Anda di halaman 1dari 14

PENGETAHUAN DAN TINDAKAN KADER TB

DALAM UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT TB PARU


DI KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Putri Pebryanty
Tuti Restuastuti
Zahtamal

putripebryanty@gmail.com

ABSTRACT
Tuberculosis is contagious disease that caused by Mycobacterium tuberculosis.
Public health office of Riau Province stated that Case Detection Rate (CDR) of pulmonary
TB in 2013 was 35,7% of 5.648.523 people. The case finding of TB with positive acid-fast
bacilli in 2014 in Meranti Islands Regency was 16,95%. Meranti Islands Regency is one of
regency having trained people to be TB cadre. This research aimed to know the knowledge
and action of cadre in managing pulmonary TB in Meranti Islands Regency. This research
was conducted on February 2017 in Alai Public Health Centre, West Tebing Tinggi District,
Meranti Islands Regency. This research used qualitative descriptive design. Data was taken
by deep interview with cadre that fulfilled critetria, then triangulation was done with
supporter informants. This research showed that the knowledge of TB cadre to TB was good
enough especially about the definition, symptomps, and risk people having TB. While they
still had lack of knowledge about the causing agent and transmission of TB. The action of TB
cadtre in Alai Public Health Centre was not ideal especially in referring TB suspect. While
case finding of TB, counseling, supervision for administering medication, and motivating had
been good.

Keyword: Knowledge, action, management of TB, TB cadre

PENDAHULUAN Report 2014 diperkirakan 9 juta orang


menderita TB (sekitar 64% diantaranya TB
Tuberkulosis (TB) adalah suatu kasus baru) dan 1,5 juta diantaranya
penyakit menular yang disebabkan oleh meninggal dunia pada tahun 2013.4
basil mycobacterium tuberculosis.1 TB Penyakit TB ini sudah menjadi masalah
merupakan penyakit infeksi yang terutama di negara-negara berkembang
menyerang golongan penduduk sosial termasuk Indonesia. 5
ekonomi rendah dan golongan usia Penyakit Tuberculosis pada tahun
produktif yang paling umum menyerang 2014 menduduki peringkat kedua
organ paru-paru .2 Selain menyerang paru- penyebab kematian tertinggi akibat
paru bakteri ini dapat menyerang organ penyakit infeksi setelah Human
lainnya seperti tulang, kelenjar limfoid, Immunodeficiency Virus (HIV), dimana
lapisan meningen dan organ tubuh pada tahun 2000-2013 diperkirakan 37 juta
lainnya.3 Hal ini ditularkan dari orang ke jiwa diselamatkan melalui diagnosis yg
orang melalui droplet yang berasal dari efektif dan talaksana yang baik.4 Dinas
tenggorokan dan paru-paru dari penderita Kesehatan (Dinkes) Provinsi Riau
TB.2 menyatakan bahwa Case Detection Rate
Menurut data World Health (CDR) TB Paru pada tahun 2013 adalah
Organization (WHO) Global Tuberculosis 35,7% dari 5.648.523 jiwa penduduk.6,7,8

JOM FK Vol. 4 No.2 Oktober 2017 1


Program penanggulangan TB paru yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat
dengan strategi Directly Observed dan dapat bekerja secara sukarela. Kader
Treatment Short-course (DOTS) telah merupakan kunci keberhasilan program
diterapkan di puskesmas dan rumah sakit peningkatan pengetahuan dan kete-
pemerintah dengan baik dan pada strategi rampilan bidang kesehatan dalam
ini difokuskan pada penemuan suspek TB masyarakat. Keberadaan kader di
dan menyembuhkan pasien sehingga akan masyarakat dalam pengendalian kasus TB
dapat mencegah penularan penyakit paru sangat strategis, karena kader dapat
TB.5,8,9 berperan sebagai penyuluh, membantu
Angka CDR penderita TB di menemukan tersangka penderita secara
Kabupaten Kepulauan Meranti pada tahun dini, merujuk penderita dan sekaligus
2011 sangat rendah, karena pencapaian pengawas menelan obat bagi penderita TB
penemuan atau rendahnya pelaporan yang paru secara langsung.5,13,14
dilakukan yaitu sebanyak 7,42%. Hal ini Dari hasil penelitian di puskesmas
menunjukkan kinerja penemuan kasus baru Banyuanyar setelah dilakukan wawancara
BTA positif yang belum maksimal.10 Pada dengan petugas puskesmas didapatkan
tahun 2014 penemuan TB BTA positif di bahwa pengetahuan masyarakat tentang
Kabupaten Kepulauan Meranti sebesar TB paru sudah cukup tinggi dan cara
16,95%. Kabupaten Kepulauan Meranti pencegahan penularan TB paru sudah
merupakan salah satu Kabupaten yang dilakukan oleh masyarakat Banyuanyar.
telah memiliki masyarakat terlatih menjadi Tindakan yang dilakukan antara lain
Kader TB. Pada tahun 2014 sudah direkrut menjalankan hidup sehat, tidak bertukar
dan dilatih 6 orang menjadi Kader TB. alat makan dan minum, mengurangi
Untuk 100.000 penduduk dilayani oleh 6 kontak dengan penderita, menghindari
orang Kader TB. Kader TB di Kabupaten penularan melalui dahak pasien penderita
Kepulauan Meranti berasal dari Kader baru maka harus disiapkan tempat untuk
Posyandu yang tugas utamanya untuk berdahak, dan saat bersin mulut dan
menjaring suspek TB. Untuk saat ini kader hidung ditutup.15
hanya ditempatkan di Puskesmas Alai.11 Menurut Departemen Kesehatan
Berdasarkan hasil wawancara Republik Indonesia, tindakan
dengan ketua program TB di Puskesmas penanggulangan TB dapat dilakukan oleh
Alai, Kader ini sudah diberi pelatihan Kader TB yang berperan sebagai
tentang TB oleh Dinas Kesehatan Pengawas Minum Obat (PMO) dengan
Kabupaten Kepulauan Meranti, namun cara mengawasi pasien TB agar menelan
pelatihan yang diberikan hanya satu kali obat secara teratur sampai selesai
setelah dibentuknya Kader TB sehingga pengobatan, memberi dorongan kepada
peran kader dalam penanggulangan TB pasien agar mau berobat teratur,
masih kurang maksimal dan masih mengingatkan pasien untuk periksa ulang
tingginya kasus yang meninggal karena dahak pada waktu yang telah ditentukan,
penyakit TB. Kasus meninggal yang memberi penyuluhan pada anggota
terjadi di Kabupaten Kepulauan Meranti keluarga pasien TB yang mempunyai
pada tahun 2015 sebanyak 14 orang dari gejala-gejala mencurigakan TB untuk
202 penderita TB dibandingkan kasus segera memeriksakan diri ke unit
meninggal yang disebabkan oleh TB di 11 pelayanan kesehatan.16
Kabupaten kota Provinsi Riau lainnya, Kader ini adalah perpanjangan
Jumlah kematian ini adalah yang paling tangan dari puskesmas atau Dinas
tinggi.12 Kesehatan kepada masyarakat di wilayah
Menurut Direktorat Bina Peran kerjanya. Kader dianggap sebagai rujukan
Serta Masyarakat Depkes RI menjelaskan dalam penanganan berbagai masalah
kader adalah warga masyarakat setempat kesehatan termasuk penyakit TB. 5,17 Dari

JOM FK Vol. 4 No.2 Oktober 2017 2


penelitian yang dilakukan di Kabupaten Tinggi Barat, Kabupaten Kepulauan
Buleleng tindakan kader kesehatan dalam Meranti. Waktu penelitian ini akan
pengendalian kasus tuberkulosis masih dilaksanakan pada bulan Januari 2017.
sangat rendah yang dipengaruhi oleh Subjek penelitian ini adalah
faktor pengetahuan, sikap, dan motivasi.18 beberapa kader di Puskesmas Alai
Berdasarkan latar belakang di atas, Kecamatan Tebing Tinggi Barat
penulis tertarik untuk melakukan Kabupaten Kepulauan Meranti yang
penelitian untuk mengetahui pengetahuan memenuhi kriteria mencukupi dan
dan tindakan kader dalam upaya mewakilkan. Informan terbagi atas dua
pengendalian penyakit TB paru di yaitu informan kunci (Kader) dan
Kabupaten Kepulauan Meranti. informan pendukung (pasien yang rujuk
Pertimbangan memilih kabupaten ini oleh Kader, Dinas kesehatan dan pengelola
adalah pencapaian angka CDR yang masih program TB Puskesmas Alai). Sedangkan
rendah dan kasus TB yang masih tinggi. pemilihan kecamatan tersebut berdasarkan
pertimbangan aksesbilitas transportasi dari
METODE ibukota kabupaten dan penemuan kasus
TB yang rendah di kecamatan tersebut.
Desain Penelitian ini merupakan Kriteria kader dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriftif kualitatif yaitu kader yang resmi dilantik oleh pemerintah
pengetahuan dan tindakan kader dalam dan sudah terdaftar sebagai kader dan
upaya pengendalian penyakit TB di bersedia diteliti dengan menandatangani
Kabupaten Kepulauan Meranti. Lokasi informed consent.
penelitian akan dilaksanakan di
Puskesmas Alai, Kecamatan Tebing

HASIL PENELITIAN

Pengetahuan Kader TB dalam Upaya Pengendalian Penyakit TB

Berikut ini digambarkan bagaimana pengetahuan kader TB dalam upaya pengendalian


penyakit TB :
1) Pemahaman kader TB tentang penyakit TB

Matriks 4.1 Pemahaman kader TB tentang penyakit TB (n=3)

Code Subcategory Category

- Penyakit TB merupakan Pengetahuan tentang Pengetahuan kader


penyakit yang menular (3) pengertian TB yang terhadap pengertian TB
- penyakit yang menyebabkan benar
kematian (1)
- Penyebab penyakit TB adalah Pengetahuan tentang Pengetahuan kader
kuman (1) penyebab TB yang terhadap penyebab TB
- Penyebabnya adalah asap rokok tidak benar
(3) (Selain bakteri
Virus mycobacterium mycobacterium
tuberculosis (1) tuberculosis )

JOM FK Vol. 4 No.2 Oktober 2017 3


- Penularannya berbicara Pengetahuan tentang Pengetahuan kader
langsung dengan penderita TB penularan TB yang terhadap penularan TB
(3) benar
- Membuang dahak sembarangan
(1)
- Bisa melewati asap rokok (2) Pengetahuan tentang
penularan TB yang
tidak benar
- Ciri-ciri penderita TB adalah Pengetahuan tentang Pengetahuan terhadap
selera makan yang berkurang, gejala TB yang benar gejala TB
tidak dapat tidur, keringat pada
malam hari (2)
- Demam, batuk lebih dari 2
minggu, berat badan menurun
(2)
- Batuk lebih dari 3 minggu, nyeri
ulu hati dan sesak (1)
- Masyarakat yang memiliki daya Pengetahuan tentang Pengetahuan terhadap
tahan tubuh kurang seperti orang yang berisiko orang yang berisiko
anak-anak dan ibu hamil (2) terkena TB yang terkena TB
- Keluarga pasien TB dan benar
lingkungan penderita TB (1)

Berdasarkan matriks 4.1 diketahui yang masih mengatakan bahwa penularan


bahwa pengetahuan Kader TB terhadap TB bisa melewati asap rokok. Sedangkan
pengertian TB sudah baik, kader pengetahuan terhadap orang yang berisiko
mengatakan bahwa penyakit TB terkena penyakit TB sudah cukup baik,
merupakan penyakit yang menular dan kader mengatakan bahwa orang yang
bisa menyebabkan kematian. Akan tetapi, berisiko terkena TB adalah masyarakat
pengetahuan kader terhadap penyebab TB yang memiliki daya tahan tubuh kurang
masih keliru. Kader TB menganggap seperti anak-anak, ibu hamil, keluarga
bahwa penyakit TB disebabkan oleh pasien TB dan lingkungan penderita TB.
kuman, virus, debu dan asap rokok, Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan
padahal penyebab dari TB adalah bakteri kader masih kurang dalam mengetahui
mycobacterium tuberculosis. Pengetahuan keseluruhan tentang penyakit TB karena
kader dalam mengenali gejala TB sudah masih ada pengetahuan terhadap penyakit
cukup baik, kader mengatakan bahwa TB yang keliru . Hal ini juga didukung
gejala penyakit TB yaitu demam, batuk oleh informan pendukung, yaitu :
lebih dari 2-3 minggu, selera makan yang “ ...pengetahuan kader terhadap
berkurang, keringat pada malam hari, berat TB biasa-biasa saja...” (Informan 5)
badan yang menurun, sesak, susah tidur, Sedangkan informan pendukung lain
dan sesak nafas. Sedangkan pengetahuan menunjukkan pendapat yang berbeda,
kader dalam penularan penyakit TB masih yaitu :
keliru, kader mengetahui bahwa penularan “ ...pengetahuannya bagus-bagus
bisa melalui kontak langsung dengan semua...” (Informan 6)
pasien dan membuang dahak
sembarangan. Akan tetapi, ada juga kader

JOM FK Vol. 4 No.2 Oktober 2017 4


2) Pemahaman kader TB terhadap peran kader TB
Matriks 4.2 Pemahaman kader TB terhadap peran kader TB (n=3)

Code Subcategory Category

- Peran kader mencari orang yang Pengetahuan tentang Pengetahuan terhadap


dicurigai penyakit TB (2) peran kader yang peran kader TB
- Memberikan penyuluhan kepada benar
masyarakat (3)

Berdasarkan matriks 4.2 diketahui Hal ini juga didukung oleh informan
bahwa pemahaman kader secara umum pendukung, yaitu :
terhadap perannya sebagai kader masih “ ...peran kader melakukan penjaringan
kurang yaitu mencari orang yang dicurigai suspek TB dan kita sudah menugaskan
penyakit TB dan memberikan penyuluhan untuk melakukan penyuluhan ke
kepada masyarakat. Padahal selain peran masyarakat, selain itu bisa berperan
tersebut kader memiliki peran lain yaitu sebagai PMO untuk pasien...” (Informan
sebagai Pengawas Menelan Obat (PMO) 4)
dan memberi motivasi kepada pasien TB.

3) Pemahaman kader TB terhadap pengendalian penyakit TB


Matriks 4.3 Pemahaman kader TB terhadap pengendalian penyakit TB (n=3)

Code Subcategory Category

- Pencegahan dengan perilaku Pengetahuan terhadap Pengetahuan terhadap


hidup bersih dan sehat (PHBS) pengendalian penyakit pengendalian penyakit
(2) TB yang benar TB
- Memakai masker (2) (pencegahan dan
- Meminum obat secara teratur. penanggulangan)
(1)

Berdasarkan matriks 4.3 diketahui Hal ini juga didukung oleh informan
bahwa pengetahuan kader terhadap pendukung, yaitu :
pengendalian penyakit TB yaitu
melakukan pencegahan dengan cara “ ...saya disuruh memakai masker,
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), minum obat secara teratur, dan
dan penanggulangannya dengan cara berperilaku baik dan bersih...”
pasien memakai masker dan meminum (Informan 6
obat secara teratur.

4) Pemahaman kader TB terhadap tindakan yang akan dilakukan setelah


menemukan suspek TB
Matriks 4.4 Pemahaman kader TB terhadap tindakan yang akan dilakukan setelah
menemukan suspek TB (n=3)

JOM FK Vol. 4 No.2 Oktober 2017 5


Code Subcategory Category

- Survei langsung kerumah pasien Pengetahuan terhadap Pengetahuan terhadap


dan menyuruh untuk ke tindakan yang akan tindakan yang akan
puskesmas (3) dilakukan setelah dilakukan setelah
menemukan suspek menemukan suspek TB
- Merujuk pasien ke puskemas TB yang benar
untuk pengambilan dahak. (3)

Berdasarkan matriks 4.4 diketahui Hal ini didukung oleh informan


bahwa pemahaman kader TB terhadap pendukung, yaitu :
tindakan yang akan dilakukan setelah “ ...kader setelah menemukan
menemukan suspek TB cukup baik, kader suspek melapor ke petugas kesehatan...”
langsung melakukan survei kerumah (Informan 4)
pasien yang sebelumnya sudah dicurigai “ ...jika sudah ada penderita
penyakit TB dan menyarankan pasien dengan gejala TB mereka langsung datang
untuk ke Puskemas atau melakukan kerumah pasien dan melakukan perujukan
perujukan untuk pengambilan dahak ke Puskemas...” (Informan 5)
pasien.

1) Peran kader TB dalam menemukan dan merujuk penderita yang dicurigai


penyakit TB (Suspek TB)
Matriks 4.5 Peran kader TB dalam menemukan dan merujuk penderita yang dicurigai
penyakit TB (Suspek TB) (n=3)

Code Subcategory Category

- Pernah menemukan suspek TB Tindakan kader dalam Peran kader dalam


(3) menemukan suspek menemukan dan
TB yang benar merujuk suspek TB

- Merujuk pasien ke Puskesmas Tindakan kader dalam


tetapi tidak menggunakan merujuk suspek TB
formulir (3) yang tidak benar

Berdasarkan matriks 4.5 diketahui melakukan perujukan. Hal ini didukung


bahwa kader sudah melaksanakan peran oleh informan pendukung, yaitu :
kader dalam menemukan dan merujuk “ ...kader sudah aktif dalam
suspek TB. Kader TB sudah menemukan menemukan suspek TB, mereka
beberapa penderita yang dicurigai penyakit melaporkan pasien langsung ke
TB di sekitar rumah. Setelah menemukan Puskesmas tetapi tidak menggunakan
suspek TB kader melakukan rujukan ke formulir, sebelumnya sudah dikasi...”
Puskesmas untuk pengambilan sampel, (Informan 5) “ ...saya ditemukan oleh
akan tetapi kader tidak menggunakan kader lalu kader menyuruh saya ke
formulir yang seharusnya diisi pada saat Puskesmas...” (Informan 6)

JOM FK Vol. 4 No.2 Oktober 2017 6


2) Peran kader TB dalam melakukan penyuluhan TB

Matriks 4.6 Peran kader TB dalam melakukan penyuluhan TB (n=3)

Code Subcategory Category

- Penyuluhan sudah pernah Tindakan kader dalam Peran kader dalam


dilakukan (3) melakukan melakukan penyuluhan
- Penyuluhan sudah dilakukan penyuluhan TB yang TB
beberapa kali (3) benar
- Penyuluhan dilakukan secara
langsung kepada masyarakat , di
warung-warung, posyandu (3)
- Pada saat arisan desa (1)
- Informasi yang disampaikan
yaitu :
1. Gejala dari penyakit TB (3)
2. Merujuk setelah menemukan
orang yang dicurigai
penyakit TB (3)
3. Jangan merokok (1)

Berdasarkan matriks 4.6 diketahui Hal ini juga didukung oleh


bahwa kader sudah pernah melakukan informan pendukung, yaitu :
penyuluhan beberapa kali di warung- “ ...kita secara langsung dapat
warung, Posyandu dan pada saat arisan. laporan dari Puskesmas, ada beberapa
Penyuluhan ini dilakukan secara pribadi kader yang melakukan penyuluhan pada
atau bersama-sama dengan kader lainnya. saat kegiatan Posyandu, memberi
Informasi penyuluhan yang diberikan yaitu informasi yang sederhana seperti apa itu
bagaimana mengenali gejala dari penyakit TB, ciri-ciri TB, dan harus kemana jika
TB dan apa yang harus dilakukan setelah sudah menandakan ada gejala TB...”
menemukan orang yang dicurigai penyakit (Informan 4)
TB dan menyuruh masyarakat jangan “ ...penyuluhan TB di posyandu
merokok. ada tetapi tidak sering, biasanya secara
pribadi...” (Informan 5)

3) Peran kader TB dalam menjadi Pengawas Menelan Obat (PMO)

Matriks 4.7 Peran kader TB dalam menjadi Pengawas Menelan Obat (PMO) (n=3)

Code Subcategory Category

- Sudah pernah menjadi PMO (2) Tindakan kader dalam Peran kader dalam
- Hanya 1 pasien (2) menjadi PMO yang menjadi PMO
- Mengawasi supaya pasien tetap benar
menelan obat secara teratur (2)
- Memberi tahu efek samping obat
(1)

JOM FK Vol. 4 No.2 Oktober 2017 7


- Tidak pernah (1) Tindakan kader dalam
menjadi PMO yang
tidak benar

Berdasarkan matriks 4.7 diketahui Hal ini didukung oleh informan


bahwa 2 orang kader pernah menjadi pendukung, yaitu :
pengawas menelan obat, kader mengawasi “ ...ada beberapa kader saja yang
pasien yang merupakan keluarganya menjadi PMO, mengingatkan pasien untuk
sendiri untuk teratur menelan obat agar selalu minum obat secara teratur...”
tidak mengalami kekambuhan. Selain itu (Informan 4)
kader memberikan informasi kepada “ ...pernah, ada saudaranya yang TB
pasien bahwa terdapat efek samping dari jadi dia yang menjadi pengawas menelan
obat yang dikosumsi seperti warna urin obatnya...” (Informan 5)
yang akan berubah menjadi merah.

4) Peran kader TB dalam memberikan motivasi kepada penderita TB

Matriks 4.8 Peran kader TB dalam memberikan motivasi kepada penderita TB (n=3)

Code Subcategory Category

- Motivasi sudah pernah diberikan Tindakan dalam Peran kader dalam


(3) memberikan motivasi memberikan motivasi
- Kepada beberapa pasien yang yang benar kepada penderita TB
positif TB (3)
- Bentuk motivasi yang diberikan
yaitu :
1. Memberikan dorongan
kepada pasien untuk
meminum obat secara
teratur (3)
2. Membuat pasien percaya
bahwa penyakit TB bisa
disembuhkan (1)
- Bentuk motivasi yang diberikan Tindakan dalam
yaitu : memberikan motivasi
1. Makan teratur (1) yang tidak benar
2. Tidak merokok (1)
3. Memakai masker (3)
4. Tidak melakukan perilaku
yang tidak baik seperti
membuang dahak
sembarangan (1)

Berdasarkan matriks 4.8 diketahui Selain itu, kader memberikan dorongan


bahwa kader pernah memberikan motivasi untuk tidak melakukan perilaku yang tidak
kepada pasien. Hal ini dilakukan supaya baik seperti membuang dahak
pasien teratur minum obat dan percaya sembarangan, makan teratur, tidak
bahwa penyakit TB bisa disembuhkan. merokok dan memakai masker yang

JOM FK Vol. 4 No.2 Oktober 2017 8


sebenarnya merupakan cara pencegahan pelatihan lanjutan serta tidak ada
agar tidak menularkan TB ke orang lain pemberian buku saku pengendalian
dan tidak memperparah penyakit TB yang penyakit TB. Hal lain yang mungkin
dideritanya. Hal ini juga didukung oleh menyebabkan adalah informasi yang
informan pendukung, yaitu : didapatkan kader selain pelatihan bisa
“ ...ada dilakukan, misalnya didapatkan dari televisi. Akan tetapi,
memberi motivasi agar pasien minum obat kebanyakan paparan tentang TB lebih
jangan terlambat...” (Informan 5) banyak menjelaskan tentang gejala dari
“ ...ada, kader menyuruh untuk penyakit TB.
minum obat dan jangan telat minum Selain itu, pengetahuan kader
obat...” (Informan 6) terhadap peran kader sendiri masih kurang,
kader hanya menyebutkan beberapa peran
PEMBAHASAN kader saja yaitu menemukan suspek TB
dan melakukan penyuluhan. Hal ini
Pengetahuan Kader TB dalam Upaya mungkin pada saat diberikan pelatihan
Pengendalian Penyakit TB oleh Dinas Kesehatan dikatakan bahwa
peran kader yang paling utama adalah
Berdasarkan hasil penelitian menjaring suspek TB dan melakukan
didapatkan bahwa pengetahuan atau penyuluhan karena peran tersebut yang
pemahaman kader terhadap penyakit TB lebih membantu untuk penjaringan
dalam hal pengertian TB, mengenali gejala suspekTB lebih banyak . Sedangkan peran
penyakit TB, orang yang berisiko terkena PMO dan memberi motivasi bisa
penyakit TB sudah cukup baik. Sedangkan dilakukan oleh keluarga pasien sendiri.
pengetahuan mengenai penyebab dari Pengetahuan kader terhadap
penyakit TB, penularan TB sendiri masih pengendalian penyakit TB dalam hal
keliru, kader ada yang menyebutkan pencegahan serta penanggulangannya
bahwa penyebab TB adalah kuman, virus, sudah cukup baik. Kader bisa menjelaskan
asap rokok serta debu dan salah satu cara bahwa pengendalian penyakit TB dengan
penularan melewati asap rokok. melakukan pencegahan yaitu perilaku
Berdasarkan wawancara dengan informan hidup bersih dan sehat, dan
pendukung terdapat perbedaan penilaian penanggulangannya dengan cara memakai
terhadap pengetahuan kader, pemegang masker dan meminum obat secara teratur.
program TB mengatakan bahwa kader Hal ini disebabkan kemungkinan karena
memiliki pengetahuan yang biasa saja dan kader merupakan ibu rumah tangga,
informan lain yaitu pasien TB mengatakan informasi PHBS sudah didapatkan oleh
bahwa pengetahuan kader sudah bagus. petugas kesehatan dalam bidang kesling
Perbedaan ini kemungkinan disebabkan dan pada saat pelatihan oleh Dinas
karena pengetahuan pasien TB yang masih Kesehatan.
awam terhadap TB, sehingga informasi Pengetahuan kader terhadap
yang sudah diberikan oleh kader sudah tindakan yang akan dilakukan setelah
dianggap benar. Perbedaan pengetahuan menemukan suspek TB juga sudah cukup
ini kemungkinan disebabkan karena masih baik. Kader bisa menyebutkan apa-apa saja
kurangnya informasi tentang penyakit TB yang akan dilakukan setelah mengenali
secara keseluruhan terutama penyebab penderita TB. Hal ini kemungkinan
penyakit TB dan penularan TB, karena disebabkan karena kader sudah diberikan
kader hanya fokus menjaring suspek TB pelatihan oleh Dinas Kesehatan atau
dengan cara mengenali dari gejala klinis arahan dari pemegang program TB.
penderita TB. Selain itu, pelatihan tentang Penelitian yang dilakukan oleh
TB hanya dilakukan 1 kali pada saat Dewi dkk di Flores menunjukkan bahwa
pembentukan kader TB dan tidak adanya secara keseluruhan pengetahuan

JOM FK Vol. 4 No.2 Oktober 2017 9


masyarakat tentang gejala TB, penyebab kesehatan yang diberi pelatihan selama
dan penularan TB masih terbatas.27 Hal ini satu tahun tentang gejala TB, cara
berbeda dengan penelitian yang dilakukan penularan TB, kriteria suspek TB,
oleh Anisah, mendapatkan bahwa kader pengobatan, risiko gagal atau putus
Community TB Care Aisyiyah Surakarta pengobatan, mendapatkan temuan CDR
hampir seluruhnya memiliki pengetahuan lebih tinggi daripada kader kesehatan yang
yang baik tentang penyakit TB yang tidak diberi pelatihan.31 Berdasarkan
meliputi penyebab, penularan, gejala, penelitian yang dilakukan oleh Widjanarko
pengobatan, dan pencegahan.28 Perbedaan dkk didapatkan hubungan antara tingkat
ini kemungkinan dipengaruhi oleh pelatihan responden dengan praktik
pemberian pelatihan dan penyuluhan yang penemuan suspek TB paru yaitu responden
dilakukan beberapa kali kepada kader dan yang mendapatkan pelatihan > 1 kali
kemampuan masing-masing kader dalam mempunyai praktik penemuan suspek baik
menangkap pengetahuan tentang TB. lebih besar dibandingkan dengan
Dari hasil Riskesdes 2007, responden yang mendapatkan pelatihan 1
penemuan prevalensi TB empat kali lebih kali.32 Hal ini juga didukung oleh
tinggi pada pendidikan rendah penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi dkk
29
dibandingkan pendidikan tinggi. Hal ini yang menunjukkan adanya peningkatan
sesuai dengan hasil penelitian yang 12,5% kader kesehatan dan tokoh
dilakukan oleh Christopher menunjukkan masyarakat sebelum dan sesudah
bahwa pengetahuan masyarakat yang rendah dilakukan pelatihan tuberkulosis.33
tentang tuberkulosis sebagian besar terjadi
pada masyarakat yang berpendidikan rendah, Tindakan kader TB dalam upaya
sering terjadi kesalahpahaman tentang cara pengendalian penyakit TB
penularan melalui batuk dan peralatan
makanan. 30 Berdasarkan Permenkes RI No Berdasarkan hasil penelitian
565/Menkes/PER/III/2011 tentang Strategi didapatkan bahwa tindakan kader TB di
Nasional Pengendalian Tuberkulosis Puskesmas Alai dalam upaya pengendalian
Tahun 2011-2014. Pemerintah daerah, penyakit TB secara keseluruhan masih
masyarakat, fasilitas pelayanan kesehatan, belum ideal, karena ada beberapa tindakan
institusi pendidikan atau penelitian, serta yang tidak sesuai dilakukan oleh kader.
lembaga swadaya masyarakat dituntut Dalam melakukan perujukan suspek TB
untuk berperan aktif dalam tindakan kader masih salah, karena dalam
penyelenggaraan program pengendalian melakukan perujukan tidak menggunakan
tuberkulosis. Pendidikan kesehatan tentang formulir. Hal ini kemungkinan disebabkan
penyakit TB merupakan salah satu upaya karena ketidaktahuan kader bagaimana
untuk pengendalian tuberkulosis.21,22 mengisi formulir pasien TB dan
Pendidikan kesehatan pada kemungkinan pasien TB yang sudah
hakikatnya adalah suatu kegiatan atau ditemukan datang ke Puskesmas tanpa
usaha menyampaikan pesan kesehatan didampingi oleh kader. Akan tetapi,
kepada masyarakat, kelompok atau tindakan kader dalam menemukan dan
individu. Dengan adanya pesan tersebut melakukan penyuluhan sudah cukup baik,
maka diharapkan masyarakat, kelompok, hal ini disebabkan karena pengetahuan
atau individu dapat memperoleh kader terhadap penyakit TB terutama
pengetahuan tentang kesehatan yang lebih dalam mengenali gejala pasien TB sudah
baik. Pengetahuan tersebut pada akhirnya cukup baik. Sehingga kader TB bisa
diharapkan berpengaruh terhadap menjaring suspek TB dan memberikan
21,22
pengendalian penyakit TB. penyuluhan kepada masyarakat tentang TB
Penelitian Datiko dkk di Ethiopia di posyandu ataupun di warung-warung.
Selatan menyimpulkan bahwa kader

JOM FK Vol. 4 No.2 Oktober 2017 10


Sedangkan tidak semua kader TB motivasi yang baik juga memberi
berperan dalam menjadi pengawas dorongan kader untuk bertanggung jawab
menelan obat dan memberikan motivasi dalam melaksanakan tugasnya.
kepada penderita TB. Hal ini disebabkan Berdasarkan penelitian yang dilakukan
karena penderita TB merupakan keluarga oleh Tirayoh didapatkan bahwa faktor-
dari kader sendiri sehingga memudahkan faktor yang mempengaruhi keaktifan kader
kader untuk menjadi PMO dan memberi selain pengetahuan yang baik adalah
motivasi kepada penderita. Selain itu, jarak motivasi yang besar dari keluarga dan
antara rumah pasien yang jauh sehingga masyarakat.38
menyulitkan kader untuk datang kerumah Perilaku terbentuk melalui proses
pasien dan kemungkinan pekerjaan kader tertentu dan berlangsung ketika adanya
sebagai ibu rumah tangga yang membatasi interaksi dengan lingkungan. Begitu pula
gerak dari kader dalam melakukan perilaku kader dalam upaya pengendalian
tugasnya. penyakit tuberkulosis. Jadi, sebelum
Berdasarkan hasil penelitian yang terbentuk perilaku atau tindakan ada
dilakukan oleh Yanti terhadap kelompok beberapa hal yang melatarbelakangi seperti
kader perduli TB didapatkan bahwa informasi atau pengetahuan yang ia
kemampuan kader dalam melakukan peroleh dan pemahaman atas informasi
penyuluhan, mendeteksi suspek TB dan yang ia dapat , serta sikap dan motivasi
melakukan rujukan kasus TB dari lingkungan sekitar sebelum ia
menunjukkan kemampuan diatas rata- melakukan tindakan konkrit berupa
rata.34 Hal ini juga didukung dari hasil perbuatan pengendalian penyakit
penelitian yang dilakukan oleh Rejeki tuberkulosis.39
menunjukkan bahwa 82% kader kesehatan Tindakan kader dalam menemukan
yang mendapatkan pelatihan mampu suspek TB, memberikan penyuluhan
melakukan penyuluhan secara baik dan terhadap masyarakat seperti penderita TB
benar kepada keluarga dan masyarakat.35 dan keluarga pederita TB, serta menjadi
Tindakan dari kader ini kemungkinan pengawas minum obat dan memberi
disebabkan dari kemampuan dari kader motivasi sangat membantu dalam
atau motivasi dari dari kader sendiri. pengendalian penyakit TB. Berdasarkan
Dari hasil penelitian Awusi dkk penelitian yang dilakukan oleh Dhewi dkk
didapatkan bahwa tindakan penjaringan didapatkan ada hubungan pengetahuan
suspek TB mempunyai peluang 8,92 kali penderita TB tentang penyakit TB dengan
lebih besar untuk menemukan penderita kepatuhan meminum obat artinya semakin
TB paru dibanding petugas TB yang tidak penderita TB mengetahui bahaya penyakit
melakukan penjaringan suspek TB.36 TB maka kepatuhan untuk menelan obat
Sadangkan penelitian yang dilakukan oleh juga baik, sebaliknya pengetahuan kurang
Hoko S dkk didapatkan bahwa tindakan memiliki peluang untuk tidak patuh
kader dalam penemuan kasus TB minum obat sebesar 3.857 kali.40
berhubungan dengan pengetahuan yang Pengetahuan ini bisa didapatkan dari
didapatkan oleh kader.37 Hal ini penyuluhan-penyuluhan yang diberikan
menunjukkan bahwa pengetahuan tentang oleh kader, serta motivasi yang diberikan
TB berpegaruh terhadap tindakan kader oleh kader sehingga kader harus bekerja
dan sudah sesuai dengan tindakan yang sama dengan tenaga kesehatan dan
dilakukan oleh kader TB di Puskesmas masyarakat karena masih banyak
Alai, karena pengetahuan kader tentang pemikiran masyarakat tentang TB paru
gejala TB sudah cukup baik sehingga yang mengatakan bahwa penyakit TB
kader bisa menemukan suspek TB . bukan penyakit menular melainkan
Selain pengetahuan kader terhadap penyakit kutukan dan lain-lain. Menurut
TB berpengaruh terhadap tindakan kader, Notoatmodjo terdapat tiga macam faktor

JOM FK Vol. 4 No.2 Oktober 2017 11


yang mempengaruhi perilaku kesehatan dari penyakit TB dan meningkatkan
yaitu : tindakan kader dalam menemukan suspek
a) Faktor yang mempermudah TB, melakukan penyuluhan, sebagai PMO
(Predisposing Factors), meliputi dan memberi motivasi.
pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai – Bagi Pemegang Program TB di
nilai dan sebagainya. Puskesmas Alai agar dapat memberikan
b) Faktor pendukung (Enabling informasi tentang TB dan melakukan
Factors), meliputi: lingkungan fisik, sharing penyakit TB, serta meningkatkan
tersedianya sarana prasarana. kinerja dari kader TB dengan selalu
c) Faktor penguat/ pendorong memberikan motivasi kepada kader,
(Reinforcing Factors), meliputi: sikap dan sehingga penjaringan TB di wilayah
perilaku petugas kesehatan, keluarga atau Puskesmas Alai bisa terjaring lebih
teman yang merupakan kelompok referensi banyak.
dari perilaku seseorang atau masyarakat.41 Penelitian ini belum dapat
Hal ini menunjukkan ada beberapa menyimpulkan sepenuhnya bagaimana
faktor-faktor yang mempengaruhi dari pengetahuan dan tindakan kader dalam
tindakan kader dalam menemukan suspek upaya pengendalian penyakit TB, maka
TB, melakukan penyuluhan, menjadi PMO dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk
dan memberi motivasi kepada penderita mengetahui apa saja faktor- faktor yang
TB. mempengaruhi pengetahuan dan tindakan
kader dengan menggunakan metode yang
KESIMPULAN berbeda, seperti kuantitatif, untuk dapat
ditarik kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat
ditarik kesimpulan bahwa pengetahuan UCAPAN TERIMA KASIH
kader TB terhadap penyakit TB sudah
cukup baik terutama dalam hal pengertian Penulis mengucapkan terima kasih
TB, gejala penyakit TB dan orang yang kepada kader TB Puskemas Alai yang
beresiko terkena penyakit TB. Sedangkan telah membantu dan meluangkan
pengetahuan terhadap penyebab penyakit waktunya untuk di wawancara dalam
TB dan cara penularan masih kurang penelitian ini. Peneliti juga ingin
karena masih kurangnya informasi tentang mengucapkan terima kasih kepada
TB yang didapatkan oleh kader. Tindakan pemegang program TB Puskesmas Alai,
kader TB di Puskesmas Alai masih belum Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan
ideal yaitu dalam melakukan perujukan Meranti serta pasien TB yang sudah ikut
suspek TB. Sedangkan dalam menemukan membantu dalam penelitian ini.
suspek TB, melakukan penyuluhan,
pengawas menelan obat dan memberi DAFTAR PUSTAKA
motivasi sudah dilakukan dengan baik.
1. Departemen Kesehatan Republik
SARAN Indonesia. Program Penanggulangan
TB. Republik Indonesia; 2009.
Bagi Dinas kesehatan agar bisa 2. Manalu HSP, Sukana B. Aspek
memberikan pelatihan lanjutan tentang Pengetahuan Sikap dan Perilaku
penyakit TB dan memberikan buku saku Masyarakat Kaitannya Dengan
kader dalam pengendalian penyakit TB. Penyakit TB Paru. Media Litbang
Sehingga kader bisa memiliki pengetahuan Kesehatan; 2011.
yang lebih dalam terhadap penyakit TB 3. Wahyuni CU, Artanti KD. Pelatihan
dalam hal mengetahui apa itu penyakit TB, Kader Kesehatan untuk Penemuan
penyebab TB, penularan TB, dan gejala Penderita Suspek Tuberkulosis.

JOM FK Vol. 4 No.2 Oktober 2017 12


Departemen Epidemiologi Fakultas Penemuan Suspek Tuberkulosis Paru
Kesehatan Masyarakat Universitas di Puskesmas Sanankulon, Tesis;
Airlangga. Jurnal Kesehatan 2010.
Masyarakat Nasional; 2013. 15. Wahyuni, Indarwati, Sugianto A.
4. World Health Organization. Global Kajian Persepsi Pengetahuan
tuberculosis report. Geneva: WHO; Terhadap Pencegahan penularan
2014. penyakit TB di Puskesmas. Prodi S1
5. Kementrian Kesehata RI. Pedoman Keperawatan Stikes Aisyiyah
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Surakarta; 2015.
Tuberkulosis di Fasilitas Pelayanan 16. Departemen Kesehatan. Pedoman
kesehatan. Jakarta;2012 Penanggulangan Tuberkulosis. 2nd ed.
6. Dinas Kesehatan Provinsi Riau. Jakarta : Depkes RI. p:3.2007.
Laporan tahunan pengendalian 17. Direktorat Jenderal Pengendalian
tuberkulosis. Pekanbaru: Dinas Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kesehatan Provinsi Riau; 2013. Departemen Kesehatan Republik
7. Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. Indonesia. Buku Saku Kader
Data TB Dinas Kesehatan Kota Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta:
Pekanbaru. Pekanbaru: Dinas Departemen Kesehatan; 2007.
Kesehatan Kota Pekanbaru; 2012. 18. Wijaya IMK, Murti B, Suriyasa
8. Yovi I, dkk. Pengetahuan Dokter P.Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan
Umum Praktik Swasta Mengenai Motivasi Kader Kesehatan Dengan
Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru di Aktivitasnya Dalam Pengendalian
Kota Pekanbaru. Bagian Paru, Kasus Tuberkulosis Di Kabupaten
Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Buleleng. Jurnal Magister Kedokteran
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau, Keluarga; 2013.
Bagian Mikrobiologi, Fakultas 19. Dewi C, Barclay L, Passey M, Wilson
Kedokteran Universitas Riau, S. Improving Knowledge and
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Behaviours Related to The Cause,
Universitas Riau.J Respir Indo; 2015. Transmission and Prevention of
9. Depkes RI, IDI. Panduan tatalaksana Tuberculosis and Early Case
tuberkulosis sesuai ISTC dengan Detection: a Descriptive Study of
strategi DOTS untuk dokter praktik Comunity Led Tuberculosis Program
swasta. Jakarta: Depkes RI, IDI; 2010. in Flores, Indonesia. University of
10. Dinkes Kesehatan Provinsi Riau. Sydney, Lismore, NSW, Australia;
Profil Kesehatan provinsi Riau 2011. 2016.
Dinas Kesehatan Riau. Pekanbaru; 20. Anisah AI, Kusumawati Y, Kirwono
2011. B. Faktor-faktor yang Berhubungan
11. Profil Kesehatan Kabupaten Dengan Keaktifan Kader Community
Kepulauan Meranti. Dinas Kesehatan TB Care Aisyiyah Surakarta. Fakultas
Kabupaten Kepulauan Meranti; 2014. Ilmu Kesehatan. Universitas
12. Profil Kesehatan Kabupaten Muhammadiyah Surakarta; 2016.
Kepulauan Meranti. Dinas Kesehatan 21. Kemenkes RI. Hasil Riskesdas 2007.
Kabupaten Kepulauan Meranti; 2015. Jakarta; 2007.
13. Fadhilah N, Nuryati E, Duarsa A, 22. Cristopher G et all. Exploring TB-
Djannatun T, Hadi RS. Perilaku Related Knowledge, Attitude,
Kader dalam Penemuan Suspek Behaviour, and Practice
Tuberkulosis. Jurnal Kesehatan amongMigrantWorkers in Tajikistan.
Masyarakat Nasional; 2014. Hindawi Publishing Corporation.
14. Wahyudi E. Hubungan Pengetahuan, Tuberculosis Research and Treatment;
Sikap dan Motivasi Kader dengan 2011.

JOM FK Vol. 4 No.2 Oktober 2017 13


23. Datiko D, Lindtjørn B. Health Kecamatan Kema Kabupaten
extension workers improve Minahasa Utara. Universitas Sam
tuberculosis case detection and Ratulangi Manado; 2016
treatment success in Southern 31. Notoarmodjo S. Ilmu Perilaku
Ethiopia: A Community randomized Kesehatan. Rikena Cipta: Jakarta;
trial. PLos one Community TB Care 2014.
in Ethiopia. 2009; 4: p. 5443-50. 32. Dhewi IG, Armiyati Y, Supriyono M.
24. Widjanarko Bagoes, Prabamurti NP, Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap
Widayat E. Pengaruh Karakteristik, Pasien dan Dukungan Keluarga
Pengetahuan dan Sikap Petugas Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada
Pemegang program Tuberkulosis Paru Pasien TB Paru di BKPM Pati.
Puskesmas Terhadap Penemuan STIKES Telogorejo; 2012.
Suspek TB Paru Di Kabupaten Blora. 33. Notoatmodjo S. Pendidikan dan
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta:
Januari; 2006. Jakarta; 2003.
25. Pratiwi NL, Betty R, Hargono R,
Widya NE. Kemandirian Masyarakat
dalam Perilaku Pencegahan Penularan
Penyakit TB Paru. Buletin Penelitian
Sistem Kesehatan; April 2012.
26. Yanti EPLN. Pengendalian Kasus
Tuberkulosis Melalui Kelompok Kder
Peduli TB (KKP-TB). Jurnal
Keperawatan. Universitas Udayana;
2016.
27. Rejeki H. Kelompok Pendukung
sebagai Bentuk Intervensi
Pengendalian TB Berbasis
Pemberdayaan Masyarakat di
Kelurahan Pasir Gunung Selatan Kota
Depok. FIK:UI; 2012.
28. Awusi RYE., Saleh YD., Hadiwijoyo
Y. 2009. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Penemuan Penderita
TB Paru di Kota Palu Provinsi
Sulawesi Tengah.Berita Kedokteran
Masyarakat.Vol 25, No 2.
29. Hoko SS, Kurniawati DN, Maryanti
H. Hubungan Pengetahuan dan Sikap
Kader Posyandu Tentang Tugas
Pengembangan Kader Terhadap
Tindakan Penemuan Kasus TB Paru di
Puskesmas Lite. Fakultas
Keperawatan. Universitas Airlangga;
2015.
30. Tirayoh N, Kandou DG, Abeng DET.
Faktor-Faktor Yang Berhubung
Dengan Keaktifan Kader Pos
Pelayanan Terpadu (POSYANDU) di
Wilayah Kerja Puskesmas Kema

JOM FK Vol. 4 No.2 Oktober 2017 14

Anda mungkin juga menyukai