Perkembangan selanjutnya:
❑ Curative Health Care
❑ Preventive Health Care
N Pelayanan Kesehatan Kuratif Pelayanan Kesehatan Preventif
o (Curative Health Care) (Preventive Health Care)
1 Sasaran individual. Sasaran masyarakat.
Kontak terhadap pasien hanya Masalah-masalah masyarakat.
sekali saja. Petugas kesehatan Hubungan antara petugas
(dokter, drg dan sebagainya) kesehatan dengan masyarakat
dengan pasien ? lebih bersifat kemitraan.
2 Bersifat reaktif, menunggu Proaktif;
masalah. Petugas di Sarkes, dan turun ke
Dokter menunggu pasien. Lap/masyarakat, mengidentifikasi
Masalah kesehatan adalah masalah yg ada, melakukan
adanya penyakit tindakan.
3 Pasien, sebagai sistem biologis Klien sebagai mahluk yang utuh,
manusia, dilihat secara partial pendekatan holistik. Terjadinya
manusia, kesehatan bio- penyakit tidak semata-mata karena
psikologis dan sosial, antara terganggunya sistem biologi,
aspek satu dengan lainnya. individual dan sosial.
PERKEMBANGAN KESEHATAN MASYARAKAT
1. Periode Sebelum Ilmu Pengetahuan.
• Melakukan usaha untuk penanggulangan masalah kesmas.
• Ditemukan dokumen tertulis, peraturan-peraturan yang mengatur
pembuangan air limbah, drainase pemukiman, pembaangunan kota.
• Dibangun tempat pembuangan kotoran (latrin) umum.
2. Periode Ilmu Pengetahuan →
➢ Tahun 1832 ; Penyelidikan, upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah
mulai dilakukan, Pembentukan komisi penyelidikan dan penanganan
masalah wabah kolera.
➢ Pada akhir abad 19 mulai dikembangkan pendidikan untuk tenaga
kesehatan yang profesional
➢ Pada tahun 1835; untuk pelayanan kesehatan masyarakat, pemerintah
AS membentuk Dep Kesehatan.
➢ Tahun 1872; diselenggarakan pertemuan orang-orang yg mempunyai
perhatian thp Kesmas; terbentuknya Asisiasi Kesehatan Masyarakat
Amerika (American Public Health Assosiation)
KESEHATAN MASYARAKAT DI INDONESIA
1. Pembrantasan penyakit:
➢ Abad ke 16; Pemerintahan Belanda, upaya
pemberantasan cacar dan colera,
➢ tahun 1927; kolera masuk di Indonesia,
➢ tahun 1937; terjadi wabah kolera eltor:
➢ tahun 1948: cacar masuk ke Indonesia melului
Singapura dan berkembang,
2. Pelatihan:
Tahun 1807; pemerintahan Gubernur Jendral Daendeles
dilakukan pelatihan dukun bayi dalam praktek
persalinan, dalam rangka penurunan angka kematian
bayi yang tinggi;
3. Pendidikan:
➢ Tahun 1851 di Jakarta : Sekolah Dokter Jawa didirikan
oleh dr, Bosch dan dr. Bleeker dg nama School Tot
Opleldeling Van Indiche Arsten (STOVIA), 1927 STOVIA
berubah menjadi Sekolah Kedokteran, 1947 menjadi
Fakultas Kedokteran UI;
➢ Tahun 1913 di Surabaya, didirikan Nederland Indesche
Arsten School (NIAS) ; tenaga dokter yang dihasilkan
mempunyai andil besar dalam mengembangkan
kesehatan masyarakat.
4. Fasilitas penunjang pelayanan kesehatan:
➢ Tahun 1888; mulai berdirinya Pusat Laboratoriun
Kedokteran di Bandung kemudian
➢ Tahun 1938; berubah menjadi Lembaga Eykma.
5. Penyuluhan kesehatan:
➢ Tahun 1925; Hydrich, melakukan pengamatan tingginya
angka kematian dan kesakitan di Banyumas dan
Purwokerto,
➢ Tingginya angka tersebut karena jeleknya kondisi sanitasi
lingkungan;
➢ Membuat daerah percontohan dengan melakukan
promosi (pendidikan) penyuluhan kesehatan masyarakat;
6. Pelayanan kesehatan masyarakat:
➢ tahun 1951: Konsep Bandung (Bandung Plan) Patah-
Leimena; mulai diperkenalkan bahwa pelayanan
kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak
dapat dipisahkan.
7. Cikal bakal Puskesmas:
Tahun 1956 dimulai upaya pengembangan kesehatan
masyarakat. Dirikan proyek Bekasi (Lemah Abang) oleh dr.
Y. Sulianti, sebagai proyek percontohan atau model
pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat
pedesaan dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan.
8. Pusat Kesehatan Masyarakat:
Tahun 1968, dalam RAKERKESNAS, Puskesmas merupakan
sistem pelayanan kesehatan terpadu, dikembangkan
menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas).
9. Pelayanan Puskesmas:
Sebagai Unit pelayanan kesehatan yang memberikan
pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu.
Kegiatan Pokok Puskesmas:
❑ Kesehatan ibu dan anak.
❑ Keluarga berencana
❑ Gizi
❑ Kesehatan lingkungan.
❑ Pencegahan penyakit menular.
❑ Penyuluhan kesehatan masyarakat.
❑ Pengobatan.
❑ Perawatan kesehatan masyarakat.
❑ Usaha kesehatan gizi
❑ Usaha kesehatan sekolah.
❑ Usaha kesehatan jiwa.
❑ Laboratorium.
❑ Pencatatan.
Kegiatan Pelayanan Puskesmas: SEKARANG ? ?
DEFINISI KESEHATAN MASYARAKAT Pp - 2
Judul:
T1 07 02 19_Amin_Nip
II. EPIDEMIOLOGI Pp - 3
6. Golongan Etnik
❑ Berbagai golongan etnik dapat berbeda didalam
kebiasaan makan, susunan genetika, gaya hidup
dan sebagainya yang dapat mengakibatkan
perbedaan-perbedaan didalam angka kesakitan
atau kematian.
❑ Penelitian pada golongan etnik dapat memberikan
keterangan mengenai pengaruh lingkungan
terhadap timbulnya suatu penyakit.
7. Status Perkawinan
❑ Dari penelitian telah ditunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara angka kesakitan maupun kematian
dengan status kawin: tidak kawin, cerai dan janda serta
duda
❑ Angka kematian karena penyakit-penyakit tertentu
maupun kematian karena semua sebab makin meninggi
dalam urutan tertentu.
8. Besarnya Keluarga
Didalam keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat
menderita oleh karena penghasilan keluarga harus digunakan
oleh banyak orang.
9. Struktur Keluarga
❑ Suatu keluarga besar →Tanggunan →Rumah ? →Luas ?
→Berdesakan →memudahkan penularan penyakit
menular di kalangan anggotanya;
❑ Persediaan →yang besar →Tidak tersedia →tidak dapat
membeli cukup makanan yang bernilai gizi cukup →tidak
dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia.
10. Paritas
❑ Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti
dalam hubungan kesehatan si ibu maupun anak.
❑ Dikatakan umpamanya bahwa terdapat kecenderungan
kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang
berparitas tinggi.
B. TEMPAT
Perbandingan pola penyakit sering dilakukan
antara lain:
1. Batas daerah-daerah pemerintahan
2. Kota dan pedesaan
3. Daerah atau tempat berdasarkan batas-batas alam
4. Negara-negara
5. Regional
1. Batas daerah-daerah pemerintahan
❑ Untuk kepentingan mendapatkan pengertian tentang etiologi
penyakit, perbandingan menurut batas-batas alam lebih
berguna daripada batas administrasi pemerintahan.
❑ Hal-hal yang memberikan kekhususan pola penyakit di suatu
daerah dengan batas-batas alam ialah:
• Keadaan lingkungan yang khusus seperti temperatur,
kelembaban, turun hujan, ketinggian diatas permukaan
laut, keadaan tanah, sumber air.
• Derajat isolasi terhadap pengaruh luar yang tergambar
dalam tingkat kemajuan ekonomi, pendidikan, industri,
pelayanan kesehatan, bertahannya tradisi-tradisi yang
merupakan hambatan-hambatan pembangunan,
• Faktor-faktor lain, seperti faktor sosial budaya yang tidak
menguntungkan kesehatan atau pengembangan
kesehatan, sifat-sifat lingkungan biologis (ada tidaknya
vektor penyakit menular tertentu, reservoir penyakit
menular tertentu, dan susunan genetika), dan sebagainya.
Kota <–> Desa → Migrasi
❑ Migrasi antar desa atau ke kota dapat membawa
akibat terhadap pola dan penyebaran penyakit
menular di desa atau kota yang bersangkutan
maupun desa atau kota di sekitarnya.
❑ Peranan migrasi atau mobilitas geografis didalam
mengubah pola penyakit di berbagai daerah
menjadi lebih penting dengan makin lancarnya
perhubungan darat, udara dan laut; →DB
Data Tempat Wilayah
Pentingnya pengetahuan mengenai tempat dalam
mempelajari etiologi suatu penyakit dapat digambarkan
dengan jelas pada penyelidikan suatu wabah dan pada
menyelidikan-penyelidikan mengenai kaum migran.
Didalam memperbandingkan angka kesakitan atau angka
kematian antar daerah/tempat perlu diperhatikan
terlebih dahulu di tiap-tiap daerah/tempat:
1. Susunan umur
2. Susunan kelamin
3. Kualitas data
4. Derajat representatif dari data terhadap seluruh
penduduk.
Variasi geografis
Terjadinya beberapa penyakit atau keadaan lain mungkin
berhubungan faktor-faktor berikut:
1. Lingkungan fisis, kemis, biologis, sosial dan ekonomi
yang berbeda dari suatu tempat ke tempat lainnya.
2. Konstitusi genetis atau etnis dari penduduk yang
berbeda, bervariasi seperti karakteristik demografi.
3. Variasi kultural terjadi dalam kebiasaan, pekerjaan,
keluarga, praktek hygiene perorangan dan bahkan
persepsi tentang sakit atau sehat.
4. Variasi administrasi termasuk faktor-faktor seperti
tersedianya dan efisiensi pelayanan medis, program
higiene /sanitasi, dan lain-lain.
C. WAKTU
Panjangnya waktu, terjadinya perubahan angka
kesakitan:
1. Fluktuasi jangka pendek, lama ? →berlangsung
beberapa jam, hari, minggu dan bulan dll.
Pola perubahan kesakitan →pada epidemi:
➢ Keracunan makanan (beberapa jam),
➢ Influensa (beberapa hari atau minggu),
➢ Cacar (beberapa bulan).
2. Perubahan-Perubahan Secara Siklus
❑ Perubahan secara siklus, didapatkan pada keadaan
dimana timbulnya dan memuncaknya angka-angka
kesakitan atau kematian terjadi berulang-ulang
tiap beberapa bulan, tiap tahun, atau tiap
beberapa tahun.
❑ Peristiwa semacam ini dapat terjadi baik pada
penyakit infeksi maupun pada penyakit bukan
infeksi.
Timbulnya/memuncaknya angka kesakitan/kematian
suatu penyakit yang ditularkan melalui vektor secara
siklus berhubungan dengan :
❑ Ada tidaknya keadaan yang memungkinkan transmisi
penyakit oleh vektor yang bersangkutan
❑ Adanya tempat perkembangbiakan alami dari vektor
sedemikian banyak untuk menjamin adanya kepadatan
vektor yang perlu dalam transmisi.
❑ Selalu adanya kerentanan.
❑ Adanya kegiatan-kegiatan berkala dari orang-orang
yang rentan yang menyebabkan mereka terserang oleh
“vektor bornedisease” tertentu.
❑ Tetapnya kemampuan agen infektif untuk
menimbulkan penyakit.
❑ Adanya faktor-faktor lain yang belum diketahui.
EPIDEMIOLOGI ANALITIK
A. Studi Riwayat Kasus (Case History Studies)
Dibandingkan antara 2 kelompok orang, yakni kelompok
yang terkena penyebab penyakit dengan kelompok orang
yang tidak terkena (kelompok kontrol).
B. Studi Kohort (Kohort Studies)
❑ Sekelompok orang dipaparkan (exposed) pada suatu
penyebab penyakit (agent).
❑ Kemudian diambil sekelompok orang lagi (kontrol) yang
mempunyai ciri-ciri yang sama dengan kelompok
pertama tetapi tidak dipaparkan atau dikenakan pada
penyebab penyakit.
❑ Setelah beberapa saat yang telah ditentukan kedua
kelompok tersebut dibandingkan, dicari perbedaan
antara kedua kelompok tersebut, bermakna atau tidak.
C. Epidemiologi Eksperimen
Dilakukan dengan mengadakan eksperimen (percobaan)
kepada kelompok subjek kemudian dibandingkan dengan
kelompok kontrol
Penelitian dapat melakukan manipulasi/mengontrol faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi hasil penelitian dan
dinyatakan sebagai tes yang paling baik untuk menentukan
cause and effect relationship serta tes yang berhubungan
dengan etiologi, kontrol, terhadap penyakit maupun untuk
menjawab pertanyaan masalah ilmiah lainnya.
Studi eksperimen, yaitu :
1. Clinical Trial
2. Community Trial
D. Epidemiologi Non Eksperimen
1. Studi kohort/follow up/incidence/longitudinal/
prospektif studi.
Tujuan studi mencari akibat (penyakitnya).
2.Studi kasus kontrol/case control study/studi
retrospektif.
Tujuannya mencari faktor penyebab penyakit.
3.Studi ekologik.
Tujuannya menyelidiki secara empiris faktor resiko
atau karakteristik yang berada dalam keadaan
konstan di masyarakat melalui sumber ekologis.