Anda di halaman 1dari 22

TUTORIAL

NUTRISI PADA LANSIA

Makalah ini dibuat untuk melengkapi persyaratan kepanitraan


klinik senior Ilmu Penyakit Dalam RSU Haji Medan

DIUSUN OLEH:

M. Akhyar Al Fauzi Lubis 1708320108


Riesha Novika 1708320074
Dea Yulia Lubis 1708320076
Putri Aryanti Hasibuan 1708320089
Dilla Ulfa Ristiansyah 1708320028

PEMBIMBING :
dr. Anita Rosali Dalimunthe , Sp. PD

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU PENYAKIT DALAM


RSU HAJI MEDAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, telah memberikan

berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini

dengan judul ”Nutrisi pada Lansia”

Penulisan makalah ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan

Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen

Ilmu Penyakit Dalam RSU Haji Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Anita

Rosali Dalimunthe, Sp. PD yang telah meluangkan waktunya dan memberikan

banyak masukan dalam penyusunan makalah ini sehingga penulis dapat

menyelesaikan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata

sempurna, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan

kritik dan saran dari pembaca sebagai koreksi dalam penulisan makalah

selanjutnya. Semoga tugas ini bermanfaat, akhir kata penulis mengucapkan

terimakasih.

Medan, 21 Desember 2018

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Nutrisi sangat dibutuhkan bagi usia lanjut untuk mempertahankan kualitas

hidupnya. Bagi lanjut usia yang mengalami gangguan gizi diperlukan untuk

penyembuhan dan mencegah agar tidak terjadi komplikasi pada penyakit yang

dideritanya. Nutrisi merupakan unsur penting bagi kesehatan tubuh dan gizi yang

baik (Darmojo, 2011).

Pemenuhan nutrisi pada usia lanjut sangat penting. Pada usia lanjut

menunjukkan bahwa asupan energi pada usia lanjut sangat mempengaruhi

ketahanan tubuh. Apabila seseorang berhasil mencapai usia lanjut, maka salah

satu upaya utama adalah mempertahankan atau membawa status gizi yang

bersangkutan pada kondisi optimum agar kualitas hidup yang bersangkutan lebih

baik. Perubahan status gizi pada lanjut usia disebabkan perubahan lingkungan

maupun faali dan status kesehatan mereka. Perubahan ini makin nyata pada kurun

usia dekade 70an. Faktor lingkungan antara lain meliputi perubahan kondisi

ekonomi yang terjadi akibat memasuki masa pensiun, isolasi sosial berupa hidup

sendiri setelah pasangannya meninggal, dan rendahnya pemahaman gizi

menyebabkan mundurnya atau memburuknya keadaan gizi lanjut usia.

Perubahan gizi lanjut usia merupakan salah satu masalah yang harus dihadapi,

hal ini terjadi oleh beberapa faktor antara lain :


1. Perubahan pola makan

2. Faktor ekonomi keluarga

3. Perubahan fisik dan mental lanjut usia

Perubahan fisik dan penurunan fungsi tubuh akan mempengaruhi konsumsi dan

penyerapan zat gizi. Zat gizi termasuk zat besi pada lanjut usia yang mempunyai

efek dari penurunan kemampuan lansia dalam beraktivitas dan menurunkan

kekebalan tubuh (Maryam,2008).

Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat

membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-

perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-

sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia. Setiap mahluk hidup

membutuhkan makanan untuk mempertahankan kehidupannya, karena didalam

makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan kegiatan

metabolismenya. (Darmojo, R. Boedhi.,dkk.1999. Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai

Penerbit FKUI)

Berbagai penelitian yang telah dilakukan memperlihatkan hasil sebagai

berikut: penelitian pada 242 orang lanjut usia di Semarang memperlihatkan

prevalensi kurang energi kronis (KEK) sebesar 31%, sedangkan penelitian di

Jakarta pada 10 Puskesmas kecamatan di Jakarta Selatan dari 222 orang lanjut

usia didapatkan berat badan Iebih pada 73 orang lansia (32-39%) dan obese pada

14 orang (6,3%). Selanjutnya pada penelitian di Utan Kayu Selatan pada 100

orang lanjut usia didapatkan 19% tergolong defisiensi besi. Penelitian pada 10

orang lanjut usia di salah satu panti werdha memperlihatkan keadaan defisiensi
vitamin B6 pada 3 orang lanjut usia (30%), defisiensi vitamin B12 pada 3 orang

lanjut usia (30%) dan defisiensi asam folat terdapat pada 90% dari subyek yang

diteliti.(pedoman pelayanan gizi lanjut usia)

Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari

kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk malakukan

kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus,

pernafasan dan ginjal.

Pertambahan jumlah lanjut usia akan menimbulkan berbagai permasalahan

kompleks bagi lansia, keluarga maupun masyarakat meliputi aspekfisik, biologis,

mental maupun sosial ekonomi. Seiring dengan permasalahan tersebut, akan

mempengaruhi asupan makannya yang pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap

status gizi. Untuk itu dalam paper ini akan kami bahas bagaimana nutrisi atau gizi

yang diperlukan bagi usia lanjut. (Darmojo, R. Boedhi.,dkk.1999. Buku Ajar Geriatri.

Jakarta : Balai Penerbit FKUI)


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses menua

Proses pertumbuhan dan perkembangan manusia berlangsung sepanjang

masa, sejak dari janin, bayi, balita, remaja, dewasa, hingga masa tua. Proses

menua berlangsung secara alamiah, terus menerus dan berkesinambungan. Pada

akhirnya akan menyebabkan perubahan anatomi, fisiologi dan biokimia pada

jaringan tubuh sehingga mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara

keseluruhan.

Proses menua sangat individual dan berbeda perkembangannya pada tiap

individu, karena dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal

yang mempengaruhi proses menua adalah asupan makanan, pendidikan, sosial

budaya, penyakit infeksi/degeneratif, higiene sanitasi lingkungan, ekonomi dan

dukungan keluarga.

Asupan makanan sangat mempengaruhi proses menua karena seluruh

aktivitas sel atau metabolisme dalam tubuh memerlukan zat-zat gizi yang cukup.

Sementara itu perubahan biologis pada lanjut usia merupakan faktor internal yang

pada akhirnya dapat mempengaruhi status gizi.

2.2 Lansia

Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang karena usianya mengalami

perubahan fisiologi, fisis, kejiwaan dan sosial ( Undang-undang No 23 Tahun


1992 tentang kesehatan). Pengertian dan pengelolahan lansia menurut Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang lansia sebagai berikut:

a. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas

b. Lansia usia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan

pekerjaan dan kegiatan yang masih mampu melakukan pekerjaan dan

kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.

c. Lansia tak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah

sehingga hidupnya tergantung pada bantuan orang lain.

Sedangkan menurut WHO lansia dikelompokkan menjadi 4 kelompok :

1. Usia pertengahan (45-59 tahun)

2. Lanjut usia (60-69 tahun)

3. Lansia tua (75-90 tahun)

4. Usia sangat tua (>90 tahun)

Menurut Kementerian Kesehatan RI, lanjut usia dikelompokkan menjadi:

1. Pra lanjut usia (45-59 tahun)

2. Lanjut usia (60-69 tahun)

3. Lanjut usia resiko tinggi (≥ 70 tahun atau usia ≥ 60 tahun dengan

masalah kesehatan)
2.3 Nutrisi Pada Lansia

1. Pengertian Nutrisi

Menurut Wartonah (2003) nutrisi merupakan zat-zat gizi dan zat lain

yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit termasuk keseluruhan

proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan

dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk

aktifitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Dampak

dari pemenuhan nutrisi pada lansia akan menjaga kondisi lansia menjadi

sehat, tidak gampang terserang penyakit, serta memelihara status gizinya.

2. Macam-macam Nutrisi

Zat-zat gizi (nutrisi) terdiri dari Karbohidrat, protein, lemak, air, mineral,

vitamin dan serat. Sumber makanan mengandung Karbohidrat terutama

bersama dari serealia (padi-padian), umbi dan olahannya. Sumber

makanan yang mengandung lemak berasal dari minyak, lemak, binatang,

kelapa, dan kacang-kacangan (Almatzier, 2003)

3. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

Menurut soediaotama (2000) jumlah nutrisi yang mencukupi pemenuhan

kebutuhan tubuh meliputi :

a. Bahan makanan pokok

Bahan makanan pokok dianggap yang terpenting di dalam suatu

susunan hidangan di Indonesia.

b. Bahan makanan lauk pauk

Golongan bahan makanan ini disebut lauk pauk, karena memang

mencakup bahan pangan (ikan, daging, kacang-kacangan).


c. Bahan makanan sayur dan bahan makanan buah

Kedua kelompok bahan makanan ini termasuk bahan nabati, bahan

makanan sayur dan buah, umumnya merupakan penghasil vitamin dan

mineral.

4. Kebutuhan nutrisi pada lansia

Konsumsi kebutuhan makanan pada lansia bervariasi sesuai dengan keadaan

tubuh, dimana kebutuhan Karbohidrat, lemak, dan protein merupakan zat gizi

yang menghasilkan energi tergantung pada Basal Metabolisme Rate (BMR) dan

kegiatannya. BMR dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, suhu, lingkungan

penyakit dan komposisi tubuh. Kecukupan energi per orang perhari laki-laki umur

60 tahun keatas adalah 2200 kalori/hari, untuk wanita umur 60 tahun keatas

adalah 1500 kalori / hari. (Almatsier, 2003)

Kebutuhan gizi pada lanjut usia spesifik, karena terjadinya perubahan

fisiologi dan psikososial sebagai akibat proses menua.

Kebutuhan gizi lanjut usia sangat dipengaruhi oleh faktor :

1. Umur

Pada lanjut usia kebutuhan energi dan lemak menurun. Selain usia 50

tahun, kebutuhan energi berkurang 5% untuk setiap 10 tahun. Kebutuhan

protein,vitamin, dan mineral tetap yang berfungsi sebagai regenerasi sel

dan antioksidan untuk melindungi dari sel-sel tubuh dari radikal bebas

yang dapat merusak sel.

2. Jenis kelamin
Umumnya lelaki membutuhgkan zat gizi lebih banyak (terutama

energi,protein, dan lemak) dibandingkan pada wanita, karena postur, otot,

dan luas permukaan tubuh laki-laki lebih besar dari pada wanita. Namun

kebutuhan zat besi (Fe) wanita lebih banyak karena wanita mengalami

menstruasi. Pada wanita yang sudah menopause kebutuhan zat besi (Fe)

turun kembali.

3. Aktifitas fisik dan pekerjaan

Lanjut usia mengalami penurunan kemampuan fisik yang berdampak

pada berkurangnya aktifitas fisik sehingga kebutuhan energinya juga

berkurang.

4. Kondisi kesehatan (stress fisik dan psikososial)

Kebutuhan gizi setiap individu tidak selalu tetap, tetapi bervariasi sesuai

dengan kondisi kesehatan seseorang pada kondisi tertentu. Stress fisik

dan stressor psikososial yang kerap terjadi pada usia lanjut juga

mempengaruhi kebutuhan gizi. Pada lanjut usia masa rehabilitasnya

sesudah sakit memerlukan penyesuaian kebutuhan gizi.

Ada 2 jenis protein yaitu protein nabati dan protein hewani. Kecukupan

protein untuk laki-laki umur 60 tahun keatas adalah 55 gram/ hari, sedangkan

untuk wanita dengan umur 60 tahun keatas adalah 40 gram/ hari. (Almatsier,

2003)

Usaha perbaikan gizi pada lansia dengan mencegah dalam mengurangi dan

menghindari kemungkinan gangguan kesehatan dan serangan penyakit yang


cenderung menyerang pada lansia, maka dianjurkan berpola makan yang tidak

berlebihan yaitu :

a. Makanan yang konsumsi bervariasi baik dalam macam bahan makanan

maupun cara memasaknya.

b. Cukup mengandung protein dan membatasi konsumsi lemak dan makanan

yang banyak mengandung lemak tidak kelihatan (kue, ikan, daging

berlemak, keju)

c. Membatasi konsumsi gula, makanan dan minuman yang mengandung

banyak gula

d. Membatasi konsumsi garam dapur atau ikatan Na antara lain bumbu

penyedap atau vetsin

e. Cukup mengandung serat, zat pembangun dan zat pengatur dengan makan

beras setengah giling, tumbuk atau beras merah, kacang-kacangan, sayur-

sayuran, makan buah setiap hari, minum yang cukup, sedapat mungkin

susu rendah lemak, minum sari buah segar yang mengandung vitamin C

(jeruk, tomat, pepaya). (Almatsier, 2003) adapun kecukupan gizi untuk

laki-laki umur 60 tahun keatas adalah 55 gram/hari, sedangkan untuk

wanita dengan umur yang sama adalah 40gram/hari.

Tabel.1. Rata-rata AKG Yang di Anjurkan

Umur (Th) BB (kg) TB (cm) Energi Protein


(Kkal) (gram)

Pria >60 Th 62 165 2050 60

Wanita >60 Th 55 156 1600 50

(Sumber : Dep Kes RI, 2004)


.

Tabel 1. Kebutuhan Gizi Lansia

Zat Gizi Pria (BB = 62kg) Wanita (BB = 54kg)

Energi (kkal) 2050 1600

Protein (g) 60 45

Vitamin A (RE) 600 500

Vitamin D (g) 15 15

Vitamin E (mg) 15 15

Vitamin K (mg) 65 55

Tiamin (mg) 1,0 0,8

Riboflavin (mg) 1,3 1,1

Niasin (mg) 1,6 1,4

Vitamin B12 (mg) 2,4 2,4

Asam folat (g) 400 400

Piridoksin (mg) 1,7 1,5

Vitamin C (mg) 90 75

Kalsium (mg) 800 800

Fosfor (mg) 600 600

Besi (mg) 13 12

Zinc (mg) 13 9,8

Iodium (g) 150 150

Selenium (g) 30 30
Persentase kebutuhan zat gizi makro untuk lansia adalah 20-25% protein,

20% lemak 55-60% karbohidrat. Asam lemak yang dikonsumsi sebaiknya

memiliki kandungan asam lemak jenuh ganda (polyunsaturated fatty acid) yang

tinggi, yaitu asam lemak omega-3 dan omega-9, seperti yang terdapat pada ikan

yang hidup di dalam laut.(Fatmah 2010).

2.4 Masalah gizi

Masalah gizi lanjut usia merupakan rangkaian proses masalah gizi sejak usia

muda, yang manifestasinya terjadi pada lanjut usia. Berbagai penelitian

menunjukkan bahwa masalah gizi pada lanjut usia sebagian besar merupakan

masalah gizi lebih pada lanjut usia sebagian besar merupakan masalah gizi lebih

yang merupakan faktor resiko timbulnya penyakit degeneratif seperti jantung

koroner, diabetes melitus, hipertensi, gout rematik, ginjal, perlemakan hati, dll.

Kurang atau hilangnya nafsu makan yang berkepanjangan pada lanjut usia

dapat menyebabkan penurunan berat badan. Pada lanjut usia kulit dan jaringan

ikat mulai keriput sehingga makin kelihatan kurus. Disamping kekurangan zat gizi

makro, sering juga disetai kekurangan zat gizi mikro. Kurang zat gizi mikro lain

biasanya menyertai lanjut usia dengan KEK (kurang energi kronik), namun

kekurangan zat gizi mikro dapat juga terjadi pada lanjut usia dengan status gizi

baik. Kurang zat besi, vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin D, vitamin E.

Beberapa penyakit kronik degeneratif yang berhubungan dengan status gizi:

a. Penyakit jantung koroner


Konsumsi lemak jenuh dan kolestrol yang berlebihan dapat meningkatkan

risiko penyakit jantung koroner.

b. Hipertensi

Berat badan yang lebih akan meningkatkan beban jantung untuk

mempompa darah keseluruh tubuh. Akibatnya tekanan darah cenderung

menjadi lebih tinggi.

c. Diabetes melitus

Adalah suati penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah

yang melebihi normal.

d. Osteo arthritis

Adalah penyakit bagian arthritis, penyakit ini terutama menyerang sendi

terutama pada bagian sendi.

e. Osteoporosis

Massa tulang mencepat maksimum pada usia 35 tahun untuk wanita da 45

tahun untuk pria.

f. Arthritis gout

Kelanian metabolisme protein menyebabkan kadar asam urat dalam darah

meningkat. Kristal asam urat akan menumpuk di persendian menyebabkan

rasa nyeri dan sibengkok sendi.

2.5 Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) lanjut usia

Proses Asuhan Gizi terstandar lanjut usia merupakan pengaplikasian dari

proses asuhan gizi terstandar sebagai upaya meningkatkan kualitas pemberian

asuhan gizi suatu individu dan juga populasi. Proses ini terdiri dari 4 langkah
sistematis dimulai dari pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi, dan

monitoring dan evaluasi gizi.

2.6 Assesment gizi

2.6.1 Antropometri

Data antropometri merupakan hasil pengukuran fisik pada individu yang

meliputi pengukuran berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar lengan atas,

lingkar pinggang. Indeks Massa Tubuh (IMT) dilakukan dengan mengkaitkan dua

variabel antropometri seperti BB dan TB dengan perhitungan sebagai berikut :

a. IMT (Indeks Massa Tubuh)

Cara menghitungnya sebagai berikut:

IMT = berat badan (kg)


Tinggi badan (m) x tinggi badan (m)
\
Klasifikasi status gizi berdasarkan World Health Organization

IMT STATUS GIZI

<18,5 Underweight

18,5 – 24,9 Normal Weight

25,0 – 29,9 Pre-obesity

30,0 – 34,9 Obesity class 1

35,0 – 39,9 Obesity class 2


b. Lingkar perut

Digunakan untuk menentukan obesitas sentral. Klasifikasi lingkar perut adalah

dikatakan obesitas sentral jika lingkar perut pada laki-laki >90 cm dan

perempuan >80 cm.

2.6.2 Cara Perhitungan Gizi

1. Perhitungan Kebutuhan Energi


a. Harris dan Benedict

Merupakan cara yang banyak digunakan untuk menetapkan kebutuhan energi


seseorang. Rumusnya dibedakan antara kebutuhan untuk laki-laki dan perempuan.

Laki-laki : BEE= 66 +13,7 (BB) + 5 (TB) - 6,8 (umur)

Perempuan : BEE = 655 + 9,6 (BB) + 1,7 (TB) – 4,7 (umur)

Faktor koreksi BEE untuk berbagai tingkat stress adalah :

Stress ringan : 1,3 x BEE

Stress sedang : 1,5 x BEE

Stress berat : 2,0 x BEE

Kanker : 1,6 x BEE

b. Rule of Thumb (menggunakan BB ideal)

Laki-laki : 30 Kkal/KgBB

Perempuan : 25 Kkal/KgBB

2. Perhitungan Kebutuhan Kalori

a. Menggunakan rumus Brocca untuk mendapatkan berat badan ideal yaitu

90 x (TB-100) x 1 kg
Jika tinggi badan < 160 cm untuk laki-laki, dan < 150 cm untuk

perempuan, maka

Berat badan ideal = (TB-100) x 1

b. Menentukan kebutuhan kalori basal

Dapat ditentukan menggunakan rumus BBI x 25 kal/kgBB untuk

perempuan, dan BBI x 30 kal/KgBB untuk laki-laki.

Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain:

 Umur

40-59 tahun dikurangi 5 %, 60-69 tahun dikurangi 10%, diatas 70

tahun dikurangi 20%.

 Aktivitas fisik atau pekerjaan

 Penambahan 10% pada keadaan istirahat, 20% aktivitas ringan,

30% aktivitas sedang, 50% aktivitas sangat berat

 Berat badan

Bila kegemukan dikurangi sekitar 20-30% tergantung pada tingkat

kegemukan.

Bila kurus ditambahkan sekitar 20-30% sesuai dengan kebutuhan

untuk meningkatkan berat badan.

 Stress metabolik

Penambahan 10-30%

Untuk wanita, paling sedikit 1000-1200 kkal/hari dan pada pria 1200-1600

kkal/hari. Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut dibagi


dalam 3 porsi besar untuk makanan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%),

serta 2-3 porsi makanan ringan (10-15%) daintaranya.

2.7 Komposisi makanan yang dainjurkan

Komposisi makanan yang dainjurkan terdiri dari

a. Karbohidrat

 Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi.

Pembatasan karbohidrat total < 130 g/hari tidak dainjurkan.

 Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi. Pemanis

alternatif dapat digunakan sebagai pengganti gula, asal tidak melebihi

batas aman konsumsi harian (Accepted Daily Intake).

 Makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat

dalam sehari. Kalau diperlukan dapat diberikan makanan selingan buah

atau makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.

b. Lemak

 Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori. Tidak

diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.

 Lemak jenuh <7% kebutuhan kalori

 Lemak tidak jenuh ganda <10%, selebihnya dari lemak tidak jenuh

tunggal.
 Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung

lemak jrnuh dan lemak trans antara lain: daginh berlemak dan susu

penuh (whole milk).

 Anjuran konsumsi kolesterol <200 mg/hari

c. Protein

 Dibutuhkan sebesar 10-20% total asupan energi

 Sumber protein yang baik adalah seafood (ikan, udang, cumi,

dll),daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak,

kacang-kacangan, tahu, dan tempe.

d. Natrium

 Anjuran asupan natrium tidak lebih dari 3000 mg atau sama dengan 6-7

gram (1 sendok teh) garam dapur.

 Pada hipertensi, pembatasan natrium sampai 2400 mg garam dapur

 Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda, dan bahan

pengawet seperti natrium benzoat dan natrium nitrit.

e. Serat

 Konsumsi cukup serat dari kacang-kacangan, buah, dan sayuran, serta

sumber karbohidrat yang tinggi serat, karena mengandung vitamin dan

mineral yang baik untuk kesehatan.

 Anjuran konsumsi serat adalah ± 25 g/hari.


BAB III

KESIMPULAN

Lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih ( UU 13

tahun 1998 ). Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri dari

3 fase yaitu fase progresif, fase stabil dan fase regresif.

Menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi

dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

Lansia banyak mengalami penurunan fungsi tubuh akibat proses

degenerasi, oleh karena itu diperlukan usaha untuk mempertahankan derajat

kesehatan para lansia pada taraf setinggi-tingginya agar terhindar dari penyakit

atau gangguan dengan cara memberikan asuhan nutrisi yang cukup untuk lansia.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai