Anda di halaman 1dari 21

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketahanan gempa untuk suatu gedung menjadi sangat penting di

Indonesia, karena Indonesia merupakan salah satu negara dengan intensitas gempa

yang tinggi. hal ini disebabkan karena wilayah kepulauan Indonesia berada di

antara 4 (empat) sistem tektonik yang aktif, yaitu tapal batas lempeng Eurasia,

lempeng Indo-Australia, lempeng Filipina dan lempeng Pasifik. Salah satu gempa

yang terbesar adalah gempa Aceh yang terjadi pada tahun 2004 silam.

Saat ini perencanaan bangunan tahan gempa di Indonesia menggunakan

Standar Nasional Indonesia (SNI), yaitu tata cara perencanaan ketahanan gempa

untuk struktur bangunan gedung dan non gedung. Pada standarisasi yang baru ini,

ruang lingkup tata cara telah diperluas mengingat kebutuhan akan hal-hal baru

yang sangat pesat berkembang. Dalam SNI 1726 -2012 terdapat metode beban

dinamis dalam perencanaan bangunan tahan gempa. Analisis dinamis untuk

perancangan struktur tahan gempa dilakukan jika diperlukan evaluasi yang lebih

akurat dari gaya – gaya gempa yang bekerja pada struktur, serta untuk mengetahui

perilaku dari struktur akibat pengaruh dari gempa.

1.2 Rumusan Masalah

Respons bangunan akibat gempa yang terjadi dapat dianalisis secara statik

maupun dinamik. Analisis statik yang umum digunakan adalah analisis gaya

lateral ekivalen. Analisis dinamik dapat dibagi atas dua yaitu analisis spektrum

respons ragam dan analisis riwayat respons seismik (Time History).berdasarkan


SNI 1726 – 2012 ada banyak batasan yang diberikan dalam prosedur analisis

statik ekivalen, pembatasan ini dilakukan karena hasil analisis statik ekivalen

kurang presisi untuk berbagai macam struktur yang dibangun. Oleh karena itu

diperlukan analisis secara dinamik untuk memperoleh respons bangunan yang

lebih mendekati responts struktur yang sebenarnya ketika terjadi gempa.

Selanjutnya tulisan ini mengkaji kinerja struktur akibat beban gempa dengan

menggunakan metode perbandingan yaitu metode gaya lateral ekivalen dan

metode spektrum respons ragam.

1.3 Batasan Masalah

Adapun penelitian ini dibatasi dengan ruang lingkup sebagai berikut :

1. Analisis perhitungan akibat gaya gempa berdasarkan SNI 1726 – 2012.

2. Metoda analisis yang akan digunakan dalam perhitungan adalah analisis gaya

lateral ekivalen dan analisis spektrum respons ragam bantuan program

SAP2000 v.14.

3. Hasil analisis yang dihitung berupa distribusi displacement dan base shear.

4. Objek penelitian yang dipakai adalah Gedung Media Center yang terletak di

Kabupaten Bireun.

5. Fungsi bangunan tersebut sebagai gedung perkantoran

6. Tidak meneliti kinerja pondasi dan kuda-kuda.

7. Kategori struktur bangunan termasuk dalam kategori II

3.4 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini yaitu untuk membandingkan respons struktur portal

bertingkat yang akan dianalisis dengan metode gaya lateral ekivalen dan metode

spektrum respons ragam. Hasil yang akan dibandingkan yaitu berupa

displacement dan base shear..

1.5 Manfaat Penelitian

Dari hasil tersebut nantinya kita akan dapat melihat seberapa besar

perbedaan hasil dari kedua metode tersebut, kemudian membadingkan

penerapannya dalam perhitungan struktur gedung bertingkat pada secara umum.

II. Tinjauan Pustaka


II.1 Prosedur Analisi Gaya Gempa

Prosedur analisis gempa yang digunakan untuk merencanakan bangunan

tahan gempa dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu analisis statik (analisis

gaya lateral ekivalen) dan analisis dinamik (analisis spektrum respons ragam dan

analisis riwayat respons seismik). Dalam menganalisis perilaku struktur yang

mengalami gaya gempa, semakin teliti analisis dilakukan, perencanaannya

semakin ekonomis dan dapat diandalkan. Untuk bangunan satu tingkat dapat

direncanakan hanya dengan menetapkan besarnya beban lateral yang dapat

ditahan elemen struktur dan dengan mengikuti ketentuanketentuan dalam

peraturan.

Tabel 2.1 Prosedur Analisis Gempa

11Prosedur riwayat respons seismik Pasal


Analisis gaya lateral ekivalen Pasal 7.8

Analisis spektrum respons ragam Pasal

Kategori
Desain Karkteristik Struktur
7.9

Seismik

B, C Bangunan dengan Kategori Risiko I atau II dari


konstruksi rangka ringan dengan ketinggian tidak
melebihi 3 tingkat
Bangunan lainnya dengan Kategori Risiko I atau II
dengan ketinggian tidak melebihi 2 tingkat
Semua struktur lainnya
D,E, F Bangunan dengan Kategori Risiko I atau II dari
konstruksi rangka ringan dengan ketinggian tidak
melebihi 3 tingkat
Bangunan lainnya dengan Kategori Risiko I atau II
dengan ketinggian tidak melebihi 2 tingkat
Struktur beraturang dengan T< 3,5 Ts dan semua
dari konstruksi rangka ringan
Struktur tidak beraturan dengan T< 3,5 Ts dan
mempunyai hanya ketidakberaturan horisontal Tipe
2, 3, 4 atau 5 dari Tabel 10 atau ketidakberaturan
vertikal Tipe 4, 5a atau 5b dari Tabel 11
CATATAN, I : DIIJINKAN, TI : TIDAK DIIJINKAN
Sumber: SNI 1726-2012
2.2 Analisis Statik
2.2.1 Geser dasar seismik

V = Cs.W (2.01)

Dengan :

Cs adalah koefisien respons seismik.

W adalah berat seismik efektif.

2.2.2 Berat Seismik Effektif

Berat seismik efektif struktur, W, harus menyertakan seluruh beban mati

dan beban lainnya yang terdaftar di bawah ini:

1. Dalam daerah yang digunakan untuk penyimpanan: minimum sebesar 25

persen beban hidup lantai (beban hidup lantai digarasi publik dan struktur

parkiran terbuka, serta beban penyimpanan yang tidak melebihi 5 persen dari

berat seismik efektif pada suatu lantai, tidak perlu disertakan);

2. Jika ketentuan untuk partisi disyaratkandalam desain beban lantai: diambil

sebagai yang terbesar di antara berat partisi aktual atau berat daerah lantai

minimum sebesar 0,48 kN/m2;

3. Berat operasional total dari peralatan yang permanen;

4. Berat lansekap dan beban lainnya pada taman atap dan luasan sejenis

lainnya.
2.2.3 Perhitungan Koefisien Respons Seismik

DDS
Cs 
R (2.02)
 
 Ie 

S D1
C s Max 
R (2.03)
T 
 Ie 

0,5.S1
C s Min 
R (2.04)
 
 Ie 

Dengan :

SDS adalah parameter percepatan spektrum respons desain dalam rentang

periode pendek;

R adalah faktor modifikasi respons;

Ie adalah faktor keutamaan gempa;

SD1 adalah parameter percepatan spektrum

respons desain pada perioda sebesar 1,0 detik;

T adalah perioda fundamental struktur (detik);

S1 adalah parameter percepatan spektrum respons maksimum.

2.2.4 Perioda Fundamental

Ta  C t .hnx (2.05)
Hn adalah ketinggisn struktur, dalam m, di atas dasar sampai tingkat

tertinggi struktur, Ct dan x ditentukan dari :

Tabel 2.2 Parameter Perioda


Tipe struktur Ct x
Sistem rangka pemikul momen di mana rangka memikul
100 persen gaya gempa yang disyaratkan dan tidak
dilingkupi atau dihubungkan dengan komponen yang
lebih kaku dan mencegah rangka dari defleksi jika
dikenai gaya gempa
Rangka baja pemikul momen 0,0724a 0,8
Rangka beton pemikul momen 0,0466a 0,9
Rangka baja dengan bresing eksentris 0,0731a 0,75
Rangka baja dengan bresing terkekang terhadap tekuk 0,0731a 0,75
Semua sistem struktur lainnya 0,0488a 0,75
Sumber : SNI 1726-2012

2.2.5 Distribusi Gaya Gempa


Fx  CVX .V (2.06)
k
Wx.h
CVx  x
(2.07)

n
i 1
wi.h xk
n
V x   Fi (2.08)
ix
Dengan :

Cvx adalah faktor distribusi vertikal;

V adalah gaya lateral desain total atau geser di dasar struktur (kN);

wi and wx adalah bagian berat seismik efektif total struktur (W) yang

ditempatkan atau dikenakan pada tingkat i atau x;

hi and hx adalah tinggi (m) dari dasar sampai tingkat i atau x;

k adalah eksponen yang terkait dengan perioda struktur

Fi adalah bagian dari geser dasar seismik (V) (kN) yang timbul di Tingkat

i.
2.3 Analisis Dinamik
2.3.1 Parameter Respons Ragam

Nilai untuk masing-masing parameter desain terkait gaya yang ditinjau,

termasuk simpangan antar lantai tingkat, gaya dukung, dan gaya elemen struktur

individu untuk masingmasing ragam respons harus dihitung menggunakan

properti masing-masing ragam dan spektrum respons didefinisikan dalam SNI

1726-2012 dibagi dengan kuantitas (R/I). Nilai untuk perpindahan dan kuantitas

simpangan antar lantai harus dikalikan dengan kuantitas (Cd/I).

2.3.2 Parameter Respons Terkombinasi

Nilai untuk masing-masing parameter yang ditinjau, yang dihitung untuk

berbagai ragam, harus dikombinasikan menggunakan metoda akar kuadrat jumlah

kuadrat (SRSS) atau metoda kombinasi kuadrat lengkap (CQC), sesuai dengan

SNI 1726. Metoda CQC harus digunakan untuk masing-masing nilai ragam di

mana ragam berjarak dekat mempunyai korelasi silang yang signifikan di antara

respons translasi dan torsi.

2.4 Skala Gaya

Bila perioda fundamental yang dihitung melebihi (Cu)(Ta), maka (Cu)(Ta)

harus digunakan sebagai pengganti dari T dalam arah itu. Kombinasi respons

untuk geser dasar ragam (Vt) lebih kecil 85 persen dari geser dasar yang dihitung

(V) menggunakan prosedur gaya lateral ekivalen, maka gaya harus dikalikan

dengan 0,85V/Vt.
2.5 Batasan Simpangan Antar Lantai

Simpangan antar lantai (Δ) tidak boleh melebihi simpangan antar lantai

ijin (Δa) seperti yang ditetapkan dalam table berikut ini.

Tabel 2.3 Simpangan antar lantai


Katagori Risiko
Struktur
Lantai 1I Lantai III Lantai IV
Struktur, selain dari struktur geser batu 0,025hsx 0,020hsx 0,015hsx
bata 4 tingkat atau kurang dengan
dinding interior, partisi, langit-langit dan
sistem dinding eksterior yang telah
didesain untuk mengakomodasi
simpangan antar lantau tingkat
Struktur dinding geser kantiliver batu 0,010hsx 0,010hsx 0,010hsx
bata
Struktur dinding geser kantiliver batu 0,007hsx 0,007hsx 0,007hsx
bata lainnya
Semua struktur lainnya 0,020hsx 0,015hsx 0,010hsx
Sumber : SNI 1726-2012

III. Metode Penelitian

Metode dan langkah-langkah perhitungan yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan prosedur yang disesuaikan dengan SNI 1726-2012


tentang perencanaan ketahanan gempa untuk struktur gedung bertingkat. Untuk

proses analisa, peneliti menggunakan bantuan software SAP 2000 v14.

Tahapan penelitian adalah sebagai berikut :

MULAI

Studi Literatur
Pengumpulan data tanah dan struktur

Pemodelan Struktur dengan Software SAP

Perhitungan Pembebanan
Beban Mati
Beban Hidup
Beban Gempa Respons Spektrum
Beban Gempa Statik ekivalen

Analisis Statik Analisis Dinamik


Gaya Lateral Ekivalen Spektrum Respons Ragam

Hasil Analisis Hasil Analisis


Displacement dan Base Shear Displacement dan Base Shear

Output :
Perbandingan hasil Displacement dan Base Shear
kedua Metode

Kesimpulan

Selesai
2.1 Gempa Rencana
Gempa rencana dalam perancangan struktur gedung ini ditetapkan sebagai
gempa yang kemungkinan terlewati besarannya selama umur struktur bangungan
50 tahun adalah sebesar 2 persen.

2.2.1. Faktor Keutamaan dan Kategori Resiko Struktur Bangunan


Sesuai tabel 1 SNI 1726-2012, untuk berbagai resiko struktur bangunan
gedung dan non gedung sesuai dengan tebel 2.1, pengaruh gempa rencana
terhadapnya harus dikalikan dengan suatu faktor keutamaan Ie menurut tabel 2.2.
Tabel 2.1 Kategori Resiko Bangunan Gedung dan Non Gedung untuk beban
Gempa
Kategori
Jenis Pemanfaatan Resiko

Gedung dan non gedung yang memiliki resiko rendah terhadap jiwa
manusia saat terjadi kegagalan, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk, antara
lain :
- Fasilitas pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan
- Fasilitas sementara
I
- Gudang penyimpanan
- Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam kategori
resiko I,III,IV, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk :
- Perumahan
- Rumah toko dan rumah kantor
- Pasar
- Gedung perkantoran II
- Gedung apartemen/rumah susun
- Pusat perbelanjaan/ mall
- Bangunan industri
- Fasilitas manufaktur
- pabrik

Tabel 2.1 Kategori Resiko Bangunan Gedung dan Non Gedung untuk beban
Gempa (lanjutan)
Gedung dan non gedung yang memiliki resiko tinggi terhadap jiwa III
manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk :
- bioskop
- gedung pertemuan
- stadion
- fasilitas kesejatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit gawat darurat
- fasilitas penitipan anak
- penjara
- Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan non gedung, tidak termasuk ke dalam kategori resiko IV,
(termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses,
penanganan, penyimpanan, penggunaan atau tempat pembuangan bahan
bakar berbahaya, bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan
yang mudah meledak) yang mengandung bahan beracun atau peledak di
mana jumlah kandungan bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan
oleh instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan bahaya bagi
masyarakat jika terjadi kebocoran.
Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang
penting, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk :
- Bangunan-bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki dasilitas
bedah dan unit gawat darurat.
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan tempat
perlindungan darurat lainnya
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas lainnya
untuk tanggap darurat. IV
- Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan
pada saat keadaan darurat.
- Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki
penyimpanan bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik,
tangki air pemadam kebakaran atau struktur rumah atau struktur
pendukung air atau material atau peralatan pemadam kebakaran) yang
disyaratkan untuk beroperasi pada saat keadaan darurat
Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi struktur
bangunan lain yang masuk ke dalam kategori resiko IV.

Tabel 2.2 Faktor Keutamaan Gempa

Faktor keutamaan gempa,


Kategori resiko Ie
I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,5

2.2.2. Kombinasi Beban dan pengaruh beban Gempa


Peninjauan dan penghitungan beban pada perancangan gedung ini
berdasarkan pada Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung SNI
2847-2013 pasal 9.2.1 dan Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung SNI 1726-2012 Pasal 4.2.2 dan
Pasal 7.4.
1. 1,4 D
2. 1,2D + 1,6L + 0,5(Lr atau R)
3. 1,2D + 1,6(Lr atau R) + (1,0Latau 0,5W)
4. 1,2D + 1,0W + 1,0L+ 0,5(Lr atau R)
5. 1,2D + 1,0E + 1,0L
6. 0,9D + 1,0W
7. 0,9D + 1,0E
Dengan pengaruh beban gempa, E ditentukan oleh persamaan (2-01) dan (2-02) :
1. Untuk penggunaan dalam kombinasi beban 5
E = Eh + Ev (2-01)
2. Untuk penggunaan dalam kombinasi beban 7
E = Eh - Ev (2-02)
Dengan Eh dan Ev ditentukan oleh persamaan (2-03) dan (2-04) :
Eh = ρQE (2-03)
Ev = 0,2SDSD (2-04)
Dengan :
U = kuat perlu
D = beban mati
L = beban hidup
Lr = beban hidup pada atap
R = beban hujan
W = beban angin
E = beban gempa
Eh = pengaruh beban gempa horizontal
Ev = pengaruh beban gempa vertikal
ρ = faktor redundansi
QE = pengaruh gaya gempa horizontal dari V atau Fp
SDS = parameter percepatan spektrum respons desain pada perioda pendek

2.2.3.Klasifikasi Situs
Dalam perumusan kriteria desain seismik suatu bangunan di permukaan
tanah atau penentuan amplifikasi besaran percepatan gempa puncak dari batuan
dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus
diklasifikasikan terlebih dahulu. Profil tanah di situs harus diklasifikasikan sesuai
dengan tabel 2.3 bersasarkan profil tanah lapisan 30 m paling atas. Penetapan
kelas situs harus melalui penyelidikan tanah di lapangan dan pengujian di
laboratorium dengan minimal mengukur secara independen dua dari tiga
parameter tanah yang tercantum dalam tabel 2.3. kelas situs yang diberlakukan
adalah kelas situs yang paling buruk dari hasil analisis.
Tabel 2.3 Klasifikasi Situs
Kelas Situs V s ( m / det ik ) N atau N Ch S u (kPa)
SA (batuan keras) >1500 N /A N /A
SB (batuan) 750 sampai 1500 N /A N /A
SC (tanah keras, sangat 350 sampai 750 >50 ≥100
padat dan batuan
lunak)
SD (tanah sedang) 175 sampai 350 15 sampai 50 50 sampai 100
SE (tanah lunak) <175 <15 <50
Atau setiap profil tanah yang mengandung lebih dari 3 m tanah dengan
karakteristik sebagai berikut :
1. Indeks pltastisitas, PI > 20,
2. Kadar air, w > 40,
3. Kuat geser niralir, s u < 25 kPa
SF (tanah kusus, yang Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah satu atau lebih dari
membutuhkan karakteristik berikut :
investigasi geoteknik - rawan dan potensi gagal atau runtuh akibatn beban gempa seperti
spesifik dan analisis mudah likuifaksi, lempung sangat sensitif, tanah tersementasi lemah
respons spesifik situs - lempung sangat organik dan atau gambut (ketebalan, H > 3 m
- lempung berplastisitas sangat tinggi ( H > 7,5 m, IP > 75)
lapisan lempung lunak/setengah teguh dengan ketebalan H > 35 m
dengan s u < 50 kPa
Catatan : N/A = tidak dapat dipakai.
Dalam klasifikasi situs, profil tanah yang mengandung beberapa lapisan
tanah dan atau batuan yang nyata berbeda, harus dibagi menjadi lapisan – lapisan
dari no ke-1 hingga ke-n dari atas kebawah, sehingga ada total n- lapisan tanah
yang berbeda pada lapisan 30 m paling atas tersebut.
Untuk mendapatkan nilai kecepatan rata-rata gelombang geser Vs
menggunakan langkah persamaan (2-05), tahanan penetrasi standar lapangan rata
– rata N menggunakan persamaan (2-06) dan tahanan penetrasi standar rata –
rata untuk lapisan tanah non kohesif N Ch menggunakan persamaan (2-07) serta
kuat geser Niralir S u harus melalui langkah dari persamaan (2-09) :
1. Nilai Kecepatan rata – rata gelombang geser Vs
n

d i
vs  i 1
(2-05)
n
di

i 1 v si

Dengan :
di = tebal setiap lapisan antara kedalaman 0 sampai 30 m;
vsi = kecepatan gelombang geser lapisan i dinyatankan dalam
meter
perdetik (m/detik)
n

d
i 1
i = 30 meter
2. Tahanan penetrasi standar lapangan rata – rata, N dan tahanan
penetrasi lapangan rata – rata untuk lapisan tanah non kohesif N Ch
n

d i
N i 1
(2-06)
n
di

i 1 N i

Dengan di dan Ni dalam persamaan (2-06) berlaku untuk tanah non


kohesif, tanah kohesif dan lapisan batuan.

ds
N ch  m
di (2-

i 1 N i

07)
Dengan Ni dan di dalam persamaan (2-07) berlaku untuk tanah non-
kohesif saja, dan
m m

 di  d s  di  d s
i 1 j 1
(2-

08)
Dengan
ds = ketebalan total lapisan tanah non – kohesif 30 m paling atas
Ni = Tahanan penetrasi standar 60% energi N60 yang terukur
langsung dilapangan tanpa koreksi dengan nilai ≤ 305
pukulan/m
3. Kuat geser niralir S u
dc
su  k
di (2-

i 1 S ui

09)
Dengan
k

d
i 1
i  dc (2-

10)
Dengan :
dc = ketebalan total dari lapisan – lapisan tanah kohesif didalam
lapisan 30 m paling atasa (m)
PI = indeks plastisitas
w = kadar air %
sui = kuat geser niralir (kPa), dengan nilai tidak lebih dari 250
kPa

2.2.4. Parameter Percepatan Terpetakan


Setelah mengetahui klasifikasi situs dan mengetahui letak lokasi banguan,
langkah berikutnya adalah mengetahui parameter percepatan batuan dasar pada
perioda pendek (Ss) dan percepatan batuan dasar pada perioda 1 detik (S1). Kedua
parameter ini bisa diambil dari peta gempa SNI 1726-2012.

2.2.5. Analisa Struktur


Dalam perencanaan kolom dengan menggunakan software SAP2000 perlu
diketahui beberapa teori perhitungan yang dipakai untuk mengetahui pengaruh
akibat momen yang bekerja

2.4.2 Perencanaan kolom


Perencanaan kolom meliputi perhitungan penulangan penampang, baik
akibat beban lentur, lentur dan aksial, maupun torsi. SNI 03-2874-2003
menetapkan besarnya faktor reduksi kekuatan Ǿ dalah 0.8 untuk lentur dan 0.75
untuk geser, faktor reduksi ini diperhitungkan untuk variasi yang merugikan dari
kakuatan bahan, dimensi, dan pendekatan dalam perhitungan
BAB III DISKRIPSI HASIL PERHITUNGAN
3.1 Perencanaan awal
3.1.1 Data bangunan
Gedung yang direncanakan merupakan gedung pendidikan berlantai dengan
tinggi kolom pada lantai I dan II adalah 4 m, panjang banguanan 21 m dan lebar 9
m.

3.1.2 Mutu bahan


Material yang digunakan adalah beton. Data yang harus digunakan meliputi :
a) Mutu beton (fc) = 20,75 Mpa
b) Mutu baja (fy) = 320 Mpa
c) Tegangan geser beton = 20,75 Mpa
d) Mutu baja sengkang (fys) = 240 Mpa
e) Berdasarkan SNI 03-2847-2002, untuk modulus elastisitasbeton normal (E)
diambil sebesar 4700 x fc

3.2 Perhitungan Pembebanan


Perhitungan gaya-gaya dalam menggunakan alat bantu software SAP2000.
Dalam bab ini penulis akan menguraikan langkah-langkah pemrosesan data yang
akan dimasukkan kedalam software SAP2000 sampai didapati hasil perhitungan
yang meliputi gaya akibat beban lentur, lentur dan aksial, maupun geser/torsi.

3.2.1 Geometri model struktur


Geometri struktur ditentukan berdasarkan arah sumbu koordinat global.
Untuk tinngi bangunan ditentukan pada arah sumbu Z dan lebar atau panjang
bangunan terletak pada sumbu X dan Y. untuk dapat menggambar struktur,
terlebih dahulu kita harus menentukan garis bantu (Grid Lines), kemudian
dilanjutkan dengan menggambar struktur dengan menentukan (Joint/Nodal) serta
elemen struktur yang berdasarkan gambar bestek perencanaan.

3.2.2 Pemasukan data (Input Data)


Setelah selesai menggambar pemodelan, kemudian dilanjutkan dengan
memasukan data (iput data). Data yang dimasukana adalah data bangunan,
dimensi penampang dan mutu bahan.

3.2.3 Analisis data (Run Analisys)


Setelah melakukan input data, kemudian dilanjutkan dengan menganalisa
data (Run analisys). Dalam analisa akan diketahui gaya-gaya dalam yang terjadi
meliputi akibat lentur, lentur dan aksial, maupun geser/torsi.

3.3 perhitungan tulangan


Perhitungan tulangan dilakukan secara manual.
Perhitungan tulangan meliputi :
1. Luas tulangan pokok lapangan dan tumpuan
2. Pengecekan luas tulangan maksimum yang dizinkan
3. Pemilihan diameter tulangan pokok
4. Jarak tulangan pokok
5. Luas tulangan sengkang
6. Jarak tulangan sengkang

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH


Dalam pembahasan ini penulis akan merencanakan kolom portal yang
mengacu pada persyaratan minimum komponen lentur dan aksial struktur beton
bertulang berdasarkan Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPMM) yang
memenuhi Standar Nasional Indonesia yaitu SNI 03-2847-2003 dan SNI 03-1726-
2010.
BAB V PENUTUP
Pada bab V ini akan diuraikan beberapa kesimpulan dan saran dari hasil yang
penulis kutip selama proses penyelesaian proyek akhir ini.

DAFTAR PUSTAKA

Dipohusodo I,1993, Struktur Beton Bertulang, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan,1983, Peraturan Pembebanan


Indonesia
Untuk Gedung, LPMB, bandung

Muto, K, 1993. Analisis Perencanaan Gedung Tahan Gempa. Erlangga. Jakarta

Purwono, R, 2005. Perencanaan Struktut Beton Bertulang Tahan Gempa. ITS


press,Surabaya
Standar Nasional Indonesia, (SNI-03-1726), 2002, Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung, Bandung

Standar Nasional Indonesia, (SNI-03-1726),2002, Tata Cara Perhitungan


Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, Bandung
PROPOSAL PROYEK AKHIR

PERENCANAAN KOLOM DENGAN SISTEM


RANGKA
PEMIKUL MOMEN MENENGAH PADA
GEDUNG RKB SMP NEGERI 15
LHOKSEUMAWE
Oleh:

NAMA : NOVRIANDA FIRDAUS


NIM : 080301032
JURUSAN : TEKNIK SIPIL
SPESIALISASI : KONSENTRASI GEDUNG

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL


POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
2011

Anda mungkin juga menyukai