Anda di halaman 1dari 7

MANUSIA DAN KEPRIBADIAN

OLEH :
BIMO WICAKSONO
C0A017001
ADMINISTRASI KEUANGAN

UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN


2017
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kepribadian adalah gambaran cara seseorang bertingkah laku terhadap


lingkungan sekitanya, yang terlihat dari kebiasaan berfikir, sikap dan minat, serta
pandangan hidupnya yang khas untuk mempunyai keajegan.
Karena dalam kehidupan manusia sebagai individu ataupun makhluk
social, kepribadian senantiasa mengalami warna-warni kehidupan.Ada kalanya
senang, tentram, dan gembira.Akan tetapi pengalaman hidup membuktikan bahwa
manusia juga kadang-kadang mengalami hal-hal yang pahit, gelisah, frustasi dan
sebagainya.Ini menunjukan bahwa manusia mengalami dinamika kehidupan.
Kepribadian sangat mmencerminkan perilaku seseorang. Kita bisa tahu apa
yang sedang diperbuat seseorang dalam situasi tertentu berdasarkan dpengalamn
diri kita sendiri. Hal ini karena dalam banyak segi, setiap orang adalah unik, khas.
Oleh karena itu kita membutuhkan sejenis kerangka acuan untuk memahami dan
menjelaskan tingkah laku diri sendiri dan orang lain. Kita harus memahami
definisi kepribadian serta bagaiman kepribadian itu terbentuk.Untuk itu kita
membutuhkan teori-teori tingkah laku, teori kepribadian agar gangguan-gangguan
yang biasa muncul pada kepribadian setiap individu dapat dihindari.
Mempelajari kepribadian merupakan hal yang menarik karena dinamika
pengetahuan mengenai diri kita sendiri secara otomatis akan bertambah. Hal ini
karena hakikatnya manusia adalah yang ada dan tumbuh berkembang dengan
kepribadian yang menyertai setiap langkah dalam hidupnya.
BAB II

ISI

A. Pengertian Kepribadian
Menurut Koetjaraningrat, Pengertian Kepribadian adalah beberapa ciri watak yang
diperlihatkan seseorang secara lahir, konsisten, dan konsekuen dalam bertingkah laku,
sehigga individu memiliki identitas khusu yang berbeda dengan orang lain.
Menurut Cuber, Kepribadian adalah gabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang
tamapak dan dapat dilihat oleh seseorang.
Menurut M.A.W.Browen, Kepribadian adalah corak tingkah laku sosial yang
meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini, dan sikap-sikap seseorang.
Menurut Theodore R. New Combe, Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap/
prespositons) yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.
Menurut Yinger, Kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seseorang individu
dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi.

B. Struktur Kepribadian Manusia


Manusia memiliki rasa keingintahuan tentang dirinya sendiri. Keingintahuan
tersebut berkisar antara apa yang dirasakan, perilaku yang muncul, ataupun pemikiran.
Sejak dahulu, banyak sekali teori dan penelitian yang menyingkap tabir mengenai kejelasan
perilaku manusia, sebut saja Sigmund Freud yang bisa disebut sebagai “bapak psikologi”,
dimana dia meneliti manusia dengan pendekatan psikoanalisis. Freud menganalisi sistem
kepribadian manusia, dimana kepribadian adalah keseluruhan cara manusia bereaksi dan
berinteraksi dengan orang lain (Robbin dkk, 2008) dan kepribadian tersebut dapat
dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang.
Ada 4 teori kepribadian yang masing-masing berasal dari pakar psikologi berbeda, yaitu:
1. Teori kepribadian psikoanalisis
Teori ini dibangun oleh Sigmund Freud didasarkan pada keyakinan bahwa masalah-
masalah psikologis adalah akibat dari adanya konflik psikologis di luar alam sadar yang
dapat dilacak pada masa kecil (Nevid; Rathus; Green, 2003). Freud meyakini bahwa
banyak perilaku manusia yang terjadi karena konflik diluar alam sadar dan konflik yang
tidak disadari.
2. Teori kepribadian behaviorisme
Perspektif ini fokus pada peran belajar dalam menjelaskan perilaku manusia. Beda
dengan psikoanalisis yang menyatakan tentang ketidaksadaran, perspektif ini menyatakan
bahwa kepribadian dapat diamati karena termanifestasi pada perilaku. Contoh paling
mudah dapat kita pelajari dari kehidupan sehari-hari, apabila seorang anak biasa diberi
hukuman oleh orang tuanya tanpa ada kejelasan kesalahan, maka seorang anak belajar
bahwa apapun yang dilakukan adalah salah dan pasti mendapat hukuman. Teori ini
meyakini bahwa perilaku manusia merupakan bawaan genetis dan pengaruh lingkungan.
Psikolog Rusia bernama Ivan Pavlov membuat sebuah eksperimen yang mendasari
teori behaviorisme. Pavlov menggunakan anjing untuk mempelajari respon air liur anjing
pada makanan, dan Pavlov berkesimpulan bahwa air liur anjing dapat keluar bahkan
sebelum anjing melihat makanan. Dalam eksperimennya Pavlov membawa makanan anjing
sambil membunyikan bel, pada saat anjing melihat makanan air liurnya menetes. Setelah
dilakukan terus menerus, Pavlov mencoba membunyikan bel tanpa membawa makanan,
ternyata air liur anjing tetap menetes. Teori ini dinamkan dengan respon terkondisi
(conditional response), dimana peristiwa terjadi karena sudah dikondisikan.
3. Teori kepribadian humanistik
Teori ini berpendapat bahwa manusia adalah aktor dalam kehidupan, bukan reaktor.
Carl Rogers sebagai tokoh psikologi humanistik berpendapat bahwa manusia memiliki
kecenderungan bawaan melakukan aktualisasi diri yaitu berjuang menjadi apa yang mereka
mampu. Manusia akan berpikir dan mencari mana hal yang terbaik bagi dirinya berupaya
jujur pada diri sendiri, tidak sekedar mengikuti lingkungan atau termanipulasi oleh
keadaan.
Tetapi sayangnya, tidak semua manusia mampu melakukan aktualisasi diri dengan
baik. Hal tersebut dianggap Rogers karena manusia gagal melakukan evaluasi diri. Rogers
meyakini bahwa orang tua dapat membantu seorang anak mengembangkan kepercayaan
diri yang akhirnya menjadikannya mampu mengaktualkan diri dengan baik.
4. Teori kepribadian kognitif
Kognitif berasal dari bahasa latin cognito yang artinya pengetahuan. Albert Ellis
dan Aaron Back merupakan dua teoritikus kognitif yang mempelajari bahwa kognisi
pikiran, keyakinan, harapan, dan sikap adalah hal yang nantinya mendasari perilaku
manusia. Mereka menyatakan bahwa kognisi merupakan setir bagi perilaku yang
diperlihatkan oleh manusia dan sekaligus menentukan keadaan emosi. Contoh saja, jika
seseorang beranggapan buruk atau negatif terhadap peristiwa yang dialami maka wajar jika
orang tersebut dilanda depresi, kecemasan, dan ketakutan.

C. Tahap-tahap Perkembangan Kepribadian


Tahap-tahap perkembangan kepribadian setiap individu tidak dapat disamakan satu dengan
yang lainnya. Tetapi secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut.
a. Fase Pertama
Fase pertama dimulai sejak anak berusia satu sampai dua tahun, ketika anak mulai
mengenal dirinya sendiri.
b. Fase Kedua
fase ini merupakan fase yang sangat efektif dalam membentuk dan mengembangkan bakat-
bakat yang ada pada diri seorang anak.
Fase ini berlangsung relative panjang hingga anak menjelang masa kedewasaannya sampai
kepribadian tersebut mulai tampak dengan tipe-tipe perilaku yang khas yang tampak dalam
hal-hal berikut.
1) Dorongan-dorongan (Drives)
Unsur ini merupakan pusat dari kehendak manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang
selanjutnya akan membentuk motif-motif tertentu untuk mewujudkan suatu keinginan.
2) Naluri (Istinct)
Naluri merupakan suatu dorongan yang bersifat kodrati yang melekat dengan hakikat
makhluk hidup.
3) Getaran Hati (Emosi)
Emosi atau getaran hati merupakan sesuatu yang abstrak yang menjadi sumber perasaan
manusia. Emosi dapat menjadi pengukur segala sesuatu yang ada pada manusia, seperti
senang, sedih, indah, serasi, dan yang lainnya.
4) Perangai
Perangai merupakan perwujudan dari perpaduan antara hati dan pikiran manusia yang
tampak dari raut muka maupun gerak-gerik seseorang. Perangai ini merupakan salah satu
unsure dari kepribadian yang mulai riil, dapat dilihat, dan diidentifikasikan oleh orang lain.
5) Inteligensi (Intellegence Quetient-IQ)
Intelegensi adalah tingkat kemampuan berpikir yang dimiliki oleh seseorang.
6) Bakat (Talent)
Bkat pada hakikatnya merupakan sesuatu yang abstrak yang diperoleh seseorang karena
warisan biologis yang diturunkan oleh leluhurnya, seperti bakat seni, olahraga, berdagang,
berpolitik, dan lainnya.
c. Fase Ketiga
Pada proses perkembangan kepribadian seseorang, fase ini merupakan fase terkhir yang
ditandai dengan semakin stabilnya perilaku-perilaku yang khas dari orang tersebut.

Pada fase ketiga terjadi perkembangan yang relative tetap, yaitu dengan terbentuknya
perilaku-perilaku yang khas sebagai perwujudan kepribadian yang bersifat abstrak. Setelah
kepribadian terbentuk secara permanen, maka dapat diklasifikasikan tiga tipe kepribadian,
yaitu kepribadian normative, kepribadian otoriter, dan kepribadian perbatasan.
1) Kepribadian normative
Kepribadian ini merupakan tipe kepribadianyang ideal, dimana seseorang mempunyai
prinsip-prinsip yang kuat untuk menerapkan nilai-nilai sentral yang ada dalam dirinya
sebagai hasil sosialisasi pada masa sebelumya. Seseorang memiliki kepribadian normative
apabila terjadi proses sosialisasi antara perlakuan terhadap dirinya dan perlakuan terhadap
orang lain sesuai dengan tata nilai yang ada di dalam masyarakat. Tipe ini ditandai dengan
kemampuan menyesuaikan diri yang sangat tinggi dan dapat menampung banyak aspirasi
adri orang lain.
2) Kepribadian Otoriter (Otoriter Man)
Tipe ini terbentuk melalui proses sosialisasi individu yang lebih mementingkan
kepentingan diri sendiri dari pada kepentingan orang lain.
3) Kepribadian Perbatasan
Kepribadian ini merupakan tipe kepribadian yang relative labil di mana cirri khas dari
prinsip-prinsip dan perilakunya seringkali mengalami perubahan-perubahan, sehingga
seolah-olah seseorang itu mempunyai lebih dari satu corak kepribadian. Seseorang
dikatakan memiliki kepribadian perbatasan apabila orang ini memiliki dualism budaya,
misalnya karena proses perkawinan atau karena situasi tertentu hingga mereka harus
mengabdi pada dua struktur budaya yang berbeda.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

 .Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang
ditunjukkan oleh seseorang. Tetapi, dapat kita pahami bahwa kepribadian adalah
sesuatu yang menggambarkan ciri khas (keunikan) dari seseorang, yang
membedakan orang tersebut dari orang lain.
 .Kepribadian memiliki beberapa aspek, yaitu: karakter, temperamen, sikap,
stabilitas emosi, responsibilitas, dan sosiabilitas, dimana keenam hal
tersebut berkaitan erat dengan kepribadian.
 Hal-hal yang berperan penting dalam membentuk sebuah kepribadian
adalah pengetahuan, perasaan, dan dorongan naluri.
 Macam-macam kepribadian juga dapat dibedakan secara spesifik,
seperti pengamat, perfeksionis, dan lain-lain. Ada pula yang membaginya secara
tidak spesifik, seperti tipe melankolik, flegmatik, dan lain sebagainya.
 Usaha-usaha untuk menyingkap kepribadian banyak dilakukan dengan cara
sederhana, seperti melihat garis tangan, keadaan/struktur wajah, dan lain-lain

Dengan kata lain kepribadan juga merupakan organisasi yang dinamis dalam sistem
psikofisiologis individu yang menentukan caranya untuk menyesuaikan diri secara unik
terhadap lingkungan, atau dengan kata lain kepribadian merupakan keseluruhan cara
dimana seseorang individu berekasi dan berinteraksi dengan individu lain.

Anda mungkin juga menyukai