PENDAHULUAN
1
nasional, kasus TB di Indonesia menunjukkan perkembangan yang meningkat dalam
penemuan kasus dan tingkat kesembuhan, tetapi pencapaian di tingkat provinsi masih
menunjukkan disparitas antar wilayah. Sebanyak 28 provinsi di Indonesia belum dapat
mencapai angka penemuan kasus (CDR) 70% dan hanya 5 provinsi menunjukkan
pencapaian 70% CDR dan 85% kesembuhan (Kemenkes RI, 2011). TB pada anak
merupakan aspek yang sering dilupakan dari epidemik TB. Menurut Kementerian
Kesehatan RI (2011), TB pada anak mencerminkan transmisi TB yang terus
berlangsung di populasi. Masalah ini masih memerlukan perhatian yang lebih baik
dalam program pengendalian TB. Jumlah kasus TB anak pada tahun 2009 mencapai
30.806 termasuk 1.865 kasus BTA positif. Proporsi kasus TB anak dari semua kasus
TB mencapai 10,45%. (Noviyani, Fatimah, Nurhidayah, & Adistie, 2015).
2
Berdasarkan latar belakang yang ada, masalah yang dapat dirumuskan adalah
bagaimanakah teori atau sebuah konsep askep tentang TB paru pada usia anak
Adapun tujuan dan manfaat pembuatan makalah adalah untuk melatih dan menambah
pengetahuan tentang Konsep teori dan askep TB paru pada anak. Di samping itu juga
sebagai syarat dari tugas mata kuliah Keperawatan Anak.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
4
Penyakit tuberkulosis pada bayi dan anak disebut juga tuberkulosis primer
dan merupakan suatu penyakit. Tuberculossis (TB) adalah penyakit akibat infeksi
kuman Mycobacterium tuberculosis sistemik sehingga dapat mengenai hampir
semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan
lokasi infeksi primer. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi kronis dengan
karakteristik terbentuknya tuberkel granuloma pada paru. Yang biasanya
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis yang biasanya ditularkan
dari orang ke orang melalui nukley droplet melalui udara (Sandra, 2002)
Berdasarkan pengertian para ahli di atas kami menyimpulkan bahwa
penyakit tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang menyerang sistem pernafasan
dan bisa menyebar ke sistem lain yang diakibatkan oleh kuman mycobacterim
tuberculosis
2.2 Klasifikasi
Klasifikasi penyakit :
5
Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT, bagi pasien
dengan HIV (-). Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi
pengobatan.
3. TB Ekstra Paru
TB yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura,
selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe,
tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin,
dan lain-lain.
2.3 Etiologi
Perilaku merokok pada orang dewasa atau keluarga balita sangat berperan
penting dalam menyumbangkan kejadian TBC pada balita. Karena berdasarkan
hasil analisis bahwa balita yang tinggal serumah dengan anggota keluarga yang
mempunyai kebiasaan merokok dalam rumah, resiko terkena TBC meningkat 2,463
6
kali lebih besar dibandingkan dengan balita yang tinggal dirumah dengan anggota
keluarga yang tidak punya kebiasaan merokok dalam rumah. Faktor lain dari
terjadinya TBC pada balita adalah keadaan kondisi lingkungan dimana balita
tersebut tinggal. Kondisi lingkungan yang baik dan pencahayaan serta ventilasi
yang mendukung dan memenuhi syarat akan menurunkan resiko penularan TBC
pada balita. Tetapi sebaliknya apabila kondisi lingkungan si balita tidak
mendukung dan tidak memenuhi syarat justru akan menyumbangkan angka
kejadian TBC pada balita (Sunani, 2014)
Sebetulnya, untuk mendeteksi bakteri TBC (dewasa) tidak begitu sulit, yang
sulit adalah mendeteksi TBC anak, karena tidak mengeluarkan kuman pada
dahaknya dan gejalanya sedikit. Diperiksa dahaknya pun tidak akan keluar,
sehingga harus dibuat diagnosis baku untuk mendiagnosis anak TBC sedini
mungkin, yang harus dicermati pada saat diagnosis TBC anak adalah riwayat
penyakitnya. Harus dikorek, apakah ada riwayat kontak anak dengan pasien TBC
dewasa. Kalau ini ada, dokter agak yakin anak positif TBC. (Sunani, 2014)
a. Status Gizi
7
yang kurang gizi. TB Paru juga dapat memperburuk status gizi anak (Febrian,
2015).
c. Ventilasi
8
Tidak memenuhi syarat kesehatan bila perbandingan luas lantai rumah
dengan luas ventilasi ≤ 10%
d. Cahaya
f. Kelembaban
Kelembaban dalam rumah minimal 40% - 70% dan suhu ruangan yang ideal 18
– 30 ºC
g. Kepadatan Penghuni
9
Jumlah penghuni rumah
Dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu:
a. Baik, bila kepadatan lebih atau sama dengan 0,7
b. Cukup, bila kepadatan antara 0,5 - 0,7
c. Kurang, bila kepadatan kurang dari 0,5
2.5 Patofisiologi
Kompleks primer tuberkulosis adalah infeksi lokal pada tempat masuk dan
limfonodi regional yang mengalirkan daerah tersebut. Paru-paru adalah tempat
masuk pada lebih dari 98% kasus. Basil tuberkel memperbanyak diri pada mulanya
dalam alveoli dan duktus alveolaris. Kebanyakan basil terbunuh tetapi beberapa
bertahan hidup dalam makrofag yang di nonaktifkan, yang membawanya melalui
vasa limfatika ke limfonodi regional. Bila infeksi primer ada di paru-paru
limfonodi hilus biasanya dilibatkan, walaupun fokus lobus atas dapat
mengalirkannya ke dalam limfonodi paratrakea. Reaksi jaringan dalam parenkim
paru-paru dan limfonodi intensif pada 2-12 minggu berikutnya karena terjadi
hipersensitivitas jaringan. Bagian parenkim kompleks primer sering menyembuh
secara sempurna dengan fibrosis atau klasifikasi sesudah mengalami nekrosis dan
membentuk kapsul. Kadang-kadang, bagian ini terus membesar, menimbulkan
pneumonitis dan pleuritis setempat. Jika pusat lesi sudah mencair dan
mengosongkan bronkus akan meninggalkan rongga sisa (kaverna).
10
meradang dapat melekat pada dinding bronkus dan mengerosinya. Sehingga
menimbulkan tuberkulosis endobronchial atau saluran fistula. Cesium
menyebabkan obstruksi bronkus komplet. Lesi hasilnya kombinasi pneumotitis dan
atelektasis, disebut konsolidasi-kolaps atau lesi segmental.
11
Individu/anak yang menghirup basil tuberculosis dan menjadi terinfeksi
Demam
Demam yang naik turun selama 1-2 minggu dengan atau tanpa batuk dan
pilek
Malaise
Anoreksia
Penurunan berat badan
Batuk Disertai batuk ada atau tidak, Batuk-batuk lebih dari 3 (tiga) minggu
(Febrian, 2015)
Sejalan dengan perkembangan :
12
perjalanan penyakit atau penyesuaian terapi pada banyak kasus hubungan antara
pemeriksaan fisik dengan patofisiologi penyakit cukup jelas, tetapi pada kasus lain
tidak jelas, hal ini merupakan interelasi antara berbagai organ dan sistem tubuh.
Pemeriksaan dignostik pada penderita tuberkulosis antara lain :
Bilasan lambung
Sekret bronkus
Sputum (pada anak yang besar)
Cairan pleura
d. Uji BCG di Indonesia BCG diberikan secara langsung tanpa didahului uji
tuberkulin. Bila ada anak yang mendapat BCG langsung terdapat reaksi
lokal yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari setelah penyuntikan berarti
13
perlu dicurigai adanya tuberkulosis. Pada anak dengan tuberkulosis BCG
akan menimbulkan reaksi lokal yang lebih cepat dan besar oleh karena itu,
reaksi BCG dapat dijadikan alat diagnostik. Vaksin BCG diletakkan pada
ruang/tempat bersuhu 200C-80C serta pelindung dari cahaya. Pemberian
vaksin BCG biasanya dilakukan secara injeksi intradermal atau intrakutan
pada lengan bagian atas atau injeksi perkutan sebagai alternatif bayi usia
muda yang mungkin sulit menerima injeksi terdermal. Dosis yang
digunakan sebagai berikut :
a. Farmakologi
14
apabila diberikan pada anak usia diatas 3 bulan maka dianjurkan untuk uji
sensitivitas terhadap mycobakteria terlebih dahulu atau uji tuberculin terlebih
dahulu (mantoux test), jika hasilnya positif maka imunisasi tidak diberikan,
tetapi jika hasilnya negative maka vaksinasi ulang diberikan antara umur 5-7
tahun, dan jika masih ragu tentang hasil pasti positif tidaknya maka vaksinasi
ulang bisa diberikan antara umur batas maksimal 12-15 tahun, karena penyakit
tuberculosis akan bisa diketahui hasil positif tidaknya secara pasti jika seorang
anak sudah menginjak umur dalam rentang maksimal 5-15 tahun, karena dalam
hal ini kuman mycobacterium tuberculosis memiliki masa aktif kehidupan
kuman selama kurang lebih umur 0-5 tahun. Sifat imunisasi BCG hanya
menghambat penyebaran kuman atau dalam hal ini mycobacterium
tuberculosis dan mengurangi risiko terjadi tuberculosis berat seperti meningitis
TB dan tuberkulosis milier. Faktor yang mempengaruhi diantaranya faktor
riwayat dalam keluarga, faktor lingkungan, faktor kekebalan tubuh individu
yang tidak adekuat, faktor umur pemberian, dan faktor jenis kelamin. Selain itu
khasiat imunisasi BCG selama 3 tahun dan lama kekebalannya selama 9 tahun.
Apabila hasilnya positif terinfeksi sebelum imunisasi, maka pembentukan
antibody setelah diimunisasi kurang maksimal. Imunisasi BCG cukup
dilakukan 1 kali saja, karena imunisasi ini berisi kuman hidup yang membuat
antibody yang dihasilkan cukup tinggi. Keberhasilan imunisasi ini biasanya
dengan munculnya bisul kecil didaerah bekas suntikan dan akan sembuh
sendiri dengan meninggalkan luka parut. Kontraindikasi pada imunisasi BCG
tidak diberikan pada mereka yang sedang menderita penyakit TBC, adanya
penyakit berat dan menahun seperti eksim, dan furunkulosis. Efek samping dari
imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam
1-2 minggu, kemudian akan timbul indurasi dan kemerahan ditempat suntikan
yang akan berubah menjadi pustule, kemudian pecah dan menjadi bisul kecil
yang menimbulkan luka parut. Luka ini tidak perlu pengobatan karena akan
sembuh dengan sendirinya. (Charismanda & Pramudaningsih, 2013)
15
Imunisasi dan vaksinasi sejatinya mempunyai maksud yang berbeda, karena
imunisasi adalah pemindahan atau transfer antibody secara pasif, sedangkan
vaksinasi dimaksudkan sebagai pemberian vaksin atau (antigen) yang dapat
merangsang pembentukan imunitas (antibody) dari system imun didalam
tubuh. Vaksinasi mempunyai maksud untuk pencegahan primer, yaitu semua
upaya untuk menghindari terjadinya sakit atau kejadian yang mengakibatkan
seseorang sakit atau menderita cidera dan cacat. Vaksin BCG adalah vaksin
hidup yang dibuat dari Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3
tahun sehingga didapatkan hasil yang tidak virulen tetapi masih mempunyai
imunogenitas Vaksinasi BCG menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin,
tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko terjadi
tuberkulosis berat seperti meningitis TB dan tuberculosis milier. Cara
pemberian dan dosis: Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan
terlebih dahulu, melarutkan dengan mengggunakan alat suntik steril Auto
Distruct Scheering (ADS) 5 ml, dosis pemberian: 0,05 ml, Disuntikkan secara
intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertion musculus deltoideus). Dengan
menggunakan Auto Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml, vaksin yang sudah
dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam.
Tujuan atau manfaat imunisasi BCG (Basil Calmette Guerin) yaitu untuk
mencegah bayi atau anak terserang dari penyakit TBC yang berat, seperti:
meningitis TBC dan TBC milier. Ini dikarenakan bayi atau anak masih rentan
terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis penyebab penyakit TBC, akibat adanya
kontak dengan penderita TBC yang ada di sekitarnya, seperti: orang tua,
keluarga, pengasuh, dan lain sebagainya. (Charismanda & Pramudaningsih,
2013)
16
INH (isoniazid), bekerja bakterisidal terhadap basil yang
berkembang aktif ekstraseluler dan basil didalam makrofag. Dosis
INH 10-20/kgBB/hari per oral, lama pemberian 18-24 bulan
Pirazinamid, bekerja bakterisidal terhadap basil intraseluler, dosis
30-35 mg/kgBB/hari per oral, 2 kali sehari selama 4-6 bulan.
Etambutol, dosis 20 mg/kgBB/hari dalam keadaan lambung
kosong, 1 kali sehari selama 1 tahun.
Kortikosteroid, diberikan bersama-sama dengan obat
antituberkulosis yang masih sensitif, diberikan dalam bentuk
kortison dengan dosis 10-15 mg/kgBB/hari. Kortikosteroid di
berikan sebagai antiflogistik dan ajuvan pada tuberkulosis milier,
meningitis serosa tuberkulosa, pleuritis tuberkulosa, penyebaran
bronkogen, atelektasis, tuberkulosis berat atau keadaan umum yang
buruk.
b. Non farmakologi
1. menutup mulut pada waktu batuk atau bersin dengan menggunakan tissue
yang kemudian dibungkus kantung plastik dan dibakar atau
menggunakan sapu tangan yang dicuci setiap hari, sehingga percikan
dahak tidak akan menyebar. (Sunani, 2014)
2. Ventilasi rumah yang baik juga dapat mengurangi risiko penularan karena
dapat mengurangi jumlah percikan, serta sinar matahari langsung dapat
membantu membunuh kuman (Sunani, 2014)
3. meludah atau membuang dahak pada tempat tertutup dan diberi cairan
desinfektan, menutup mulut dengan tisu saat bersin dan batuk lalu dibuang
dengan dibungkus plastic lalu langsung membakarnya, menutup mulut
dengan sapu tangan saat bersin dan batuk kemudian mencucinya setiap
hari dengan menggunakan detergen, menjemur peralatan tidur, seperti
sprei, bantal dan selimut merupakan metode yang baik dan sederhana
17
terutama di daerah tropis, menggunakan peralatan makan dan minum yang
berbeda dengan anggota keluarga lain, langsung mencuci peralatan habis
pakai, mencuci menggunakan air panas dan sabun, kemudian membuka
ventilasi setiap hari agar terjadi sirkulasi udara yang baik dan mengurangi
jumlah percikan ludah yang berada di udara agar dapat terbawa angin
keluar ruangan dan membiarkan cahaya matahari masuk ke seluruh
ruangan rumah dan kamar tidur. (Sunani, 2014)
4. Menjaga kelembaban rumah karena kuman TB dapat bertahan hidup
selama bertahuntahun ditempat yang gelap. Sinar matahari langsung dapat
membunuh kuman TB. Kuman TB dapat dimusnahkan dalam waktu 20
menit pada suhu 60oC dan 5 menit pada suhu 70oC. (Sunani, 2014)
2.9 Komplikasi
18
c. Perikarditis, Perikarditis biasanya berasal dari infasi langsung atau aliran limfe
dari limponodi subkranial.
d. Meningitis, Meningitis tuberkulosa mengkomplikasi sekitar 0,3% infeksi
primer yang tidak diobati pada anak. Kadang-kadang meningitis tuberkulosa
dapat terjadi beberapa tahun setelah infeksi primer, bila robekan satu atau lebih
tuberkel subependimal menegeluarkan basil tuberkel kedalam ruang
subarakhnoid.
e. Tuberkulosis Tulang, Infeksi tulang dan sendi yang merupakan komplikasi
tuberkulosis cenderung menyerang vetebra. Manifestasi klasik spondilitis
tuberculosa berkembang menjadi penyakit Pott, dimana penghancuran corpus
vertebra menyebabkan gibbus dan kifosis. Tuberkulosis skeletona adalah
komplikasi tuberkulosis lambat dan menjadi perwujudan yang jarang sejak
terapi antituberkulosis tersedia.
19
2.10 Pathway
M. Tubekulosis M. Bovis
Proliferasi sel epitel disekeliling basil dan membentuk dinding antara basil dan organ yang terinfeksi (tuberkel)
PERUBAHAN PERFUSI
JARINGAN
20
2.11 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. IDENTITAS DATA
Identitas Data Umum (selain identitas klien: nama tempat tanggal lahir, usia,
agama, jenis kelamin, juga identitas orangtua; nama orangtua, pendidikan, dan
pekerjaan) Menurut Soemantri (2008), pengkajian keperawatan pada
tuberkulosis adalah:
Penyakit tuberkulosis (TB) dapat menyerang manusia mulai dari usia anak
sampai dewasa dengan perbandingan yang hampir sama antara laki-laki dan
perempuan. Tuberkulosis pada anak dapat terjadi di usia berapa pun, namun
usia paling umum adalah 1– 4 tahun. Anak-anak lebih sering mengalami TB
luar paru-paru (extrapulmonary) dibanding TB paru-paru dengan perbandingan
3 : 1. Tuberkulosis luar paru-paru adalah TB berat yang terutama ditemukan
pada usia< 3 tahun. Angka kejadian (prevalensi) TB paru-paru pada usia 5-
12 tahun cukup rendah, kemudian meningkat setelah usia remaja di mana TB
paru-paru menyerupai kasus pada pasien dewasa. Penyakit ini biasnya banyak
ditemukan pada pasien yang tinggal dengan tingkat kepadatan tinggi sehingga
ventilasi udara buruk, kelembapan pun juga buruk. Biasanya yang tinggal dirumah
banyak orang. Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya
penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan
penyakit infeksi menular.
b. DIAGNOSA MEDIS :
TB Paru
c. RIWAYAT KEPERAWATAN SEKARANG
Keluhan Utama : Demam: subfebris, febris (40-41 hilang timbul. Batuk: terjadi
karena adanya iritasi pada bronchus. Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu
makan menurun. Sianosis, sesak napas, dan kolaps: merupakan gejala
atelektasis.
21
Keluhan penyerta : Keluhan yang dialami oleh pasien selain keluhan utama.
Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat-tempat
kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan sub mandibula
d. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KESEHATAN
Prenatal : kaji apakah si ibu rajin melakukan pemeriksaan kesehatan atau tidak
Natal : tanyakan pada ibu bagaimana kelahiran anaknya. Bb dan panjangnya
berapa
Post Natal : kaji apakah si ibu memberikan imunisasi hepatitis B1 dan BCG
kemudian tanyakan
Anak di berikan ASI eksklusif atau tidak
e. RIWAYAT MASA LALU
1) Penyakit waktu kecil
Penyakit yang pernah diderita (tanyakan, apakah klien pernah sakit batuk
yang lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar yang lainnya
dan sudah diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh? Tanyakan,
apakah pernah berobat tapi tidak sembuh? Apakah pernah berobat tapi tidak
teratur?)
2) Pernah di rawat di Rumah Sakit
Tanyakan apakah sakit yang dialami di waktu kecil sampai membuat pasien
dirawat dirumah sakit, jika ia, apakah keadaannya parah atau seperti apa.
3) Obat-obatan yang pernah digunakan
Obat-obatan yang pernah diberikan sangat penting untuk diketahui, agar kerja
obat serta efek samping yang timbul dapat di ketahui. Pemberian antibiotik
dalam jangka panjang perlu di identifikasi
4) Tindakan (operasi)
Apakah sebelumnya pernah melakukan tindakan operasi, pada bagian apa,
atas indikasi apa
5) Alergi
Apakah mempunyai riwayat alergi terhadap obat-obatan, udara atau makanan
6) Kecelakaan
22
Pernah mengalami kecelakaan ringan sampai hebat sebelumnya, apabila
mengalami kecelakaan apakah langsung di beri tindakan, atau di bawa
berobat ke dokter atau hanya di diamkan saja
7) Imunisasi
a) Imunisasi aktif : merupakan imunisasi yang dilakukan dengan cara
menyuntikkan antigen ke dalam tubuh sehingga tubuh anak sendiri yang
akan membuat zat antibody yang akan bertahan bertahun-tahun lamanya.
Imunisasi aktif ini akan lebih bertahan lama daripada imunisasi pasif
b) Imunisasi pasif : disini tubuh tidak membuat sendiri zat anti akan tetapi
tubuh mendapatkannya dari luar dengan cara penyuntikkan bahan atau
serum yang telah mengandung zat anti. Atau anak tersebut
mendapatkannya dari ibu pada saat dalam kandungan
1) Vaksin polio
2) Vaksin campak
3) Vaksin BCG ( Bacillus Calmet Guirnet )
4) Vaksin DPT ( Difetri Pertusis Tetanus )
5) Vaksin toxoid difetri
f. KEBUTUHAN DASAR (11 Pola Fungsi Gordon)
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri
bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.
2) Pola nutrisi metabolic
Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.
Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak subkutan
3) Pola eliminasi
Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada kuadran kanan atas
dan hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan splenomegali.
4) Pola tidur dan istirahat
Subjektif : Kesulitan tidur di malam hari.
23
Obiektif : Mata tampak sayu, konjungtiva pucat
5) Pola aktivitas dan latihan
Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas pendek),
sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari
Objektif : Tachicardi, tachipneu/dispneu saat kerja, irritable, sesak (tahap,
lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40 -410C)
hilang timbul
Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada
Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent,
mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar
bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks paru, tachipneu (penyakit luas atau
fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan
tidak simetris (effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan
pleural), deviasi trakeal (penyebaran broncogenik).
6) Pola persepsi kognitif
Subjektif : Perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menular
Objektif : Perubahan pola biasa dalam tahap/perubahan kapasitas fisik
7) Pola persepsi dan konsep diri
Subjektif : Faktor stres lama, proses hospitalisasi yang mengakibatkan masalah
pada anak
Objektif : ansietas, ketakutan, berontak, rewel dan menangis terus-menerus.
8) Pola peran hubungan dengan sesame
a. Yang mengasuh anak
24
Keluarga diharapkan untuk dapat lebih menekankan perkembangan
individu setiap anaknya, kemudian orangtua akan lebih intensif dan secara
konstan menekankan harapan keluarga terhadap anaknya
d. Lingkungan rumah
e. Kondisi rumah, bagaimana kondisi rumah, apakah dalam satu keluarga ada
yang menderita TB paru.
f. Merasa dikucilkan, kaji perasaan pasien atau keluarga pasien atas penyakit
yang diderita.
g. Aspek psikososial (Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik
diri).
h. Berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang
lama dan biaya yang banyak.
i. Tidak bersemangat dan putus harapan karena merasa tidak akan sembuh
dan terbatas ekonomi
9) Pola koping dan toleransi terhadap stres
Subjektif : Faktor stres lama, proses hospitalisasi yang mengakibatkan masalah
pada anak
Objektif : ansietas, ketakutan, berontak, rewel dan menangis terus-menerus.
10) Pola reproduksi dan seksualitas
25
Anak biasanya dekat dengan ibu daripada ayah.
11) Pola nilai dan kepercayaan
Pada anak biasanya belum begitu paham, tapi bagi orang tua biasnya akan
menyerahkan pada Tuhan dan selalu berdoa untuk kesembuhan keluarganya
g. PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan umum : pada umumnya pasien tuberkulosis anak yang berobat sering
ditemukan sudah dalam keadaan lemah, pucat, kurus dan tidak bergairah
2) Tanda-tanda vital : sering demam walaupun tidak terlalu tinggi, demam dapat
lama atau naik turun, nafas cepat dan pendek, saat badan demam atau panas
biasanya tekanan nadi anak menjadi tachicardi
3) Antropometri
Mengukur lingkar kepala, lengan, dada dan panjang badan serta berat badan.
4) Pemeriksaan fisik
a. Kepala : kaji bentuk kepala, kebersihan rambut
b. Mata : kaji bentuk mata, konjungtiva, sklera, pupil
c. Hidung : terdapat cuping hidung atau tidak, ada penumpukkan sekret atau
tidak, simetris tidak.
d. Mulut : kaji kebersihan mulut, apakah ada stomatitis, gigi yang tumbuh
e. Telinga : kaji kebersihan telinga, bentuk sejajar dengan mata, ada cairan
atau tidak, uji pendengaran anak
f. Leher : Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla, inguinal
dan sub mandibula.
g. Dada : Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini
membuang/ mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering
sampai batuk purulen (menghasilkan sputum).
Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang sampai
setengah paru.
Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai
ke pleura.
26
Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala,
nyeri otot dan kering diwaktu malam hari.
Pada tahap dini sulit diketahui.
Ronchi basah, kasar dan nyaring.
Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi
memberi suara limforik.
Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara
pekak)
h. Perut : kaji bentuk perut, bising usus
i. Ekstermitas : kaji kekuatan ekstermitas atas dan bawah, apakah ada
kelemahan
j. Kulit : Pembesaran kelenjar biasanya multipel.
Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla,
inguinal dan sub mandibula. Kadang terjadi abses.
k. Genetalia : kaji apakah ada disfungsi pada alat genitalia, kaji bentuk,
skrotum sudah turun atau belum, apakah lubang ureter ditengah
h. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN
untuk anak usia < 6 tahun
Motorik kasar : sudah bisa berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain
Motorik halus : sudah bisa memegangi cangkir, memasukkan jari ke lubang,
membuka
kotak, melempar benda
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d ketidakmampuan
mengeluarkan sekresi pada jalan nafas. (NANDA, 2013).
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi
yang tidak adekuat akibat mual dan napsu makan yang menurun.
(NANDA, 2013)
27
3. Resiko penyebaran infeksi b.d kurangnya pengetahuan untuk mencegah
paparan dari kuman patogen.(Somantri, 2008)
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSIS NOC NIC
Setelah dilakukan 1. Buka jalan
tindakan napas, gunakan
keperawatan selama teknik chin lift
...x 24 jam atau jaw trust
diharapkan masalah bila perlu
keperawatan dapat 2. Posisikan
teratasi dengan pasien untuk
kriteria hasil antara memaksimalka
Ketidakefektifan bersihan
lain: Tidak ada batuk, n ventilasi
jalan napas b.d ketidakmampuan
tidak ada suara napas 3. Auskultasi
mengeluarkan sekresi pada jalan
tambahan, tidak ada suara napas,
nafas. (NANDA, 2013).
perubahan frekwensi catat jika ada
napas, tidak ada suara
perubahan irama tambahan
napas, sianosis, tdk 4. Ajarkan cara
ada penurunan bunyi batuf efektif
napas, 5. Keluarkan
secret dengan
suction bila
perlu
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Kaji adanya alergi
nutrisi kurang dari tindakan makanan untuk
kebutuhan tubuh b.d keperawatan selama mengetahui jenis
intake nutrisi yang ...x24 jam diharapkan makanan yang
tidak adekuat akibat masalah dapat cocok untuk
28
mual dan napsu teratasi dengan pasien
makan yang menurun. kriteria hasil : 2. Kolaborasi dengan
(NANDA, 2013) Adanya peningkatan ahli gizi untuk
BB menentukan
Mampu jumlah kalori dan
mengidentifikasi nutrisi yang
kebutuhan nutrisi dibutuhkan pasien
Tidak ada tanda – 3. Anjurkan pasien
tanda malnutrisi untuk
Tidak ada penurunan meningkatkan
berat badan yang intake zat besi
berarti 4. Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
protein dan
vitamin C
5. Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
29
tanda dan gejala beresiko
infeksi 4. Pertahankan
Mendeskripsikan teknik isolasi
proses penularan
infeksi, factor yang
mempengaruhi
penularan serta
penatalaksanaannya
Menunjukkan
kemampuan untuk
mencegah timbulmya
infeksi
Jumlah leukosit
dalam batas normal
30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Seperti pada makalah lainnya pada umumnya sudah pasti tidak lepas dari
yang namanya kritik dan kesalahan dalam pembuatan dan penulisannya.Ini semua
dikarenakan keterbatasan kemampuan penyusun dalam menyusun makalah ini.
Namun penyusun akan berusaha untuk memperbaiki kesalahan dalam pembuatan
makalah. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun agar dalam pembuatan makalah yang selanjutnya dapat lebih baik
lagi.Penyusun siap menerima kritik dan saran yanng diberikan.
31