Anda di halaman 1dari 5

Pathofisiologi

Vulnus laserrratum terjadi akibat kekerasan benda tumpul, goresan, jatuh, kecelakaan
sehingga kontuinitas jaringan terputus. Pada umumnya respon tubuh terhadap trauma akan terjadi
proses peradangan atau inflamasi.reaksi peradangan akan terjadi apabila jaringan terputus.dalam
keadaan ini ada peluang besar timbulnya infeksi yang sangat hebat. Penyebabnya cepat yang di
sebabkan oleh mikroorganisme yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi peradangan itu sebenarnya
adalah peristiwa yang di koordinasikan dengan baik yang dinamis dan kontinyu untuk
menimbulkan reaksi peradangan maka jaringan harus hidup dan harus di mikrosekulasi fungsional.
Jika jaringan yang nekrosis luas maka reaksi peradangan tak di temukan di tengah jaringan yang
hidup dengan sirkulasi yang utuh terjadi pada tepinya antara jaringan mati dan hidup.

Nyeri timbul karena kulit mengalami luka infeksi sehingga terjadi kerusakan jaringan.sek-
sel yang rusak akan membentuk zat kimia sehingga akan menurunkan ambang stimulus terhadap
reseptormekano sensitif dan hernosenssitif. Apabila nyeri di atas hal ini dapat mengakibatkan
gangguan rasa nyaman nyeri yang berlanjut istirahat atau tidur terganggu dan terjadi ketertiban
gerak.
Manifestasi Klinis
Mansjoer (2000) menyatakan “Manifestasi klinis vulnus laseratum adalah:
1) Luka tidak teratur
2) Jaringan rusak
3) Bengkak
4) Pendarahan
5) Akar rambut tampak hancur atau tercabut bila kekerasanya di daerah rambut
6) Tampak lecet atau memer di setiap luka”.
Perawatan luka secara umum :
____________________________

1. Pada setiap perlukaan perhatikan keadaan umum terlebih


dulu. Apabila keadaan umum buruk usahakan terlebih dulu
perbaikan keadaan umum.Apabila perdarahan tampak terus
berlanjut dan merupakan penyebab dari keadaan umum yang
buruk maka perdarahan dan keadaan umum buruk diatasi
secara bersama-sama.

2. Saat terjadinya perlukaan :


a. Luka kurang dari 6 jam : luka ini dianggap luka
bersih (clean wound) .
Luka seperti ini diharapkan akan sembuh per-primam
(dengan tindakan yang adekwat) dan dapat dilakukan
tindakan primer / penjahitan primer.
b. Luka terkontaminasi:
Yang termasuk luka terkontaminasi adalah :
= luka antara 6-12 jam
= luka kurang dari 6 jam akan tetapi kontaminasi
yang terjadi adalah banyak.
= luka kurang dari 6 jam akan tetapi ditimbulkan
karena daya / enersi yang besar (misalnya luka
tembak atau terjepit mesin).
Luka ini diragukan untuk dapat sembuh secara primer
karena itu diberikan tindakan ekspektatip (kompres
zat antiseptika dan diberikan antibiotika.
Apabila pada hari ke-3-7 tidak timbul radang bila
perlu dapat dilakukan tindakan penjahitan ;
penjahitan disini disebut jahitan primer tertunda
(delayed primary suture).
Bila antara hari ke-3-7 timbul pus maka luka
dianggap luka terinfeksi.
c.Luka terinfeksi : setiap luka diatas 12 jam dianggap
luka terinfeksi.
Pada luka ini diberi kompres dan antibiotika sambil
menunggu hasil kultur dan resistensi test untuk
pemberianantibiotika yang sesuai.. Apabila kemudian
proses radang sudah tenang dan timbul jaringan
granulasi sehat dapat dilakukan jahitan sekunder.

Perkecualian untuk penanganan ini:


a. Luka lebih lama dari 6 jam tanpa tanda-tanda radang
dan sudah diberi zat antiseptika sebelumnya dapat
dilakukan tindakan primer.
b. Luka terkontaminas didaerah wajah tetap dilakukan
penjahitan primer.
c. Luka kurang dari 6 jam didaerah perineum tetap
dianggap luka terkontam,inasi.
d. Perlukaan lebih dari 6 jam tetap dapat dilakukan
eksplorasi.

3. Profilaksis tetanus :
Dapat diberikan dalam bentuk Toksoid,ATS atau
imunoglobulin.
ATS diberikan 1500U,Toksoid 1cc atau imunoglobulin 250U
(pada orang dewasa).

4. Medikamentosa :
Sebaiknya diberikan antibiotika profilaksis.

5. Pembukaan jahitan :
Pada daerah wajah jahitan dibuka hari ke-4 untuk
menghindari terjadinya "railroad track" yang akan sangat
sulit untuk dikoreksi.
Apabila pada saat kontrol tampak adanya pus, maka
jahitan segera dibuka pada dimana tampak pernanahan.

Perawatan luka khusus :


_______________________

1. Perlukaan pembuluh darah :


Apabila terdapat perlukaan pada pembuluh darah sebagai
tindakan sementara dapat dilakukan tindakan penekanan
daerah luka atau penekanan pada nadi proksimal dari
luka.Sebagai tindakan definitip adalah ligasi atau
repair dari perlukaan pembuluh darah.

2. Perlukaan syaraf perifer :


Pada luka bersih, maka repair syaraf dapat dilakukan
secara primer, pada luka terkontaminasi atau terinfeksi
dilakukan secara sekunder.

3. Perlukaan tendo :
Bila luka dijahit primer maka tendo juga diusahakan
untuk dijahit secara primer. Perkecualian adalah pada
daerah "no mans land" pada tangan dimana dimana
repair dilakukan secara sekunder.

4. Perlukaan daerah toraks dan abdomen :


Harus selalu ditentukan apakah luka tembus atau tidak.

5. Perlukaan daerah wajah dan kepala :


Apabila terdapat luka pada daerah kepala maka rambut
harus dicukur terlebih dahulu. Alis tidak diperbolehkan
untuk dicukur.
Apabila terdapat perdarahan maka langsung dilakukan
penjahitan tanpa hemostasis kecuali bila terkena
pembuluh darah sedang atau besar.
Perlukaan pada daerah pipi harus dipastikan bahwa tidak
terdapat kerusakan pada n.VII ataupun ductus Stenoni.

6. Perlukaan daerah leher :


Apabila luka dalam dan ada kemungkinan terkena organ
penting (pembuluh darah dsb) maka perlu eksplorasi.
perawatan awal untuk luka berdasarkan penyebabnya.

1. Vulnus Laceratum (Laserasi)

Perawatan awal untuk Vulnus Laceratum yang kita lakukan adalah menentukan apakah luka
tersebut akan di jahit atau tidak, setelah membersihkannya terlebih dahulu dengan cairan NaCL,
tetapi jika kotoran pada luka menempel dengan kuat maka kita dapat menggunakan H2O2.
Jangan lupa memberikan anastesi terlebih dahulu agar tidak terasa sakit (biasa menggunakan
Lidokain). Setelah luka di bersihkan, lakukan desinfektan menggunakan IODINE. Jika dirasa
luka terlalu dalam dan lebar maka segera lakukan Hecting (menjahit) agar penyembuhan lebih
cepat dan terhindar dari bahaya infeksi. Dalam melakukan Hecting, pastikan tidak ada rongga
untuk meminimalkan bakteri dan kuman. Perawatan luka VL temasuk di dalam perawatan luka
tertutup, sehingga harus tetap menjaga sterilitas luka. Ganti Verban setiap 48 jam, jangan lupa
perhatikan tanda-tanda infeksi. Terus bersihkan luka menggunakan NaCL 0.9% agar tetap steril.

2. Vulnus Excoriasi (Luka Lecet)

Perawatan luka untuk Vulnus Excoriasi / Luka lecet adalah membersihkan luka menggunakan
NaCL 0.9%. Luka Lecet biasanya memiliki nyeri yang lebih tinggi di bandingkan luka robek, hal
ini di akibatkan letak ujung-ujung syaraf pada kulit. Jenis perawatan yang di berikan termasuk
perawat luka terbuka, sehingga luka cukup di bersihkan. Penggunaan IODINE salep tidak di
anjurkan karena akan menjadi sarang kuman, IODINE hanya di gunakan sampai jaringan kulit
baru terbentuk. Jangan lupa tetap bersihkan luka setiap hari.

3. Vulnus Punctum (Luka Tusuk)

Perawatan luka untuk Luka Tusuk adalah mencabut benda yang menusuk. Ingat saat mencabut
benda tersebut jangan asal menarik karena dapat membuat luka baru ataupun mengenai
pembuluh darah. Setelah benda yang menusuk di cabut maka segera bersihkan luka
menggunakan H202, kemudian lakukan desinfektan. Setelah itu tutup luka dengan menggunakan
kasa, dan modifikasi sedikit agar ada aliran udara terjadi. Hal ini tidak akan bermasalah,
menggingat bakteri clostridium tetani adalah bakteri anaerob.

4. Vulnus Contussum (Luka Kontusiopin)

Perawatan luka untuk Luka Memar adalah dengan mengkompres luka dengan air dingin,
sehingga pada pembuluh darah terjadi vasokontriksi yang membuat pembuluh-pembuluh darah
yang robek menjadi mampat. Ingat luka memar jangan di urut-urut atapun di tekan-tekan, karena
dapat mengakibatkan pelebaran robeknya pembuluh darah.

5. Vulnus Insivum (Luka Sayat)

Perawatan luka untuk luka Sayat adalah cukup dengan membersihkan lalu memberikan
desinfektan. Jangan tutup luka dengan kasa agar cepat menutup.

6. Vulnus Schlopetorum
Perawatan luka akibat luka tembak adalah dengan membersihkan luka dengan H2O2 lalu
desinfektan dan tutup luka. Setelah setidaknya seminggu baru bawa pasien ke ruang operasi
untuk mengeluarkan peluru. Menunggu kurang lebih seminggu agar di sekitar peluru terbentuk
jaringan baru, sehingga posisi peluru sudah tidak bergeser. Jika tidak di ruangan operasi, jangan
sekali-sekali mencoba untuk mengeluarkan peluru.

7. Vulnus Morsum (Luka Gigitan)

Perawatan luka gigitan akibat hewan buas adalah dengan membersihkan luka dan desinfektan.
Jika di butuhkan maka lakukan suntik anti rabies, jika di gigit oleh anjing rabies. selengkapnya
untuk perawatan Luka gigitan akibat binatang lihat disini.

8. Vulnus Perforatum

Perawatan luka untuk Vulnus Perforatum adalah perawatan luka yang intensif di lakukan pada
ruangan khusus operasi. Sehingga perawatan yang di lakukan perawata adalah perawatan luka
pasca operasi.

9. Vulnus Amputatum

Perawatan luka untuk Vulnus Perforatum adalah sama seperti perawatan luka pasca operasi.

10. Vulnus Combustion (Luka Bakar)

Perawatan luka untuk Luka Bakar adalah mengalirkan air pada luka. Air yang mengalirkan akan
melakukan perpindahan kalornya. Bila terbentuk bula boleh di pecahkan, sehingga perawatan
untuk luka bakar adalah perawatan luka terbuka. Terus jaga sterilitasnya agar tidak terjadi
infeksi. Jangan lupa ingatkan pasien agar menjaga kebutuhan cairan.

Anda mungkin juga menyukai