Anda di halaman 1dari 2

Membangun Model Komprehensif Perawatan Kesehatan untuk Menanggapi Kekerasan Seksual

Dalam rangka untuk mengatasi kesenjangan dalam respon forensik dan terapi sektor kesehatan
seperti yang dinyatakan sebelumnya, CEHAT pusat penelitian dari kepercayaan Anusandhan
berkolaborasi dengan Municipal Corporation of Greater Mumbai (MCGM), pada tahun 2008,
untuk mendirikan sebuah model intervensi untuk merespon korban kekerasan seksual di 3 rumah
sakit Kota Mumbai. Metode yang digunakan bertujuan untuk mengubah praktek profesional
kesehatan dari perspektif bukti murni medikolegal menjadi perspektif perawatan medikolegal.
Model model metode yang digunakan dalam pelayanan kesehatan yang komprehensif untuk
korban kekerasan seksual diambil dari perspektif ilmu pengetahuan, kedokteran, etika, dan
hukum.

Model terdiri dari aspek-aspek berikut

• Operasional informed consent untuk korban kekerasan seksual

• Melaksanakan dokumentasi sistematis perjalanan kekerasan seksual

• Menggunakan perspektif perbedaan jenis kelamin untuk pemeriksaan dan pengumpulan bukti
forensik yang relevan

• Mencatat setiap bukti yang berdasar pada alasan medis

• Memprioritaskan dukungan psikologis dan dukungan kesehatan

• Mempertahankan bukti bukti yang nyata dari faktor ekstrinsik

Metode ini dilaknasakan dengan menggunakan metodologi medis professional yang terlatih,
terutama dalam hal komunikasi terhadap seluruh usia dan jenis kelamin. Ini bertujuan agar istilah
klinis yang digunakan oleh penyedia kesehatan diganti dengan istilah sehari-hari yang biasa
digunakan dalam kasus tersebut. Pelatihan ini juga menyediakan berbagai macam kasus
kekerasan seksual dan kasus kasus dengan bukti yang terbatas. Diskusi dengan profesional
kesehatan memungkinkan mereka untuk menggantikan praktek medikolegal kuno menjadi istilah
istilah yang mudah dipahami dalam pelaksanaannya. Metode ini juga melengkapi mereka untuk
dapat merumuskan pendapat medis dan menjelaskan alasan-alasan kurangnya bukti medis pada
para korban. Sesi Tanya wajab juga diberikan untuk para trainee supaya mereka dapat
mempertahankan bukti bukti medis yang mereka dapatkan terutama dalam proses sidang
pengadilan nantinya. Metode ini juga mencakup bantuan psikososial, program pengamanan
untuk para trainee, kemudahan dalam pengambilan data dan konseling untuk keluarga korban.
[11]. Sebanyak 444 korban yang menjadi sampel pada periode 2008-2014 di tiga rumah sakit di
mana model itu dilaksanakan. 411 korban bersedia untuk menjalankan metode hingga selesai,
tetapi sisanya menolak untuk melanjutkan kasusnya. Terjadi peningkatan hingga tiga kali lipat
dalam pelaporan kekerasan seksual selama periode 2012-14 dibandingkan dengan 2008- 12 (94
2008-2012, dan 354 pada 2012-2014). Peningkatan ini berkaitan dengan diberlakukannya
undang-undang baru tentang Perlindungan anak dari kejahatan seksual pada tahun 2012
(POCSCO), demo yang dilaksanakan untuk membela seorang wanita muda di New Delhi yang
diduga menjadi korban kekerasan fisik dan seksual pada tahun 2012 yang meningkatkan
kesadaran masyarakat bahwa pentingnya melaporkan kasus kekerasan seksual dan amandemen
undang-undang Pidana hukum perkosaan tahun 2013 [2,3]. Pemberitaan ini membuat para
keluarga korban berani untuk melaporkan kasus kekerasan seksual kepada pihak yang berwajib.

Anda mungkin juga menyukai