Anda di halaman 1dari 24

BAB I

TEORI

1.1 Fase Gibbs


Pada perhitungan dalam keseluruhan termodinamika kimia, J.W Gibbs
menarik kesimpulan tentang aturan fasa yang dikenal dengan Hukum Fasa Gibbs,
jumlah terkecil perubahan bebas yang diperlukan untuk menyatakan keadaan
suatu sistem dengan tepat pada kesetimbangan diungkapkan sebagai:

F= C-P-m+2..........................................................(1.1)

Keterangan :
Jumlah derajat kebebasan (F)
Jumlah komponen (C)
Jumlah fase (P)
Dalam satu sistem, hubungan ini disebut Hukum Fase. Misalnya sistem
tersusun dari P fase dan C komponen. Persoalannya ialah untuk menentukan,
beberapa jumlah variabel agar sistem menjadi tertentu (Atkins, 2006).
Sistem selalu tergantung dari variabel tekanan dan temperatur. Untuk
menentukan susunan tiap-tiap fase, perlu ditentukan konsentrasi (C - 1)
konstituen, konsentrasi komponen sisa adalah perbedaannya. Dalam sistem ada P
fase, jadi jumlah variabel konsentrasi ada P(C - 1), variabel tekanan ada 1 dan
variabel temperatur ada 1. Jadi jumlah variabel yang harus ditentukan adalah :

P(C – 1) + 2 .......................................................(1.2)

Jumlah persamaan yang ada dapat dicari sebagai berikut, untuk


kesetimbangan satu konstituen antara dua fase, dapat dituliskan satu persamaan,
yaitu persamaan tenaga bebas permole. Tenaga bebas ini merupakan fungsi
temperatur, tekanan dan (C – 1) variabel konsentrasi. Adanya P fase,
menghasilkan (P – 1) persamaan dan untuk C konstituen ada C (P – 1) persamaan.

1
Bila jumlah variabel sama dengan jumlah persamaan, maka sistem sudah
tertentu. Umumnya hal ini tidak demikian. Jumlah variabel melebihi
persamaannya dan selisihnya disebut derajat kebebasan (F) :
F = jumlah variabel – jumlah persamaan
= [P(C – 1) + 2] – [C(P – 1)].
F = C – P + 2 ........................................................(1.3)
Di sini dianggap, tiap komponen terdapat dalam tiap fase. Bila satu
komponen tidak ada dalam suatu fase, maka C berkurang satu, demikian pula
persamaannya, hingga rumus tetap (Alberty, 2000).
Jumlah fasa dalam sistem zat cair tiga komponen tergantung pada daya saling
larut antar zat cair tersebut dan suhu percobaan. Titik A, B dan C menyatakan
kompoenen murni. Titik-titik pada sisi AB, BC dan AC menyatakan fraksi dari
dua komponen, sedangkan titik didalam segitiga menyatakan fraksi dari tiga
komponen. Titik P menyatakan suatu campuran dengan fraksi dari A, B dan C
masing-masing sebanyak x, y dan z.
Satu fasa membutuhkan dua derajat kebebasan untuk menggambarkan sistem
secara sempurna, dan untuk dua fasa dalam kesetimbangan, satu derajat
kebebasan. Jadi, dapat digambarkan diagram fasa dalam satu bidang. Cara terbaik
untuk menggambarkan sistem tiga komponen adalah dengan mendapatkan suatu
kertas grafik segitiga (Atkins, 2006).
Konsentrasi dapat dinyatakan dalam istilah % berat atau fraksi mol. Bila
komposisi masing-masing dinyatakan dalam persen berat masing-masing
komponen, maka perlu diketahui massa jenis tiap komponen untuk menghitung
beratnya masing-masing.
m = ρ x V ...............................................................(1.4)
Keterangan :
m = massa
ρ = massa jenis
V = volume
Bila berat masing-masing komponen sudah dihitung, hitung persen berat
masing-masing komponen (fraksi dari masing-masing komponen). Alas segitiga
menggambarkan komposisi campuran air-chlorofrom. Oleh karena itu, sistem tiga

2
komponen pada temperatur dan tekanan tetap mempunyai jumlah derajat
kebebasan paling banyak dua, maka diagram fasa sistem ini dapat digambarkan
dalam fasa bidang datar berupa suatu segitiga sama sisi yang disebut diagram
Terner . Prinsip menggambarkan komposisi dalam diagram terner dapat dilihat
pada gambar (1) dan (2) di bawah ini Untuk campuran yang terdiri atas tiga
komponen, komposisi (perbandingan masing-masing komponen) dapat
digambarkan di dalam suatu diagram segitiga sama sisi yang disebut dengan
Diagram Terner. Komposisi dapat dinyatakan dalam fraksi massa (untuk
cairan) atau fraksi mol (untuk gas). Diagram tiga sudut atau diagram segitiga
berbentuk segitiga sama sisi dimana setiap sudutnya ditempati komponen zat.
Sisi-sisinya itu terbagi dalam ukuran yang menyatakan bagian 100% zat yang
berada pada setiap sudutnya. Untuk menentukan letak titik dalam diagram segitiga
yang menggambarkan jumlah kadar dari masing- masing komponen dilakukan
sebagai berikut (Oktavian, 1997).

Gambar 1.1 Diagram tiga sudut


Titik A, B dan C menyatakan kompoenen murni. Titik-titik pada sisi Ab, BC
dan Ac menyatakan fraksi dari dua komponen, sedangkan titik didalam segitiga
menyatakan fraksi dari tiga komponen. Titik P menyatakan suatu campuran
dengan fraksi dari A, B dan C masing-masing sebanyak x, y dan z

3
Gambar 1.2 Diagram fraksi tiga komponen
Titik X menyatakan suatu campuran dengan fraksi A = 25%, B = 25%, dan C
= 50%. Titik-titik pada garis BP dan BQ menyatakan campuran dengan
perbandingan dengan jumlah A dan C yang tetap, tetapi dengan jumlah B yang
berubah. Hal yang sama berlaku bagi garis-garis yang ditarik dari salah satu sudut
segitiga kesisi yang ada dihadapannya. Daerah didalam lengkungan merupakan
daerah dua fasa. Salah satu cara untuk menentukan garis binoidal atau kurva
kelarutan ini ialah dengan cara menambah zat B ke dalam berbagai komposisi
campuran A dan C. Titik-titik pada lengkungan menggambarkan komposisi sistem
pada saat terjadi perubahan dari jernih menjadi keruh. Kekeruhan timbul karena
larutan tiga komponen yang homogen pecah menjadi dua larutan konjugat terner
(Oktavian, 1997)
Titrasi merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif yang biasa
digunakan dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan.
Karena pengukuran volume memainkan peranan penting dalam titrasi, maka
teknik ini juga dikenali dengan analisis volumetrik. Analisis titrimetri merupakan
satu dari bagian utama dari kimia analitik dan perhitungannya berdasarkan
hubungan stoikhiometri dari reaksi-reaksi kimia. Analisis cara titrimetri
berdasarkan reaksi kimia seperti:

aA + tT .......................................................................(1.5)

keterangan:
(a) molekul analit A bereaksi
(t) molekul pereaksi T.

4
Pereaksi T, disebut titran, ditambahkan secara sedikit-sedikit, biasanya dari
sebuah buret, dalam bentuk larutan dengan konsentrasi yang diketahui. Larutan
yang disebut belakangan disebut larutan standar dan konsentrasinya ditentukan
dengan suatu proses standardisasi (Purba, 2000).

BAB II
PERCOBAAN

2.1 Alat-alat yang dipakai


1. Aluminium foil
2. Buret / klem 50 ml
3. Erlenmeyer 250 ml
4. Picnometer 10 ml
5. Termometer 100 °C
2.2 Bahan-bahan yang dipakai
1. Aseton
2. Aquadest
3. Chloroform
2.3 Prosedur Percobaan
1. Di dalam labu erlenmeyer yang bersih, kering dan bertutup, dibuat 9
(sembilan) campuran cairan A dan C yang saling larut dengan komposisi
sebagai berikut :
Tabel 2.1 Perbandingan cairan A dan C
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Cairan A 2 ml 4ml 6ml 8ml 10ml 12ml 14ml 16ml 18ml

5
Cairan C 18ml 16ml 14ml 12ml 10ml 8l 6ml 4ml 2ml

Semua pengukuran volume dilakukan dengan buret. Kami menggunakan


aquadest sebagai sampel A dan chlorofrom sebagai sampel C lalu, Aseton sebagai
sampel B.
2. Tiap campuran dititrasi dalam labu 1 sampai 9 dengan zat B sampai tepat
timbul keruh.
3. Dicatat jumlah volume zat B yang digunakan.
4. Dilakukan titrasi dengan perlahan-lahan dan hati-hati.
5. Ditentukan rapat masa masing-masing cairan murni A, B, dan C.
6. Dicatat suhu kamar sebelum selama percobaan berlangsung.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Suhu Ruangn 28°C
Massa Cairan :
Aquadest : 9,94 Gram
Clorofrom: : 14,56 Gram
Aseton : 8, 14 Gram
Pencampuran Tiga Komponen Zat Cair
Larutan A : Chloroform
Larutan B : Aseton
Larutan C : Aquadest
Tabel 3.1 Volume Larutan Yang Digunakan
No Larutan A Larutan B Larutan C Keterangan
ml (Titran ) ml ml
1 2 ml 1,8 ml 18 ml Larut
2 4 ml 0,8 ml 16ml Larut
3 6 ml 0,7 ml 14 ml Larut
4 8 ml 0,3 ml 12 ml Larut

6
5 10 ml 0,6 ml 10 ml Kurang larut
6 12 ml 0,7 ml 8 ml Kurang larut
7 14 ml 0,9 ml 6 ml Kurang larut
8 16 ml 0,5 ml 4 ml Tidak larut
9 18 ml 0,2 ml 2 ml Tidak larut

3.2 Pembahasan
Pada kali ini dilakukan percobaan yang berjudul “ Sistem Zat Cair Tiga
Komponen Diagram Terner “ yang bertujuan untuk membuat kurva kelarutan
suatu cairan yang terdapat didalam campuran dua cairan tertentu. Pencampuran
tiga komponen yaitu aquadest bersifat polar, chloroform bersifa non polar dan
Aseton yang bersifat semi polar. Untuk mengetahui kelarutan masing-masing
komponen, pertama chloroform dicampurkan dengan aquadest menggunakan
erlemenyer sesuai dengan perbandingan ml yang tertera pada porsedur percobaan.
Setelah chloroform dicampur dengan aquadest kemudian lakukan titrasi sampai
campuran bewarna keruh. Pada percobn ini semakin besar perbandingan aquadest
yang digunakan dibandingkan chloroform maka campuran akan semakin tidak
larut. Ini terjadi karenaa aquadest bersifat polar sedangkan chloroform non polah
sehingga campuran tidak bisa larut. Pada saat pencampurn larutan chloroform
dan aquadest terbentuk minyak yang disebabkan oleh chloroform yang
menggandung lemak.
Pemisahan menggunakan pelarut yang tidak larut dengan sempurna terhadapa
campuran, tetapi dapat melarutkan salah satu komponen atau disebut solute dalam
campuran. Metode yang digunakan ialah metode titrasi, dimana yang berfungsi
untuk melarutkan adalah aseton. Untuk mengetahui kelarutan masing-masing
suatu komponen, dapat dilakukan dengan cara menghitung fraksi mol masing-
masing komponen dalam larutan pada setiap perlakuan.
Percobaan yang dilakukan titrasi aseton dengan campuran larutan chloroform
dan aquadest Titrasi dilakukan kedalam campuran chloroform dan aquadest dari
proses titrasi diperoleh hasil yang terbentuk dua fasa pada campuran yang
berwarna keruh. Ketiga zat ini bercampur sebagian. aseton yang sifatnya
polar berada pada lapisan atas karena memiliki massa jenis yang lebih rendah

7
yaitu 0.784 gr/cm3 sedangkan aquadest yang bersifat polar memiliki massa jenis
0,977 gr/cm3 yang lebih besar dari aseton dan massa jenis chloroform adalah
1.48 gr/cm3.Setelah dilakukan proses titrasi maka didapat volume aseton
yang terpakai pada proses titrasi pada campuran larutan chloroform dan aquadest
sampai campuran menjadi keruh.
Dari percobaan yang dilakukan dapat digambarkan diagram ternernya seperti
yang dibawah ini.

Gambar 3.1 Diagram Terner.


Keterangan :
A : Laruratan aquadest
B : Larutan aseton
C : Larutan chloroform
Pada diagram terner diatas dapat dilihat tidak terbentuknya setengah lingkaran,ini
terjadi karena beberapa penyebab yaitu:
1. Dalam prosedur kerja, terjadi kekurang telitian dalam proses pengukuran,
dan pengambilan larutan menggunakan buret memberikan sedikit
pengaruh terhadap volume yang diukur.
2. Dalam titrasi dengan aseton pembacaan buret tidak konstan dan kelebihan
pada proses titrasi sehingga volume asetons yang digunakan pada proses
titrasi semakin besar

8
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Diagram Terner digunakan untuk menunjukkan hubungan sifat yang berbeda


antara ketiga zat.
2. Zat yang digunakan pada pervobaan aquadest (polar), chloroform (non polar),
dan aseton (semi polar).
3. Menandakan proses titrasi selesai yaitu larutan menjadi keruh.
4. Pada percobaan ini tidak terbentuk setengah lingkaran karena terjadi beberapa
kesalahan.
4.2 Saran
1. Praktikan sebaiknya menggunakan masker dan sarung tangan.
2. Pada saat proses titrasi harus berhati – hati karena proses titrasi harus
dihentikan ketika melihat perubahan pada larutan (larutan menjadi keruh).

9
LAMPIRAN A
DOKUMENTASI

NO Gambar Perbandingan
Cairaan A: C
1

2:18

4:16

10
3

6:14

8:12

10:10

12:8

11
7

14:6

16:4

16:4

12
LAMPIRAN B
TUGAS & JAWABAN PERTANYAAN

1. Lakukan percobaan diatas untuk zat A, B, dan C sesuai dengan tugas dari
asisten. Berdasarkan zat yang diberikan, tentukan sendiri zat mana yang
memiliki sifat komponen A, B dan C
Jawab:
Zat A : Aquadest (Polar)
Zat B : Chlorofrom ( Nonpolar)
Zat C : Aseton (SemiPolar)
2. Hitung konsentrasi ketiga komponen dalam % mol untuk tiap campuran
ketika terjadi perubahan jumlah fasa, dengan rumus:
n1
𝑥1 = x 100%
n1 + n2 + n3

V. ρ
𝑛1 =
Mr
Jawab:
Mol larutan A, B, dan C
a. Aquadest
V.ρ
na = Mr
gram
2 ml×0,9722
ml
na = gram
18
mol

na = 0,1080 mol

13
V.ρ
nb = Mr

gram
4 ml×0,9722
ml
nb = gram
18
mol

nb = 0,2160 mol
V.ρ
nc = Mr

14
gram V.ρ
6 ml×0,9722 ni =
ml
nc = gram Mr
18
mol gram
18 ml×0,9722
ml
nc = 0,3241 mol ni = gram
18
mol

ni = 0,9722mol
V.ρ
nd = Mr
gram
8 ml×0,9722
ml
b. Aseton
nd = gram
18
mol V. ρ
na =
nd = 0,4321 mol Mr
gram
1,8 ml × 0,79
na = ml
V.ρ gram
ne = 58,08
Mr mol
gram
10 ml×0,9722
ml
na = 0,0555 mol
ne = gram
18
mol

ne = 0,5401 mol V. ρ
nb =
Mr
V.ρ gram
nf = 0,8 ml × 0,79
Mr nb = ml
gram
gram 58,08
12 ml×0,9722
ml mol
nf = gram
18
mol nb = 0,0109 mol
nf = 0,6481mol
V. ρ
nc =
ng =
V.ρ Mr
Mr gram
gram 0,7 ml × 0,79
14 ml×0,9722
ml nc = ml
ng = gram gram
18 58,08
mol mol
ng = 0,7562 mol nc = 0,0095 mol

V.ρ
nh = V. ρ
Mr nd =
gram Mr
16 ml×0,9722
nh = ml gram
18
gram 0,3 ml × 0,79
mol
nd = ml
gram
nh = 0,8642 mol 58,08
mol
nd = 0,0041 mol

15
ni = 0,0027 mol
V. ρ
ne =
Mr c. Chlorofrom
gram
0,6 ml × 0,79 V. ρ
ne = ml
gram na =
58,08 Mr
mol gram
ne = 0,0082 mol 18 ml × 1,564
na = ml
gram
119,37
mol
V. ρ na = 0,2358 mol
nf =
Mr
gram
0,7 ml × 0,79 V. ρ
nf = ml
gram nb =
58,08 Mr
mol gram
nf = 0,0095 mol 16 ml × 1,564
nb = ml
gram
119,37
mol
V. ρ nb = 0,2096 mol
ng =
Mr
gram
0,9 ml × 0,79 V. ρ
ng = ml
gram nc =
58,08 Mr
mol gram
ng = 0,0122 mol 14 ml × 1,564
nc = ml
gram
119,37
mol
V. ρ nc = 0,1834 mol
nh =
Mr
gram
0,5 ml × 0,79 V. ρ
nh = ml
gram nd =
58,08 Mr
mol gram
nh = 0,0068 mol 12 ml × 1,564
nd = ml
gram
119,37
mol
V. ρ nd = 0,1572 mol
ni =
Mr
gram
0,2 ml × 0,79 V. ρ
ni = ml
gram ne =
58,08 Mr
mol

16
gram ng = 0,0786 mol
10 ml × 1,564
ne = ml
gram
119,37
mol
V. ρ
ne = 0,1310 mol nh =
Mr
gram
4 ml × 1,564
V. ρ nh = ml
nf = gram
119,37
Mr mol
gram nh = 0,0524 mol
8 ml × 1,564
nf = ml
gram
119,37
mol
V. ρ
nf = 0,1048 mol ni =
Mr
gram
2 ml × 1,564
V. ρ ni = ml
ng = gram
119,37
Mr mol
gram ni = 0,0262 mol
6 ml × 1,564
ng = ml
gram
119,37
mol
Fraksi mol larutan A, B dan C
a. Aquades
n1
𝑥𝑎 = x 100%
n1 + n2 + n3
0,1080
𝑥𝑎 = x 100%
0,1080 + 0,0555 + 0,2358
𝑥𝑎 = 0,2705

n1
𝑥𝑏 = x 100%
n1 + n2 + n3
0,2160
𝑥𝑏 = x 100%
0,2160 + 0,0109 + 0,2096
𝑥𝑏 = 0,4948

n1
𝑥𝑐 = x 100%
n1 + n2 + n3

17
0,3241
𝑥𝑐 = x 100%
0,3241 + 0,0095 + 0,1834
𝑥𝑐 = 0,6269

n1
𝑥𝑑 = x 100%
n1 + n2 + n3
0,4321
𝑥𝑑 = x 100%
0,4321 + 0,0041 + 0,1572
𝑥𝑑 = 0,7282

n1
𝑥𝑒 = x 100%
n1 + n2 + n3
0,5401
𝑥𝑒 = x 100%
0,5401 + 0,0082 + 0,1310
𝑥𝑒 = 0,7951
n1
𝑥𝑓 = x 100%
n1 + n2 + n3
0,6481
𝑥𝑓 = x 100%
0,6481 + 0,0095 + 0,1048
𝑥𝑓 = 0,8501

n1
𝑥𝑔 = x 100%
n1 + n2 + n3
0,7562
𝑥𝑔 = x 100%
0,7562 + 0,0122 + 0,0786
𝑥𝑔 = 0,8928

n1
𝑥ℎ = x 100%
n1 + n2 + n3
0,8642
𝑥ℎ = x 100%
0,8642 + 0,0068 + 0,0524
𝑥ℎ = 0,9269

18
n1
𝑥𝑖 = x 100%
n1 + n2 + n3
0,9722
𝑥𝑖 = x 100%
0,9722 + 0,0027 + 0,0262
𝑥𝑖 = 0.9711
b. Aseton
n2
𝑥𝑎 = x 100%
n1 + n2 + n3
0,0555
𝑥𝑎 = x 100%
0,1080 + 0,0555 + 0,2358
𝑥𝑎 = 0,139

n2
𝑥𝑏 = x 100%
n1 + n2 + n3
0,0109
𝑥𝑏 = x 100%
0,2160 + 0,0109 + 0,2096
𝑥𝑏 = 0,025

n2
𝑥𝑐 = x 100%
n1 + n2 + n3
0,0095
𝑥𝑐 = x 100%
0,3241 + 0,0095 + 0,1834
𝑥𝑐 = 0,0184

n2
𝑥𝑑 = x 100%
n1 + n2 + n3
0,0041
𝑥𝑑 = x 100%
0,4321 + 0,0041 + 0,1572
𝑥𝑑 = 0,0069

n2
𝑥𝑒 = x 100%
n1 + n2 + n3

19
0,0082
𝑥𝑒 = x 100%
0,5401 + 0,0082 + 0,1310
𝑥𝑒 = 0,0121

n2
𝑥𝑓 = x 100%
n1 + n2 + n3
0,0095
𝑥𝑓 = x 100%
0,6481 + 0,0095 + 0,1048
𝑥𝑓 = 0,0125

n2
𝑥𝑔 = x 100%
n1 + n2 + n3
0,0122
𝑥𝑔 = x 100%
0,7562 + 0,0122 + 0,0786
𝑥𝑔 = 0,0144

n2
𝑥ℎ = x 100%
n1 + n2 + n3
0,0068
𝑥ℎ = x 100%
0,8642 + 0,0068 + 0,0524
𝑥ℎ = 0,0074

n2
𝑥𝑖 = x 100%
n1 + n2 + n3
0,0027
𝑥𝑖 = x 100%
0,9722 + 0,0027 + 0,0262
𝑥𝑖 = 0,0027

c. Chlorofrom
n3
𝑥𝑎 = x 100%
n1 + n2 + n3
0,2358
𝑥𝑎 = x 100%
0,1080 + 0,0555 + 0,2358

20
𝑥𝑎 = 0,5905

n3
𝑥𝑏 = x 100%
n1 + n2 + n3
0,2096
𝑥𝑏 = x 100%
0,2160 + 0,0109 + 0,2096
𝑥𝑏 = 0,4802

n3
𝑥𝑐 = x 100%
n1 + n2 + n3
0,1834
𝑥𝑐 = x 100%
0,3241 + 0,0095 + 0,1834
𝑥𝑐 = 0,3547

n3
𝑥𝑑 = x 100%
n1 + n2 + n3
0,1572
𝑥𝑑 = x 100%
0,4321 + 0,0041 + 0,1572
𝑥𝑑 = 0,2649

n3
𝑥𝑒 = x 100%
n1 + n2 + n3
0,1310
𝑥𝑒 = x 100%
0,5401 + 0,0082 + 0,1310
𝑥𝑒 = 0,1928

n3
𝑥𝑓 = x 100%
n1 + n2 + n3
0,1048
𝑥𝑓 = x 100%
0,6481 + 0,0095 + 0,1048
𝑥𝑓 = 0,1375

21
n3
𝑥𝑔 = x 100%
n1 + n2 + n3
0,0786
𝑥𝑔 = x 100%
0,7562 + 0,0122 + 0,0786
𝑥𝑔 = 0,0928

n3
𝑥ℎ = x 100%
n1 + n2 + n3
0,0524
𝑥ℎ = x 100%
0,8642 + 0,0068 + 0,0524
𝑥ℎ = 0,0567

n3
𝑥𝑖 = x 100%
n1 + n2 + n3
0,0262
𝑥𝑖 = x 100%
0,9722 + 0,0027 + 0,0262
𝑥𝑖 = 0,0262

3. Gambarkan ke Sembilan titik pada percobaan diatas pada kertas grafik dan
buat kurva binodalnya sampai memotong sisi AB dan segitiga
Jawab:

22
4. Dapatkah komposisi cairan dalam diagram terner dinyatakan dalam %
volume? Jelaskan jawaban saudara!
Jawab:
Penggambaran pada diagram terner tidak dapat dinyatakan dalam %
volume karena masing masing larutan memiliki massa jenis dan berat molekul
yang berbeda – beda sehingga dalam penggunaanya bukan hanya volume
yang berpengaruh dalam perhitungannya melainkan juga massa jenis dan
berat molekul masing – masing larutan tersebut agar diperoleh hasil yang
akurat. Diagram terner hanya dapat dinyatakan dalam % mol (fraksi mol) dan
% berat.

23
DAFTAR PUSTAKA
Alberty, R. (2000). Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.

Atkins, P. W. (2006). Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.

Oktavian. (1997). Kimia Fisika. Jakarta: Rineka Cipta.

Purba, M. (2000). Kimia Kelas 2 SMU. Jakarta: Erlangga.

24

Anda mungkin juga menyukai