Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
1
reliable. Oleh karena itu, kita akan membutuhkan sebuah system informasi yang
memungkinkan korban, sanak saudaramaupun relawan, pemerintah, tim SAR saling
berinteraksi dan berkoordinasi satu sama lain. Masukan ke system dapat berupa laporan dari
tim SAR, relawan ORARI , bahkan masyarakat melalui HP maupun telepon.
Perbaikan koordinasi dan manajemen penanggulangan di daerah rawan bencana
merupakan salah satu prioritas upaya kesiapsiagaan. !istem infromasi manajemen
penanggulangan bencana, dapat disajikan sebagai salah satu wadah yang berperan dalam
pengkoordinasian tindakan tanggap darurat bencana.dengan adanya koordinasi dan kerja
sama yang baik antar lintas sektor diharapkan penanggulangan bencana dapat lebih
terkoordinir dengan baik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bencana
A. Pengertian
Dalam undang-undang Nomor 24 tahun 2007 ,tentang penanggulangan Bencana,
dikemukakan, “bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat, yang disebabkan baik oleh faktor
alamdan/ atau faktor non alam maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis.
Sekretariat strategi Internasional untuk pengurangan Bencana atau International
Strategy for Disaster Reduction . Perserikatan Bangsa-Bangsa (ISDR 2004)
mendefinisikan bahwa bencana adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian
suatu masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan
manusia dari segi materi,ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan
masyarakat tersebut untuk mengatasinya dengan menggunakan sumberdaya mereka
sendiri.
Bencana alam adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar
bagi populasi manusia. Peristiwa alam dapat berupa banjir, letusan gunung berapi,
gempa bumi,tsunami, tanah longsor, badai salju, kekeringan, hujan es, gelombang
panas, hurikan, badaitropis, tornado, kebakaran liar dan wabah penyakit. Beberapa
bencana alam terjadi tidak secara alami. contohnya adalah kelaparan, yaitu kekurangan
bahan pangan dalam jumlah besar yang disebabkan oleh kombinasi faktor manusia dan
alam.
B. Jenis Bencana
Jenis-jenis bencana menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, antara lain:
1. Bencana alam
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus,
banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
3
2. Bencana non alam
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam yang
antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah
penyakit.
3. Bencana sosial
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar
komunitas masyarakat, dan terror (UU RI, 2007).
2.2 Komunikasi
A. Pengertian
Komunikasi adalah proses penyampaian suatu maksud, tujuan ataupun berita-
berita kepada pihak-pihak lain dan mendapatkan respons/tanggapan sehingga pada
masing-masing pihak mencapai pengertian yang maksimal.Bentuk komunikasi tersebut
dapat dilakukan secara lisan, tulisan, isyarat/tanda dan juga dapat menggunakan peralatan
(misalnya; radio dengan informasi suara, data dan gambar). Dalam suatu keadaan darurat
(disaster) baik dalam skala kecil, menengah dan besar, unsure komunikasi adalah salah-
satu komponen (sub-system) yang berperan menentukan terhadap; berhasil ataukurang
berhasil, bahkan gagalnya suatu operasi penyelamatan (search andrescue) dan pengerahan
bantuan penanganan serta penanggulangan terhadap kejadian musibah/bencana.
Komponen-komponen yang saling menunjang dalam suatu operasi/ pengerahan bantuan
dimaksud, adalah:
1. Organisasi (mission organization)
2. Fasilitas
3. Pelayanan gawat darurat (emergency care).
4. Komunikasi ;dan.
5. Dokumentasi
B. Fungsi Komunikasi
Komunikasi yang berada didalam jaring koordinasi untuk penanganan bencana
(disaster) harus berfungsi setiap saat, baik pada tahap sebelum terjadi musibah/bencana,
4
saat terjadi musibah/bencana, maupun pada tahap pasca terjadinya musibah/bencana.
fungsi-fungsi tersebut, meliputi ;
1. Sarana pengindera dini (early warning system), agar musibah/-
bencana/marabahaya yang terprediksi/diperkirakan akan terjadi dapat dideteksi
sejak awal, sehingga semua usaha pertolongan dan penyelamatan dapat dilakukan
tepat waktu, terseleksi (tepat guna) dan mengurangi timbulnya kerugian yang
banyak (harta benda bahkan jiwa manusia).
2. Sarana koordinasi antar semua institusi/instansi/organisasi/ potensi yang terlibat
operasi, agar menemukan cara yang tepat, cepat, efektif dan efisien.
3. Sarana untuk mengalirkan perintah, berita-berita dan berikut pengendalian
terhadap semua unsur dan elemen yang terlibat dalam operasi/kegiatan
pertolongan/penyelamatan.
4. Sarana bantuan administrasi dan logistic.
5
menekankan kesadaran manusia dan peningkatan kemampuan manusia menghadapi
ancaman.
Meski penelitian komunikasi bencana sendiri telah banyak dilakukan, namun di
Indonesia kajian komunikasi terkait bencana baru banyak dilakukan setelah peristiwa
bencana alam gempa dan tsunami Aceh tahun 2014. Meski demikian, kesadaran akan
pentingnya komunikasi dalam penanganan bencana semakin tinggi belakangan ini. Salah
satu titik penting yang menjadi perhatian terkait komunikasi dalam bencana adalah masalah
ketidakpastian. Menurut Frank Dance (dalam Littlejohn, 2006: 7), salah satu aspek penting
di dalam komunikasi adalah konsep reduksi ketidakpastian. Komunikasi itu sendiri muncul
karena adanya kebutuhan untuk mengurangi ketidakpastian, supaya dapat bertindak secara
efektif demi melindungi atau memperkuat ego yang bersangkutan dalam berinteraksi secara
indivuidual maupun kelompok. Dalam penanganan bencana, informasi yang akurat
diperlukan oleh masyarakat maupun lembaga swasta yang memiliki kepedulian terhadap
korban bencana.
Komunikasi dalam bencana tidak saja dibutuhkan dalam kondisi darurat bencana, tapi
juga penting pada saat dan pra bencana. Sebagaimana dikatakan bahwa komunikasi adalah
cara terbaik untuk kesuksesan mitigasi bencana, persiapan, respon, dan pemulihan situasi
pada saat bencana. Kemampuan untuk mengkomunikasikan pesan-pesan tentang bencana
kepada publik, pemerintah, media dan pemuka pendapat dapat mengurangi resiko,
menyelamatkan kehidupan dan dampak dari bencana (Haddow and Haddow, 2008: xiv).
Menurut Haddow dan Haddow (2008: 2) terdapat 5 landasan utama dalam
membangun komunikasi bencana yang efektif yaitu:
1. Costumer Focus, yaitu memahami informasi apa yang dibutuhkan oleh pelanggan
dalam hal ini masyarakat dan relawan. Harus dibangun mekanisme komunikasi
yang menjamin informasi disampaikan dengan tepat dan akurat.
2. Leadership commitment, pemimpin yang berperan dalamtanggap darurat harus
memiliki komitmen untuk melakukan komunikasi efektif dan terlibat aktif dalam
proses komunikasi.
3. Situational awareness, komunikasi efektif didasari oleh pengumpulan, analisis dan
diseminasi informasi yang terkendali terkait bencana. Prinsip komunikasi efektif
seperti transparansi dan dapat dipercaya menjadi kunci.
6
4. Media partnership, media seperti televisi, surat kabar, radio, dan lainnya adalah
media yang sangat penting untuk menyampaikan informasi secara tepat kepada
publik. Kerjasama dengan media menyangkut kesepahaman tentang kebutuhan
media dengan tim yang terlatih untuk berkerjasama dengan media untuk
mendapatkan informasi dan menyebarkannya kepada publik.
7
mengungkapkan acuan penanggulangan bencana (tsunami), tidak bisa lepas dari fungsi
komunikasi, yang memberikan sinyal untuk mengurangi ketidakpastian, sebagai
berikut :
1. Memasang sarana diseminasi informasi, termasuk :”dedicated link”(saluran
Komunikasi khusus), radio Internet , server untruk system “5 in One”dan sirene,
sehingga informasi dari BMG dapat diterima secepat – cepatnya.
2. Membuat peta jalur evakuasi dan zona evakuasi dan rambu – rambu bahaya
tsunami di sepanjang pantai yang rawan tsunami.
3. Membangun shelter pengungsian yang dilengkapi dengan jalan dari
pemukiman penduduk ke shelter, serta sarana dan prasarana darurat di
pengungsian.
4. Mengadakan pelatihan evakuasi baik untuk masyarakat pesisir maupun aparat
terkait, secara berkala 2 (dua) kali setahun, dalam rangka meningkatkan
kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi tsunami.
5. Memfasilitasi peningkatan pemahaman masyarakat melalui Pendidikan
formal dan nonformal.
Tindakan – tindakan tersebut diatas, berkaitan dengan konsep – konsep komunikasi
Bower dan Bradac. Misalnya dalam membuat peta jalur evakuasi dan membangun shelter
pengungsian, selayaknya jika diperhatikan komunikasi sebagai pertukaran gagasan
verbal, proses interaksi yg saling memberikan pemahaman, mengurangi ketidakpastian,
penyampaian pesan dan transfer pemahaman, proses untuk menghubungkan satu entitas
dengan entitas lain
2.5 Pengelolaan Data dan Informasi Penanggulangan Krisis
Informasi penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana harus dilakukan
dengan cepat, tepat, akurat dan sesuai dengan kebutuhan. Pada saat pra, saat dan
pasca‐bencana pelaporan informasi penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana
dimulai dari pengumpulan sampai penyajian informasi dan ditujukan untuk
mengoptimalisasikan upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Dalam
pengumpulan data sebaiknya terpilah, sesuai dengan keharusan untuk mengarus utamakan
gender dalam semua kebijakan/program/kegiatan yang memerlukan data terpilah.
1. Informasi Pra‐Bencana
8
Dalam rangka mendukung upaya‐upaya sebelum terjadi bencana diperlukan data dan
informasi yang lengkap, akurat dan terkini sebagai bahan masukan pengelola program
di dalam mengambil keputusan terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana. Salah satu bentuk informasi yang cukup penting adalah adanya profil
yang mengambarkan kesiapsiagaan sumber daya dan upaya‐upaya yang telah
dilakukan terkait dengan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana di
daerah, khususnya di tingkat kabupaten/kota. Informasi yang dikumpulkan dalam
bentuk profil terdiri dari:
a. gambaran umum wilayah, yang meliputi letak geografis, aksesibilitas
wilayah gambaran wilayah rawan bencana, geomedic mapping, data
demografi, dan informasi bencana yang pernah terjadi
b. Upaya pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan, yang pernah
dilakukan;
c. Upaya tanggap darurat dan pemulihan, yang pernah dilakukan;
d. Gambaran pengelolaan data dan informasi.
Sumber informasi pra‐bencana yang dituangkan kedalam bentuk profil
tersebut berasal dari dinas kesehatan, rumah sakit, instansi terkait dan puskesmas.
2. Informasi saat dan pasca bencana
Informasi saat dan pasca‐bencana ini terdiri dari :
a. Informasi pada awal kejadian bencana;
Informasi ini harus disampaikan segera setelah kejadian awal diketahui
serta dikonfirmasi kebenarannya dengan menggunakan formulir
penyampaian informasi Form B‐1 atau B‐4 (terlampir). Sumber
informasi dapat berasal dari masyarakat, sarana pelayanan kesehatan, dinas
kesehatan provinsi/kabupaten/kota dan lintas sektor.:
b. Informasi penilaian kebutuhan cepat.
Informasi ini dikumpulkan segera setelah informasi awal kejadian
bencana diterima oleh Tim Penilaian Kebutuhan Cepat dengan
menggunakan formulir isian form B‐2 (terlampir). Sumber informasinya
dapat berasal dari masyarakat, sarana pelayanan kesehatan, dinas kesehatan
provinsi/kabupaten/kota dan lintas sektor.
9
c. Informasi perkembangan kejadian bencana
Informasi ini dikumpulkan setiap kali terjadi perkembangan informasi terkait
dengan upaya penanganan krisis kesehatan akibat bencana yang terjadi.
Formulir penyampaian informasinya menggunakan form B‐3 (terlampir).
Sumber informasi berasal dari sarana pelayanan kesehatan dan dinas kesehatan
provinsi/kabupaten/kota.
d. Sarana penyampaian informasi
1) Informasi pra‐bencana
Profil yang mengambarkan kesiapsiagaan sumber daya dan upaya‐upaya
yang telah dilakukan terkait dengan penanggulangan krisis kesehatan
akibat bencana di daerah, khususnya di tingkat kabupaten/kota
dapat disampaikan melalui email dan secara online melalui website.
2) Informasi saat dan pasca‐bencana
Informasi pada awal kejadian bencana yang menggunakan Form B‐1
dapat disampaikan melalui telepon dan melalui faksimil. Informasi
pada awal kejadian bencana yang menggunakan Form B‐ 4 dapat
disampaikan melalui sms gate‐way. Informasi penilaian kebutuhan cepat
yang menggunakan Form B‐2 dapat disampaikan e‐mail dan secara online
melalui website serta melalui faksimil. Informasi perkembangan
kejadian bencana yang menggunakan Form B‐3 dapat disampaikan
melalui e‐mail dan secara online melalui website serta melalui faksimil.
10
Bagan 1
11
2. Alur penyampaian informasi penilaian kebutuhan cepat secara berjenjang
Informasi penilaian kebutuhan cepat disampaiakn secara berjenjang mulai
dari institusi kesehatan di lokasi bencana ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
kemudian diteruskan ke Dinas Kesehatan Provinsi, dari Provinsi ke Depkes
melalui PPK dan di laporkan ke Mentri Kesehatan. Alur informasi dapat dilihat
pada bagan berikut ini:
Bagan 3
12
2.6 Lembaga- Lembaga yang Berperan dalam Penyampaian Informasi
Lembaga-lembaga yang berperan dalam mata rantai peringatan dini ini
berkewajiban untuk segera memberikan konfirmasi (secara manual) bahwa mereka telah
menerima berita peringatan dini yang telah dikirimkan oleh BMKG.Konfirmasi ini
dilatihkan melalui penerimaan berita gempabumi.
Pihak-pihak dalam rantai komunikasi peringatan dini tsunami mempunyai peran
dan tanggung jawab masing-masing.
a. BMKG
Lembaga ini menjadi penyedia berita peringatan dini tsunami di Indonesia. BMKG
menyampaikan berita gempabumi, berita peringatan dini tsunami, dan saran untuk
tindak lanjut di daerah yang terancam tsunami kepada pihak lain dalam rantai
komunikasi peringatan dini tsunami.
b. BNPB
BNPB berkewajiban menindaklanjuti berita gempabumi dan berita peringatan dini
tsunami serta saran yang disampaikan oleh BMKG.BNPB membantu
menyebarluaskan peringatan dini tsunami dan saran kepada Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD). Selain itu, BNPB berkewajiban untuk segera menyiapkan
tanggap darurat, yaitu kegiatan search andrescue dan bantuan darurat, setelah
ancaman tsunami berakhir.
13
c. Pemda
Pemerintah daerah (pemda) berkewajiban untuk menindaklanjuti berita gempabumi
dan berita peringatan dini tsunami serta saran yang disampaikan oleh BMKG.Pemda
adalah satusatunya pihak dalam rantai komunikasi peringatan dini tsunami yang
mempunyai wewenang serta tanggung jawab memutuskan dan mengumumkan status
evakuasi secara resmi berdasarkan informasi dari BMKG. Berdasarkan UU 24/2007
pasal 46 dan 47; PP 21/2008pasal 19 dan Perka BNPB 3/2008 khususnya di dalam
Bab 2 yang menyebutkan bahwa pemda bertanggung jawab untuk segera dan secara
luas mengumumkan arahan yang jelas dan instruktif untuk membantu penduduk dan
pengunjung di daerah tersebut bertindak cepat dan tepat terhadap ancaman tsunami.
d. TNI
TNI berkewajiban menindaklanjuti berita gempabumi dan berita peringatan dini
tsunami serta saran yang disampaikan oleh BMKG.TNI ikut berperan dalam usaha
menyebarluaskan berita gempabumi atau berita peringatan dini tsunami khususnya di
tingkat daerah. Bila status evakuasi diumumkan, TNI dapat mendukung proses
evakuasi masyarakat. TNI berkewajiban untuk segera menyiapkan tanggap darurat,
yaitu kegiatan search and rescue dan bantuan darurat, setelah ancaman tsunami
berakhir.
e. POLRI
POLRI berkewajiban menindaklanjuti berita gempabumi dan berita peringatan dini
tsunami serta saran yang disampaikan oleh BMKG.POLRI ikut berperan serta dalam
usaha menyebarluaskan berita gempabumi atau berita peringatan dini tsunami
khususnya di tingkat daerah. Bila status evakuasi diumumkan, POLRI dapat
mendukung proses evakuasi masyarakat. POLRI berkewajiban untuk segera
menyiapkan tanggap darurat, yaitu kegiatan search and rescue dan bantuan darurat,
setelah ancaman tsunami berakhir.
f. Stasiun TV dan radio
Stasiun TV dan radio di tingkat nasional atau daerah (milik pemerintah dan swasta)
wajib menyiarkan berita gempabumi dan berita peringatan dini tsunami serta saran
yang disampaikan oleh BMKG.Hal ini berdasar pada UU 31/2009 pasal 34 dan
Permenkominfo 20/2006 pasal 1 - 5.Stasiun TV dan radio merupakan pihak dalam
14
rantai komunikasi peringatan dini tsunami yang mempunyai akses langsung dan cepat
kepada publik.Stasiun TV dan radio berkewajiban untuk segera menangguhkan siaran
yang sedang berlangsung dan menyiarkan peringatan dini tsunami dan saran yang
diterima dari BMKG kepada pemirsa dan pendengar.
g. Masyarakat berisiko
Masyarakat berisiko berhak mendapatkan informasi tentang ancaman tsunami serta
arahan instruktif yang memungkinkan orang-orang yang terancam bencana bertindak
secara tepat dan cepat.Masyarakat bertanggung jawab untuk siap menyelamatkan diri
dari ancaman gempabumi dan tsunami. Individu dan lembaga masyarakat wajib
meneruskan informasi serta arahan yang benar kepada orang lain. Lembaga Swadaya
Masyarakat seperti Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI), Radio Antar
Penduduk Indonesia (RAPI) dan Search andRescue (SAR) ikut beperan dalam
penyebaran berita gempabumi, berita peringatan dini tsunami, serta saran yang
disampaikan oleh BMKG.
h. Penyedia layanan selular
Penyedia layanan selular merupakan salah satu bagian dari mata rantai penyebaran
berita gempabumi dan peringatan dini tsunami melalui moda SMS.Penyedia layanan
ini berkewajiban meneruskan berita gempabumi dan berita peringatan dini tsunami
dari BMKG ke para pengguna ponsel yang sudah terdaftar.Secara internal penyedia
layanan ini juga harus memberikan prioritas yang lebih tinggi untuk pengiriman SMS
dari BMKG daripada SMS pada umumnya, seperti SMS perorangan. Dengan
demikian, dalam situasi di mana arus SMS padat, SMS dari BMKG akan didahulukan
dalam antrian untuk sampai ke pengguna. Selain itu juga mereka wajib menjaga agar
server untuk layanan ini tetap beroperasi dengan terus menerus dan dalam kondisi
baik.Semua layanan ini tidak dipungut biaya.
i. Pengelola hotel
Pengelola hotel berkewajiban untuk menyelamatkan para tamu yang menginap di
hotel tersebut, berkunjung ke hotel tersebut, dan masyarakat yang berada di sekitar
hotel tersebut. Pengelola hotel bertanggung jawab untuk menyiapkan segala prosedur
dan rencana tindak untuk keadaan darurat gempabumi dan tsunami melalui langkah-
langkah sebagai berikut: membuat mekanisme penerimaan peringatan dini dari
15
BMKG atau Pusdalops atau BPBD; memberikan informasi yang lengkap pada para
tamu mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan pada saat darurat tsunami;
serta menyiapkan tempat evakuasi sementara dan rambu evakuasi baik di dalam
bangunan hotel maupun di luar bangunan (evakuasi dalam bangunan hotel harus
memenuhi persyaratan bangunan tahan gempabumi dan tsunami dan memiliki
ketinggian melebihi perkiraan tinggi tsunami di daerah tersebut). Apabila para tamu
hotel harus melakukan evakuasi ke luar dari hotel, maka pengelola hotel
berkewajiban memberikan informasi yang lengkap kepada para tamu lokasi tempat
evakuasi sementara dan membimbing para tamu menuju tempat evakuasi pada saat
darurat tsunami.
16
DARAT dalam menjembatani komunikasi antarpihak melalui beragam jenis teknologi
informasi dan komunikasi.
Di samping itu TIKUS DARAT juga membangun jejaring dengan berbagai
pemangku kepentingan yang terkait dengan penanggulangan bencana seperti BNPB,
kalangan pemerintah dari tingkat kecamatan hingga provinsi, dan lain-lain.
Kelengkapan TikusDarat
TIKuS DARAT dilengkapi dengan peralatan untuk menginput, memproses, dan
menyajikan data, baik berupa teks, gambar, suara, maupun video. Setelah TIKuS
DARAT terpasang, dia akan terintegrasi dengan website, SMS gateway, dan hotline
telpon. Dengan peralatan tersebut TIKuS DARAT akan mempu menjembatani
komunikasi antar pihak melalui beragam jenis teknologi informasi. TiKUS DARAT bisa
digunakan untuk beragam fungsi, antara lain:
1) Siaran radio
Melalui siaran radio, informasi yang dibutuhkan oleh pengungsi bisa
disebarluaskan secara cepat dan serentak. Melalui siaran radio, informasi
yang akurat mengenai bencana bisa menjangkau masyarakat luas sehingga
bisa menangkal isu menyesatkan yang biasanya berhembus paska
bencana.
2) Radio komunikasi
Pada saat bencana komunikasi radio sangat efektif digunakan untuk
berkoordinasi dengan banyak pihak, seperti polisi, tim search and rescue
(SAR), tim medis, palang merah. Jika koordinasi berjalan dengan baik
maka penanganan bencana akan lebih optimal.
3) Produksi media cetak.
Informasi dalam format tercetak juga efektif dalam situasi dimana
kebanyakan pengungsi tidak memiliki alat untuk mengakses media
elektronik.
4) Akses internet
Fasilitas sambungan internet sangat berguna untuk membuka komunikasi
dari lokasi bencana kepada pihak luar. Informasi dari lapangan bisa
17
diperbaharui secara cepat sehingga pihak luar yang akan memberikan
bantuan menjadi lebih mudah dalam mengambil keputusan.
5) SMS Gateway
Melalui layanan pesan singkat (SMS) informasi bisa disebarluaskan
dengan cepat dan serentak baik kepada pengungsi maupun relawan.
6) Proyektor dan layar lebar
Fasilitas proyektor dan layar lebar bisa digunakan untuk memutar video
maupun menyajikan presentasi multimedia. Selain bisa menghibur,
fasilitas ini bisa digunakan sebagai media penyadaran tanggap bencana
kepada masyarakat.
TiKUS DARAT menggunakan sistem kelistrikan yang mandiri, sehingga tetap
bisa berfungsi dalam kondisi jaringan listrik PLN padam. Perangkat TIKuS DARAT
dikemas dalam kendaraan berpenggerak ganda (4×4) sehingga bisa menjangkau medan
yang sulit ditembus dengan kendaraan biasa.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi dalam bencana tidak saja dibutuhkan dalam kondisi darurat bencana, tapi
juga penting pada saat pra bencana.Mempersiapkan masyarakat di daerah rawan bencana
tentu harus senantiasa dilakukan. Selain informasi yang memadai tentang potensi bencana di
suatu daerah, pelatihan dan internalisasi kebiasaan menghadapi situasi bencana juga harus
dilakukan secara berkelanjutan. Tapi harus diingat, informasi berlimpah saja tidak cukup
untuk menyadarkan warga atas bahaya bencana yang mengancam. Cara menyampaikan
informasi juga harus dilakukan dengan tepat. Kekeliruan dalam mengkomunikasikan sebuah
informasi, bisa menimbulkan ketidakpastian yang memperburuk situasi. Dalam situasi ini,
pendekatan komunikasi budaya dan lintas budaya amat dibutuhkan.
Dalam kondisi darurat bencana, komunikasi amat dibutuhkan sebagai fungsi
manajemen dan koordinasi antara pemerintah, korban, masyarakat, relawan dan media
massa. Manajemen komunikasi krisis yang baik akan membuat fungsi koordinasi dan
pengambilan keputusan pemerintah berjalan stabil. Pada sisi korban, penderitaan bisa
dikurangi karena bantuan lebih cepat dan mudah diberikan dengan modal informasi yang
memadai. Keluarga korban dan masyarakat luas penting mendapatkan pemenuhan
kebutuhan informasi mengenai kondisi terkini dan keadaan korban baik yang selamat
maupun meninggal dunia untuk menghindarkan dari kecemasan. Relawan juga amat
membutuhkan komunikasi yang lancar dengan berbagai pihak untuk bisa terjun ke lokasi
bencana. Sedangkan media massa, dalam kondisi darurat sangat membutuhkan sumber
informasi yang kredibel agar berita yang disebarluaskan memberikan manfaat bagi
masyarakat luas.
3.2 Saran
Diharapkan untuk kedepannya komunikasi bencana di Indonesia akan lebih baik dan baik
lagi agar tidak adalagi kesalahan pemberitahuan informasi atau kekeliruan sehingga
masyarakat dapat mengakses informasi tentang bencana dengan pasti dan bukan hanya
wacana saja tapi sudah menggemparkan masyarakat.
19
DAFTAR PUSTAKA
Aprilin, Heti. 2015. Media Komunkasi yang Dipakai Ketika Tanggap Darurat.
http://heti-aprilin-pasca14.web.unair.ac.id/artikel_detail-137738
tugas%20sistem%20informasi%20komunikasi
MEDIA%20KOMUNIKASI%20YG%20DIPAKAI%20PADA%20TANGGAP%20DAR
URAT.html
Mas, Dayu Swandewi. 2015. Manajemen Informasi dan Komunikasi dalam Bencana.
https://www.scribd.com/doc/283167346/Manajemen-Sistem-Informasi-Dan-Komunikasi
Dalam-Bencana
Yulianti, Mega Sara. 2015. Komunikasi dalam Bencana dan Manajemen Informasi.
https://dokumen.tips/documents/manajemen-sistem-informasi-dan-komunikasi-dalam-
bencana.html
20