Anda di halaman 1dari 14

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/322517507

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR GEOMETRI MAHASISWA PENDIDIKAN


MATEMATIKA

Article · December 2015

CITATIONS READS

0 826

1 author:

Hedi Budiman
Universitas Suryakancana
9 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Mathematics Education View project

All content following this page was uploaded by Hedi Budiman on 16 January 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR GEOMETRI
MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA
Hedi Budiman
Pendidikan Matematika, Universitas Suryakancana Cianjur
hedibudiman.unsur@gmail.com

Abstrak

Geometri merupakan salah satu mata pelajaran inti di matematika yang diberikan
kepada semua peserta didik tingkat SD sampai SMA. Kurikulum pembelajaran
matematika di beberapa negara maju, memuat materi geometri menjadi salah satu
yang harus dipelajari. Mempelajari geometri berkontribusi untuk membantu peserta didik
dalam mengembangkan keterampilan visualisasi, berpikir kritis, intuisi, perspektif,
pemecahan masalah, membuat konjektur, penalaran deduktif, argumen yang logis dan
pembuktian. Banyak mahasiswa yang merasa kesulitan dalam penyelesaian pemecahan
masalah geometri dan pembuktian. Sebagian peserta didik gagal untuk mengembangkan
pemahaman yang memadai tentang konsep geometri, penalaran geometri, dan pemecahan
masalah keterampilan geometri. Hasil penelitian menunjukkan sebagian mahasiswa masih
lemah dalam kemampuan berpikir geometri dalam visualisasi, analisis, dan abstraksi.

Kata kunci: Berpikir Geometri, Visualisasi, Analisis, Abstraksi

A. Pendahuluan

Pada beberapa hasil penelitian, dikaitkan dengan sikap murid terhadap


umumnya peserta didik mengalami geometri. Mempelajari geometri
kesulitan dalam memahami konsep- berkontribusi untuk membantu peserta
konsep geometri yang dipelajari di didik dalam mengembangkan
sekolah. Walaupun pengajar matematika keterampilan visualisasi, berpikir kritis,
umumnya sudah melakukan upaya intuisi, perspektif, pemecahan masalah,
maksimal untuk mengidentifikasi membuat konjektur, penalaran deduktif,
masalah utama dalam pembelajaran argumen yang logis dan pembuktian.
geometri di sekolah (Thompson, 1993), Representasi geometris bisa digunakan
tetap saja pencapaian nilai pada materi untuk membantu peserta didik
geometri masih rendah (Cooney, 1994). memahami materi lain dari matematika,
Bloom (1986) menemukan bahwa 25% diantaranya: pecahan dan perkalian
dari varians dalam prestasi dapat dalam a

Jurnal
Jurnal Prisma
Prisma Volume
Volume 4 Nomor
4 Nomor 8 8 28
ritmatika, hubungan antara grafik fungsi pendekatan perceptual, yang mungkin
(dua dan tiga variabel), dan representasi menjadi hambatan dalam
grafis dari data statistik. Kemampuan menginterpretasikan objek geometri;
penalaran spasial yang ditingkatkan pada pendekatan operative, yang sangat
proses pembelajaran geometri, berguna untuk memecahkan masalah
bermanfaat bagi peserta didik untuk geometri; dan pendekatan discursive,
mempelajari sains, geografi, seni, desain yang berhubungan dengan cara
dan teknologi. menjelaskan masalah geometri
Perlu dilakukan perencanaan pengajaran Konsep-konsep abstrak menjadi ciri khas
geometri yang baik yang dilakukan oleh dari pembelajaran geometri. Belajar
pengajar terutama dalam pembuktian. geometri ini dapat mendorong
Van Hiele (1986) dan Clement (2003) mahasiswa untuk berlatih abstrak, dalam
menyatakan bahwa belajar geometri setiap mengerjakan penyelesaian
memerlukan level berpikir tingkat tinggi, masalah. Kemampuan berpikir geometri
karenanya peserta didik atau mahasiswa ini umumnya diukur berdasarkan level
harus sering berlatih dalam berpikir geometri model van Hiele. Dari
meningkatkan kemampuan berpikirnya. persfektif model berpikir geometri van
Berlatih mengerjakan penyelesaian Hiele, peserta didik perlu berpindah dari
masalah geometri akan meningkatkan level observasi dan identifikasi gambar
keterampilan dan membangun kreativitas untuk mencermati karakteristiknya untuk
dalam proses penemuan. memahami keterkaitan antara
Duval (2000) membedakan 3 jenis karakteristik gambar dan aksiomanya.
proses kognitif terkait dengan Hasil penelitian di Amerika (Usiskin,
pemahaman geometri, yaitu: proses 1982) yang menguji kemampuan teori
visualisasi, proses konstruksi, dan proses van Hiele pada materi geometri di
penalaran. Setiap proses ini saling sekolah menengah. Sampel terdiri dari
berkaitan satu sama lain, dan dibutuhkan 2.699 siswa dari 13 sekolah. Hasil
untuk dapat menguasai geometri. Dalam penelitian menunjukkan level van Hiele
menganalisa peran proses visualisasi merupakan prediktor yang baik dalam
dalam proses pemecahan masalah pada menguji kemampuan berpikir siswa dan
geometri, Duval menemukan beberapa kemampuan membuktikan. Hasil
pendekatan yang digunakan pada penelitian Meng (2009) menunjukkan
diagram dalam geometri, yaitu: para guru harus merancang kegiatan
Jurnal Prisma Volume 4 Nomor 8
29
belajar siswa agar dapat memperkaya pembelajaran geometri terhadap sikap
kemampuan berpikir siswa dan matematika dan kecemasan matematika

meningkatkan pemahaman pada materi siswa. Penelitian korelasional adalah suatu


penelitian untuk mengetahui hubungan dan
geometri.
tingkat hubungan antara dua variabel atau
Kekurangan dalam memahami geometri
lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi
sering menyebabkan kurang
variabel tersebut sehingga tidak terdapat
semangatnya peserta didik dalam
manipulasi variabel (Fraenkel dan Wallen,
mempelajari geometri, sehingga
2008). Sampel pada penelitian ni adalah
pencapaian nilainya relative rendah.
seluruh mahasiswa tingkat II pendidikan
Sejumlah faktor mencoba diidentifikasi
matematika berjumlah 65 orang.
dalam kesulitan memahami geometri ini
baik dari sisi bahasa dalam soal
C. Hasil dan Analisis
geometri, kemampuan visualisasi, dan Penelitian ini dilakukan terhadap
kurang efektifnya pengajaran yang 65 mahasiswa calon guru yang diberikan
diberikan. Rendahnya keterampilan soal geometri dasar, untuk mengetahui
penalaran dipengaruhi pendekatan kemampuan berpikir geometri
pembelajaran geometri di kelas yang mahasiswa. Hasil penelitian dianalisis
lebih banyak mengingat daripada secara deskriptif, untuk menjelaskan
diarahkan pada kemampuan penalaran. kemampuan dari masing-masing
Pengetahuan calon guru dalam berpikir mahasiswa dalam berpikir geometri.
geometri perlu diketahui dan Hasil pekerjaan mahasiswa pada soal-
ditingkatkan agar mampu memahami soal yang diberikan, beberapa
dan menjelaskan materi geometri yang diantaranya:
diberikan kepada para siswa saat Soal nomor 1 ini menguji menguji
menjadi guru kelas. Karenannya analisis kemampuan mahasiswa dalam konsep
kemampuan berpikir geometri ini jarak antara dua titik yang pernah
merupakan hal yang penting bagi dipejalari di SMA kelas 10. Kemampuan
mahasiswa calon guru. berpikir geometri mahasiswa diuji
dengan pertanyaan yang tidak
B. Metode Penelitian
mencantumkan angka, karena umumnya
Penelitian ini merupakan penelitian
para mahasiswa masih merasa kesulitan
deskriptif kuantitatif dengan metode
dengan soal-soal yang menggunakan
korelarional untuk melihat pengaruh
variabel.
Jurnal Prisma Volume 4 Nomor 8
30
Gambar 1. Jawaban nomor 1 yang kurang lengkap

Contoh di atas mahasiswa menjawab Mahasiswa mengabaikan konsep


pertanyaan nomor a sekedarnya dan dasar Aljabar yang pernah
nomor b dengan penjelasan yang dipelajarinya.
sepertinya benar, padahal keliru.

Gambar 2. Jawaban dengan Mengganti Variabel

Mahasiswa mencoba mengubah kebingungan mahasiswa


variabel di soal dengan angka. menyelesaikan soal yang tidak
Jawaban ini memperlihatkan mencantumkan angka

Masih banyak mahasiswa dengan Soal nomor 2 ini dibuat untuk


pemahaman yang keliru tentang menguji pemahaman yang dimiliki
konsep titik tengah sebuah garis pada mahasiswa dalam trigonometri,
koordinat, dalam menjawab soal bahwa cos 2   sin 2   1 . Dengan
nomor b, seperti contoh di atas. bantuan sketsa gambar, diharapkan

Jurnal Prisma Volume 4 Nomor 8 31


mahasiswa dapat membuktikan soal untuk mahasiswa.
tersebut. Soal ini tergolong sedang

Hasil jawaban memperlihatkan dengan sudut  = 300 dan  = 600


mahasiswa belum bisa mengkaitkan dengan mempuat pernyataan bahwa
antara sudut  dan  dengan titik P cos 2   cos 2   1 .
dan Q. Mahasiswa merubah  dan 

Kesalahan yang cukup signifikan menguji kemampuan berpikir


yaitu dengan merubah soal geometri mahasiswa, membuat
pembuktian dengan menyatakan sebagian mahasiswa agak kesulitan
cos 2   cos 2   1 , seperti contoh dalam menjawabnya. Mahasiswa

di atas. lupa rumus umum sebuah lingkaran,

Soal no 3 ini berkategori mudah. yaitu: (x – a)2 + (y – b)2 = r2, seperti

Hanya saja dengan pertanyaan yang pada jawaban di bawah:

Jurnal Prisma Volume 4 Nomor 8


32
Mahasiswa dengan mudah seperti menghitung jarak pada nomor
keterkaitan menghitung radius 1 a.

Mahasiswa merubah variabel dengan menyelesaikan soal jika tidak


angka, karena bingung dalam menggunakan angka.

Pernyataan soal bahwa ”titik P pada Diharapkan mahasiswa dapat


lingkaran”, kurang dipahami oleh menentukan panjang
mahasiswa. Mahasiswa menganggap CD, DE , dan EF dengan diketahui
penentuan titik P hanya ditentukan
panjang AB  c , BC  a , dan
oleh (x, y), seperti pada hasil di atas.
AC  b . Soal ini termasuk kategori
Soal nomor 4 bertujuan untuk
mudah untuk mahasiswa. Hasil
mengetahui kemampuan berpikir
jawaban mahasiswa, pada sebagian
geometri mahasiswa untuk
mahasiswa menjawab hanya
menerapkan rumus Phytagoras yang
menjelaskan garis tinggi dan garis
sudah dipelajari di SMP. Bentuk
sumbu yang tidak terkait dengan
ADC, CED, dan DFE adalah
pertanyaan, seperti pada gambar di
segitiga siku-siku seperti ABC.
bawah ini

Jurnal Prisma Volume 4 Nomor 8 33


Satu orang mahasiswa membuat
perbandingan pada sebuah segitiga,
seperti gambar di bawah.

Satu orang mahasiswa membuat perbandingan panjang pada segitiga,


perbandingan pada sebuah segitiga, yang masih menunjukkan kelemahan
seperti gambar di bawah. dalam berpikir geometrinya
Dua orang mahasiswa
menggabungkan penjelasan dan
.

Para mahasiswa umumnya akan Soal nomor 5 yang berkategori


lebih mudah jika panjang a, b dan c sedang ini menguji kemampuan
berupa angka, maka panjang berpikir geometri menggunakan
CD, DE , dan EF akan lebih mudah teorema Phytagoras yang sudah

diketahui. dipahami mahasiswa. Bagaimana


mahasiswa dapat mengembangkan
apa yang diketahui di soal untuk

Jurnal Prisma Volume 4 Nomor 8 34


dapat menyelesaikan masalah. bisa menjawab dengan benar pada
Tingkat kesulitan soal ini sama soal nomor 5 ini lebih besar dari
dengan soal nomor 2. Tetapi dari pada soal nomor 2. Beberapa orang
hasil jawaban mahasiswa mahasiswa dapat menjelaskan secara
memperlihatkan mahasiswa yang rinci dalam menjawabnya.

Beberapa mahasiswa menjawab lebih juring dan sudut, tetapi belum tuntas
ringkas dan dapat menunjukkan hasil sampai pada hasil jawabaan yang
jawaban yang benar. Beberapa diharapkan.
mahasiswa melihat dari konsep

Jurnal Prisma Volume 4 Nomor 8


35
Jawaban mahasiswa yang sangat Phytagoras dengan tidak ada
sederhana, yaitu melihat dari konsep penjelasannya lebih rinci.

Hasil jawaban mahasiswa kemampuan berpikir geometri adalah


untuk semua soal yang menguji sebagai berikut
:

No 5 19%
81%
No 4 80%
20%
No 3 15%
85% Salah

No 2 70% Benar
30%
No 1b 90%
10%
No 1a 11%
89%

Gambar 4.1 Persentase Hasil Jawaban Mahasiswa

Jurnal Prisma Volume 4 Nomor 8 36


Soal ini nomor 1 berkategori analisis dan abstraksi yang baik pada
mudah, dan secara umum mahasiswa nomor 1a dan pada nomor 1b
sudah dapat memahami maksud dari memperlihatkan mahasiswa masih
soal yang diberikan, hal ini terlihat lemah dalam analisis dan abstraksi.
dari sketsa gambar yang dibuat para Pada soal nomor 2, Jawaban
mahasiswa. Pertanyaan yang tidak mahasiswa memperlihatkan masih
mencantumkan angka membuat rendahnya kemampuan berpikir
sebagian mahasiswa (11%) tidak geometri tahap 4 (Rigor) dari
dapat menjawab dengan benar soal mahasiswa. Mahasiswa belum bisa
nomor 1a. Hal ini menunjukkan mengkaitkan antara sudut  dan 
bahwa para mahasiswa cenderung dengan titik P dan Q. Sebagian besar
merasa lebih mudah dalam mahasiswa (70%) merubah  dan 
menyelesaikan soal jika ditampilkan dengan sudut  = 300 dan  = 600.
berupa angka. Kebiasaan Sebagian besar mahasiswa (90%)
menyelesaikan soal-soal yang merubah  dan  dengan sudut  =
diberikan berupa angka ini menjadi
300 dan  = 600. Pembuktian yang
penyebab banyaknya kesalahan
ditunjukkan menyatakan bahwa
dalam penyelesaian soal.
cos 2   cos 2   1 yang
Sebagian besar (90%)
menyamakan dengan
mahasiswa menjawab dengan
cos   cos   1 , sebuah
pemahaman yang keliru tentang
kesimpulan yang salah.
konsep titik tengah sebuah garis pada
Sebenarnya dengan penggantian 
koordinat, dalam menjawab soal
nomor 1b. Umumnya mahasiswa dan  dapat membuktikan

menyelesaikan soal titik tengan cos 2 30 0  cos 2 60 0  1 .

dengan langsung membagi x dan y cos 2 30 0  cos 2 60 0  1 


dengan 2, atau mengurangkan y 3 2 1
( )  ( )2  1 . Hanya saja
dengan x dan membagi 2. Hasil ini 2 2

memperlihatkan kemampuan kesalahan terjadi dengan

berpikir geometri mahasiswa menyamakannya terhadap

memiliki kemampuan visualisasi, cos 30 0  cos 60 0  1 , sehingga

Jurnal Prisma Volume 4 Nomor 8 37


kesimpulanya salah. Hal ini Soal nomor 4 termasuk
memperlihatkan pemahaman pada kategori mudah, karena mahasiswa
materi trigonometri yang masih perlu tinggal menerapkan konsep
di tingkatkan. Kemampuan berpikir phytagoras. Sebagian besar
geometri pada soal no 2 ini mahasiswa (80%) tidak dapat
menunjkkan mahasiswa masih lemah menyelesaiakn jawaban dengan
dalam hal visualisasi, analisis dan benar. Mahasiswa cenderung
abstraksi. kesulitan menerapkan konsep
Soal nomor 3 walaupun phytagoras pada setiap segitiga-
tergolong mudah bagi mahasiswa, segitiga siku-siku tanpa
tetapi hasil jawaban memperlihatkan mencantumkan angka. Pada soal ini,
beberapa mahasiswa (15%) masih hasil mahasiswa menunjukkan
bingung dalam menyelesaikan soal kelemahan dalam visualisasi, analisis
yang diberikan. Mahasiswa merubah dan abstraksi
variabel kedalam pemisalan angka Soal nomor 5 ini masih
dengan titik pusat lingkaran dirubah tergolong sedang bagi mahasiswa.
menjadi (0,0) dan (1,1). Pernyataan Sebagian mahasiswa (81%)
soal bahwa ”titik P pada lingkaran”, menunjukkan kemampuan dalam
kurang dipahami oleh mahasiswa. menyelesaikan soal dengan benar.
Mahasiswa menganggap penentuan Tingkat kesulitan soal ini sama
titik P hanya ditentukan oleh (x, y), dengan soal nomor 2. Tetapi dari
seperti pada hasil di atas. Hal ini hasil jawaban mahasiswa
menunjukkan kemampuan berpikir memperlihatkan mahasiswa yang
geometri mahasiswa masih kurang. bisa menjawab dengan benar pada
Perlu ada penekanan ulang kepada soal nomor 5 ini lebih besar dari
mahasiswa dalam konsep-konsep pada soal nomor 2. Beberapa orang
dasar geometri. Pada soal nomor 3 mahasiswa dapat menjelaskan secara
ini, kemampuan berpikir geometri rinci dalam menjawabnya.
dalam visualisasi, analisis dan Kemampuan berpikir
abstraksi sudah cukup baik. geometri pada soal nomor 5 ini

Jurnal Prisma Volume 4 Nomor 8


38
termasuk berkategori sedang dalam Dari tabel di atas dapat disimpulkan
visualisasi, analisis dan abstraksi. kemampuan berpikir geometri
mahasiswa adalah sebagai berikut

Tabel 4.1a. Kemampuan Berpikir Geometri


Kemampuan Berpikir Geometri
No
Visual Analisis Abstraksi
Soal
Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah
1a 3.1 76.9 20.0 3.1 81.5 15.4 1.5 61.5 36.9
b 1.5 15.4 83.1 1.5 13.8 84.6 0.0 12.3 87.7
2 1.5 13.8 84.6 1.5 13.8 84.6 0.0 10.8 89.2
3 1.5 73.8 24.6 1.5 69.2 29.2 0.0 60.0 40.0
4 1.5 12.3 86.2 1.5 12.3 86.2 0.0 9.2 90.8
5 1.5 64.6 33.8 1.5 61.5 36.9 1.5 58.5 41.5

Tabel 4.1b. Kemampuan Berpikir Geometri

Kemampuan Berpikir Geometri


No Soal
Visual Analisis Abstraksi
1a Sedang Sedang Sedang

b Rendah Rendah Rendah

2 Rendah Rendah Rendah

3 Sedang Sedang Sedang

4 Rendah Rendah Rendah

5 Sedang Sedang Sedang

D. Simpulan

Dari hasil penelitian didorong untuk meningkatkan


menunjukkan para mahasiswa masih kemampuan berpikir geometri ini
lemah dalam kemampuan berpikir segabai persiapan dalam memberikan
geometri, baik dalam kemampuan pengajaran geometri, baik pada saat
visualisasi, analisis, dan abstraksi. praktek lapangan (PLP), maupun
Para mahasisa calon guru perlu sebagai persiapan untuk calon guru

Jurnal Prisma Volume 4 Nomor 8


39
pada saat setelah menyelesaikan konsep yang mendalam supaya
studinya. jangan salah memahami, disertai
latihan-latihan pembuktian yang
Pada pengajaran mata kuliah
sangat menunjang dalam
yang berkaitan dengan geometri,
kemampuan berpikir geometri
perlu ditekankan dengan pemahaman
mahasiswa

E. Daftar Pustaka
Cooney, J. J. (1994). Research and Nitko, Anthony J. (1983).
teacher education: Insearch of Educational Tests and
common ground. Measurement: An Introduction.
Journal for Research in New. York: Harcourt Brace
Mathematics Education,25 (1), Jovanovich
hlm. 608-636. Thompson, B.B. 1994. Geometry
Duval, R. (2000). Basic issues for and poetry. Mathematics
research in mathematics teacher. Vol. 87, pp. 88-89.
education. In T. Nakahara & Usiskin, Z. (1982). Van Hiele Levels
M. Koyama (Eds.), Procedings and Achievement in Secondary
of the 24th PME International School Geometry. University
Conference, 1, 55–69. of Chicago
Kubiszyn, T and Borich, G. (2003). Van Hiele, P. M. (1986). Structure
Educational testing and and Insight. Orlando:
measurement: Classroom Academic Press
applications and practice.
(edisi ketujuh). New York:
John Wiley & Sons, Inc
Lans, W. and Voordt, T. V. D.
(2002). Descriptive Research.
[Online]. Diakses dari http://
http://www.bk.tudelft.nl/
Meng, C. C. (2009). Enhancing
Students' Geometric Thinking
Through Phase-Based
Instruction Using Geometer’s
Sketchpad: A Case Study.
Jurnal Pendidik dan
Pendidikan, Vol. 24, hlm. 89–
107

Jurnal Prisma Volume 4 Nomor 8


40

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai