TINJAUAN PUSTAKA
A. Terapi Intravena
a. Pengertian SPO
yang di bakukan dan yang harus di lalui untuk menyelesaikan suatu proses
b. Tujuan SPO
organisasi
8
Analisis Faktor Resiko..., Cahyo Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
9
4) Melindungi organisasi atau unit kerja dan pegawai atau petugas dari
inefisiensi.
c. Fungsi SPO
bekerja
3) Uji SPO sebelum dijalankan, lakukan revisi jika ada langkah kerja
1) SPO yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat
secara konsisten
2) Para pegawai akan lebih percaya diri daam bekerja dan tahu apa yang
Analisis Faktor Resiko..., Cahyo Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
10
3) SPO juga di pergunakan sebagai salah satu alat training dan bisa
nutrien jika tidak ada pemberian dengan cara lain (Smeltzer & Bare, 2001).
jenis vitamin yang mudah larut melalui intravena serta untuk memberikan
3. Tujuan
Analisis Faktor Resiko..., Cahyo Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
11
hipertonik jika kandungan elektrolit totalnya kurang dari 375 mEq/L. Perawat
2) Ringer laktat
Analisis Faktor Resiko..., Cahyo Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
12
3) Nacl 0,2%
seluler dan menyebabkan sel-sel mengkerut jika diberikan dengan cepat dan
5) Nacl 3% dan 5%
6) Larutan hiperalimentasi
vena pasien. Kateter terdiri dari ukuran 16-24 dengan variasi panjang dari 25
sampai 45 mm. Pada umumnya, pemilihan kateter dengan ukuran yang kecil
Analisis Faktor Resiko..., Cahyo Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
13
(Dougherty, 2008).
tempat pemasangan infus yaitu: vena metacarpal, dan vena sefalilika. Secara
anatomis vena sefalika terdiri dari ukuran lumen dindingnya besar, elastisitas,
lapisan venanya terbentuk dari sel endhothelium yang di perkuat oleh jaringan
fibrus dan di batasi oleh selapis tunggal sel epitel gepeng. Sedangkan vena
Analisis Faktor Resiko..., Cahyo Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
14
elastisitas lapisan venanya lebih tipis, kurang kuat dan kurag elastis.
intravena (abocath) harus di ganti paling sedikit setiap 24 jam, ganti lokasi
vena yang di tusuk jarum intravena setiap 48 jam. Penelitian yang di lakukan
oleh masiayati (2000) dengan judul “Waktu Yang Efektif Untuk Pemasangan
Infus Agar Tidak Flebitis”, didapatkan angka paling besar dalam waktu
Menurut Tietjen, dkk (2004) mengatakan ada beberapa hal yang perlu
a. Rotasi rutin tempat kanula harus dilakukan setiap 72-96 jam dapt
mengurangi flebitis dan infeksi lokal ( teflon atau polikateter lebih baik
dari pada jarum logam karena tidak menembus vena saat rotasi).
b. Pada pemakaian jangka pendek(<48 jam), jarum lurus atau batterfly kurang
Analisis Faktor Resiko..., Cahyo Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
15
mengakibatkan iritasi karena terbuat dari plastik dan juga infeksi lebih
rendah.
jam asal kering (jika basah, lembab, atau lepas segera di lakukan
penggantian)
f. Set infus harus di ganti jika terjadi kerusakan atau secara rutin setiap 3X24
jam (apabila saluran baru disambungkan, udap pusat jarum atau kateter
1. Cuci tangan.
2. Dekatkan alat
3. Jelaskan pada klien tentang prosedur dan sensasi yang akan dirasakan
5. Siapkan cairan dengan menyambung botol cairan dengan selang infus dan
Analisis Faktor Resiko..., Cahyo Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
16
7. Pasang alas
18. Pasang label pemasangan tidakan yang berisi: nama pelaksana, tanggal
21. Observasi dan evaluasi respon pasien, catat pada dokumentasi keperawatan.
Analisis Faktor Resiko..., Cahyo Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
17
9. Komplikasi
septikemia.
yang diberikan berdasarkan human science and human care yang artinya bahwa
fokus utama dalam keperawatan adalah pada carative factors yang bermula dari
yang lebih terbuka antara lain adalah menciptakan lingkungan healing pada
seluruh tingkatan, baik fisik maupun non fisik, lingkungan yang kompleks dari
memunculkan penyesuaian jiwa, raga dan pikiran, keholistikan, dan kesatuan diri
Analisis Faktor Resiko..., Cahyo Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
18
perawat yaitu pertama adalah biophysical needs, kebutuhan untuk tetap hidup
yang diberikan oleh perawat terhadap pasien untuk memenuhi kebutuhan dan
pemenuhan kebutuhan cairan dalam hal ini adalah terapi intravena. Disamping
nyaman baik fisik ataupun yang non fisik. Terapi intravena membutuhkan
Analisis Faktor Resiko..., Cahyo Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
19
lingkungan yang nyaman secara fisik ataupun non fisik agar tidak terjadi
komplikasi yang sering terjadi yakni flebitis, karena salah satu faktor
penyebab flebitis berasal dari lingkungan. Selain dari itu semua, perawat harus
begitu perawat bisa menerapkan konsep caring kepada pasien agar pasien
B. Flebitis
1. Pengertian
karena iritasi kimia, bakteri maupun mekanik yang di tandai dengan nyeri,
kemerahan, dan bahkan kadang sampai timbul bengkak lokal sekitar area
penusukan.
flebitis berat hampir selalu diikuti bekuan darah atau trombus pada vena yang
2. Klasifikasi Flebitis
Analisis Faktor Resiko..., Cahyo Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
20
infeksi, dan post infus (Infusion Nursing Society, 2006) a. Flebitis kimia
yang terjadi pada tunika intima vena dengan bahan kimia yang
dari jenis cairan yang diberikan karena cairan intravena yang di berikan
terlalu asam atau terlalu basa (pH kurang dari 5 atau lebih dari 9) dan
netral ada kalanya suatu larutan di perlukan konsentrasi yang lebih asam
autoclaf, jadi larutan yang mengandung glukosa, asam amino, dan lipid
b. Flebitis mekanik
fleksi lebih sering meimbulkan kejadian flebitis oleh karena pada saat
Analisis Faktor Resiko..., Cahyo Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
21
besar pada dinding vena yang kecil juga dapat mengakibatkan terjadinya
c. Flebitis bakterial
2006).
akibat dari pemasangan infus. Flebitis post infus adalah peradangan pada
yang kecil.
Analisis Faktor Resiko..., Cahyo Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
22
bisa digunakan.
Analisis Faktor Resiko..., Cahyo Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
23
c. Rotasi kanul
Namun dalam uji kontrol acak yang di publikasikan oleh webster dkk
dari 72 jam jika tidak ada kontraindikasi. The Centers for Disease Control
d. Aseptic dressing
setiap 24 jam.
e. Titratable acidity
Analisis Faktor Resiko..., Cahyo Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
24
klorida atau anti mikrobial. Pada uji acak lain heparin sendiri atau di
g. In-line filter
In-line filter dapat mengurangi kekerapan flebitis tetapi tidak ada data
Analisis Faktor Resiko..., Cahyo Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
25
C. Kerangka Teori
Biophysical needs
Psychophysical needs
Psychosocial needs
Teori Caring
Intrapersonal
interpersonal needs
Keperawatan
Human sciene and Pemenuhan biophysical
human care needs Terapi intravena
Manusia
Lingkungan 1. Umur pasien
Flebitis Mekanik 2. Kondisi penyakit
1. Ukuran kateter pasien
2. Lokasi insersi 3. Adaptasi pasien
Stresor 4. Teknik aseptik yang
buruk pada perawat
Flebitis Kimia Flebitis 5. Jarak pemasangan
1. Jenis cairan intravena yang
terlalu jauh dari
Flebitis Bakteri Sehat persendian tangan
6. Pelaksanaan standar
1. Lama pemasangan kateter prosedur operasional
(SPO) pemasangan
infus
Gambar 2.3 (Watson, 2008; Roshenthal, 2006; Gayatri, Handiyani & Amelia, 2007).
(INS, 2006; CDC, 2002)
Analisis Faktor Resiko..., Cahyo Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
26
D. Kerangka Konsep
Ukuran kateter.
Mekanik
Lokasi insersi.
Flebitis
Lama pemasangan
Bakteri
kateter infus
Pelaksanaan SPO
Manusia
pemasangan infus
E. Variabel Penelitian
Variabel independen : Jenis cairan, Ukuran Kateter, Lokasi Insersi, dan Lama
F. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitan ini adalah ada hubungan yang segnifikan antara Jenis
cairan, ukuran kateter, lokasi insersi, lama pemasangan infus, dan pelaksanaan
Analisis Faktor Resiko..., Cahyo Nugroho, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016