Anda di halaman 1dari 14

2.

1 Konsep Proses Keperawatan

2.2 Konsep Keperawatan Gerontik

1.2.1 Pengertian Keperawatan Gerontik

Ilmu keperawatan gerontik bersal dari kata : ilmu + Keperawatan + Gerontik.


Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,
berbetuk pelayanan bio, psiko, sosial, dan spiritual yang komprehensif, ditujukan pada
individu, keluarga dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh
proses kehidupan manusia.

Gerontik sendiri berasal dari kata Gerontologi dan Geriatrik. Gerontologi


adalah cabang ilmu yang membahas atau menangani proses penuaan dan masalah
yang timbul pada orang yang telah berusia lanjut. Geriatrik berkaitan dengan penyakit
atau kecacatan yang terjadi pada orang berusia lanjut. Keperawatan Geriatri adalah
praktik keperawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses penuaan. Sedangkan
keperawatan gerontik adalah suatu pelayanan profesional yang berdasarkan ilmu
dan kiat atau teknik keperawatan yang berbentuk bio, psiko, sosial, spiritual dan
kultural yang holistik yang ditujukan pada klien dengan usia lanjut, baik sehat
maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

Model pemberian asuhan keperawatan yang diterapkan pada lansia pada


keperawatan gerontik belum ada yang sesuai, tetapi model keperawatan yang mudah
diterima adalah model dari S. Callista Roy (Adaptation Model of Nursing), dimana
Roy memandang klien sebagai suatu sistem adaptasi. Tujuannya adalah membantu
seorang lansia untuk beradaptasi terhadap perubahan pemenuhan kebutuhan
fisiologis, konsep diri, fungsi perannya, dan hubungan interdependensi selama sehat
sakit (Marinner dan Tomeri, 1994).

2.2.2 Pembagian Lansia

a. Menurut Departemen Kesehatan RI :


- Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa
vibrilitas
- Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium
- Kelompok usia lanjut (lebih dari 56 tahun) sebagai senium
b. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
- Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun
- Usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun
- Usia tua (old) antara 75-90 tahun
- Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
c. Menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 4 Tahun 1965
“Seseorang dinyatakan sebagai orang jompo atau usia lanjut setelah
yang bersangkutan mencapai usia 55 tahun, tidak mempunyai atau
tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-
hari, dan menerima nafkah orang lain.”

2.2.3 Proses Penuaan

Proses penuaan merupakan proses alamiah setelah tiga tahap


kehidupan yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua yang tidak dapat dihindari oleh setiap
individu. Pertambahan usia akan menyebabkan perubahan-perubahan struktur dan fisiologis.
Proses ini akan menjadikan kemunduran fisik maupun psikis. Kemunduran secara fisik
ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, penurunan pendengaran penglihatan
memburuk, gerakan lambat dan kelainan fungsi organ vital. Sedangkan kemunduran psikis
terjadi peningkatan sensitivitas emosional, menurunnya gairah, bertambahnya minat terhadap
diri, berkurangnya minat terhadap penampilan, meningkatnya minat terhadap material, dan
minat kegiatan rekreasi tidak berubah.

Ada dua proses penuaan, yaitu penuaan secara primer dan penuaan
secara sekunder. Penuaan primer akan terjadi bila terdapat perubahan pada tingkat sel,
sedangkan penuaan sekunder merupakan proses penuaan akibat faktor lingkungan fisik dan
sosial, stres fisik/psikis, serta gaya hidup dan diet dapat mempercepat proses menjadi tua.

Proses penuaan bisa diiringi dengan timbulnya beberapa penyakit pada


lansia. Karakteristik penyakit yang dijumpai pada lansia yaitu :

1. Penyakit yang sering multipel, saling berhubungan satu sama lain


2. Penyakit bersifat degeneratif, sering menimbulkan kecacatan
3. Gejala sering tidak jelas, berkembang secara perlahan.
4. Masalah psikologis dan sosial sering terjadi bersamaan.
5. Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut
6. Sering terjadi penyakit yang bersifat iatrogenik.
7. Hasil penelitian profil penyakit lansia di empat kota (Padang, Bandung, Denpasar dan
Makassar) adalah sebagai berikut :
a. Fungsi tubuh yang dirasakan menurun : penglihatan (76,24%); daya ingat
(69,39%); seksual (58,04%); kelenturan (53,23%); gigi dan mulut (51,12%).
b. Masalah kesehatan yang sering muncul : Sakit tulang atau sendi (69,39%); sakit
kepala (51,15%); daya ingat menurun (38,51%); selera makan menurun (30,08%);
mual atau perut perih (26,66%); sulit tidur (24,88%); dan sesak nafas (21,28%)
c. Penyakit kronis: reumatik (33,14%); hipertensi (20,66%); gastritis (11,34%); dan
penyakit jantung (6,45%)

2.3 Hipertensi

2.3.1 Definisi

Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah keadaan yang ditandai dengan


terjadinya peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Hal ini disebabkan oleh
gangguan pada pembuluh darah sehingga mengakibatkan suplasi oksigen dan nutrisi.
Kondisi ini menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka
timbulah penyakit tekanan darah tinggi. Hipertensi merupakan penyakit yang
umumnya tidak menunjukkan gejala, atau bila ada, gejalanya tidak jelas, sehingga
tekanan yang tinggi dalam arteri sering tidak dirasakan oleh penderita.

Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami hipertensi, maka


WHO merumuskannya sebagai berikut :

1. Pria usia kurang dari 45 tahun, dikatakan hipertensi jika tekanan darahnya pada
waktu berbaring lebih tinggi atau sama dengan 130/90 mmHg.
2. Prias usia lebih dari 45 tahun, dikatakan menderita hipertensi jika tekanan
darahnya pada waktu berbaring, lebih tinggi dari 145/95 mmHg.
3. Wanita, dikatakan hipertensi jika tekanan darahnya pada waktu berbaring lbih
tinggi dari atau sama dengan 160/95 mmHg.
2.3.2 Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi dibagi menjadi dua yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder.
Meskipun pada umumnya sekitar 90% penyebab hipertensi tidak diketahui dan faktor
turunan memegang peranan besar. Hipertensi jenis ini dikenal sebagai hipertensi
esensial atau primer. Ada juga hipertensi yang penyebabnya diketahui, yang disebut
dengan hipertensi sekunder.

a. Hipertensi Primer
Merupakan hipertensi yang memiliki beberapa kemungkinan
penyebabnya. Beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah
dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Hipertensi primer terjadi
karena kondisi masyarakat yang memiliki asupan garam cukup tinggi,
lebih dari 6,8 gram setiap hari, serta karena faktor genetik. Namun gen-gen
(Bagian kromosom yang sangat kecil yang menghasilkan protein penentu
sifat individu)untuk hipertensi belum teridentifikasi. Penelitian terkini
difokuskan pada faktor genetik dalam memngaruhi sistem Renin-
Angiostensin-Aaldosteron, yaitu sistem yang membantu mengatur tekanan
darah melalui keseimbangangaram dan kondisi arteri.
b. Hipertensi Sekunder
Merupakan hipertensi yang disebabkan karena gangguan pembuluh darah
atau organ tubuh tertentu, seperti ginjal, kelenjar adrenal, dan aorta.
Penyebab hipertensi sekunder sekitar 5-10% berasal dari penyakit ginjal,
dan sekitar 1-2% karena kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu
(misalnya pil KB). Penyebab lain yang jarang adalah feokromositoma,
yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin
(adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).

Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1999):


a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan /
atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Secara kilnis derajat hipertensi dapat dikelompokan yaitu :

No Kategori Sistolik (mmHg) Diatolik (mmHg)


1. Optimal <120 <80
2. Normal 120 – 129 80 - 84
3. High normal 130 – 139 85 – 89
4. Hipertensi
5. Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99
6. Grade 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109
7. Grade 3 (berat) 180 – 209 100 – 119
8. Grade 4 ( sangat berat) >210 >120

2.3.3 Hipertensi Pada Lansia

Seiring pertambahan usia, tekanan darah sistolik biasanya menurun, tetapi tekanan
darah diastolik meningkat. Jika tekanan sistolik pada orang tua mencapai lebih dari 140
mmHg dan diastolik 90 mmHg, maka diperlukan perhatian serius untuk menanganinya
karena kondisi ini dapat meningkatkan risiko terserang penyakit kardiovaskuler di masa
mendatang. Tekanan sistolik pada orang tua dijadikan acuan untuk menentukan waktu
pemberian obat hipertensi. Dalam beberaa kasus, tekanan sistolik dapat meningkat, tetapi
diastoliknya tidak. Kondisi ini disebut hipertensi sistolik terisolasi (Isolated Systolic
Hypertension). Pemantauan tekanan darah pada orang tua (yang berusia di atas 65 tahun)
sebaiknya dilakukan setahun sekali. Untuk mencegah hipertensi, sebaiknya berat badan
dijaga agar tidak terlalu gemuk dan tetap aktif melakukan latihan fisik seperti berjalan kaki.
Selain itu, asupan sodium sebaiknya dibatasi kurang dari 2,4 gram per hari.

Obat hipertensi yang efektif bagi orang tua antara lain adalah golongan diuretik,
antagonis kalsium, dan beta-blocker.

2.3.4 Faktor resiko hipertensi

Terdapat dua faktor resiko yang dapat menyebabkan hipertensi yaitu faktor
yang tidak bisa diubah dan faktor yang dapat diubah.

a. Faktor yang tidak dapat diubah


 Ras : Suku berkulit hitam beresiko lebih tinggi terkena hipertensi. Di
Amerika, penderita hipertensi berkulit hitam 40% lebih banyak dibandingkan
penderita berkulit putih
 Usia : Hipertensi bisa terjadi pada semua usia. Tetapi semakin bertambah usia
seseorang, resiko terserang hipertensi semakin meningkat. Hal ini terjadi
akibat perubahan alami pada jantung, pembuluh darah, dan hormon.
 Riwayat keluarga : Hipertensi bisa diturunkan. Anak yang orangtuanya ada
yang hipertensi maka memiliki 25% peluang lebih besar memiliki penyakit
hipertensi.
 Jenis kelamin : Hipertensi banyak ditemukan pada laki-laki dewasa muda dan
juga lanjut usia. Sebaliknya, hipertensi sering terjadi pada sebagian besar
wanita setelah berusia 55 tahun atau yang sudah mengalami menapause.

b. Faktor yang dapat diubah


 Kegemukan : Massa tubuh yang besar membutuhkan lebih banyak darah untuk
menyediakan oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Artinya darah yang
mengalir dalam pembuluh darah semakin banyak sehingga dinding arteri
mendapatkan tekanan lebih besar. Kelebihan berat badan juga membuat
frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam darah meningkat. Kondisi
ini menyebabkan tubuh menahan natrium dan air. Konsumsi lemak jenuh dan
juga lemak trans secara terus-menerus menyebabkan penumpukan lemak di
dalam pembuluh darah. Akibatnya arteri menyempit dan perlu tekanan lebih
besar untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh.
 Kurangnya aktivitas fisik : jika seseorang kurang gerak, frekuensi denyut
jantung menjadi lebih tinggi sehingga memaksa jantung bekerja lebih keras
setiap kontraksi
 Merokok : zat kimia dalam tembakau, seperti nikotin dan karbonmonoksida
dari asap rokok, membuat jantung lebih keras untuk memompa darah.
 Konsumsi alkohol secara berlebihan
 Stres
2.3.5 Etiologi hipertensi

Penyebab hipertensi dengan orang lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan


pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
bwrumur 20 tahun kemampuan kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data


penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi

b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
 Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
 Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
 Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
 Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
 Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
 Kegemukan atau makan berlebihan
 Stress
 Merokok
 Minum alcohol
 Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit seperti
Ginjal, Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor, Vascular,
Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis,
Kelainan endokrin, DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme, Saraf, Stroke,
Ensepalitis. Selain itu dapat juga diakibatkan karena Obat–obatan Kontrasepsi oral
Kortikosteroid

2.3.6 Patofisiologi hipertensi

Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output(curah jantung)
dengan total tahanan perifer. Cardiac output (Curah jantung) diperoleh dari perkalian antara
stroke volume dengan heart rate (denyut jantung). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan
oleh sistemsaraf otonom dan sirkulasi hormon.Empat sistem kontrol yang berperan dalam
mempertahankantekanan darah antara lain sistem baro reseptor arteri, pengaturan
volumecairan tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi vaskuler.Baroreseptor arteri
terutama ditemukan di sinus carotid, tapi jugadalam aorta dan dinding ventrikel kiri.
Baroreseptor ini memonitor derajat tekanan arteri. Sistem baro reseptor meniadakan
peningkatan tekanan arterimelelui mekanisme perlambatan jantung oleh respon vagal
(stimulasi parasimpatis) dan vasodilatasi dengan penurunan tonus otot simpatis. Oleh karena
itu, refleks kontrol sirkulasi meningkatkan arteri sistemik bilatekanan baroreseptor turun dan
menurunkan tekanan arteri sistemik bila tekanan baro reseptor meningkat. Alasan pasti
mengapa kontrol ini gagal pada hipertensi belum diketahui. Hal ini ditujukan untuk
menaikkan re-setting sensitivitas baroreseptor sehingga tekanan meningkat secara
tidak adekuat, sekalipun penurunan tekanan tidak ada.Perubahan volume cairan
memengaruhi tekanan arteri sistemik.Bila tubuh mengalami kelebihan garam dan air, tekanan
darah meningkat melalui mekanisme fisiologi kompleks yang mengubah aliran balik venake
jantung dan mengakibatkan peningkatan curah jantung. Bila gunjalberfungsi secara
adekuat, peningkatan tekanan arteri mengakibatkan diuresis dan penurunan tekanan darah.
kondisi patologis yang mengubah ambang tekanan pada ginjal dalam mengekskresikan
garam dan air akan meningkatkan tekanan arteri sistemik.Renin dan angiotensin memegang
peranan dalam pengaturan tekanan darah. Ginjal memproduksi renin yaitu suatu enzim yang
bertindak sebagai substrat protein plasma untuk memisahkan angiotensin I, yang kemudian
diubah oleh converting enzym dalam paru menjadibentuk angiotensin II kemudian menjadi
angiotensin III. Angiotensin IIdan III mempunyai aksi vasokonstriktor yang kuat pada
pembuluh darah dan merupakan makanisme kontrol terhadap pelepasan aldosteron.
Aldosteron sangat bermakna dalam hipertensi terutama padaaldosteronisme primer. Melalui
peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis, angiotensin II dan III juga mempunyai efek
inhibiting atau penghambatan ekskresi garam (Natrium) dengan akibat peningkatan tekanan
darah. Sekresi renin tidak tepat diduga sebagai penyebab meningkatnya tahanan periver
vaskular pada hipertensi esensial. Pada tekanan darah tinggi, kadar renin harus tinggi
diturunkan karena peningkatan tekanan arteriolar renal mungkin menghambat sekresi renin.
Namun demikian,sebagian orang dengan hipertensi esensial mempunyai kadar renin normal.
Peningkatan tekanan darah terus-menerus pada klien hipertensiesensial akan mengakibatkan
kerusakan pembuluh darah pada organ-organvital. Hipertensi esensial mengakibatkan
hyperplasia medial (penebalan)arteriole-arteriole. Karena pembuluh darah menebal, maka
perfusi jaringan menurun dan mengakibatkan kerusakan organ tubuh. Hal ini menyebabkan
infark miokard, stroke, gagal jantung, dan gagal ginjal.Auteregulasi vaskular merupakan
mekanisme lain lain yang terlibatdalam hipertensi.

Auteregulasi vaskular adalah suatu proses yang mempertahankan perfusi jaringan dalam
tubuh relatif konstan. Jika aliran berubah, proses-proses autoregulasi akan menurunkan
tahanan vaskular dan mengakibatkan pengurangan aliran, sebaliknya akan meningkatkan
tahanan vaskular sebagai akibat dari peningkatan aliran. Auteregulas ivaskular nampak
menjadi mekanisme penting dalam menimbulkan hipertensi berkaitan dengan overload
garam dan air.
Hipertensi maligna adalah tipe hipertensi berat yang berkembang secara progresif.
Seseorang dengan hipertensi maligna biasanya memiliki sebagai gejala-gejala morning
headaches, penglihatan kabur, dan sesak napas dan dispnea, dan/ atau gejala uremia. Tekanan
darah diastolik >115mmHg, dengan rentang tekanan diastolik antara 130-170 mmHg.
Hipertensi maligna meningkatkan risiko gagal ginjal, gagal jantung kiri,dan stroke.
2.3.7 Manifestasi klinis hipertensi

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :


a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekana
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hioertensi atrial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak teratur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatkan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala
dan kelelahan. Dalam kenyataan ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :

a. Mengeluh sakit kepala, pusing


b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun

2.3.8 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaa penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium
 Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasi factor resiko seperti hipokoagulabilitas,
anemia.
 BUN/ kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi ginjal.
 Glucosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolanin.
 Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
2. CT Scan: mengkaji adanya tumor serebral, encelopati
3. EKG : dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
4. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : batu ginjal, perbaikan ginjal.
5. Photo dada : Menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran
jantung.

2.3.9 Penatalaksanaan penyakit hipertensi

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas


akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :


1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai
tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
 Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
 Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
 Penurunan berat badan
 Penurunan asupan etanol
 Menghentikan merokok

b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip
yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda, berenang dan lain-lain.
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik
atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya
latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi
latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu

c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
 Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh
subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan
psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

 Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
 Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien
dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

2. Terapi dengan Obat


Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita
dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur
hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (
JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND
TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan
bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE
dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan
penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.

Pengobatannya meliputi :
a. Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
b. Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
Dosis obat pertama dinaikkan Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca
antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
c. Step 3
Alternatif yang bisa ditempuh Obat ke-2 diganti Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4
Alternatif pemberian obatnya Ditambah obat ke-3 dan ke-4
Re-evaluasi dan konsultasi Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter )
dengan cara pemberian pendidikan kesehatan
Modifikasi gaya hidup

Tak mencapai sasaran TD (<140/90 mmHg atau < 130/80


mmHg pada penderita DM atau penyakit ginjal kronik

Pilih obat untuk terapi


permulaan

Hipertensi tanpa indikasi Hipertensi indikasi


khusus khusus

Obat-obatan untuk
indikasi khusus

Obat anti hipertensi


Hipertensi derajat 2 Hipertensi derajat I lainnya diuretic
penghambat
(TD sistolik ≥160 mmHg (TD sistolik 140 – 159 EKA,ARB,penyakit β,
atau TD diastolic > mmHg) mmHg atau TD diastolic antagonis Ca) sesuai
90 – 99 mmHg) yang diperlukan
Umumnya diberikan
kombinasi 2 macam obat Umumnya diberikan
(biasanya diuretic gol. diuretic gol Thiazide.
Thiazide. Bisa Bisa dipertimbangkan
dipertimbangkan pemberian penghambat
pemberian penghambat EKA,ARB,penyakit β,
EKA,ARB,penyakit β, antagonis Ca atau
antagonis Ca kombinasi

Sasaran Tekanan Darah tak


Tercapai

Optimalkan dosis atau penambahan pejenis


obat sampai target tekanan darah tercapai.
Pertimbangkan konsultasi dengan spesialis
hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai