1. Pendahuluan
c. Menyikapi trend ancaman terkini tersebut, maka dipandang perlu bagi TNI secara
terus-menerus mengambil langkah antisipatif untuk menghadapinya. TNI sebagai
Komponen Utama dalam sistem Pertahanan Negera, harus mampu memberdayakan
dan mengoptimalkan seluruh potensi bangsauntuk melakukan deteksi dini, lapor dini
dan cegah dini kemungkinan acaman terkini yang akan merongrong kedaulatan negara
dan mengganggu stabilitas bangsa Indonesia.
1 Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, Memahami Ancaman, Menyadari Jati Diri sebagai modal membangun menuju
Indonesia emas, Puspen TNI, Jakarta, 2016, hal 21
2
Memiliki ciri formal, tertib, rapi, hal ini dikaitkan dengan kultur militer yang
penuh keteraturan dan membedakan antara warga sipil dan militer seperti
seragam dan pangkat. Perang dalam generasi I didominasi oleh pengerahan
kekuatan orang secara massive (massed man power), baik ditinjau dari jumlah
dan keahlian pasukan akan sangat menentukan2.
Peperangan Generasi I dimulai sejak sekitar tahun 1648 seiring dengan
peristiwa diperolehnya kedaulatan oleh Jerman sebagai sebuah negara sekaligus
mengakhiri “Perang 30 Tahun” yang terjadi antara negara-negara di kawasan
Eropa. Perang 30 tahun tersebut merupakan suatu perang yang sangat carut
marut namun pada dasarnya dilatar-belakangi oleh konflik antara kelompok
penganut Katholik dengan Protestan. Sejak peristiwa diperolehnya kedaulatan
oleh Jerman tersebut maka peperangan mulai dianggap sebagai salah satu cara
bagi suatu negara untuk mencapai kepentingannya setelah sebelumnya setiap
peperangan selalu berlatar belakang kepentingan agama. Ciri-ciri peperangan
generasi I adalah adanya penentuan medan/wilayah perang dengan batas-batas
tertentu (garis batas kiri/kanan dan depan/belakang) dan digunakannya musket
(senapan api sederhana) yang selanjutnya dikombinasikan dengan senjata tajam
seperti panah, sangkur dan lain-lain sampai pada pengembangannya menjadi
senjata mesin
b. Perang Generasi II
4
Pemikiran ofensif yang menjadi mode sejak tahun 1870, senapan mesin
memperlihatkan kemampuan defensifnya.Bertemu jalan buntu dan semua
kemampuan manuver secara strategis telah hilang, pihak yang berperang
5
Pesawat udara dan tank, menjadi pokok bahasan kajian strategi. Pelopor
ahli teori kekuatan udara, jendral Italia Giulio Douhet meyakini bahwa perang
masa depan akan menang atau kalah di udara. AU akan membawa ofensif, peran
pasukan darat hanya defensif. Jendral Inggris J.F.C. Fuller, arsitek pertama
peperangan tank yang hebat di Cambrai dan rekan sejamannya, B.H. Liddell
Hart, merupakan penganjur paling terkemuka mekanisasi dan motorisasi AD
Inggris. Kelompok kajian Jerman yang disiapkan Von Seekt untuk 57 area
strategi dan taktik yang dipelajari dari PD I dan mengadaptasi strategi untuk
menghindari kebuntuan dan kekalahan.
Nilai kejut strategis dari mobilitas didapat melalui motorisasi
pasukan.Pasukan Jerman memperlihatkan lebih jelas kebutuhan untuk membuat
semua kecabangan AD segesit mungkin untuk memaksimalkan strategi dan
memulihkan prinsip-prinsip manuver dan serangan strategis.AD Inggris hanya
satu-satunya yang dimekanisasi secara murni pada permulaan PD II, pasukan
Jerman masih mengandalkan penarik kuda untuk proporsi artilerinya.Jendral
Jerman Heinz Guderian menggabungkan gagasan Fuller dan Liddell Hart untuk
melipatgandakan efek serangan kilat pembuka awal, melawan Polandia pada
tahun 1939 dan Perancis pada tahun 1940, mengejutkan dengan gemilang dan
melimpah cepat melalui doktrin senjata gabungan mobil dan Korps Panzer
Guderian.Perubahan teknologi mempunyai efek yang hebat pada strategi, tetapi
pengaruhnya kecil pada kepemimpinan. Salah satu kunci Jerman yang lebih
memungkinkan dalam peperangan mobil adalan penggunaan radio yang
ditempatkan di setiap tank.Sejumlah personel dikendalikan secara efektif oleh
seorang perwira, peningkatan ukuran pasukan diarahkan pada peningkatan
jumlah perwira.
lebih dekat oleh artileri dan pembom penyusup untuk memukul lubang pada garis
musuh.Untuk melawan musuh secara efektif disiapkan perang defensif yang
dipusatkan pada suatu garis tunggal pelibatan.Pertempuran Perancis
mempersyaratkan pasukan penyerang dan jumlah amunisi yang sangat besar
melawan musuh yang telah dipersiapkan sebaik-baiknya dengan pengintaian
yang baik.Strategi AL diterapkan pada tank di front perang Afrika Utara. Rommel
mengerahkan divisi panzer di gurun Cyrenaican mirip seperti kapal tempur.
Efektifitas peperangan amfibi, pada pertempuran Normandia, Iwo Jima dan
Okinawa. Pendaratan pantai pasukan infantri secara besar-besaran digunakan
untuk efek yang hebat dalam merebut dan mempertahankan posisi kunci, diberi
bantuan laut yang dan bombardemen lepas pantai.
4. Perang Generasi IV
Dalam generasi ini terjadi perubahan radikal terhadap norma dalam perang.
Perjanjian Westphalia dinafikkan, kembali ke budaya perang masa lalu dimana
yang terlibat konflik bukan negara melainkan keluarga, suku, penganut agama
dan dunia usaha yang menggunakan segala cara untuk mencapai tujuan. Dalam
generasi ini muncul istilah perang asimetris (asymmetric warfare) yang mulai
10
Pada peperangan generasi pertama, yang memiliki ciri formal, tertib dan rapih,
hal ini dikaitkan dengan kultur militer yang penuh keteraturan, yaitu dibedakannya
12
antara militer dan warga sipil dalam seragam dan tanda pangkat. Adanya
dominasi oleh “massed man power, jumlah dan keahlian pasukan sangat
menentukan, contoh : perang Napoleon.
negara, tetapi dapat pula aktor negara yang menggunakan cara-cara non
tradisional untuk mengalahkan musuh yang lebih kuat. Cara-cara non tradisional
yang dimaksud antara lain adalah ekonomi, diplomatik, cyber, mediadan lain
sebagainya.
4. Pembahasan
1) Teori-teori Perang
Ahli strategi Cina, Sun Tzu, mengatakan “Do not repeat the tactics which
have gained you one victory, but let your methods be regulated by the infinite
variety of circumstances”. Maksudnya bahwa janganlah mengulangi taktik yang
telah menambah satu kemenangan, tetapi biarlah metode yang mengatur melalui
berbagai keadaan yang tidak terbatas. Strategi dan taktik hubungannya sangat
dekat, masing-masing sepakat dengan jarak, waktu dan kekuatan. Tetapi strategi
dalam skala besar sedangkan taktik dalam skala kecil. Pada mulanya strategi
difahami untuk menguasai awal pertempuran sementara taktik digunakan untuk
mengendalikan penentuannya. Dalam perang dunia pada abad 20, perbedaan
antara manuver dan pertempuran, strategi dan taktik semakin kabur. Taktik telah
mewenangkan suatu kompi kavaleri untuk diterapkan dalam pasukan panzer.
Dalam bentuk paling murni, strategi semata-mata sepakat dengan issu-issu
militer.
x. Kesimpulan
x. Saran
Perang Generasi I dimulai sejak sekitar tahun 1648 seiring dengan peristiwa
diperolehnya kedaulatan oleh Jerman sebagai sebuah negara sekaligus mengakhiri
“Perang 30 Tahun” yang terjadi antara negara-negara di kawasan Eropa. Perang 30
16
Tahun tersebut merupakan suatu perang yang sangat carut marut namun pada
dasarnya dilatar-belakangi oleh konflik antara kelompok penganut Katolik dengan
Protestan. Sejak peristiwa diperolehnya kedaulatan oleh Jerman tersebut maka
peperangan mulai dianggap sebagai salah satu cara bagi suatu negara untuk mencapai
kepentingannya setelah sebelumnya setiap peperangan selalu berlatar belakang
kepentingan agama. Ciri-ciri peperangan generasi I adalah adanya penentuan
medan/wilayah perang dengan batas-batas tertentu (garis batas kiri/kanan dan
depan/belakang) dan digunakannya musket(senapan api sederhana) yang selanjutnya
dikombinasikan dengan senjata tajam seperti panah, sangkur dan lain-lain sampai pada
pengembangannya menjadi senjata mesin.
Perang Generasi IV mulai dikenal sejak tahun 1989, dipicu oleh mulai
terlibatnya kelompok insurjen atau kelompok tertentu yang bertindak bukan atas nama
negara (non state actors) dalam suatu peperangan. Kelompok-kelompok tersebut
sebenarnya merupakan suatu bagian dari sebuah negara namun perjuangan mereka
memiliki tujuan yang unik yaitu merorongrong hingga meruntuhkan suatu kekuatan
negara musuh atau bahkan menjadikan negaranya sendiri sebagai sasaran.
Peperangan Generasi IV adalah peperangan dengan ciri adanya ketidak-jelasan dalam
hal batasan antara konflik ideologi, politik, ekonomi dengan perang itu sendiri bahkan
batasan antara militer (kombatan) dan penduduk sipil (non kombatan). Tipe peperangan
ini sering terjadi di suatu negara berkembang yang ditandai dengan terjadinya perang
saudara atau antara suatu negara dengan kelompok yang ingin mendirikan negara
sendiri. Peperangan generasi IV juga mulai berkembang dengan munculnya istilah
asymetrics warfare yang mendeskripsikan suatu keadaan konflik / peperangan yang
terjadi antara pihak yang sangat berbeda dalam cara-cara melakukan peperangannya.
Konflik yang terjadi bersifat kompleks, melebar dalam jangka waktu yang relatif lama.
Aksi insurjensi, terror dan gerilya merupakan salah satu bentuk taktik peperangan yang
biasanya dilancarkan oleh pihak dengan memiliki kekuatan kecil dalam melawan musuh
yang kuat dan besar. Aksi-aksi tersebut juga memanfaatkan keunggulan teknologi
informasi dan komunikasi. Manipulasi informasi dan media massa juga merupakan
salah satu strategi yang digunakan pada peperangan generasi IV ini. Perang generasi
keempat merupakan transformasi dari tiga model perang sebelumnya. Selama ini
tentara dilatih untuk melakukan perang dengan cara yang sudah using, cara berperang
dalam sebuah lingkungan yang membuat mereka mengalami disfungsi akan
menyebabkan penyia-nyiaan sumber daya dan perang yang semakin panjang. Kalaupun
kemenangan berhasil dicapai, itu pun diperoleh dengan biaya yang tidak proporsional.
Ciri utama Perang Generasi Keempat adalah penurunan loyalitas kenegaraan dan
meningkatnya loyalitas alternatif, seperti keagamaan dan kesukuan.Perang Generasi
Keempat tidak membedakan militer dan sipil. Prajurit 4GW dapat menyusup ke negara
lawan, hidup di antara masyarakatnya, dan makan dari mereka tanpa disadari kehadiran
mereka. Globalisasi sangat membantu kemampuan ini. Hubungan antar warga dunia
dan antar negara membuat penyusupan ke dalam masyarakat target menjadi lebih
mudah dan anggota masyarakat yang disusupi tidak menaruh kecurigaan.Medan perang
tidak didefinisikan. Ia bisa terjadi dalam satu negara atau wilayah atau di mana saja di
18
dunia ini. Hal ini memberikan ruang manuver yang tak terbatas. Medan perang
konvensional bergeser menuju area dimana dampak maksimal bisa diraih dengan usaha
minimal.Mungkinkah perang konvensional akan berakhir atau hilang? Jawabannya,
sudah pasti tidak. Sekali lagi, perang konvensional mutlak dalam perebutan kekuasaan
antar negara adikuasa sejak dahulu. Perang antara blok Timur dan blok Barat adalah
suatu suatu contoh perang konvensional yang abadidari dulu hingga sekarang.
Terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam perang hibrida, meliputi
berbagai bidang seperti ekonomi, militer, pemerintahan, politik, dan diplomasi. Indonesia
masih belum siap menghadapi perang hibrida karena permasalahan pada bidang
tersebut. Padahal untuk menghadapi perang ini harus direspons dengan strategi
penyerangan dan pertahanan yang merupakan gabungan dari negara dan sipil. Perang
Hibrida merupakan perpaduan antara perang konvensional dan teknologi, sehingga
perang konvensional adalah mutlak dibutuhkan dalam era perang generasi keempat ini.
Perang hibrida dapat digunakan untuk menjabarkan dinamika yang kompleks dan luwes
dari ruang pertempuran, yang menuntut tanggapan yang ulet, dan tanggapan yang
sangat tinggi tingkat adaptasi atau penyesuaian dirinya. Ada beberapa aspek yang
harus diperhatikan dalam perang hibrida, antaralain, sebagai berikut:
19
1) Pertama, musuh yang non-standar, kompleks dan cair. Musuh hibrida bisa
berupa negara atau non-negara. Misalnya, dalam kasus perang Israel-Hizbullah
dan Perang Saudara Suriah, pihak-pihak utama yang bermusuhan adalah entitas
non-negara di dalam sistem negara. Aktor-aktor non-negara ini dapat menjadi
proksi (kepanjangan tangan) dari negara tertentu, namun mereka juga memiliki
agenda-agenda tersendiri.
kuat. ISIS, misalnya, dengan piawai menggunakan berbagai media sosial untuk
mempromosikan ideologi dan agendanya. Berbagai gambar yang menunjukkan
“kehebatan” ISIS disebar melalui Youtube. Sementara pesan-pesan propaganda
kelompok bisa dibaca meluas melalui Twitter dan Facebook.
6) Keenam, perang hibrida terjadi pada tiga medan tempur yang berbeda.
Yakni, medan tempur konvensional, penduduk asli yang berada di zona konflik,
dan komunitas internasional.
Sering kali konflik muncul tanpa disadari, dan bahkan respons yang dianggap
“cepat” terbukti kemudian sudah terlambat. Banyak militer tradisional juga kurang
memiliki keluwesan untuk berganti taktik, prioritas, dan tujuan-tujuan secara konstan
atau terus-menerus. Hal yang juga baru adalah kecanggihan (sophistication) dan daya
mematikan (lethality) dari aktor-aktor non-negara. Aktor-aktor ini dipersenjatai dengan
baik, menggunakan senjata-senjata maju yang sekarang tersedia dengan harga relatif
murah. Sebuah unsur baru lain adalah kemampuan aktor-aktor non-negara untuk
bertahan dalam sistem modern.
Contoh perang hibrida adalah yang terjadi pada tahun 2014, ketika kelompok
ekstrem ISIS sebagai aktor non-negara memanfaatkan taktik-taktik hibrida untuk
melawan pasukan militer Irak. ISIS memiliki aspirasi-aspirasi transisional, menggunakan
taktik-taktik reguler dan ireguler, serta menerapkan teror sebagai bagian dari
persenjataannya dalam konflik.Perang hibrida di Irak dan Suriah adalah konflik di mana
terdapat kelompok aktor-aktor negara dan non-negara yang saling berkaitan
(interconnected), yang mengejar tujuan-tujuan yang tumpang tindih, serta sebuah
negara setempat yang lemah. Perang ini melibatkan pasukan pemerintah, kelompok-
kelompok oposisi, dan negara-negara luar.
a. Latar belakang kemungkinan ancaman bagi Indonesia saat ini ditimbulkan oleh :
21
Dari latar belakang tersebut, apabila dicermati ada beberapa jenis ancaman
terkini yang dihadapi bangsa Indonesia, seperti :
membawa tuntutannya tidak masuk akal dan bersifat memaksa dan patut
dicurigai sebagai indikasi adanya proxy war yang tengah berlangsung di
Indonesia.
Pada masa sekarang ini, generasi peperangan sudah berada pada masa peperangan
generasi keempat, sehingga TNI harus selalu meningkatkan kesiapsiagaan
operasionalnya, dengan melaksanakan pembinaan dan penyiapan segala sumber daya
maupun sarana dan prasarana yang ada agar dapat menghadapi berbagai bentuk
ancaman yang mungkin timbul saat ini. Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh
TNI, sebagai tindakan antisipatif terhadap berbagai kemungkinan ancaman yang ada
saat ini, antara lain :
5. Penutup
a. Kesimpulan
hukum perang yang penting. Hampir semua perang konvensional di dunia modern saat
ini dimulai dengan kampanye demoralisasi yang berperan menyudutkan musuh. Perang
proxy tentu saja berperan besar dalam memenangkan pertempuran yang
sesungguhnya. Perang proxy juga telah menemukan momentumnya pada era modern
dan abad informasi saat ini. Terlebih hari ini, terjadi perebutan berupa sumber-sumber
daya alam yang penting seperti minyak, air, beras, hutan, emas, dan energi serta
daerah-daerah yang subur sumber daya hayatinya, telah menjadi kebutuhan semua
negara.Sehingga dapat di simpulkan bahwa ilmu dan sejarah perang konvensional
masih perlu diajarkan di lembaga pendididkan.
b. Saran
1) Masa Klasik
4) Masa Transisi
Perang asimetris adalah perang antara belligerent atau pihak-pihak berperang yang
kekuatan militernya sangat berbeda.Perang hibrida atau campuran merupakan perang yang
26
menggabungkan teknik perang konvensional, perang asimetris, dan perang informasi untuk
mendapat kemenangan atas pihak lawan. Pada saat kondisi kuat, perang konvensional
dilakukan untuk mengalahkan pihak lawan. Namun, pada saat situasi kurang menguntungkan,
cara-cara lain dilakukan untuk melemahkan pihak musuh. Sedangkan Perang proxy atau proxy
war adalah sebuah konfrontasi antardua kekuatan besar dengan menggunakan pemain
pengganti untuk menghindari konfrontasi secara langsung dengan alasan mengurangi resiko
konflik langsung yang dapat mengakibatkan kehancuran fatal.Biasanya, pihak ketiga yang
bertindak sebagai pemain pengganti adalah negara kecil, namun kadang juga bisa nonstate
actors yang dapat berupa LSM, ormas, kelompok masyarakat, atau perorangan.
Perkembangan lingkungan strategis global saat ini sangat dipengaruhi oleh interaksi
yang terjadi antar negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Cina, Rusia, India, dan
Jepang. Negara-negara tersebut dalam mengejar dan mengamankan kepentingan nasionalnya
seringkali diwarnai dengan munculnya konflik antarnegara, sehingga menimbulkan ketegangan
bahkan berkembang menjadi konflik di kawasan. Latar belakang konflik lebih disebabkan
adanya perebutan kepentingan dalam pemanfaatan sumber daya alam terutama energi gas
alam dan minyak bumi untuk mempertahankan kelangsungan industrinya. Sementara itu,
adanya pemanfaatan energi melalui upaya mengeksploitasi sumber daya alam yang berlebihan
mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan hidup yang berpengaruh terhadap
keseimbangan alam sehingga rawan terjadi bencana alam.
x. PEMBAHASAN
situasi damai menjadi kabur. Sulit membedakan antara pasukan militer dan sipil.
Aksi-aksi dapat dilakukan secara serentak, diam-diam dan dapat mencakup suatu
daerah yang luas.
Pola perang generasi keempat ini memang berbeda dengan perang-
perang fisik konvensional, bukan lagi mengandalkan persenjataan yang bersifat
hardpower untuk penguasaan wilayah atau tanah yang akan dijadikan target tapi
juga soft power," yaitu untuk mengubah pola pemikiran, cara hidup, cara
pandang, dan ideologi. Perang Generasi keempat ini merupakan perpaduan dari
politik, sosial, militer, ekonomi bahkan budaya sebagai sarana yang bertujuan
utama untuk mengalahkan wilayah negara atau mematahkan semangat pihak
lawan. Hal ini harus segera diwaspadai dan dideteksi secara dini agar bahaya-
bahaya yang timbul dapat segera dinetralisir.