PENDAHULUAN
Secara luas diakui bahwa perilaku orang tua tentang kesehatan utamanya
ibu-ibu pada proses kehamilan, memengaruhi kesehatan anak-anak mereka.
Begitu juga tentang kesehatan mulut bahwa peran orang tua sangat penting,
karena mereka adalah pengasuh utama kesehatan mulut bagi anak-anak mereka
selama tiga tahun pertama kehidupan, bahkan di prasekolah, orang tua masih
menjadi pemasok utama kesehatan mulut anak-anak.
Beberapa faktor seperti pendidikan ibu, pekerjaan, usia, pengetahuan saat ini,
sikap, dan perilaku dapat memberikan wawasan untuk meningkatkan kebiasaan
kesehatan mereka dan anak-anak mereka kesehatan secara tidak langsung.
Hubungan antara kesehatan gigi ibu dan bayi, karies gigi pada anak-anak mereka
juga dapat dipengaruhi oleh pengaruh kebiasaan diet dan kebersihan yang salah
pada bayi juga oleh infeksi mulut anak oleh bakteri ibu. Karena itu, kebiasaan
menyikat gigi ibu, diet kebiasaan, dan pilihan makanan berhubungan langsung
dengan kesehatan gigi anak-anak mereka.
Kunjungan rutin ke pusat atau tenaga kesehatan gigi profesional bertujuan untuk
meningkatkan perilaku kesehatan mulut orang tua dapat juga mengakibatkan
pengurangan risiko karies di antara anak-anak mereka.
Karies gigi merupakan salah satu jenis penyakit gigi dan mulut yang paling sering
dijumpai di masyarakat. Menurut WHO, karies gigi didefinisikan sebagai lokal,
pasca-erupsi, proses patologis yang berasal dari luar yang melibatkan pelunakan
jaringan keras gigi dan berlanjut ke pembentukan rongga.
1
peningkatan masalah kesehatan gigi dan mulut sebesar >9% pada 2013
dibandingkan data tahun sebelumnya (2007) .
Mekanisme proses karies sama untuk semua jenis karies. Sukrosa atau
gula dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu tertentu.
Bakteri endogen (sebagian besar Streptococcus Mutans dan Lactobacillus spp)
dalam plak menghasilkan asam organik lemah sebagai produk dari
metabolismekarbohidrat. Streptococcus mutans dan Laktobasilus merupakan
kuman yang kariogenik karena mampu segera membuat asam dari karbohidrat
yang dapat diragikan. Asam ini menyebabkan nilai pH lokal jatuh di bawah nilai
kritis yang mengakibatkan demineralisasi jaringan gigi. Jika difusi kalsium, fosfat,
dan karbonat dari gigi ini dibiarkan berlanjut, kavitasi pada akhirnya akan terjadi.
Demineralisasi dapat diatasi pada tahap awal melalui penyerapan kalsium, fosfat
dan fluor. Fluor bertindak sebagai katalis untuk difusi kalsium dan fosfat dalam
gigi, yang meremineralisasi struktur kristal dalam lesi. Permukaan kristal
dibangun kembali, terdiri dari hidroksiapatit berfluoride dan fluorapatite, jauh
lebih tahan terhadap serangan asam daripada struktur aslinya. Enzim bakterial
juga dapat terlibat dalam perkembangan karies. Proses karies dimulai dari
permukaan gigi (pit, fissur dan daerah interproksimal) meluas ke arah pulpa.
2
(Agus dkk, 2006), sehingga kemungkinan besar problema kesehatan gigi dan
mulut banyak dijumpai pada penderita retardasi mental (Raudha, 2008).
Penderita retardasi mental khususnya akibat down syndrome, sering kali dijumpai
keadaan maloklusi. Ciri khas penderita ini adalah pertumbuhan yang lambat.
Beberapa penelitian telah melaporkan adanya gangguan pertumbuhan
dentokraniofasial, umumnya dijumpai mikrodonsi, anomali struktur fasial,
keterlambatan erupsi gigi, gigi berjejal, gigitan terbuka dan gigitan silang anterior
(Suharsini, 1999).
3
1.2 Rumusan Masalah
4
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Arie, Umie, dan Rifani. 2006. Retardasi Mental dan Hak dalam Hukum.
http://www.freewebs.com/retardasimental/diagnosisrm.htm. [25 Mei 2010]
Nowank, A.J. 1995. Dentistry for the Handicapped and Sindrome Patient. St.
Louis: The Mosby Company.