Anda di halaman 1dari 1

Menurut pendapat saya mengenai kasus pungli yang terjadi di Desa Adat di Bali merupakan pelemahan

dari desa itu sendiri. Mengapa demikian? Karena jelas bendesa adat sebagai pimpinan harusnya bisa
mengontrol agar oknum-oknum tertentu yang mengatas namakan desa dan melakukan pungli itu tidak
ada. Dan kalaupun ada harusnya sudah dikenai sanksi berupa hukum adat yang berlaku di daerah
bersangkutan, intinya bendesa adat haru tegas dan tetap melakukan kontrol agar tindakan pungli ini
tidak terjadi.

Lalu jika dikaitkan dengan apakah kasus pungli ini terjadi karena kekeliruan dalam memahami konsep
otonomi daerah dan perarem atau murni penyalahgunaan wewenang, saya kira bisa jadi keduanya. Di
satu sisi mungkin masih banyak oknum di desa tertentu memiliki perspektif bahwa hal ini (melakukan
pungli) tidak salah, kurangnya edukasi tentang apa itu konsep otonomi daerah dan juga ketidaktahuan
akan perda no 3 tahun 2003 tentang desa pekraman yg mengatur mengenai sumber-sumber pendapatan
daerah bisa jadi salah satu faktor mengapa kegiatan pungli masih banyak terjadi di desa-desa. Di sisi lain,
ada beberapa oknum yg sudah tau tetapi tetap melakukan ini karena merasa memiliki kuasa, atau
bahkan para petinggi-petinggi di desa ada campur tangannya dengan kasus ini. Motif mereka melakukan
ini bisa saja untuk penguatan finansial desa pekraman atau bahkan bisa juga masuk ke kantong pribadi.
Walaupun misalnya alasan dilakukan pungli tersebut untuk menambah pendapatan desa (penguatan
desa) tetapi hal tersebut tetaplah salah karena segala sumber pendapatan desa yg sah telah di atur
dalam perda no 3 tahun 2003.

Anda mungkin juga menyukai