rata-rata dari tanah.
τd = Tegangan geser rata-rata yang bekerja sepanjang bidang
longsor.
Kekuatan geser suatu lahan terdiri dari dua komponen, friksi dan
kohesi, dan dapat ditulis,
τ f = c + σ tan φ
dimana,
c = kohesi tanah penahan
φ = sudut geser penahan
σ = tegangan normal rata-rata pada permukaan bidang longsor.

27 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
Tabel 2. 2.
Keamanan Minimum Stabilitas Lereng

Resiko tinggi jika ada konsekuensi terhadap manusia cukup besar (ada
pemukiman), dan atau bangunan sangat mahal, dan atau sangat penting. Resiko
menengah bila ada konsekuensi terhadap manusia tetapi sedikit (bukan
pemukiman), dan atau bangunan tidak begitu mahal dan atau tidak begitu

28 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
penting.Resiko rendah bila tidak ada konsekuensi terhadap manusia dan
terhadap bangunan (sangat murah) (SKBI-2.3.06, 1987).
Kekuatan geser maksimum adalah harga puncak dan dipakai apabila
massa tanah/batuan yang potensial longsor tidak mempunyai bidang
diskontinuitas (perlapisan, rekahan, sesar dan sebagainya) dan belum pernah
mengalami gerakan.Kekuatan residual dipakai apabila :
a. massa tanah/batuan yang potensial bergerak mempunyai bidang
diskontinuitas, dan atau
b. (ii) pernah bergerak (walaupun tidak mempunyai bidang
diskontinuitas) (SKBI-2.3.06, 1987).

2.1.3. Analisis Stabilitas Lereng


Pada umumnya analisis stabilitas lereng dapat dibagi menjadi dua
kelompok besar yaitu :
a. Prosedur Massa (Mass Procedure)
Pada cara analisis ini massa tanah yang berada di atas bidang gelincir
diambil sebagai satu kesatuan. Prosedur ini berguna bila tanah yang
membentuk lereng dianggap homogeny (Braja M. Das, 2002). ƒ
b. Metoda Irisan (Method of Slice)
Pada cara analisis ini tanah yang ada di atas bidang gelincir dibagi
menjadi beberapa irisan-irisan parallel tegak. Stabilitas dari tiap-tiap
irisan dihitung secara terpisah. Metode ini lebih teliti karena tanah yang
tidak homogen dapat juga dimasukkan dalam perhitungan (Braja M. Das,
2002).

2.1.3.1. Prosedur Massa (Mass Procedure) : Stabilitas Lereng pada Tanah


Lempung Homogen dengan φ = 0
Pada cara analisis ini kekuatan geser dalam keadaan air pori dijaga tidak
mengalir keluar (undrained) dari tanah dianggap tetap yaitu τf = cu. Untuk
membuat analisis stabilitas dapat memilih suatu bidang gelincir percobaan AED

29 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
yang merupakan busur lingkaran berjari-jari = r. Pusat lingkaran terletak pada
O.
Dengan memperhatikan satu satuan tebal yang tegak lurus pada bagian
yang ditinjau, maka berat tanah yang berada di atas lengkung (kurva) AED dapat
diketahui melalui W = W1 + W2, dengan (Braja M. Das, 2002) :
W1 = (luasan FCDEF) × (γ)
Atau
W2 = (luasan ABFEA) × (γ)
Momen gaya terhadap titik O yang menyebabkan ketidakstabilan lereng
adalah :
M d = W1l1 – W2l2
dengan l1 dan l2 adalah lengan momen.

Gambar 2. 4.Analisis stabilitas lereng pada tanah lempung yang homogen φ = 0

2.1.3.2 Metode Irisan (Method of Slice)


Analisis stabilitas dengan menggunakan metode irisan dapat dijelaskan
dengan Gambar (2.5), dimana busur AC adalah sebuah lengkungan dari

30 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
lingkaran yang menunjukkan permukaan bidang longsor. Tanah yang berada di
atas bidang.
Longsor dibagi menjadi beberapa irisan tegak. Lebar dari setiap irisan
tidak harus sama. Dengan meninjau satu satuan tebal tegak lurus irisan melintang
lereng seperti Gambar (2.5), gaya-gaya yang bekerja pada irisan tertentu (irisan
no. n) ditunjukkan pada Gambar (2.6). Wn adalah berat irisan.
Gaya-gaya Nr dan Tr adalah komponen tegak dan sejajar dari reaksi R.
Pn dan Pn+1 adalah gaya normal yang bekerja pada sisi-sisi irisan. Demikian
pula, gaya geser yang bekerja pada sisi irisan adalah Tn dan Tn+1.
Secara sederhana, tegangan air pori diasumsikan nol. Gaya Pn, Pn+1, Tn
dan Tn+1 sulit untuk ditentukan. Akan tetapi kita dapat membuat suatu asumsi
pendekatan bahwa besarnya resultan dari Pn dan Tn adalah sama besar dengan
resultan dari Pn+1 dan Tn+1 dan juga garis-garis kerjanya segaris (Braja M. Das,
2002). Untuk pengamatan kesetimbangan :
N r = Wn cos αn

Gambar 2. 5.Gaya yang bekerja pada irisan nomor n

Harga αn adalah positif jika lereng bidang longsor yang merupakan sisi
bawah dari irisan, berada pada kwadran yang sama dengan lereng muka tanah

31 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
yang merupakan sisi atas dari irisan. Untuk mendapatkan angka keamanan
yang minimum yaitu angka keamanan untuk lingkaran kritis, beberapa
percobaan dibuat dengan cara mengubah letak pusat lingkaran yang dicoba.
Metode ini umumnya dikenal sebagai Metode Irisan Sederhana (Ordinary
Method of Slice) (Braja M. Das, 2002).
Untuk mudahnya, suatu lereng dalam tanah yang homogen ditunjukkan
pada Gambar (2.5) dan (2.6). Akan tetapi metode irisan dapat dikembangkan
untuk lereng yang berlapis-lapis seperti pada Gambar (2.7). Prosedur umum
dari analisis stabilitas tanah adalah sama. Tetapi ada beberapa hal yang perlu
diingat. Selama menggunakan persamaan untuk menghitung angka keamanan,
harga-harga φ dan c tidak akan sama untuk semua potongan.
Sebagai contoh, untuk potongan no. 3 (Gambar 2.9) kita harus
menggunakan sudut geser φ = φ 3 dan kohesi c = c3; serupa untuk potongan
no. 2, φ = φ 2 dan c = c2 (Braja M. Das, 2002).

Gambar 2. 6.Analisis stabilitas dengan metode irisan untuk tanah yang berlapis

A. Fellenius
Cara ini dapat dipakai pada lereng-lereng dengan kondisi isotropis, non
isotropis dan berlapis-lapis. Massa tanah yang bergerak diandaikan terdiri atas

32 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
beberapa elemen vertikal. Lebar elemen dapat diambil tidak sama dan
sedemikian sehingga lengkung busur di dasar elemen dapat dianggap garis lurus
(SKBI2.3.06, 1987). Berat ”total” tanah/batuan pada suatu elemen (Wt) temasuk
beban luar yang bekerja pada permukaan lereng (Gambar 2.10 dan 2.11). Wt
diuraikan dalam komponen tegak lurus dan tangensial pada dasar elemen.
Dengan cara ini pengaruh gaya T dan E yang bekeja di samping elemen
diabaikan. keamanan adalah perbandingan momen penahan longsoran dengan
penyebab longsor.
Pada Gambar 2.7 momen tahanan geser pada bidang longsoran adalah
(SKBI-2.3.06, 1987) :
M penahan = R . r
dimana R adalah gaya geser dan r adalah jari-jari bidang longsoran. Tahanan
geser pada dasar tiap elemen adalah :
R = S. l = l ( c’ + σ tan φ ’) ; σ = Wt cos α
1
Momen penahan yang ada sebesar :
Mpenahan = r ( c’ l + Wt cos σ tan φ ’)
Komponen tangensial Wt bekerja sebagai penyebab longsoran
menimbulkan momen penyebab :
M penyebab = ( Wt sin α ) . r
Faktor keamanan dari lereng menjadi :

33 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
Gambar 2. 7.Sistem gaya pada cara Fellenius

B. Bishop
Cara analisis yang dibuat oleh A.W. Bishop (1955) menggunakan cara
elemen dimana gaya yang bekerja pada tiap elemen ditunjukkan seperti pada
Gambar 2.8 Persyaratan keseimbangan yang diterapkan pada elemen yang
membentuk lereng tersebut. Faktor keamanan terhadap keruntuhan didefinisikan
sebagai perbandingan kekuatan geser maksimum yang dimiliki tanah di bidang
longsoran (Stersedia) dengan tahanan geser yang diperlukan untuk
keseimbangan (Sperlu) (SKBI-2.3.06, 1987).

34 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
Gambar 2. 8.Persyaratan keseimbangan

Dengan FK = Faktor keamanan menurut cara ini menjadi tidak sesuai


dengan kenyataan, terlalu besar, bila sudut negatif (-) di lereng paling bawah
mendekati 30˚. Kondisi ini bisa timbul bila lingkaran longsor sangat dalam atau
pusat rotasi yang diandaikan berada dekat puncak lereng. Faktor keamanan yang
diperoleh dengan cara ini lebih besar daripada dengan cara Fellenius (SKBI-
2.3.06, 1987).

35 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
BAB III
METODOLOGI

3.1. Metode Perkiraan Cadangan


Cadangan batubara (coal reserves) merupakan hal penting dalam
menentukan
penambangan endapan dengan ekonomis. Tingkat kepastian cadangan
terestimasi menentukan resiko kelayakan ekonomi tambang dan garansi bagi
pengembalian modal (capital investment). Estimasi sumberdaya batubara (coal
resources) dan cadangan meliputi klasifikasi (kategorisasi) dari kalkulasi
sumberdaya batubara dan cadangan.
Perhitungan cadangan ini merupakan hal yang paling vital dalam kegiatan
eksplorasi. Perhitungan yang dimaksud di sini dimulai dari sumberdaya sampai
pada
cadangan yang dapat di tambang yang merupakan tahapan akhir dari proses
eksplorasi. Hasil perhitungan cadangan tertambang kemudian akan digunakan
untuk
mengevaluasi apakah sebuah kegiatan penambangan yang direncanakan layak
untuk
di tambang atau tidak. Adapun metode perhitungan cadangan antara lain :
a. Metode Cross Section
Masih sering dilakukan pada tahap-tahap paling awal dari perhitungan.
Hasil
perhitungan secara manual ini dapat dipakai sebagai alat pembanding
untuk
mengecek hasil perhitungan yang lebih canggih dengan menggunakan
komputer.
b. Metode Isoline (Metode Kontur)
Metoda ini dipakai untuk digunakan pada endapan bijih dimana
ketebalan dan kadar

36 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
mengecil dari tengah ke tepi endapan. Volume dapat dihitung dengan
cara
menghitung luas daerah yang terdapat di dalam batas kontur, kemudian
mempergunakan prosedur-prosedur yang umum dikenal.
c. Metode Model Blok (Grid)
Aspek yang paling penting dalam perhitungan cadangan adalah metode
penaksiran, terdapat bermacam-macam metode penaksiran yang bisa
dilakukan yaitu metode klasik yang terdiri dari NNP (Neighborhood
Nearest Point) dan IDW (Inverse Distance Weighting) serta metode non
klasik yaitu penaksiran dengan menggunakan Kriging. Metode Kriging
adalah yang paling baik dalam hal ketepatan penaksirannya
(interpolasi), metode ini sudah memasukkan aspek spasial (posisi) dari
titik referensi yang akan digunakan untuk menaksir suatu titik tertentu.
d. Metode Poligon (area of influence)
Metoda poligon ini merupakan metoda perhitungan yang konvensional.
Metoda ini umum diterapkan pada endapan-endapan yang relatif
homogen dan mempunyai geometri yang sederhana. Kadar pada suatu
luasan di dalam poligon ditaksir dengan nilai conto yang berada di
tengah-tengah poligon sehingga metoda ini sering disebut dengan
metoda poligon daerah pengaruh (area of influence). Daerah pengaruh
dibuat dengan membagi dua jarak antara dua titik contoh dengan satu
garis sumbu

3.2. Penjelasan Alur Program

1. Pemodelan bentuk lereng


Mendesain geometri lereng dengan pendekatan desain secara teknis
disertai dengan koordinat masing-masing titik yaitu Titik 1 (x1, y1), Titik 2
(x2, y2), Titik 3 (x3, y3), Titik 4 (x4, y4).Seperti terlihat pada Gambar 3.1
berikut.

37 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
Gambar 3. 1.Pendekatan teknis lereng

2. Pembacaan data

Pembacaan data dari parameter desain yaitu propertis tanah :


a. γ tanah, c kohesi tanah, φ sudut geser tanah masing-masing lapisan
tanah.
b. Jumlah lapisan tanah beserta tebal lapisan (D) tiap lapis tanah.

3. Menentukan daerah pusat rotasi.

Daerah pusat rotasi ditentukan yaitu daerah ( n m× ) dimana panjang n


sama dengan H yaitu kedalaman lereng dari permukaan hingga lapisan terakhir
atau lapisan dasar. Sedangkan m sama dengan jarak horisontal antara titik 2
sampai dengan 4. Penentuan daerah pusat rotasi ini berdasarkan hasil
perhitungan-perhitungan FK yang sudah ada sebelumnya baik dari literatur
maupun perhitungan manual yaitu dengan memperhatikan daerah-daerah yang
kemungkinannya tinggi sebagai pusat rotasi lingkaran longsor.

38 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
Gambar 3. 2.Menentukan daerah pusat rotasi

4. Menentukan titik pusat rotasi P(xpusat, ypusat).

Penentuan titik pusat rotasi lingkaran longsor ditentukan secara acak


oleh program komputer pada daerah yang sudah ditentukan sebanyak
kemungkinan pusat rotasi yang memenuhi batasan yang sudah ditentukan.

5. Menentukan besarnya jari-jari lingkaran longsor (R).

Jari-jari lingkaran longsor ditentukan dengan batasan-batasan sebagai


berikut : ƒ xa > x1 ƒ xb < x4 ƒ R tidak lebih panjang daripada H Secara lebih
jelas dapat dilihat pada Gambar 3.3, Gambar 3.4 dan Gambar 3.5
sebagai berikut :

39 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
Gambar 3. 3.Batasan menentukan jari-jari 1

Gambar 3. 4.Batasan menentukan jari-jari 2

40 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
Gambar 3. 5.Batasan menentukan jari-jari 3

6. Menentukan titik-titik potong bidang gelincir


Untuk menentukan titik-titik potong bidang gelincir dengan garis lereng
maupun dengan garis lapisan dengan cara membuat suatu fungsi dari persamaan
yang akan dicari titik potongnya. Misalnya dengan membuat fungsi f(x) dan
g(x). penyelesaian dari kedua fungsi tersebut merupakan titik potong dari kedua
persamaan tersebut. Jika fungsi-fungsi yang dicari penyelesaiannya merupakan
fungsi kuadrat f(x) = ax2 + bx + c maka penyelesaiannya dapat dipakai metode
eliminasi atau metode yng lain. Jika fungsinya bukan persamaan kuadrat maka
kami menyelesaikan dengan pendekatan numerik yaitu metode bagidua
(Bisection) seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya.

7. Membagi pias

Lereng yang berada di atas bidang gelincir dalam penelitian ini dibagi
menjadi seratus pias-pias tegak. Garis m1 dibagi menjadi sepuluh titik, garis m2
dan n masing-masing dibagi menjadi lima belas titik. Dari hasil analisis yang
sudah kami lakukan dengan program komputer pembagian pias dan titik ini
sudah cukup didapatkan hasil akurat. Jika menginginkan hasil yang lebih akurat

41 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
lagi dapat dilakukan dengan Pembagian yang lebih teliti. Akan tetapi program
komputer menjadi sangat berat akibat proses iterasinya yang terlalu banyak. h)
Jika ingin menghitung FK secara otomatis maka dilanjutkan dengan perhitungan
FK secara otomatis seperti pada langkah (i) dan selanjutnya. Jika ingin
menghitung FK secara manual dengan menginput xpusat, ypusat dan R.
Dilanjutkan dengan menghitung luas (A), berat tanah (W), dan panjang busur
(L) bidang longsor dari tiap-tiap pias (slice) yang secara lengkap seperti pada
langkah (j). Kemudian menghitung FK yang secara lengkap seperti pada langkah
(k).

8. Perhitungan FK
Secara otomatis dengan cara menentukan xpusat, ypusat dan R secara
coba-coba dengan syarat :
 ypusat > y1 (ypusat lebih besar dari y titik 1) ƒ
 xb > x4 ƒ
 R tidak melebihi lapisan
dasar Jika tidak memenuhi syarat maka iterasi diulang dengan mengambil
xpusat, y pusat dan R yang memenuhi syarat.

9. Perhitungan Faktor Keamanan dengan rumus :

10. Menampilkan FK minimum.

11. Selesai.

42 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
BAB IV
VALIDASI PROGRAM

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa hasil dari penelitian ini


adalah program komputer yang dapat digunakan untuk menganalisis stabilitas
dari suatu lereng. Oleh karena itu sebagai sebuah program komputer baru yang
nantinya akan digunakan sebagai alat bantu dalam menganalisis stabilitas lereng,
maka program ini perlu dilakukan suatu validasi. Validasi dilakukan dengan cara
membandingkan antara hasil analisis secara manual dan hasil analisis dengan
menggunakan program komputer ini. Dengan demikian diharapkan program
komputer dari hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan untuk analisis
stabilitas lereng secara aman dan dapat dipertanggungjawabkan keakuratannya
setelah melalui tahap validasi ini.

4.1. Validasi Program

4.1.1 Perhitungan Teoritis Program Dan FK manual

Dengan Hasil Perhitungan Teoritis Program ini mempunyai dua pilihan


penyelesaian yaitu penyelesaian untuk mendapatkan FK manual dan
penyelesaian untuk mendapatkan FK minimum. Program FK manual adalah
perhitungan program komputer dengan titik pusat koordinat lingkaran longsor
beserta jari-jarinya sudah ditentukan sebelumnya. Sedangkan perhitungan
program FK minimum adalah perhitungan program dengan koordinat titik pusat
dan jari-jari bidang gelincir yang dilakukan dengan iterasi untuk mendapatkan
lingkaran longsor dengan faktor keamanan minimum.
Validasi program ini dilakukan dengan cara menyelesaikan analisis
stabilitas lereng dengan menggunakan program komputer dan selanjutnya
dibandingkan dengan hasil dari analisis stabilitas lereng secara teoritis. Hasil
perhitungan dengan menggunakan program komputer dilakukan dengan
menentukan koordinat titik pusat dan jari-jari untuk mendapatkan FK manual

43 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
dan perhitungan dengan menggunakan pilihan program FK minimum untuk
mendapatkan FK minimum.
Berdasarkan gambar korelasi di atas kerjakanlah soal berikut:
Tabel 4. 1.Properties Material Analisis Kemantapan Lereng

1. Batubara diasumsikan warna hijau dan saling berselingan dengan batuan


sedimen lainnya, seperti batu pasir, lempung dan batu lanau. tugas anda
diminta:
a. Buatlah perencanaan desain geometri lereng dengan lebar 5 m,
tinggi (h) 13 m, dan slope lereng individu (°) 50°. Jenjang yang
terbentuk maksimal 90 m. apabila nilai FK yang di dapat tidak aman
maka berasumsi ke geometri yang lain. Berikan nilai dari masing-
masing geometri tersebut Hitung iterasi manual dalam metode
Bishop dan metode Fellenius dalam keadaan kering dan keadaan
jenuh ?
b. Diasumsikan dip dari semua sim batubara adalah 25° derajat,
dengan asumsi ketebalan dari semua sim adalah 2 m, hitunglah
berapa sumber daya dan cadangan yang tersedia ?

44 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
c. Dari kedua soal di atas apakah batubara di atas bila di tambang
bernilai ekonomis,. Jelaskan secara lengkap.
2. Apabila model dari Bench di atas di berikan 1 jenjang lagi apakah nilai
FK nya masih bernilai aman atau tidak, berikan penjelasan dari
pernyataan anda apabila mengatakan ia atau tidak. cari kadar batubara di
internet. Kadar batubara tiap kelompok tidak boleh sama.
Hitung Faktor Keamanan menggunakan Software Rocscience Slide
1. Pemodelan geometri lereng
Yang akan dianalisis bisa dilakukan langsung di Rocscience Slide.
Tetapi untuk memenuhi geometri sesuai dengan kondisi asli cara ini
kurang teliti. Untuk itu pemodelan dilakukan dengan software lain.
Dalam Skripsi ini pemodelan dilakukan dengan mengambil data
topografi lereng didepan FSC area yang terbaru dan dimasukkan ke
dalam software AutoCad. Untuk mempermudah menganalisis kestabilan
lereng, maka data topografi dibagi menjadi 3 section. Selanjutnya section
tersebut dimodifikasi dengan AutoCAD sesuai dengan geometri desain
yang diinginkan.
Section yang akan disajikan ke Rocscience Slide juga bisa dipersempit
hanya pada bagian yang akan dianilisis. Setelah geometri siap
selanjutnya adalah memasukkan geometri tersebut ke Rocscience Slide.
Setelah aplikasi Rocscience Slide dibuka langkah pertama adalah
membuat nama file baru. Kemudian mengambil gambar dalam format
dxf melalui langkah file-import-importdxf. Pertama kali kita harus
mengimpor external boundary atau batas paling luar dari section yang
dianalisis. Setelah itu impor material boundary. Dalam sebuah lereng bisa
terdapat beberapa jenis material. Material boundary adalah batas antar
material tersebut.

45 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
Langkah-langkah seebagai berikut:

Langkah 1

Gambar 4. 1..Membuat Permodelan Lereng Dengan AutoCad

46 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
Langkah 2

Gambar 4. 2.Tampilan setelah external boundary dan material


boundary diimpor dapat dilihat pada Slide
Langkah 3

Gambar 4. 3.Tampilan setelah external boundary dan material boundary


diimpor dapat dilihat pada Slide dan material di berikan warna yang di
pilih pada ikon properties

47 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
Langkah 4

Gambar 4. 4Tampilan setelah external boundary dan material boundary


di Autogrid

Selanjutnya k.ik Auto Grid untuk membuat grid yang memuat


kemungkinan pusat gelincir. Jika dipilih Auto Grid maka Rocscience Slide
akan membuat sebuah kota dengan kemungkinan bidang longsoran. Metode ini
adalah metode paling lengkap dan efektif. Sebenarnya ada metode lain yang
konvensional yaitu dengan menggambar sendiri kemungkinan busur
lingkarannya. Jumlah kemungkinan pusat gelincir pada kota tersebut bisa
diaturdengan memilih Grid Spacing.

48 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
Langkah 5

Gambar 4. 5.Tampilan Rocscience Slide Interpret

Metode Fellenius
Interpretasi nilai FoS Rocscience Slide Interpret adalah software
komplemen Slide yang berfungsi untuk melakukan interpretasi nilai FoS hasil
kalkulasi dengan Rocscience Slide. Ketika pertama kali dibuka dari file
Rocscience Slide yang sedang dikerjakan maka Rocscience Slide Interprentasi.
Langkah 6

Gambar 4. 6.Interpetasi hasil analisis kestabilan lereng

49 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
Langkah 7

Gambar 4. 7.Diagram gaya yang bekerja pada sebuah slice dengan


metode Fellenius

Metode Bishop
Metode analisis yang digunakan adalah metode Bishop Simplified dan
Fellenius (Ordinary). Dalam analisisnya Fellenius mengabaikan keseirnbangan
gaya di kedua sisi pias dan massa tanah yang diperkirakan akan runtuh sebagai
satu kesatuan, metode ini merupakan metode dengan prosedur paling sederhana
Serta sebagai dasar sernua metode selanjutnya. Sedangkan metode
Bishopmeniadakan sernua gaya geser antar irisan, narnun keseirnbangan gaya
horisontal diperhitungkan secara keseluruhan. Setiap section mempunyai
geometri yang berbeda dan spesifik sehingga nilai FoS untuk nilai variabel yang
sama terhadap section yang berbeda juga akan berbeda. Oleh karena itu
dilakukan analisis terhadap tiga section yang dianggap bisa mewakili lereng
sehingga akan diperoleh hasil analisis yang komprehensif.

50 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
Hasil kalkulasi nilai FoS adalah nilai FoS overall, yaitu yang bidang
gelincirnya melewati daerah yang terbebani, agar pengaruh beban dapat terlihat
dari hasil nilai FoSnya.
Langkah 8

Gambar 4. 8.Tampilan Rocscience Slide Interpret dengan metode bishop


Langkah 9

Gambar 4. 9.Interpetasi hasil analisis kestabilan lereng dengan metode


bishop

51 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
Langkah 10

Gambar 4. 10.Diagram gaya yang bekerja pada sebuah slice dengan


metode bishop
Langkah 11

Gambar 4. 11.Analisis yang dilakukan dimulai dari section 1. Nilai FoS


untuk section 1 dengan metode Fellenius dan Bishop

52 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
 Menghitung FK secara Manual
Parameter inputan yang dipakai dalam analisis (Data properties material
yang diberikan)
Material γ (kN/m³) c (kPa) φ (º)
Silistone 20,239 54,06 30,767
Claystone 1 20,190 233.95 26.086
Sandstones 20,494 273,148 20,508
Claystones 2 19,671 156,325 29,287
Coal 12,74 280 25

 Metode perhitungan analisis Bishop


1
∑𝑖=𝑛
𝑖=1 [𝑐′𝑏𝑖 + 𝑊𝑖 (1 − 𝑟𝑢 ) tan 𝜃′] (cos 𝜃 (1+tan 𝜃′ x tan θ ) / 𝐹𝐾))
𝑖 i
𝐹𝐾 =
∑𝑖=𝑛
𝑖=1 𝑊𝑖 sin 𝜃𝑖
u
𝑁2
𝐹𝐾 =
𝑁1

Perhitungan yang dilakukan dengan membagi ke dalam irisan sebanyak 25


irisan.
Besar nilai kohesi dikali lebar irisan per unit (c’bi), kemudian berat irisan per
unit dikali rasio tekanan air pori (Wiru) sehingga hasil dari c’bi dijumlahkan
dengan hasil dari (Wi-Wiru)tanθ’.
Berat irisan (kN) untuk irisan pertama dan seterusnya adalah :
295,2810; 1330,8400; 2268,8300; 3079,0700; 3446,5540; 4375,4897;
5304,4254; 6233,3611; 6543,0064; 7535,4957; 8314,1804; 9871,5498;
10650,2345; 11428,9192; 12207,6039; 12986,2886; 13764,9733;
14543,6579; 15322,3426; 16101,0273; 16879,7120; 17658,3967;
18437,0814; 19215,7661

53 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
Karena asumsi lereng dalam keadaan kering maka tekanan pori dianggap
bernilai 0 sehingga rμ = 0.
 Contoh perhitungan pada irisan 1

Untuk perhitungan manual dengan metode bishop, parameter yang


dimasukan berbeda untuk masing–masing irisan. Pada irisan 1, hanya terdapat
1 jenis material yakni siltstone. Untuk irisan ini inputan bobot isi material (γ),
kohesi (c) dan sudut geser dalam (ɸ) efektif adalah nilai masing-masing
karakteristik material ) yakni 20,239 kN/m3; 54,06 kPa; 30,767 0.
Sudut kemiringan lereng untuk masing-masing irisan mulai dari
irisan 1 (terendah) hingga irisan 25 (terendah) adalah 120 hingga 720.
Nilai parameter inputan rumus bishop untuk FK yang dipakai
adalah FK yang ditentukan
1
𝑁2 = [𝑐′𝑏𝑖 + 𝑊𝑖 (1 − 𝑟𝑢 ) tan 𝜃′] ( )
cos 𝜃𝑖 (1 + tan 𝜃 ′ x tan θi ) / 𝐹𝐾)
1
=[54.06 x 3.2 +36,1636(1-0) tan(30,767)]x ( )
cos(68)x(1+ tan(30,767)x tan (68) /1,0
= 44,3813 kN
Perhitungan
𝑁1 = 𝑊𝑖 sin 𝜃𝑖
= 36,1636 sin(68)

54 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
= 33,5303 𝑘𝑁
Perhitungan yang sama berlaku untuk mencari N1 dan N2 untuk
irisan 2 hingga irisan 25. Kemudian nilai N1 dari irisan 1 sampai irisan 25
dijumlahkan, begitu pula dengan nilai N2.
𝜮𝑵 𝟐𝟎𝟕𝟎,𝟐𝟖𝟖
Sehingga 𝑭𝑲 𝜮𝑵𝟐 = = 𝟎, 𝟗𝟖𝟓𝟕, dibulatkan 1.
𝟏 𝟐𝟏𝟎𝟎,𝟒𝟐𝟓

 Apabila model dari Bench di atas di berikan 1 jenjang lagi apakah nilai
FK nya
 masih bernilai aman atau tidak, berikan penjelasan dari pernyataan anda
apabila mengatakan ia atau tidak
Perhitung Faktor Keamanan menggunakan Software Rocscience Slide

55 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
Langkah 1

Gambar 4. 12.Membuat Permodelan Lereng Dengan AutoCad Dengan


menambahkan satu bens

56 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
Langkah 2

Gambar 4. 13.Interpetasi hasil analisis kestabilan dengan penambahan


satu bens
Langkah 3

Gambar 4. 14.Diagram gaya yang bekerja pada sebuah slice

57 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
Dari data diagram diatas dapat di lihat dan di simpulkan bahwa nilai FK
nyalayak dan masih dalam nilai yang aman setelah di tambahkan satu jenjang.
Hasil analisis antara menggunakan program dan perhitungan teoritis dari buku
referensi menunjukkan selisih atau perbedaan rata-rata 1.57%. Hal ini
dikarenakan tingkat ketelitian perhitungan analisis komputer misalnya pada
perhitungan luasan dari pias-pias pada perhitungan dengan program membagi
luasan tanah menjadi pias-pias yang lebih banyak bila dibandingkan dengan cara
manual yang membagi pias yang biasanya kurang dari 10 pias. Dari hasil validasi
di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa program komputer ini dapat
digunakan untuk menganalisis berbagai jenis lereng. Hasil yang diperoleh dari
hasil analisis program komputer ini dapat dipertanggung jawabkan

4.1.2. Rencana Penambangan Batubara

Sistem Atau Metode dan Tata Cara PenambanganFaktor-faktor yang


digunakan untuk pemilihan metode penambangan batubara PT. Tanjung Bunga
Coal Resource meliputi kondisi cadangan batubara dan kondisi lapisan penutup
(overburden dan interburden). Adapun pengaruh kedua faktor tersebut terhadap
pemilihan metode penambangan adalah sebagai berikut :
1. Kondisi Endapan Batubara
i. Lapisan endapan batubara yang akan ditambang, sacara umum
tersingkap di permukaan tanah sebagai out-crop. dengan ketebalan lebih
dari 0,4 m. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa lapisan endapan
batubara, penyebarannya relatif dekat dengan permukaan tanah dengan
kemiringan yang relatif datar.
ii. Volume Batubara
Perhitungan volume batubara pada lokasi dilakuakan dengan
menggunaka aplikasi surac dengan memasukan data hasil pemboran di
daerah tersebut sebelumnya. Dengan langkah-langkah sebagai berikut :

58 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
1.membuat database dari data pemboran, kemudian memunculkan
sebaran lubang bor

59 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
2.memunculkan nilai x, y, dan z dari seiap titik bor

3.memunculkan bentuk block model

60 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
4. meunculkan model endapan batubara

5. hasil perhitungan volume batubara


6.Tonase batubara = Volume x berat jenis batubara
= 4280206 m3 x 1,3 ton/m3
=5564267.8 ton

2. Kondisi lapisan Penutup (OB/IB)


Berdasarkan observasi lapangan di daerah studi dan sekitarnya ditambah
dengan well logging dapat dinyatakan bahwa penggalian lapisan penutup
pada lokasi dapat dilakukan dengan cara penggaruan dan tanpa melalui
peledakan.Melalui 2 parameter diatas maka metode penambangan yang
digunakan adalah open pit

4.1.3. Tahapan Kegiatan Penambangan

Metode penambagan yang di gunakan adalah open pit. Kegiatan


penambangan dengan cara open pit terdiri dari serangkaian kegiatan
meliputi:Pembersihan lahan sekaligus pengupasan dan pemindahan tanah

61 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
penutu Penggalian dan pemindahan lapisan penutup (OB/IB) · Penggalian dan
pemindahan batubara

4.1.4. Rencana Pengelolahan dan Pencucian


A. Studi pengelolahan
Perencanaan pengolahan batubara oleh PT. TANJUNG BUNGA COAL
RESOURCE akan disesuaikan dengan permintaan pasar dan berdasarkan jenis
batubara, jumlah cadangan batubara yang dimiliki dan kualitas batubara wilayah
tersebut maka tahapan pengolahan batubara akan meliputi:
1. Persiapan (preparasi)
2. Penggerusan (crushing)
3. Pengayakan (screening)
4. Pencampuran batubara (blending).
5. Penimbunan/penumpukan batubara (stockpilling)
6. Melakukan penanganan limbah air (water pollution treatment).
B. Pencucian
Batubara yang terlalu banyak pengotor cenderung akan menurunkan
kualitas batubara itu sendiri sehingga tidak dapat di andalkan dalam upaya
penjualan ke konsumen, untuk itu perencanaan selanjutnya PT. TANJUNG
BUNGA COAL RESOURCE melakukan pencucian batubara, pencucian
batubara dilakukan karena batubara hasil penambangan
bukanlah batubara yang bersih, tetapi masih banyak mengandung material
pengotor. Pengotor batubara dapat berupa pengotor homogen yang
terjadi di alam saat pembentukan batubara itu sendiri, yang disebut dengan
Inherent Impurities, maupun pengotor yang dihasilkan dari operasi
penambangan itu sendiri, yang disebut extraneous impurities. Dalam proses
pencucian batubara untuk memisahkan dari mineral pengotor, dipakai berbagai
jenis peralatan konsentrasi berdasarkan sifat-sifat batubara dari mineral
pengotor.

62 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
4.1.5. Tata Cara Pengelolahan dan Pencucian

Tata cara pengolahan yang dilaksanakan PT. TANJUNG BUNGA


COAL RESOURCE merupakan suatu proses penimbunan dan perubahan bentuk
ukuran batubara dengan menggunakan peralatan mekanis, yaitu crushing
machine. Hal ini berdasarkam pada :
1. Kualitas batubara yang diproduksi telah bersih dari unsur pengotor.
2. Mempermudah penyediaan stock batubara dengan spesifikasi yang
diperlukan oleh pembeli/pasar.
Adapun mesin crusher yang digunakan berkapasitas 350 MT/jam dengan
keluaran berupa (macam ukuran batubara, berkisar antara 1mm - 50mm.
Sedangkan unit pendukung operasional mesin crusher ini meliputi :
1. Unit excavator, bertugas sebagai pemberi umpan batubara asalan ke
hoper mesin crusher.
2. Unit wheel loader, bertugas sebagai alat penimbun kembali batubara
masak di beberapa titik penimbunan, yaitu sesuai dengan
spesifikasinya.

4.2. Tahapan Pengolahan


Pengolahan batubara tergantung pada kandungan batubara tersebut dan
tujuan penggunaannya. Batu bara tersebut mungkin hanya memerlukan
pemecahan sederhana atau mungkin memerlukan proses pengolahan yang
kompleks untuk mengurangi kandungan campuran. Untuk tahapan pengolahan
batubara PT.Tanjung Bunga Coal Resource dimulai dari batubara asalan
(berbentuk tidak beraturan) hingga menjadi batubara masak atau siap jual
(berbentuk butiran yang seragam) Tahapan pengolahan yang diterapkan
meliputi:
a. Umpan (feed)
Material umpan pada proses pengolahan adalah batubara hasil kegiatan
penambangan (ROM).

63 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
Batubara ini diangkut ke coal processing plant (CPP) menggunakan
dump truck Hino FM 320 PD kapasitas 30 ton. Batubara dari dump truck
(+200 mm) dapat ditimbun di raw coal stockpile atau langsung
ditumpahkan ke grizzly screen (200 mm). Batubara berukuran -200 mm
masuk ke dalam dump hopper kemudian di angkut ke unit crusher
menggunakan belt conveyor yang berfungsi sebagai feeder. Batubara
berukuran +200 mm yang tertahan di grizzly screen, dipecah secara
manual agar dapat melewati grizzly.
b. Proses Penggerusan (Crushing) dan Pemisahan Ukuran (Screening)
Proses penggerusan bertujuan untuk mereduksi ukuran fraksi batubara
menjadi ukuran yang diharapkan. Proses ini dilakukan melalui beberapa
unit operasi, yaitu :
1. .Primary crusher
Alat ini dapat digunakan untuk mereduksi batubara dari ROM yang
memiliki ukuran -200 + 50 mm menjadi fraksi dengan ukuran yang
memenuhi persyaratan pasar batubara yaitu -50 mm. Produkta yang
keluar dari primary crusher masuk ke vibrating screen dengan
bukaan (opening) 50 mm. Produkta lolos screen (-50 mm) langsung
masuk ke conveyor untuk ditimbun di stockpile.
2. Secondary crusher
Material yang tidak lolos screen 50 mm (oversize) masuk ke
secondary crusher untuk direduksi menjadi .50 mm. Produkta dari
secondary crusher (-50 mm) langsung masuk ke conveyor
bercampur dengan produkta undersize (50 mm) dari primary crusher
sebagai produkta akhir.
3. Proses Transportasi
Produksi batubara berukuran -50 mm (undersize primary crusher dan
secondary crusher) diangkut menggunakan belt conveyor menuju
stockpile. Batubara dimasukkan ke dalam draw down hopper dengan

64 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
bantuan bulldozer dan wheel loader. Selanjutnya batubara diangkut
dengan belt conveyor menuju tongkang (barge).
4. Proses Pencampuran Batubara (blending)
Proses blending produkta batubara bertujuan untuk mendapatkan
kualitas batubara yang diinginkan. Blending produkta batubara
diperlukan bila produkta tidak memenuhi spesifikasi pasar. Faktor-
faktor yang dipertimbangkan dalam blending batubara adalah :
a) Jumlah dan variasi kualitas batubara yang akan di blending
b) Kapasitas atau daya tampung dari stockpile yang digunakan
c) Metode pendistribusian batubara pada stockpile.
Proses blending, memperhatikan lokasi dan kapasitas blender
bunker. Sistem peralatan yang dibutuhkan untuk kepentingan
blending ini dinamakan stacking conveyor. Pendistribusian jumlah
batubara dengan kualitas tertentu dalam pelaksanaan blending
dilakukan dengan mengatur kecepatan pengumpanan (speed
feeders). Monitoring berat masing-masing batubara yang di blending
dilakukan dengan menggunakan alat belt weigher yang dipasang
pada conveyor.
5. Proses Penumpukan Batubara (Stockpiling)
Stockpile batubara adalah tempat yang digunakan untuk
menampung atau menyimpan batubara sementara. Pada unit
pengolahan batubara ini direncanakan dua macam stockpile batubara
yaitu :
a) Stockpile Batubara ROM (Raw Coal Stockpile)
Stockpile ini bermanfaat untuk menghindari berhentinya operasi
di unit pengolahan akibat terganggunya operasi penambangan
pada lokasi penambangan.
b) Stockpile Batubara Bersih (Clean Coal Stockpile)
Stockpile ini digunakan untuk menampung sementara produkta
batubara hasil dari operasi pengolahan. Selanjutnya produkta

65 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
dimuat ke tongkang (barge) untuk diangkut ke pelabuhan
batubara batubara.

4.2.1. Tahapan pencucian

Pada tahap pencucian Batubara diangkut menggunakan dump truck


dengan kapasitas maksimal 30 ton, batubara langsung dibawa ke unit pengolahan
(Coal Processing Plant / CPP).
Proses pencucian batubara PT.Tanjung Bunga Coal Resource pada
washing plant dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Tahap preparasi Tahap preparasi umpan (persiapan umpan) pada


pencucian perlu dilakukan dengan tujuan :
a. Memperoleh ukuran butir yang cocok dengan desain peralatan
pencucian.
b. Supaya kotoran mudah terliberasi dari tubuh batubara. Dalam tahap
preparasi kegiatan yang dilakukan pemisahan Raw Coal kasar (+75
mm) pemisahan raw coal kasar ini terjadi di Chain Conveyor yang
dibawahnya di pasang grizzly yang berukuran 75 mm.

66 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
4.2.2. Bagan Alir

UMPAN (FEED)

HOPPER
(+600 mm)

UNDERZISE VIBRATTING GRIZZLY


-150 mm (150 mm)

PRIMARY CRUSHER
(150mm)

BELTCONVEYOR 1

VIBRATING SCREEN 1 (50mm) UNDERZISE


(-50mm)

SECONDARY CRUSHER (50mm)

TAILING <1mm VIBRATING SCREEN 2(1mm-50mm)

BELTCONVEYOR 2

RADIAL STACKER

PRODUK

Gambar 4. 15.Diagram Alir Proses Pengolahan

67 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
ROM

Peremuk 1

Pengayak 1

Peremuk 2

Pengayak 2

Pencucian

Batubara Batubara
Bersih Kotor

Gambar 4. 16.Diagram Alir Proses Pencucian

4.2.3. Recovery Pengolahan

Di dalam Recovery Pengolahan sangat tergantung kepada kualitas


batubara yaitu material pengotor, serta maintenance (alat pengolahan).
Melakukan kegiatan Blending yaitu mencampur batubara yang berkadar tinggi

68 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
dengan batubara yang berkadar rendah sesuai dengan permintaan pasar atau
pembeli. Melakukan pencucian yaitu pencucian batubara yang mengandung
lumpur serta parting yang terdapat pada batubara dari pit dilakukan pada alat
washing plant. Ukuran recovery adalah -1 mm atau <1mm yaitu undersize dari
vibrating screen 2.

Tabel 4. 2.Recovery pengolahan

Tahun
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6
7
(m3) (m3) (m3) (m3) (m3) (m3)
(m3)

Umpan
(ROM) 290376, 289001, 291752,4 289001, 291752, 340753, 240000
yang masuk 935 435 35 435 435 251 ,624
ke CPP

Dari hasil
289932, 288556, 291307,5 288556, 291307, 340308, 239555
pengolahan
008 508 08 508 508 324 ,697
diperoleh

4.2.4. Hasil Pengelolahan dan Rencana Pemanfaatan Mineral Ikutan

Hasil pengolahan batubara PT. Tanjung Bunga Coal Resource terutama


dimanfaatkan proses sintering bijih mineral, proses pembuatan elektroda listrik,
pembakaran batu gamping, dan untuk pembuatan briket tanpa asap. Beberapa
sistem pemanas rumah hunian masih menggunakan kompor antrasit, yang
terbakar lebih lama dari kayu dan dimanfaaatkan oleh PLTU sebagai bahan
bakar. Mineral ikutan yang terdapat berupa claystone atau lempung yang bisa di
gunakan pada industri-industri yang bahan dasarnya lempung.

4.2.4.1 Jenis, Jumlah, Kualitas, Hasil Pengelolahan dan Tailing

Jenis batubara yang tertambang oleh PT. Tanjung Bunga Coal Resource
ialah batubara jenis antrasit yang mempunyai warna hitam berkilauan (luster)
metalik, dan mempunyai kadar air kurang dari 8%.

69 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
Tabel 4. 3.Kualitas Batubara Antrasit

Parameter Nilai

Total Moisture, % 10

Inherent Moisture, % 8
Ash, % 8.34
Volatile Matter, % 42,65
Fixed Carbon, % 41.65
Total Sulphur, % 1
Calorivic Value, kal 7000 (adb)

Tabel 4. 4.Jumlah Batubara hasil pengolahan

Tahun Jumlah (m3)


1 289932,008
2 288556,508
3 291307,508
4 288556,506
5 291307,508
6 340308,324
7 239555,697

4.2.4.2 Tailing

A. Tailing sebagai limbah


Pengertian limbah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari
sumber hasil aktifitas manusia maupun proses alam (Satriago,1996). Sebagai
hasil sampingan dari proses pengolahan, Tailing juga masuk dalam kategori
limbah. Selain itu ada pengertian limbah B3 berdasarkan pasal 1 PP Nomor 19
tahun 1999 tentang pengelolaan limbah B3. Pengertian limbah B3 adalah sisa

70 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau
beracun yang karena sifat atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara
langusng maupun tidak langsung, mencemarkan atau merusak lingkungan hidup,
dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta makhluk hidup lain.
B. Tailing sebagai sumberdaya
Dilain pihak terdapat pengertian bahwa Tailing merupakan potensi
sumberdaya yang dapat dimanfaatkan sehingga mempunyai nilai tambah sebagai
produk yang dapat dimanfaatkan kembali menjadi produk lain. Dengan
demikian diharapkan menghasilkan nilai tambah dari sekedar limbah yang tidak
termanfaatkan. Pemanfaatan Tailing ini menjadi salah satu tantangan besar dunia
pertambangan karena menjadi isu yang sensitif. Pandangan memanfaatkan
Tailing hasil pertambangan ini sebenarnya telah lama muncul agar Tailing ini
menjadi nilai ekonomis. Tailing pada beberapa bahan galian tambang dapat juga
bermanfaat seperti pada tambang batubara. Limbah batubara pada pertambangan
Antrasit disebut culm. Batubara inferior yang merupakan limbah dari
pertambangn antrasit ini sering digunakan dalam pembakaran Boiler Fluidized
Bed Combustion (FBC). Pada pencucian batubara juga sering tidak dapat
dihindarkan selain batubara ikut tergali juga bahan galian lain seperti lempung
yang bercampur dengan batubara, sehingga untuk menjaga kualitas batubara
yang dihasilkan perlu proses pencucian, batubara fraksi halus dari batubara
dapat terbawa bersama aliran air yang digunakan untuk mencuci, sehingga
proses pencucian dapat menghasilkan ampas berupa batubara halus yang secara
kumulatif dapat dihasilkan dalam jumlah yang besar. Batubara halus ini masih
dapat dimanfatkan diantaranya untuk bahan briket.

4.3. Pemasaran
Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh
perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk
mempertahankan kelangsungan hidup usahanya untuk berkembang dan

71 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
mendapatkan laba. Philip Kotler (Marketing) pemasaran adalah kegiatan
manusia yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui
proses pertukaran. Sedangkan menurut W Stanton pemasaran adalah sistem
keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang
dapat memuaskan kebutuhan pembeli maupun pembeli potensial. Kegiatan
pemasaran perusahaan harus dapat memberikan kepuasan kepada konsumen bila
ingin mendapatkan tanggapan yang baik dari konsumen. Perusahaan harus
secara penuh tanggung jawab tentang kepuasan produk yang ditawarkan
tersebut.
Adapun konsep pemasaran yang merupakan inti pemasaran meluputi:
kebutuhan, keinginan, permintaan, produksi, utilitas, nilai dan kepuasan;
pertukaran, transaksi dan hubungan pasar, pemasaran dan pasar. Kita dapat
membedakan antara kebutuhan, keinginan dan permintaan. Kebutuhan adalah
suatu keadaan dirasakannya ketiadaan kepuasan dasar tertentu. Keinginan
adalah kehendak yang kuat akan pemuas yang spesifik terhadap kebutuhan-
kebutuhan yang lebih mendalam. Tujuan utama konsep pemasaran adalah
melayani konsumen dengan mendapatkan sejumlah laba, atau dapat diartikan
sebagai perbandingan antara penghasilan dengan biaya yang layak. Ini berbeda
dengan konsep penjualan yang menitikberatkan pada keinginan perusahaan.
A. Desain Strategi Pemasaran (Marketing Strategy Design)
Mendesain strategi pemasaran berarti melaksanakan prosedur tiga
langkah secara sistematis, bermula dari strategi segmentasi pasar (market
segmentation strategy), kemudian strategi penentuan pasar sasaran (market
targeting strategy) dan yang terakhir adalah strategi penentuan posisi pasar
(market positioning strategy). Segmentasi pasar pada dasarnya adalah suatu
strategi untuk memahami struktur pasar dengan cara mengelompokkan pembeli
aktual maupun potensial yang berbeda yang mungkin meminta produk dan atau
bauran pemasaran tersendiri. Kemudian dilakukan penentuan pasar sasaran
untuk memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dilayani. Setelah

72 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
dilakukan penentuan pasar sasaran, langkah selanjutnya adalah penentuan posisi
pasar, yaitu membentuk dan mengkomunikasikan manfaat utama yang
membedakan produk dalam pasar.

B. Bagan Langkah-Langkah Rencana Pemasaran


CORPORATE VISION,MISSION & OBJECTIVE

MARKETING SITUATION ANALYSIS MARKETING VISION,MISSION & OBJECTIVE


1. ENVIROMENTAL ANALYSIS
2. CONSUMER BEHAVIOR
ANALYSIS MARKETING STRATEGY DESIGN
3. COMPETITOR BEHAVIOR

MARKETING SEGMENTASI STRATEGY

MARKETING TARGETING STRATEGY

MARKETING TARGETING STRATEGY

PRODUCT PRICE PLACE PROMOTIO PEOPLE

STRATEGIC MARKETING PLAN


&
FINANCIAL BUDGETING

EVALUATION
IMPLEMENTATION &
CONTROL

C. Pengembangan Program Pemasaran (Marketing Program Development)


Setelah mendesain strategi pemasaran, langkah selanjutnya adalah
mengembangkan program pemasaran yang terdiri dari strategi produk (product
strategy), strategi harga (price strategy), strategi distribusi (place strategy),

73 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
strategi promosi (promotion strategy), serta strategi sumber daya manusia dan
presentasi (people and presentation strategy).
Produk merupakan elemen pertama dan paling penting dalam bauran
pemasaran. Produk adalah segala sesuatu yang memiliki nilai di suatu pasar
sasaran dan memberi manfaat serta kepuasan dalam bentuk barang, jasa,
organisasi, tempat, orang, ide, dan sebagainya. Strategi produk itu sendiri terdiri
dari strategi lini produk dan strategi bauran produk. Strategi produk
membutuhkan pengambilan keputusan yang terkoordinasi atas bauran produk,
lini produk, merek, pengemasan, dan pelabelan.
D. Implementasi, Evaluasi, dan Pengendalian (Implementation, Evaluation,
and Control)
Rencana pemasaran harus secara khusus menyangkut pedoman tindakan
yang akan diimplementasikan, siapa yang melakukan pekerjaan tertentu, tanggal
dan lokasi implementasi, serta bagaimana pelaksanaan tersebut akan dilakukan.
Strategi pemasaran merupakan proses pengambilan keputusan secara terus
menerus, melaksanakannya, dan mengukur efektivitasnya setiap saat.
Perencanaan bukan merupakan kegiatan yang pasti, melainkan fleksibel.
Ditinjau dari segi waktu, evaluasi strategis lebih lama dibandingkan dengan
pembuatan rencana. Evaluasi dan pengendalian berhubungan dengan
pengawasan performa dan, jika perlu, mengubah rencana agar sesuai dengan
performa yang telah ditentukan.
Rencana terus dikembangkan, diaplikasikan, dievaluasi, dan disesuaikan
untuk tetap mempertahankan strategi pemasaran yang sesuai dengan sasaran.
Rentang waktu strategi biasanya melebihi satu tahun, oleh sebab itu dalam
pelaksanaannya ditambahkan pengembangan perencanaan tahunan untuk
mengatur kegiatan pemasaran jangka pendek. Biasanya, eksekutif pemasaran
bertanggung jawab mempersiapkan rencana pemasaran. Sebagai contoh,
manajer produk akan menyiapkan rencana sesuai dengan bidang tanggung
jawabnya, mengkoordinasikan dan menerima masukan dari iklan, riset
pemasaran, penjualan, dan bagian pemasaran khusus lainnya. Manajer kelompok

74 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
produk akan mengkonsolidasikan semua rencana dari tiap manajer produk, dan
eksekutif kepala pemasaran akan mengkaji ulang serta menggabungkan rencana
dari semua operasional pemasaran, kemudian membuat rencana induk.

4.3.1. Pemasaran Batubara

Tahun 2013, pemerintah menetapkan proyeksi produksi batubara sebesar


391 juta ton. Tumbuh hanya 1,6% dibandingkan tahun 2012.
Namun optimisme peningkatan produksi, menurut analisa Bank
Indonesia, diperkirakan akan lebih tinggi dari angka proyeksi tersebut, melihat
perkembangan permintaan dari 4 besar negara tujuan ekspor batubara Indonesia
(share 70% dari total ekspor Indonesia) hampir secara keseluruhan mengalami
peningkatan.
Dari sisi perkembangan harga, meski mulai rebound sejak pertengahan
tahun 2012, harga perdagangan batubara global pada bulan Maret 2013 yang
ditutup pada level USD 65,13 per metrik ton tercatat masih mengalami koreksi
1,51% (yoy-year on year) dibandingkan posisi Maret 2012.
Begitu pula harga batubara acuan (HBA) yang menjadi salah satu
referensi paling penting transaksi perusahaan dalam negeri, juga mencatat level
penurunan mencpai 20,2% (yoy) dan dipatok pada harga USD 90,09 per metrik
ton di bulan Maret 2013.
Pada tahun 2012, impor batubara Cina tumbuh 29%, India (estimasi)
tumbuh 17,5%, dan Jepang 5,6% (yoy). Untuk proyeksi permintaan di tahun
2013, diperkirakan jumlah impor batubara Cina 2013 sedikit menurun
dikarenakan arbitrase harga batubara impor di tahun ini tidak akan setinggi di
tahun lalu.
Harga batubara domestik Cina akan menurun dan suplai domestik dari
batubara negeri itu akan meningkat, karena infrastruktur perkeretaapian untuk
distribusi batubara Cina akan terealisasi sebagian di pertengahan tahun 2013.
Impor batubara Jepang juga diperkirakan akan menurun karena kembali
beroperasinya sebagian pembangkit listrik nuklir. Berbeda halnya dengan India

75 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
dan Korea Selatan yang diperkirakan impor batubaranya akan meningkat, karena
PLTU batubara India banyak akan beroperasi di tahun ini dan Korea Selatan
yang pertumbuhan konsumsi listriknya diproyeksi akan meningkat.
Prospek peningkatan dari pasar Asean juga diperkirakan akan terjadi,
seiring cukup baiknya pertumbuhan ekonomi di beberapa negara Indocina,
sehingga meningkatkan kebutuhan batubara sebagai sumber energi .
Dari permintaan domestik sendiri, tahun ini diharapkan pembangunan
beberapa pembangkit program percepatan pembangunan atau fast track program
(FTP) tahap 1 akan mulai beroperasi tahun ini. Jika program tersebut berhasil,
permintaan domestik Indonesia diperkirakan akan meningkat di 2014.
Dari perkiraan permintaan ke depan tersebut, diperkirakan perusahaan
batubara besar akan tetap meningkatkan jumlah produksinya untuk menutupi
pengurangan pendapatan karena harga yang turun. Sementara itu produksi IUP,
diperkirakan akan menurun secara signifikan akibat tekanan harga yang tidak
dapat menutupi biaya produksi perusahaan.

4.3.2. Kebijakan Pemerintah

Ada 3 perbedaan prinsip dari peraturan nasional tentang batubara yaitu


intensifikasi, diversifikasi dan konservasi.
1. Intensifikasi dalam pengembangan pengetahuan berarti untuk
melanjutkan menginventarisir batubara dalam rangka menambah
pengetahuan tentang potensi sumber dalam kuantitas dan kualitas.
2. Diversifikasi diketahui sebagai pemanfaatan dari batubara dalam
berbagai jalan untuk memenuhi permintaan energi dan mendukung
peraturan eksport komoditi non minyak disamping industri lokal.
3. Konservasi berarti untuk mendukung optimalisasi batubara jangka
panjang.
Untuk produksi di tahun 2013 pemerintah melalui Menteri telah
mengeluarkan Keputusan Menteri ESDM No. 2934 K/30/MEM/2012 tentang
Penetapan Kebutuhan dan Persentase Minimal Penjualan Batubara Untuk

76 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
Kepentingan Dalam Negeri Tahun 2013. Aturan ini justru lebih
mengkhawatirkan dibandingkan dengan Keputusan Menteri ESDM No. 1991
K/30/MEM/2011 yakni produksi semakin besar yakni 366,042,287 juta ton pada
tahun 2013 sementara tahun 2012 adalah 332 juta ton sedangan untuk penjualan
domestik justru makin mengecil dari 24,72% atau 82,07 juta ton menjadi 20,30%
atau 74,32 juta ton.
Isi Keputusan Menteri ESDM No. 2934 K/30/MEM/2012 tentang
Penetapan Kebutuhan dan Persentase Minimal Penjualan Batubara Untuk
Kepentingan Dalam Negeri Tahun 2013.

4.3.3. Prospek Pemasaran


Batubara di Indonesia merupakan salah satu komoditas yang terus
meningkat peranannya, dengan jumlan sumber daya yang relatif besar dengan
kualitas yang cukup baik. Disamping itu teknologi penambangan yang semakin
berkembang. Dengan pemanfaatan yang begitu luas pada berbagai aspek
kehidupan, maka dapat diprediksi permintaan batubara akan semakin meningkat
seiring dengan meningkatnya kesejahteraan dan perekonomian nasional.
Permintaan akan batubara dalam negeri sangatlah potensial. Untuk saat
ini daerah tujuan pemasaran batubara PT. Tanjung Bunga Coal Resources untuk
domestik meliputi penjualan ke berbagai perusahaan pengguna batubara.
Sedangkan upaya untuk menerobos pasar internasional akan dicoba dengan
melakukan penjualan ke beberapa negara tetangga di Asia.
Faktor-faktor teknis yang harus diperhatikan dalam proses pemasaran
batubara Indonesia, antara lain adalah:
1. Kualitas batubara yang dihasilkan
2. Kontinuitas produksi batubara dari tambang
3. Kemudahan transportasi
4. Harga batubara
5. Ketetapan waktu penyerahan produk kepada konsumen.
6.

77 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
4.3.3.1 Dalam Negeri

Dengan perkiraan kebutuhan batubara dalam negeri sebesar 78,97 juta


ton dari perkiraan produksi batubara sebesar 366,042,287 juta ton, maka pada
tahun 2013 persentase minimal penjualan batubara oleh Badan Usaha
Pertambangan Batubara untuk kepentingan dalam negeri adalah sebesar 21,57
%

4.3.3.2 Luar Negeri

Pemasaran ke luar negeri antara lain diekspor ke Jepang, Korea Selatan,


Filipina Thailand dan China. Penggunaan batubara secara langsung pada saat ini
adalah sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik tenaga uap, pembakaran
klinker semen, bahan bakar kereta api, reduktor pada peleburan bijih.
Sedangkan penggunaan batubara secara tidak langsung antara lain untuk
pembuatan kokas, gas dan minyak sintetis.
A. JEPANG
Import bahan bakar batubara untuk listrik dan industri telah meningkat
secara progresif dari 37.9 juta ton pertahun 1995. Diperkirakan kebutuhan total
batubara tersebut akan meningkat kurang lebih 75.0 juta ton tahun 2002.
Pertengahan tahun 1996 jepang mengimpor 25.5 juta ton batubara jenis ini,
mengindikasikan adanya peningkatan import selanjutnya lebih dari 50%
kebutuhan batubara tersebut diimpor dari Australia dan Indonesia yang
jumlahnya terus bertambah dari tahun ketahun. Tambahan sumber batubara yang
telah tercatat untuk peningkatan pasokan kejepang adalah Afrika Selatan, China,
Canada dan USA melalui pelabuhan Los Angles. Fasilitas pelabuhan bongkar-
muat dijepang tersedia untuk jenis kapal panamax dan capesize, namun
pengembangan pelabuhan baru sangat terbatas karena masalah pendanaan.
Pelabuhan yang sedang dalam taraf pembangunan atau perencanaan adalah
pelabuhan baru untuk jenis Kapal Panamax di Tachibana (kedalaman 12,72
meter) untuk melayani EPDC dan shikoku power yang selesai tahun 2000 dan

78 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
Hitachi-Naka, pelabuhan untuk jenis kapal capasize kecil untuk Tokyo power
yang direncanakan untuk beroperasi pada tahun 2002.
Harga jual batubara dijepang tergantung dari penawaran/negosiasi
pertahun dimana ditetapkan standard berdasarkan harga patokan bersama
Australia – Jepang. Pada tahun fisikal jepang 1997 harga batubara untuk
pembangkit listrik kejepang adalah US$ 38.30 /metric ton untuk kalori 6700
kcal/kg (ad) produk batubara Australia. Harga ini mengalami penurunan pada
tahun 1996. hal ini dipengaruhi oleh beberapa pembelian oleh konsumen jepang
dalam jumlah yang kecil untuk pembukaan tender dengan menetapkan indicator
pasar yang lebih rendah dari penetapan harga standar sebelumnya. Beberapa
produsen dari Indonesia terkena pinalti oleh penetapan harga batubara dipasar
jepang. Hal ini berpengaruh lebih kecil diindonesia dibandingkan dengan
Australia, tetapi harga yang ditetapkan digunakan sebagai alat control oleh
konsumen jepang untuk menetapkan kontrak dengan produsen Indonesia agar
lebih rendah dari harga standar. Harga ini dijepang diadaptasi oleh konsumen
asia lain sebagai mekanisme untuk benegosiasi agar kontrak lebih rendah.
B. KOREA SELATAN
Tahun 1993, Korea Selatan mengkonsumsi 17,0 juta ton batubara untuk
pembangkit listrik, meningkat menjadi 25,2 juta ton tahun 1995 Australia dan
china sebagai pemasok utama dan batubara dari Indonesia. Menurut Korea
Energi Ekonomis Institute bulan May 1996, permintaan batubara
untuk pembangkit listrik dan industri akan meningkat menjadi 41,2 juta ton pada
tahun 200 dimana 33,0 juta ton akan dikonsumsi oleh industri listrik. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya peningkatan substansi lebih dari 12,4 juta ton
dikonsumsi oleh industri listrik di tahun 1994 dan sehubungan dengan
perencanaan pembangunan dari penambahan pembangkit listrik berbahan baku
batubara dari 4.476 MW tahun 1994 menjadi 9.578 MW tahun 2000. Dalam 11
bulan pertama tahun 1996 total 17,252 juta ton diimpor oleh Korea Electric
Corporation (Kepco) dibandingkan dengan 14,805 juta ton selama periode yang

79 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
sama pada tahun 1995. Sebuah peningkatan penting untuk impor tahun 1996
menjadi 18,9 juta ton.
Lima Unit pembangkit tenaga listrik dijadwalkan untuk mulai beroperasi
tahun 1997 dengan total kapasitas produksi 2.500 MW. 500 MW pertama oleh
unit Tean No. 3 yang dimulai bulan Maret 1997 diikuti oleh unit Hadong (500
MW) dan unit Samchonpo (500 MW). Selanjutnya 6 unit pembangkit listrik
dengan total kapasisitas produksi 2000 MW dibangun dan beroperasi tahun
1998. pemeintah Korea Selatan mengharapkan impor dari batubara berkadar
sulfur rendah untuk melayani pemerintaan yang bertambah dan memberlakukan
pajak atas sulfur di akhir tahun 1996 dan berlaku untuk semua jenis batubara
dengan level kadar sulfur di atas 0,3%.
Korea Selatan telah menetapkan melalui Departemen perdagangan,
Industri dan Energi untuk mengembangkan program listrik swasta menjadi 6.250
MW untuk pembangunan periode 2001 dan 2002. Power Purchase Agreements
(ppa) akan dinegosiasikan antara kandidat program listrik swasta dan KEPCO
untuk periode kontrak 25 tahun. Pengembangan pembankit listrik tenaga uap di
masa depan akan disesuaikan untuk fasilitas pelabuhan bongkar muat dan dapat
menerima sampai kapal seukuran capasize.
C. FILIPINA
Import batubara untuk pembangkit listrik dan industri oleh Philipina
0,9juta ton di tahun 1993 meningkat menjadi 1,1 juta ton di tahun 1994. pada
saat ini 1,460 MW kapasitas terpasang adalah pembangkit listrik jenis batubara
terdi dari NPC (National Power Corporatin) memiliki 2 x 300 MW dan 755 MW
kapasitas IPP Pagbilao dan Toledo. Batubara dari domestik dari semirara sebagai
bahan baker 300 MW Calaca II disamping sisa import. Proyek pembangkit jenis
batubara sedang dibangun NPC sebesar MW di sual dan 200 MW di Mindanao
oleh swasta direncanakan untuk beroperosi di tahun 1999.
Diharapkan bahwa permintaan import batubara untuk listrik dan indutri
akan meningkat cepat menjadi 6,0 juta ton di tahun 1999 dan lebih banyak 9,0
juta ton di tahun 2002. Sepertinya permintaan ini akan dipenuhi oleh Indonesia

80 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
dan akan dilayani dengan kapal handymax/panamax karena pembatasan di
pelabuhan bongkar muat.pembangkit swasta 1,000 MW di sual akan mempunyai
fasilitas bongkar muat.dan dibangun sebagai palabuhan panamax . denagn
pripatisasi di tahun 1997/98 oleh NPC, semua pembangkit listrik di Philipina
akan berdiri sendiri. Saat ini penyediaan batubara oleh IPP mulai Power
Purchase Agreement (PPA) dengan NPC, tidak seperti pasokan secara langsung
ke IPP seperti di Negara lain.
D. THAILAND
Thailand tahun 1993 Thailand mengimpor hamper 1,0 jutan ton batubara
untuk pembangkit listrik dan industri meningkat 2.332 juta ton ditahun 1995 dan
berkembang dengan import lebih dari 2,9 juta ton ditahun 1996. Tahun 2002
pembangkit swasta akan menggunakan porsi besar dari batubara impor dengan
kapasitas antara 2.100 MW dan 2.800 MW dan sebuah variasi dari pilihan-
pilihan penanganan sedang didata ulang termasuk fasilitas pelabuhan bongkar
dan floating crane sampai pengiriman ponton, disesuaikan dengan kondisi
lingkungan. Indonesia adalah pemasok utama batubara ke Thailand dan secara
substansi perusahaan Thailand sangat aktif untuk mencari sumber-sumber
batubara diIndonesia untuk mengamankan persediaan mereka dimasa
mendatang.
E. CHINA
China adalah produsen dan konsumen terbesar batubara didunia, dan
produksi batubaranya sebagian besar terletak diBarat Laut dan pertumbuhan
yang cepat dalam komsumsi listrik terutama dalam industri dibagian Tenggara
negeri ini. China mengingkatkan import batubara dari 1.6 juta ton ditahun 1995
ke kota-kota dibagian selatan sementara itu juga mengingkatkan ekspor dari
pelabuhan dibagian Utara.
Para penguasa berencana untuk mengembangkan kapasitas pembangkit
jenis batubara dari 100.000 MW pada tahun 1993 menjadi 230.000 MW ditahun
2002. Dengan peningkatan kapasitas ini, kira-kira 70.000 MW harus didukung
oleh beroperasinya berkapasitas dibawah 300 MW.

81 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
Target pemerintah untuk mengekspor batubara sebesar 50.0 juta ton
pertahun sesudah tahun 2000, namun secara infrastruktur tidak dapat dicapai,
kemungkinan import akan mencapai paling tidak 20.0 juta ton pertahun 2002 ke
propinsi-propinsi dibelahan selatan China.
Dalam 10 bulan terakhir pada tahun 1996 Propinsi Selatan China
menurut data statistik, impor yang kebanyakan ke Propinsi Selatan di China
menurut data statistik, impor yang kebanyakan ke propinsi Guangdong tercatat
sebanyak 2,68 juta ton. Angka ini menunjukkan adanya peningkatan hampir 3
kali lipat dari tahun sebelumya. Propinsi-propinsi lainya yang mengimpor
batubara adalah Zhuhai, Shanghai, Zheijiang, Faujian dan Zhenzhen dimana
import terutama berasal dari Australia dan Indonesia. Saat ini ada rencana untuk
mengembangkan pelabuhan untuk jenis kapal capsize di beilun yang dapat
menerima batubara untuk distribusi dan penjualan dibagian tenggara negeri ini.
China sudah mengurangi pungutan impor batubara dari 12 % menjadi 6 % di
bulan April 1996 untuk men-fasilitas peningkatan “import” batubara.
F. HONGKONG
Pada tahun 1993, Hongkong mengkonsumsi 11,8 juta ton impor
batubara, dan menurun menjadi 9,1 juta ton ditahun 1995 karena menyediakan
listrik nuklir dari Daya Bay Power Station sebesar 1.260 MW yang terletak
daratan China tahun 1994. Kontribusi batubara secara umum dari total kapasitas
produk listrik mengalami penurunan dengan pembangkit listrik tenaga gas yang
direncanakan dialiri dengan pipa gas dari pulau Hainan kedaratan china. Dalam
priode tahun 1995 sampai tahun 2002, 3 unit 350 MW produksi pengkit jenis
batubara menjadi pasokan penting untuk Hong kong Elictric di Lamma.
Diharatan bahwa konsumsi batubara import akan berjumlah kira-kira 12,0 juta
ton per tahun di Hong Kong sesudah tahun 2000 sebesar 4.400 MW di sekitar
propinsi Guangdong telah beroperasi sekitar tahun 2000.
G. TAIWAN
Kapasitas pembangkit listrik di Taiwan secara total mendekati 23.000
MW dimana 6.450 MW adalah dari batubara. Dengan pertumbuhan GDP +/- 8.0

82 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
% dan permintaan energi meningkat sampai 4%, Taipower mengharapkan
kapasitas terpasang meningkat hingga 38.000 MW di tahun 2002. Produksi
kapasitas yang baru sebesar 7.260 MW ditawarkan ke swasta tahun 1995 untuk
beroperasi antara 1998-2002. Tujuh unit proyek telah terpilih untuk pembangkit
jenis batubara berkapasits 3.600 MW. Tender selanjutnya untuk program cepat
telah menghasilkan penambahan 550 MW pembangkit jenis batubara IPP dan
dimulai pada tahun 1998. Antara 2002 dan 2007 akan lebih banyak proyek IPP
yang direncanakan.
Di tahun 1993 Taiwan mengimpor 24,9 juta ton batubara untuk listrik
dan industri dan meningkat menjadi 29,2 juta ton di tahun 1995. Sekitar 65 %
batubara jenis ini yang sekarang dikomsumsi oleh industri listrik Taiwan.
Dengan pembangkit yang baru dibawa pengembangan Taipower dan sektor
swasta, diharapkan adanya penambahan 18.4 juta ton batubara pertahun yang
akan diperlukan pada tahun 2002. Kebijakan import yang ditetapkan akan
diperbaharui untuk memenuhi persyaratan peningkatan impor yang kebanyakan
Australia, Indonesia dan Afrika Selatan. Alur pelabuhan Taichung akan
memerlukan pendalaman untuk memudahkan kapal jenis capasize untuk
melayani arus barang dengan cepat di negeri ini dan pelabuhan yang lain perlu
di kembangkan untuk mendukung persyaratan peningkatan impor batubara.
Keterlambatan telah diperkirakan dalam implementasi proyek IPP dengan
Taipower sehubungan dengan struktur dari power purchase Agreement. Namun
demikian proyek Formosa Plastic Corporate Mailiao sedang diperluas dan
mungkin bertambah kapasitasnya menjadi sebesar 4.200 MW .
H. INDIA
The Central Electricity Autothority (CEA) India telah memprediksi
adanya penigkatan yang besar dalam konsumsi listrik dri kapasitas yang
sekarang terpasang yaitu 83.000 MW dimana kira-kira 53.000 MW adalah jenis
pembangkit batubara.Untuk meningkatkan dan memodernisasi pembangkit-
pembangkitnya, India telah mengalihkan ke sector swasta di bawah perjanjian
BOO sebesar 34.000 MW dari proposal IPP dan 8.000 MW adalah dari batubara

83 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
import. 4.550 MW dari batubara import berdasarkan IPP sudah mendapatkan
persetujuan CEA. Proyek pertama yang mendapatkan persetujuan CEA untuk
batubara import adalah Cogentrix dan China Light and power yang disponsori
1000 MW Mangalore power Company dan mengkonsumsi batubara sebanyak
3,25 juta ton/tahun dengan fasilitas bongkar menggunakan floating crane.
Para penanaman modal dari pembangkit-pembangkit yang baru yang
dekat dengan daerah pasir yakin bahwa pasokan batubara ini lebih di andalkan
dan mempunyai kualitas lebih baik. Meskipun India mempunyai sumber
batubara yang besar namun kualitasnya sangat bervariasi dengan kadar abu yang
tinggi yang terletak di Timur laut India dan jauh dari pusat konsumsi. Tambang
nasional dan peraturan regional.politik dan masalah keamanan akan membawa
pengaruh negatif dari proyeksi pertumbuhan produksi listrik oleh CEA. Namun,
diperkirakan bahwa permintaan batubara import akan meningkat di masa
mendatang. jumlah dari batubara import untuk pembangkit listrik dan
penggunaan industri dapat mencapai 30.0 juta ton pada tahun 2002 dikarenakan
adanya pengurangan bea import dari 35% menjadi 20%.penambahan potensi
dari import batubara untuk listrik dan industri pada tahun 1995 dengan total 1,2
juta ton batubara untuk kebutuhan listrik berasal dari Indonesia, Australia dan
Afrika Selatan. Untuk memenuhi peningkatan permintaan untuk batubara bagi
kebutuhan listrik dan industri harus diimbangi dangan pembangunan pelabuhan
dan fasilitas bongkar muatnya. Ketidak lancaran akan selalu ada karena kapasitas
pelabuhan sekarang terbatas untuk kapal ukuran handimax disebabkan
keterbatasan daya muat. Ada beberapa proposal yang sekarang sedang di kaji
ulang untuk pembangunan kapasitas pelabuhan curah yang lebih besar di
gopalpur, Orissa dan Goa dengan rencana pembangunan untuk tahun 2000 yang
terbukti tidak tercapai karena panjangnya proses pengambilan keputusan di
India.

84 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
4.3.4. Jenis Jumlah dan Harga

A. Jenis
Umumnya cadangan batubara yang terdapat di Indonesia tergolong
berumur tersier, yang terbentuk sekitar 65 juta tahun lalu. Sebagian besar produk
tambang batubara di Indonesia termasuk tipe batubara muda (brown coal) yang
termasuk kategori Ligtit sampai Sub-bituminus, sebagian kecil termasuk
kategori Bituminous dan Antrachite.
Batubara Indonesia dikenal memiliki kadar abu dan kadar belerang yang
rendah, sehingga dengan sifat-sifatnya itu sebagian besar batubar Indonesia lebih
cocok digunakan untuk bahan bakar atau steam coal yang kadar polusinya relatif.
Jenis batubara yang dipasarkan PT. Tanjung Bunga Coal Resources
adalah jenis Antrachite dengan nilai kalori 7000kcal/kg (gal).
B. Jumlah
Dari hasil estimasi cadangan batubara menggunakan metode cross
section di peroleh perhitungan tonase sebesar 2183438,654 ton, sedangkan dari
hasil estimasi dengan bantuan Software Surpac 6.1.2 di peroleh perhitungan
volume sebesar 2032638,55 m3 dengan tonase 2642430,115 ton.
C. Harga
Harga pemasaran batubara PT. Tanjung Bunga Coal Resources dapat
dilihat pada tabel dibawah :
Tabel 4. 5.Harga Pemasaran Batubara

HARGA/Kg
JENIS KADAR (Kcal) HARGA/Kg (US$)
(Rupiah)

Batubara
7000 Kcal Rp. 1.050.524,5 87,91
Antrachite

*Kurs Dollar tanggal 14 Januari 2019 adalah Rp.13.950,00.

85 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari hasil analisis berbagai kasus stabilitas lereng dengan
menggunakan Program Analisis tabilitas Lereng maka dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut :

1. Perhitungan faktor keamanan stabilitas lereng membutuhkan ketelitian


dan membutuhkan proses iterasi sehingga diperoleh angka keamanan
yang paling minimum. Dengan program stabilitas lereng ini dapat
mempermudah dan mempersingkat waktu dalam perhitungan faktor
keamanan suatu lereng.
2. Dengan hasil faktor keamanan kritis yang diperoleh dari program cukup
akurat dan lebih konservatif
3. Program ini dapat digunakan untuk menyelesaikan kasus stabilitas lereng
dengan multilayer.
4. Program ini cukup baik, efisien dan teliti untuk dipakai dalam analisis
stabilitas lereng dengan tingkat kesalahan rata-rata 1.57%.

5.2. Saran
1. Pengembangan program perlu dilanjutkan pada kasus lereng yang lebih
kompleks dilengkapi dengan metode perkuatan yang dapat digunakan.
2. Perlu dikembangkan program analisis perhitungan untuk lereng dengan
geometri yang lebih bervariasi dan pendekatan pemodelan lereng yang
sesuai atau mendekati dengan kondisi sebenarnya di lapangan.
3. Program belum memperhitungkan pengaruh air tanah, beban dan retak
permukaan sehingga program perlu dikembangkan lebih lanjut agar
dapat menyelesaikan kasus-kasus stabilitas lereng yang lebih kompleks.

86 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum. (1987). Petunjuk Perencanaan Penganggulangan


Longsoran SKBI – 2.3.06., Yayasan Badan Penerbit PU.

Gulhati, Shashi K. and Datta, Manoj. (2005). Geotechnical Engineering, Tata


McGraw-Hill Publishing Company : New Delhi.

Journal of Geotechnical and Geoenvironmental Engineering ASCE /September


2003page 819-821.

Journal of Geotechnical and Geoenvironmental Engineering ASCE/February


2003 Page 118-121.

M. Das, Braja. (2002).Principles of Geotechnical Engineering, Edisi ke- 5,


Wadswoth Group : USA.

Sosrodarsono, Suyono. (2000). Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi, PT.


Pradnya Paramita : Jakarta.

https://www.academia.edu/31108169/Tutorial_Survey_Tambang_dengan_Surp
ac

https://www.academia.edu/11853747/perencanaan_tambang

https://www.academia.edu/5154016/ESTIMASI_CADANGAN_BATUBARA
_DENGAN_MENGGUNAKAN_METODE_CROSS_SECTION_PAD
A_DAERAH_RENCANA_PENAMBANGAN_PIT_F_BLOK_III_SIT
E_AIR_KOTOK_DI_PT._RATU_SAMBAN_MINING_KABUPATE
N_BENGKULU_TENGAH_BENGKULU?email_work_card=title

87 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
LAMPIRAN

88 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N
89 | M I N E P L A N N I N G D E S I G N

Anda mungkin juga menyukai