Anda di halaman 1dari 45

Bidang Ungulan:

Kode Topik Penelitian:


Kode Rumpun Ilmu :

PROPOSAL
SKEMA PENELITIAN MAHASISWA S1

GAMBARAN KEPADATAN LARVA Aedes sp DAN PERILAKU


MASYARAKAT TERHADAP PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK
DI LINGKUNGAN KEMONING KLOD, KELURAHAN SEMARAPURA
KELOD, KECAMATAN KLUNGKUNG, KABUPATEN KLUNGKUNG
Peneliti:

I Gusti Ayu Agung Sriska Pradnya Dewi

Dosen Pembimbing:

Dr. dr. I Made Sudarmaja, M.Kes

PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN DAN PROFESI


DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
FEBRUARI 2019
HALAMAN PENGESAHAN
SKEMA PENELITIAN MAHASISWA S1
Judul Penelitian: Gambaran Kepadatan Larva Aedes Sp Dan Perilaku Masyarakat
Terhadap Pemberantasan Sarang Nyamuk Di Lingkungan Kemoning Klod, Kelurahan
Semarapura Kelod, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung.
Kode/Nama Rumpun Ilmu:
Ketua Peneliti :
a. Nama Lengkap : I Gusti Ayu Agung Sriska Pradnya Dewi
b. NIM : 1602511042
c. Jabatan Fungsional : Peneliti Utama
d. Program Studi : Sarjana Kedokteran Dan Profesi Dokter
e. Nomor HP : 083119987731
f. Email : gustiayusriska01@gmail.com
Pembimbing :
a. Nama Lengkap : Dr. dr. I Made Sudarmaja, M.Kes
b. NIDN : 0024086602
c. Jabatan Fungsional : Staff Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran
d. Program Studi : Sarjana Kedokteran Dan Profesi Dokter
e. Nomor HP : 08123953945
f. Email :kiosud@yahoo.com
Biaya penelitian keseluruhan : Rp 3.500.000
Denpasar, 13 Februari 2019
Pembimbing, Peneliti utama,

Dr. dr. I Made Sudarmaja, M.Kes I Gusti Ayu Agung Sriska Pradnya Dewi
NIP: 19660824 199601 1 001 NIM: 1602511042
Mengetahui,
Koordinator Program Studi Dekan FK Unud

Dr. dr. Komang Januartha Putra Pinatih, M.Kes. Dr. dr. I Ketut Suyasa, SpB, SpOT (K)
NIP: 196701221996011001 NIP: 19667091994121001

Disetujui,
Ketua LPPM Unud

Prof. Dr. Ir. I Gede Rai Maya Temaja, M.P


NIP: 196210091988031002

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ............................................................................................ . . i


LEMBAR PENGESAHAN…................................................................................ii
DAFTAR ISI… . ..................................................................................................iii
DAFTAR TABEL………………………………………………………….…...iv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….……...v
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….…..vi
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................2
1.3 Tujuan ...........................................................................................................3
1.4 Urgensi Penelitian…………………………………………………………...3
1.5 Manfaat...........................................................................................................4
BAB II KAJIAN PUSTAKA……………………………………………………5
2.1.Morfologi Larva Aedes sp..............................................................................5
2.2 Siklus Hidup dan Perilaku Aedes sp………………………………..............13
2.3 Habitat dan Distribusi Aedes sp ....................................................................14
2.4 Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus…………………………...17
2.5 Surveilans Entomologi ..…………………………………………...............18
BAB III METODE PENELITIAN ……………………………..………...……27
3.1. Jenis Rancangan Penelitian..……………………………….……………...27
3.2. Subyek Penelitian ………………………………………….……………...27
3.3. Variabel Penelitian………………………………………….…..................27
3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ……………………………….…….……….32
3.5. Bahan dan Instrumen Penelitian ….…………………………....…….……32
3.6. Waktu dan Tempat Penelitian..…………………………………..……..…32
3.7. Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data...………………….…..…33
3.8. Alur Penelitian …………………………………..……………….….........34
3.9. Cara Pengolahan dan Analisis Data ……………...……………….……....35
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………...…….…..…..37

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Morfologi Larva antara Aedes sp, Anopheles sp, Mansonia
sp, dan Culex sp………………………………………………………………….9
Tabel 2.2 Larva Index…………………………………………………………... 22

Tabel 2.3 Kategori Maya Index………………………………………………… 24

Tabel 4.1 Defini Operasional……………………………………………………28

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambaran Permukaan Mesonotum Aedes sp………………………13

v
Gambar 2.2 Perbedaan Kaki Aedes Aegypti dan Aedes albopictus (dengan
perbesaran 40x)…………………………………………...…………………….13

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Observasi…………………………………………………39


Lampiran 2. Lembar Kuesioner…………………………………………………40

Lampiran 3. Hasil Validasi dan Reliabilitas Kuesioner…………………………44

Lampiran 4. Rancangan Biaya Penelitian……………………………………….45

Lampiran 5. Jadwal Jadwal Penelitian…………………………………………..46

RINGKASAN

GAMBARAN KEPADATAN LARVA Aedes sp DAN PERILAKU


MASYARAKAT TERHADAP PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK
vii
DI LINGKUNGAN KEMONING KLOD, KELURAHAN SEMARAPURA
KELOD, KECAMATAN KLUNGKUNG, KABUPATEN KLUNGKUNG

Demam berdarah atau sering disebut dengan DBD (Demam Berdarah Dengue)
atau dalam istilah kedokteran disebut dengan Dengue Hemorrhage Fever (DHF)
merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang dapat ditularkan
melalui gigitan nyamuk. Ada dua spesies nyamuk yang menjadi vektor penularan
DBD yaitu nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Insiden demam bedarah
di Bali pada tahun 2017 adalah sebanyak 4.487 kasus serta sebanyak 219 kasus
terjadi di Kabupaten Klungkung dengan Angka Bebas Jentik sebesar 87,75 % .
Penyebab tingginya kasus DBD ini adalah karena masih tingginya angka
kepadatan larva Aedes sp. Usulan penelitian ini diharapkan menjadi bahan
informasi bagi pemerintah maupun puskesmas dalam menentukan strategi
pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD. Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian deskriptif (cross-sectional). Lokasi penelitian ini adalah di
Lingkungan Kemoning Kelod, Desa Kemoning, Kecamatan Klungkung,
Kabupaten Klungkung Subjek penelitian ini adalah seluruh rumah yang ada di
Lingkungan Kemoning Kelod yang terdiri dari 100 rumah. Kemudian akan
dilakukan pemeriksaan larva nyamuk pada setiap kontainer atau TPA dan non-
TPA yang ada disetiap rumah. Selain itu dilakukan juga penyebaran kuesioner di
masing-masing rumah tersebut untuk meneliti gambaran perilaku (pengetahuan,
sikap, tindakan) masyarakat terhadap pemberantasan sarang nyamuk. Dari hasil
survei larva tersebut selanjutnya dihitung indeks entomologinya meliputi CI, BI,
HI, ABJ, dan maya indeks serta hasil penyebaran kuesioner akan dianalisis dan
dikelompokkan berdasarkan kategori perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan)
rendah, sedang, atau tinggi.

Kata kunci: kepadatan larva, maya index, pemberantasan sarang nyamuk


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam berdarah merupakan masalah kesehatan lingkungan yang dewasa


ini jumlah penderita dan daerah penyebarannya cenderung semakin meluas,
sejalan dengan semakin meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk.
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO) antara tahun 2004 dan 2010,
Indonesia dilaporkan sebagai negara peringkat ke-2 dengan kasus demam
berdarah terbesar di antara 30 wilayah endemis lainnya. Berdasarkan data
Direktorat Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis Kementerian
Kesehatan, hingga akhir bulan Januari tahun 2016, kejadian luar biasa (KLB)
demam berdarah yang dilaporkan ada sekitar 12 kabupaten dan tiga kota dari 11
provinsi di Indonesia, salah satunya adalah Provinsi Bali (Anonim, 2016 a).

Di Bali pada tahun 2015, kasus demam berdarah telah mencapai angka
10.759 kasus(Anonim, 2016d). Jumlah ini mengalami peningkatan di tahun 2016
dimana jumlah penderita mencapai 20.306 kasus, kemudian mengalami
penurunan di tahun 2017 dimana jumlah penderita yang dilaporkan sebanyak
4.487 kasus dengan jumlah kematian 16 orang. Walaupun jumlah kasus demam
berdarah di tahun 2017 telah jauh mengalami penurunan, angka kesakitan atau
incidence rate (IR) untuk demam berdarah masih jauh dari target nasional. Target
nasional angka kesakitan (IR) demam berdarah < 49 per 100.000 penduduk,
sedangkan angka kesakitan (IR) demam berdarah Provinsi Bali tahun 2017 adalah
105,7 per 100.000 penduduk (Anonim, 2018b). Sedangkan jumlah kasus DBD di
Kabupaten Klungkung pada tahun 2017 sebanyak 219 kasus(Anonim, 2018 a).
Kabupaten Klungkung merupakan salah satu wilayah di Provinsi Bali yang tak
luput dari penyebaran infeksi DBD dengan angka ABJ yang masih rendah dimana
ABJ yang dilaporkan sebesar 87,75 %, sedangkan target ABJ nasional adalah 95
% (Anonim, 2018a).

1
2

Demam berdarah atau sering disebut dengan DBD (Demam Berdarah


Dengue) atau dalam istilah kedokteran disebut dengan Dengue Hemorrhage Fever
(DHF) merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang dapat
ditularkan melalui gigitan nyamuk. Ada dua spesies nyamuk yang menjadi vektor
penularan DBD yaitu nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua
spesies nyamuk ini terdapat hampir di seluruh Indonesia, kecuali di ketinggian
lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut. Nyamuk Aedes aegypti merupakan
vektor DBD yang paling efektif dan utama karena habitat nyamuk ini adalah di
sekitar pemukiman penduduk, sedangkan nyamuk Aedes albopictus banyak
terdapat di daerah perkebunan dan semak-semak (Gubler, 2014).

Sampai saat ini belum ditemukan vaksin untuk menangkal perkembangan


virus dengue. Sehingga pengendalian DBD saat ini hanya berfokus pada
pengendalian vektor. Hal ini menyebabkan kegiatan survei vektor DBD khusunya
larva Aedes sp sangat penting untuk dilakukan (Anonim, 2018b). Survei larva
Aedes sp dilakukan dengan cara memeriksa seluruh tempat penampungan air di
dalam maupun di luar rumah yang berpotensi sebagai tempat perindukan nyamuk
Aedes sp. Melalui survei tersebut akan didapatkan 3 angka indeks yaitu House
Index (HI), Container Index (CI), dan Breteau Index (BI). Ketiga indeks tersebut
selanjutnya dianalisis dan akan menghasilkan angka kepadatan jentik (density
figure) yang kemudian dikategorikan kedalam tiga golongan yaitu kepadatan
rendah, sedang, dan tinggi.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk membahas mengenai


gambaran kepadatan larva Aedes sp dan perilaku masyarakat terhadap
pemberantasan sarang nyamuk di Lingkungan Kemoning Klod, Kelurahan
Semarapura Kelod, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung.

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang, maka dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai
berikut:

2
3

1. Bagaimanakah gambaran kepadatan larva Aedes sp di Lingkungan Kemoning


Klod, Kelurahan Semarapura Kelod, Kecamatan Klungkung, Kabupaten
Klungkung?
2. Bagaimana gambaran perilaku masyarakat terhadap pemberantasan sarang
nyamuk di Lingkungan Kemoning Klod, Kelurahan Semarapura Kelod,
Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

1.3.1 Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui gambaran kepadatan larva Aedes sp di Lingkungan


Kemoning Klod, Kelurahan Semarapura Kelod, Kecamatan Klungkung,
Kabupaten Klungkung.
2. Untuk mengetahui gambaran perilaku masyarakat terhadap pemberantasan
sarang nyamuk di Lingkungan Kemoning Klod, Kelurahan Semarapura
Kelod, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung.

2.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui jenis-jenis kontainer yang ada di Lingkungan


Kemoning Klod, Kelurahan Semarapura Kelod, Kecamatan Klungkung,
Kabupaten Klungkung yang paling banyak mengandung larva Aedes sp.
2. Untuk mengetahui jenis larva Aedes sp yang paling banyak ditemukan di
di Lingkungan Kemoning Klod, Kelurahan Semarapura Kelod, Kecamatan
Klungkung, Kabupaten Klungkung.

1.4 Urgensi Penelitian


Penelitian ini penting dilakukan mengingat masih tingginya kasus Demam
Berdarah di Bali khususnya di Kabupaten klungkung. Tingginya kasus demam
4

berdarah ini dikarenakan masih tingginya kepadatan larva didaerah tersebut.


Pengendalian DBD di Indonesia masih berfokus pada pengendalian vektor
mengingat belum ditemukannya suatu vaksin yang mampu mencegah transmisi
virus dengue, sehingga sangat penting untuk dilakukan suatu survei entomologi
vektor DBD untuk mengetahui tingkat kepadatan larva Aedes sp di daerah
tersebut. Survei ini secara tidak langsung akan mengevaluasi program
pengendalian vektor DBD yang telah dilakukan sebelumnya serta menentukan
tindak lanjut pengendalian vektor yang lebih efektif dan efisien.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Bagi masyarakat

Dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai gambaran


kepadatan larva Aedes sp, jenis Aedes sp yang paling banyak ditemukan, serta
gambaran perilaku masyarakat terhadap pemberantasan sarang nyamuk di
Lingkungan Kemoning Klod, Kelurahan Semarapura Kelod, Kecamatam
Klungkung, Kabupaten Klungkung.

2. Bagi pemerintah atau puskesmas

Menjadi bahan informasi bagi pemerintah maupun puskesmas dalam


menentukan strategi pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD.

3. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dalam penelitian yang
relevan untuk skala yang lebih besar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Larva Aedes sp

Larva terdiri dari kepala, toraks, abdomen, serta segmen anal. Pada bagian
kepala terdapat sepasang mata majemuk, sepasang antena tanpa duri-duri, dan alat
mulut tipe pengunyah (chewing). Bagian toraks terlihat paling besar dan terdapat
bulu-bulu yang simetris. Abdomen tersusun atas 8 segmen dan pada segmen ke-8
terdapat alat pernapasan berupa corong pernafasan yang disebut dengan sifon
(Sugijanto, 2006). Berikut ini merupakan perbedaan morfologi larva antara
kelompok nyamuk Aedes sp, Anopheles sp, Mansonia sp, dan Culex sp menurut
Ditjen PP&PL (2007).

Tabel 2.1
Perbedaan Morfologi Larva antara Aedes sp, Anopheles sp, Mansonia sp, dan
Culex sp
Aedes sp Anopheles sp Mansonia sp Culex sp

Berenang bebas di air Berenang bebas di Melekat pada Berenang bebas di


air akar tumbuhan di air
dalam air

Mempunyai sifon Tidak mempunyai Sifon pendek, Terdapat sifon


yang besar dan sifon. tajam, dengan yang bentuknya
pendek dan terdapat ujung runcing langsing dan kecil
pectern teeth pada seperti tanduk tanpa pectern teeth.
siphon. dan ditusukkan
pada akar
tumbuhan air,
tanpa pectern
teeth.
6

Pada waktu istirahat Pada waktu Pada waktu Pada waktu


membentuk sudut istirahat sejajar istirahat tetap istirahat
dengan permukaan dengan permukaan melekat pada akar membentuk sudut
air. air. tumbuhan air. dengan permukaan
air.

Banyak dijumpai Banyak dijumpai Banyak dijumpai Banyak dijumpai


pada genangan air pada pada pada genangan air pada genangan air
dengan tempat genangan air yang dengan tumbuhan kotor (comberan,
tertentu(drum, bak, tidak terlalu kotor tertentu (pistia, got, parit, dan lain-
tempayan, kaleng (rawa, sawah, eceng, dan lain- lain)
bekas, pelepah pohon, lading, dan lain- lain)
dan lain-lain lain)

Sumber:Ditjen PP&PL (2007)

Sedangkan perbedaan Aedes albopictus dan Aedes aegypti menurut Ditjen PP&PL
(2008a) adalah sebagai berikut.

a. Larva Aedes albopictus memiliki prosesus torakalis tidak jelas dan bergerigi,
abdomen memiliki sifon pendek, serta bulu sifon satu berkas dengan warna
lebih gelap dari abdomen. Berbeda dengan Aedes aegypti yang memiliki
prosesus torakalis yang jelas, tunggal, dan tidak bergerigi serta abdomen
memiliki sifon pendek dan bulu sifon satu pasang dengan warna lebih gelap
dari abdomen.
b. Aedes aegypti pada abdomen ke-8 terdapat satu baris sisik sikat (comb scale)
yang pada sisi lateralnya terdapat duri-duri, sedangkan pada Aedes albopictus,
sisik sikat (comb scale) tidak berduri lateral.
c. Pada Aedes aegypti terdapat gigi pekten (pectin teeth) pada sifon dengan satu
cabang, sedangkan pada Aedes albopictus, gigi pekten (pectin teeth) dengan
dua cabang.
8

d. Sikat ventral pada Aedes aegypti memiliki 5 pasang rambut, sedangkan pada
Aedes albopictus, sikat ventral memiliki 4 pasang rambut.

Larva Aedes sp dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami 4


kali pergantian kulit (acdysis) atau instar. Larva instar I memiliki tubuh sangat
kecil, warna tansparan, panjang 1-2 mm, duri-duri pada toraks belum jelas, dan
sifon belum menghitam. Kemudian larva I tumbuh menjadi larva II dalam waktu
satu hari. Larva instar II bertambah besar dengan ukuran 2,5 – 3,9 mm, duri
belum terlihat jelas, serta sifon agak kecokelatan. Larva II tumbuh menjadi larva
III dalam waktu 1-2 hari. Larva instar III berukuran 4-5 mm, dan tubuh sudah
berwarna coklat, kemudian tumbuh menjadi larva IV dalam waktu dua hari.
Larva instar IV berukuran paling besar 5 mm dan sudah terlihat sepasang mata
dan sepasang antena. Larva IV selanjutnya akan tumbuh menjadi pupa (Soedarto,
2012).

2.2 Habitat dan Distribusi Aedes sp

Sebaran geografis Aedes aegypti di Asia Tenggara meliputi kawasan tropis


dan subtropis, terletak diantara 400 LU dan 400 LS yang sesuai dengan isotherm
200 C (Soedarto, 2012). Nyamuk Aedes aegypti terutama hidup di daerah urban
(perkotaan) dengan ketersediaan pembangunan penyediaan air dan meningkatnya
sistem transportasi.

Indeks populasi Aedes aegypti paling tinggi didapatkan di daerah


perumahan yang kumuh, rumah usaha (ruko), dan di perumahan susun.
Sedangkan Aedes albopictus lebih banyak dapat ditemukan di daerah terbuka
dengan banyak tanaman atau vegetasi. Nyamuk ini biasanya meletakkan telurnya
dan berkembang biak di air yang terdapat di lubang pohon, potongan bambu, dan
lipatan daun yang ada di hutan serta pada kontainer di daerah urban (Soedarto,
2012).
8 9

Menurut Ditjen PP&PL (2014), tempat perkembangbiakan (breeding places


places) larva Aedes aegypti dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Artificial (buatan)

Tempat perkembangbiakan artificial merupakan tempat perkembangbiakan


larva yang diciptakan oleh manusia berupa wadah yang dapat menampung air dan
digunakan Aedes aegypti untuk berkembangbiak. Contoh tempat
perkembangbiakan jenis ini adalah ember, kaleng, bak mandi, pot/vas bunga,
kulkas, dispenser, dan ban bekas.

b. Natural (alamiah)

Tempat perkembangbiakan alamiah merupakan tempat perkembangbiakan


yang mampu menampung air jernih dan sudah tersedia di lingkungan pemukiman.
Contohnya adalah tanaman yang dapat menampung air, ketiak daun, tempurung
kelapa, lubang bambu, ataupun pada pelepah daun.

Secara teoritis nyamuk Aedes sp tidak suka bertelur di genangan air yang
langsung bersentuhan dengan tanah atau air kotor. Genangan yang disukai sebagai
tempat perindukan nyamuk ini berupa genangan air bersih. Namun, beberapa
penelitian menunjukkan bahwa terdapat perubahan perilaku berkembangbiak dari
nyamuk Aedes sp. Hadi (2006) dalam Wurisastuti (2013) membuktikan bahwa
nyamuk Aedes aegypti mampu hidup dan berkembangbiak pada campuran
kotoran ayam, kaporit, dan air sabun. Amalia (2009) membuktikan bahwa
nyamuk Aedes aegypti suka bertelur pada air comberan dan air sumur gali.

2.4 Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus


10

PSN merupakan alternatif utama dalam pengendalian vektor DBD dengan


cara menutup, menguras, dan mengubur/mendaur ulang (3M). Kegiatan PSN 3M
Plus ini akan memberikan hasil yang baik bila dilakukan secara luas dan
serempak, terusmenerus, dan berkesinambungan. Kegiatan ini dilakukan setiap
minggu dan sasaran tempat dari kegiatan ini adalah semua tempat potensial
perkembangbiakan nyamuk Aedes sp, antara lain tempat penampungan air (TPA)
untuk keperluan sehari-hari, tempat penampungan air bukan untuk keperluan
sehari-hari (nonTPA), dan tempat penampungan air alamiah (Anonim, 2013).
Sasaran peran serta masyarakat terdiri dari keluarga melalui peran PKK dan
organisasi kemasyarakatan atau LSM, murid sekolah melalui kegiatan UKS dan
pelatihan guru, tatanan institusi (kantor, tempat-tempat umum, dan tempat-tempat
ibadah), dan masyarakat secara umum (Ditjen PP&PL, 2008b).

Menurut Ditjen PP&PL (2008b) melakukan PSN dengan kegiatan 3M Plus


dapat dikategorikan menjadi tiga cara yaitu secara fisik dengan menguras;
menutup; dan mengubur, secara biologi dengan ikanisasi (memelihara ikan), dan
secara kimiawi dengan larvasida (abate/altosid).

2.5 Surveilans Entomologi vektor DBD

Dalam metode surveilans vektor DBD akan didapat tingkat kepadatan


vektor DBD di daerah tersebut. Untuk mengetahui kepadatan vektor di suatu
daerah dapat dilakukan beberapa survei yang dipilih secara acak yang meliputi
survei telur, survei jentik, survei nyamuk, dan survei kerentanan nyamuk
(Anonim, 2013).

a. Metode survei larva (jentik)

Survei jentik dilakukan dengan cara mengamati semua media perairan yang
potensial sebagai tempat perkembangbiakan Aedes sp baik di dalam rumah
maupun di luar rumah. Setiap media perairan yang berpotensi diamati setiap 3-5
10

menit dengan menggunakan senter (Anonim, 2013). Pelaksanaan survei jentik


dapat dilakukan dengan dua metode yaitu:

1) Metode single survey

Survei ini dilakukan dengan mengambil larva disetiap tempat genangan air
yang mengandung larva tersebut untuk diidentifikasi lebih lanjut.

2) Metode visual survey

Metode ini dilakukan dengan hanya melihat dan mencatat ada atau tidaknya
larva di tempat genangan air tersebut dan tidak dilakukan pegambilan
pemeriksaan larva lebih lanjut. Metode ini biasanya digunakan untuk memonitor
indeks-indeks jentik.

Hasil survei kemudian dicatat dan dilakukan analisis perhitungan Angka Bebas
Jentik (ABJ), Container Index (CI), House Index (HI), dan Breteau Index (BI).

b. Indikator-indikator Kepadatan Jentik

1. Angka Bebas Jentik (ABJ)

Angka bebas jentik adalah persentase pemeriksaan jentik yang dilakukan


di semua desa/kelurahan setiap 3 bulan oleh petugas puskesmas. Adapun rumus
dari angka bebas jentik adalah sebagai berikut:

ABJ = Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan jentik x 100 %

Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa

2. House Index (HI)


11

Persentase antara jumlah rumah dimana ditemukan jentik dengan jumlah


rumah yang diperiksa. House Index lebih menggambarkan penyebaran nyamuk di
suatu wilayah. Adapun rumus dari House Index (HI) adalah sebagai berikut:

HI = Jumlah yang ditemukan jentik x 100 %

Jumlah rumah yang diperiksa

3. Container Index (CI)

Persentase antara jumlah kontainer yang ditemukan jentik dengan jumlah


kontainer yang diperiksa. Adapun rumus dari Container Index (CI) adalah sebagai
berikut:

CI = Jumlah kontainer yang ditemukan jentik x 100 %

Jumlah kontainer yang diperiksa

4. Breteau Index (BI)

Persentase antara jumlah kontainer yang positif jentik dengan jumlah


rumah yang diperiksa. Adapun rumus dari Breteau Index (BI) adalah sebagai
berikut:

BI = Jumlah kontainer positif jentik x 100 %

Jumlah rumah yang diperiksa

Gabungan dari HI, CI, dan BI akan menghasilkan Density Figure (DF)
yang dinyatakan dengan skala 1-9 seperti pada tabel berikut:
12 12

Tabel 2.2

Larva Index

Density Figure House index Kontainer index Breteau Index

(DF) (HI) (CI) (BI)

1 1-3 1-2 1-4


2 4-7 3-5 5-9
3 8-17 6-9 10-19
4 18-28 10-14 20-34
5 29-37 15-20 35-49
6 38-49 21-27 50-74
7 50-59 28-31 75-99
8 60-76 32-40 100-199
9 >77 >41 >200
Sumber: Focks DA, 2003

Apabila angka DF kurang dari satu maka menunjukkan risiko penularan


rendah, bila angka DF 1-5 menunjukkan risiko penularan sedang, dan bila angka
DF di atas lima menunjukkan risiko penularan tinggi.

c. Maya index

Maya Index (MI) merupakan indikator baru yang digunakan untuk


mengidentifikasi bahwa sebuah lingkungan di perumahan atau komunitas berisiko
sebagai tempat perkembangbiakan (breeding places) nyamuk Aedes sp,
didasarkan pada status kebersihan daerah tersebut dan ketersediaan tempat-tempat
yang mungkin berpotensi sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk (Miller et
all, 1992 dalam Dhewantara, 2015). MI juga sangat berguna dalam upaya
13

pengendalian DBD karena dapat diketahui tingkat risiko dan tempat


perkembangbiakan yang paling disukai sehingga berguna dalam menentukan
prioritas dalam penyusunan program pengendalian nyamuk. Menurut Miller et al
(dalam Dhewantara, 2015) tempat perindukan nyamuk dibedakan menjadi 3 yaitu
tempat yang selalu dikontrol (undercontrol sites) seperti kolam ikan, tempat yang
sudah dipakai (disposable sites) seperti botol bekas dan ember bekas, dan tempat
yang dapat dikontrol (controllable site) seperti sumur, bak mandi, vas bunga, dan
pot bunga.

Terdapat 2 indikator dalam MI, yaitu:

a. Breeding risk index (BRI) adalah proporsi dari controllable sites di setiap
rumah.

Jumlah controllable sites di setiap rumah yang diperiksa


Rata-rata kontainer

b. Hygiene risk index (HRI) adalah proporsi dari disposable sites di setiap rumah.

Jumlah disposable sites di setiap rumah yang diperiksa


Rata-rata kontainer
Menurut Lozano dan Avila (2002) kedua indikator tersebut
dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi.

a. X < (µ -0,3) = rendah

b. (µ - 0,3) ≤ X < (µ -0,3) = sedang

c. (µ -0,3) = tinggi

Nilai BRI dan HRI di setiap rumah disusun dalam matrik 3 x 3 untuk
menentukan kategori Maya Index rendah, sedang, atau tinggi.
14 14

Tabel 2.3

Kategori Maya Index

Indikator BRI 1 (Rendah) BRI 2 (Sedang) BRI 3 (Tinggi)

HRI 1 (rendah) Rendah Rendah Sedang

HRI 2 (sedang) Rendah Sedang Tinggi

HRI 3 (tinggi) Sedang Tinggi Tinggi

Sumber: Lozano dan Avila (2002)


BAB III

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif


(cross-sectional).

4.2 Subyek Penelitian

Semua rumah yang ada di wilayah Lingkungan Kemoning Klod, Kelurahan


Semarapura Kelod, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung yaitu sebanyak
100 rumah.

4.3 Variabel Penelitian

4.3.1 Klasifikasi Variabel Penlitian

Adapun variabel yang diukur dalam penelitian ini, diantaranya:

a. Kepadatan larva Aedes sp


b. Maya Index
c. Angka Bebas Jentik (ABJ)
d. Perilaku Masyarakat (pengetahuan, sikap, dan tindakan) terhadap
pemberantasan sarang nyamuk.

4.3.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional dalam penelitian ini memberikan penjelasan dan


batasan mengenai variabel yang akan diteliti.(tabel 4.1).

15
16

Tabel 4.1
Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

No Variabel Definisi Operasional Pengukuran Kategori Skala


1 Kepadatan Larva Kepadatan larva diukur 1. Kepadatan Ordinal
dengan menggunakan tinggi (DF 6-9)
indikator sebagai berikut: 2. Kepadatan
sedang (DF 2-5)
3. Kepadatan
rendah (DF 1)

1. Container Index (CI) CI = ∑Container positif jentik x 100% Tinggi > 10 %


∑container diperiksa Rendah < 10 %

2. Breteau Index (BI) BI = ∑Container positif jentik x 100% Tinggi > 50


∑Rumah diperiksa Rendah < 50

3. House Index (HI) HI = ∑Rumah positif jentik x 100% Tinggi > 5 %


. ∑Rumah diperiksa Rendah < 5 %
2. Maya Index Semua tempat yang Ordinal
potensial bagi
perkembangan nyamuk
Aedes sp. Maya Index
diukur dengan
menggunakan indikator
sebagai berikut:
1. Breeding Risk BRI = DS 1. Tinggi
Index (BRI) DS+CS (BRI3/HRI3,BR
2. Hygiene Risk Index HRI = CS I3/HRI2 dan
(HRI) DS+CS BRI2/HRI3)
Ket: 2. Sedang
CS:Controllabe sites (BRI1/HRI3,BR
DS: Disposable sites I2/HRI2,BRI3/
HRI)
3. Rendah
(BRI1/HRI1,BR
I2/HRI1 dan

17
18

BRI1/HRI2).
3. Angka Bebas Persentase pemeriksaan ABJ = ∑Rumah yang tidak ditemukan jentik x 100%
Jentik (ABJ) jentik yang dilakukan di ∑Rumah diperiksa
suatu wilayah.
4. Perilaku
masyarakat
terhadap
pemberantasan
sarang nyamuk
a. Pengetahuan Segala sesuatu yang Kuesioner - Baik (skor Ordinal
diketahui responden jawaban
tentang 3M (Mengubur, responden >75
menutup, dan menguras) % dari nilai
tertinggi >4)
- Sedang (skor
jawaban
responden 40%-
75% dari nilai
tertinggi 2-4)
- Kurang (skor
jawaban
responden
<40% dari nilai
tertinggi <2)

b. Sikap Tanggapan atau reaksi Kuesioner - Baik (skor Ordinal


responden tentang 3M jawaban
(Mengubur, menutup, responden >75
dan menguras) % dari nilai
tertinggi >4)
- Sedang (skor
jawaban
responden 40%-
75% dari nilai
tertinggi 2-4)
- Kurang (skor
jawaban
responden

19
20

<40% dari nilai


tertinggi <2)

c. Tindakan Segala sesuatu yang telah Kuesioner - Baik (skor Ordinal


dilakukan responden jawaban
sehubungan pengetahuan responden>75
dan sikap tentang 3M % dari nilai
(Mengubur, menutup, tertinggi >4)
dan menguras) - Sedang (skor
jawaban
responden 40%-
75% dari nilai
tertinggi 2-4)
- Kurang (skor
jawaban
responden
<40% dari nilai
tertinggi <2)
5
21

4.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

a. Kriterian inklusi
Rumah yang dijadikan sampel adalah rumah yang terdapat tempat
penampungan air serta mendapatkan izin dari pemilik rumah untuk melakukan
survei serta pemilik rumah tidak menaburkan bubuk larvasida ke dalam tempat
penampungan air.
b. Kriteria eksklusi
Tidak mendapatkan izin oleh pemilik rumah untuk melakukan survei atau
tidak ditemukan tempat penampungan air di dalam rumah tersebut.
4.5 Bahan dan Instrumen Penelitian

Instrument penelitian atau perangkat data yang digunakan untuk


pengumpulan data penelitian adalah sebagai berikut.
a. Lembar observasi, berupa formulir yang digunakan untuk mendata
keberadaan larva Aedes sp pada kontainer yang diperiksa.
b. Lampu senter yang digunakan untuk memeriksa keberadaan larva Aedes sp
pada kontainer.
c. Kuisioner yang berisi 6 item pertanyaan pengetahuan, 5 item pertanyaan
sikap, dan 5 item pertanyaan tindakan yang telah diuji validitas dan
reliabilitas.
d. Objek glass, cover glass, dan mikroskop untuk mengidentifikasi larva.
e. Kamera yang digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan penelitian.

4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Lingkungan Kemoning Klod, Kelurahan


Semarapura Kelod, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung. Kemudian
sampel jentik yang didapat akan diidentifikasi di Laboratorium Parasitologi
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Penelitian akan dimulai dari bulan
Februari sampai bulan Agustus Tahun 2019.
4.7 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data

4.7.1 Pemeriksaan Larva Aedes sp


22

Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung dengan


mengamati jumlah dan jenis tempat penampungan air atau kontainer baik di
dalam maupun di luar rumah serta keberadaan larva nyamuk di kontainer-
kontainer tersebut. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi
yang digunakan untuk mencatat jumlah dan jenis kontainer serta keberadaan larva
nyamuk. Selain itu pada lembar observasi dicatat juga jumlah rumah yang
diperiksa baik yang positif ditemukan larva maupun yang negatif.
Selain dilakukan observasi langsung, pengumpulan data juga dilakukan
dengan metode single survey yaitu dengan mengambil larva disetiap tempat
genangan air yang mengandung larva tersebut untuk diidentifikasi lebih lanjut
apakah larva yang ditemukan tersebut merupakan larva Aedes sp atau larva dari
spesies nyamuk yang lain.
4.7.2 Pengamatan status Maya Index
Pengamatan status Maya Index dilakukan dengan melihat dan mengamati
tempat-tempat yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes
sp baik di dalam maupun diluar rumah, yang terdiri dari tempat yang dikontrol
maupun tempat yang tidak dikontrol. Tempat-tempat tersebut merupakan wadah
atau cekungan yang mampu menampung air sehingga memungkinkan bagi larva
Aedes sp untuk berkembangbiak.
4.7.3 Penyebaran Kuesioner
Data mengenai gambaran perilaku masyarakat terhadap pemberantasan
DBD, diperoleh melalui kuesioner. Kuesioner ini berisikan 6 item pertanyaan
pengetahuan, 5 item pertanyaan sikap, dan 5 item pertanyaan tindakan yang telah
diuji validitas dan reliabilitas yang kemudian akan disebarkan kepada responden
yang memenuhi kriteria inklusi.
23

4.8 Alur Penelitian

Penyusunan Proposal

Persiapan Penelitian

Perijinan Tempat
Pengambilan Sampel

Pengumpulan data dengan observasi tempat penampungan air di


setiap rumah di Lingkungan Kemoning Klod, Kelurahan Semarapura
Klod, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung disertai dengan
menyebarkan kuesioner kepada responden disetiap rumah.

Analisis dan Penyajian Data

Penyusunan Laporan
Penelitian

4.9 Cara pengolahan dan analisis data

4.9.1 Pengolahan Data


Data yang dikumpul akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan
program pengolahan data yaitu Statistical Package for the Social Sciences
(SPSS). Proses pengolahan data tersebut meliputi:
1. Editing
Data yang dikumpul dicek untuk menghindari kesalahan dalam
pengumpulan data.
2. Coding
24

Coding merupakan kegiatan mengklasifikasikan data dan jawaban menurut


kategori masing-masing.
3. Entry
Entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah terkumpul ke dalam
program komputer yang telah ditetapkan.
4. Tabulating
Tabulating merupakan kegiatan menyajikan data melalui tabel agar mudah
dianalisis.
4.9.2 Analisis Data
Analisis dalam penelitian ini adalah analisisi univariat. Analisis ini
dilakukan tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini
hanya menghasilkan distribusi dan persentase tiap variabel. Analisis satu variabel
digunakan untuk menggambarkan variabel bebas dan variabel terikat yang
disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan narasi. Dalam penelitian ini variabel
yang dianalisis secara univariat adalah kepadatan larva dengan indikator
entemologis (House Index, Breteau Index, dan Container Index), Maya Index
dengan indikator (Breeding Risk Index dan Hygiene Risk Index), serta perilaku
masyarakat terhadap pemberantasan sarang nyamuk.
25

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, R., Sayono, Sunoto. 2009. Perilaku Bertelur Nyamuk Aedes aegypti pada
Air Sumur Gali dan Air Comberan. Laporan Penelitian. Prosiding Seminar
Nasional Hari Nyamuk. Hal: 92-98.
Anonim. 2013. Pedoman Pengendalian Demam Berdarah Dengue di Indonesia.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
. 2016a. Wilayah KLB DBD Ada di 11 Provinsi. Tersedia di
<http://www.depkes.go.id/article/print/16030700001/wilayah-klb-dbd-ada-di-11-
provinsi.html>. [Diakses tanggal 1 Juni 2017].
. 2016b. Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk 3M Plus dengan
Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
. 2016c. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI.
. 2016d. Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2015. Denpasar: Dinas
Kesehatan Provinsi Bali.
. 2018a. Profil Kesehatan Kabupaten Klungkung Tahun 2017. Denpasar:
Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung.
. 2018b. Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2017. Denpasar: Dinas
Kesehatan Provinsi Bali.
Danis-Lozano R, Rodriguez MH, Hernandez-Avila M. 2002. Gender-related
family head schooling and Aedes aegypti larva breeding risk in Southerm Mexico.
Salud Publica Mex. 44(3):237-242.
Dhewantara, Padji Wibawa, Arda Dinata. 2015. Analisis Risiko Dengue Berbasis
maya index pada rumah penderita DND di kota banjar tahun 2012. Vol.11 No. 01.
Ciamis: Lokal Litbang P2B2 Ciamis.
Ditjen PP&PL. 2007. Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor. Jakarta
Ditjen PP&PL. 2008a. Kunci Identifikasi Nyamuk Aedes. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
. 2008b. Pelatihan bagi Pelatih Pemberantasan Sarang Nymuk
Demam Berdarah Dengue Dengan Pendekatan Komunikasi Perubahan Perilaku
(Communication For Behavioral Impact). Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
26

. 2014. Petunjuk Teknis Jumantik-PSN Anak Sekolah. Jakarta:


Kementeriaan Kesehatan RI.
Focks, D.A. 2003. A Review of Entomological sampling methods and indikators
for dengue vectors.
Gubler, D.J et al. 2014. Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever. London: CABI.
Ed 2.
Hanson, SM, Craig GB Jr. 1995. Cold Acclimation, Diapause, and Geographic
Origin Affect Cold Hardiness in Eggs of Aedes albopictus (Diptera: Culicidae).
Journal of Medical Entomology. 31(2):192-201.
Kurane, I. 2007. Dengue Hemorrhagic Fever with Spesial Emphasis on
Immunopathogenesis. Comparative Immunology, Microbiology & Infectious
Disease. Vol 30:329-40.
Ma'mun K. 2007. Survei Entomologi Penyakit Demam Berdarah Dengue dan
Perhitungan Maya Index di Dusun Kalangan Kelurahan Baturetno Kecamatan
Banguntapan Kabupaten Bantul. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada.
Medlock, Joylon M, David Avenell, Iain Barras, and Steve Leach. 2006. Analysis
of The Potential For Survival and Seasonal Activity of Aedes albopictus (Diptera:
Culicidae) in The United Kingdom. Journal of Vector Ecologay. 31 (2): 292-304.
Rahayu, DF, Ustiawan A. 2013. Identifikasi Aedes aegypti dan Aedes albopictus. J
of Balaba. 9(1):7-10.
Rezza, Giovanni. 2012. Aedes albopictus and The Reemergence of Dengue. BMC
Public Health. 12(72): 1-2.
Sayono, Qoniatun S, Mifbakhuddin. 2011. Pertumbuhan Larva Aedes aegypti pada
Air Tercemar. J Kesehat Masy Indones. 7(1):15-22.
Service, M. 2012. Medical Entomology for Student. Ed 5. USA : Cambridge
University Press.
Sudarmaja, I Made. 2008. Pengaruh Air Sabun dan Deterjen terhadap Daya Tetas
Telur Aedes aegypti. Medicina, [S.l.]. Vol 39 No 1. Nov. 2012. ISSN 2540-8321.
Diakses di <https://ojs.unud.ac.id/index.php/medicina /article/view/3296>. Tanggal
diakses 17 Juni 2017.
Sugijanto, S. 2006. Demam Berdarah Dengue. Edisi 2. Airlangga University Press.
Soedarto. 2012. Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorrhagic Fever). Jakarta:
Sagungseto.
WHO. 2009. Dengue: Guidlines for Diagnosis, Treatment, Prevention and Control.
New Edition. Geneva: World Health Organization.
WHO. 2005. Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah Dengue.
Panduan Lengkap Cetakan I. Alih bahasa: Palupi Widyastuti. Editor Bahasa
Indonesia: Salmiyatun, ed., Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Wurisastuti, Tri. 2013. Perilaku Bertelur Nyamuk Aedes aegypti pada Media Air
Tercemar. Jurnal Biotek Medisiana Indonesia. Vol.2.1.2013:25-31.
LAMPIRAN
1. Justifikasi Anggaran Penelitian Biaya Penelitian
1.1 Bahan Habis Pakai
1. Bahan perangkat/penunjang
Material Justifikasi Jumlah/tahun Satuan harga Harga (Rp)
Kertas HVS A4
Instrumen 1 rim 30.000 30.000
pengambilan
Identifikasi
data
larva di 100 25.000 2.500.000
laboratorium
Sub total 2.530.000
2. Perjalanan
Perjalanan Justifikasi Jumlah/tahun Satuan harga Harga (Rp)
Lingkungan
Kemoning
Klod,
Kelurahan Survei larva
Semarapura Aedes sp dan
3 kali 50.000 150.000
Kelod, penyebaran
Kecamatan kuesioner
Klungkung,
Kabupaten
Klungkung

Sub total 150.000

3. Lain-lain (administrasi, publikasi, lokakarya/seminar, laporan dan lain-


lain)
Kegiatan Justifikasi Jumlah/tahun Satuan harga Harga (Rp)
Ethical Etik
1 paket 150.000 150.000
Clearence penelitian

Pengurusan izin Etik


1 paket 150.000 150.000
penelitian penelitian
Pembuatan Hasil dari
Laporan proposal
2 paket 10.000 20.000
Penelitian penelitian
yang diajukan

Subtotal 820.000

Total 2.500.000

2. Rekapitulasi Penggunaan Dana


No Jenis/Uraian Jumlah (Rp)
1 Bahan Perangkat/penunjang 2.530.000
2 Perjalanan 150.000
3 Lain-lain 820.000
Total biaya 3.500.000
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas

Alokasi
Program Bidang
No Nama/NIM Waktu Uraian Tugas
Studi Ilmu
(jam/minggu)

Sarjana Mempersiapkan
I Gusti Ayu Kedokteran penelitian,
Agung Sriska dan 8 Jam/ mengumpulkan
1 Kesehatan
Pradnya Dewi / Program minggu data, dan
1602511042 Profesi menganalisis
Dokter data
Lampiran 4. Biodata Ketua dan Anggota Tim Peneliti serta Mahasiswa yang
Terlibat

I. Biodata Peneliti

1 Nama Lengkap I Gusti Ayu Agung Sriska Pradnya Dewi


2 NIM 1602511042
3 Tempat dan Tanggal Lahir Karangasem, 01 Oktober 1998
4 Alamat Jalan Tukad Batanghari I, Renon, Denpasar
5 Nomor Telepon/HP 083119987731
Sarjana Kedokteran dan Program Profesi
6 Program Studi
Dokter
7 E-mail gustiayusriska01@gmail.com

Denpasar, 13 Februari 2019

Pengusul,

I Gusti Ayu Agung Sriska Pradnya


Dewi
Lampiran 5. Surat Pernyataan Ketua Pengusul Penelitian/Pengabdian

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS UDAYANA
UNIT PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali
Telp: (0361) 222510, E-mail: litbangfkunud@gmail.com
Web: www.fk.unud.ac.id

SURATLaman: www.unud.ac.id
PERNYATAAN KETUA PENGUSUL

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : I Gusti Ayu Agung Sriska Pradnya Dewi


NIM : 1602511042
Jabatan fungsional : Mahasiswa S1
Program Studi : Sarjana Kedokteran dan Program Profesi Dokter

Dengan ini menyatakan bahwa proposal saya dengan judul “Gambaran Kepadatan
Larva Aedes Sp Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pemberantasan Sarang
Nyamuk Di Lingkungan Kemoning Klod, Kelurahan Semarapura Kelod,
Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung” yang diusulkan dalam skema
mahasiswa S1 untuk tahun 2019 dibuat bersama-sama oleh tim pengusul bersifat
original dan belum pernah dibiayai oleh lembaga atau sumber dana lain.

Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini,


maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dan mengembalikan seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke kas negara.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar
benarnya.
Denpasar, 12 Februari 2019
Mengetahui Yang menyatakan,
Ketua Unit Penelitian dan Pengabdian Pada
Masyarakat FK Unud,

(dr. Ni Nengah Dwi Fatmawati, S.Ked, Sp.MK, PhD) (I Gusti Ayu Agung Sriska Pradnya Dewi)

NIP. 197801142002122003 NIM. 1602511040

Anda mungkin juga menyukai