JURNAL FORENSIK
Abstrak PENDAHULUAN
Kematian adalah suatu keadaan yang menyebabkan Awal tahun 2016 lalu telah terjadi
terjadinya gangguan permanen pada sistem susunan
saraf pusat, sistem kardiovaskuler dan sistem suatu kasus yang cukup menyedot
respirasi, apabila salah satu sistem terganggu, maka
akan mempengaruhi sistem lainnya. Untuk
perhatian publik. Tewasnya seorang wanita
mengetahui penyebab kematian (cause of death), di sebuah cafe sesaat setelah ia meminum
perlu dilakukan pemeriksaan luar dan dalam terhadap
jenazah (otopsi). Otopsi forensik dilakukan apabila ada kopi. Dugaan siapa pelaku mengerucut
permintaan dari pihak kepolisian berupa Surat kepada teman korban yang memesankan
Permintaan Visum (SPV) untuk melakukan
pemeriksaan luar dan dalam. Dengan mengkaji dari minuman tersebut, selanjutnya berita
literatur yang ada tentang pentingnya mengetahui
cause of death (COD) terhadap suatu kasus yang
tentang dugaan peracunan mulai beredar di
diduga ada tindak pidana, diharapkan ilmu kedokteran media online sebelum pemeriksaan resmi
forensik dan medikolegal memang berperan penting
dalam menegakkan hukum. untuk memastikan penyebab kematian
Kata Kunci: Forensik, Cause of death, Surat korban dilakukan. Persidangan kasus ini pun
Permintaan Visum, Otopsi, Sianida
disiarkan di televisi secara luas. Masyarakat
Afiliasi Penulis : 1. Dept./SMF Forensik dan Medikolegal Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran – RSUP Dr. Hasan Sadikin menyaksikan perseteruan antara pihak jaksa
Bandung Korespondensi: Aryo Valianto, email:
ryoedogawa@gmail.com yang menuntut dan pengacara yang
membela kliennya. Masing-masing pihak
memanggil saksi-saksi termasuk saksi ahli
untuk dimintakan pendapatnya. Saksi ahli
dalam bidang ilmu kedokteran forensik dan
medikolegal dihadirkan, masing-masing
mengutarakan pendapat berdasarkan
keilmuwannya.
Ilmu Kedokteran Forensik merupakan
salah satu cabang spesialistik dari ilmu
kedokteran yang mempelajari pemanfaatan
ilmu kedokteran untuk kepentingan
1
penegakan hukum serta keadilan. Pada
zaman dulu orang lebih mengenal pelayanan
forensik dengan pelayanan patologi, yaitu
pelayanan forensik untuk korban yang
meninggal. Dalam membantu proses
peradilan guna terangnya suatu perkara
pidana, seorang dokter juga mempunyai
1
kewajiban yang tidak kalah pentingnya dengan tugas kemanusiaan. Korban kejahatan harus
memperoleh keadilan yang
2
Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017 Aryo Valianto, Peran Otopsi...
Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017 organ dalam seperti jantung dan paru-paru
10,12
Pusat Nasional Forensik (National Forensic pun dapat berwarna merah terang.
11 Namun, tidak semua kasus memberikan
Service Headquarters) di Seoul, Korea.
gambaran seperti ini. Dari empat jurnal di
Kasus ke tiga adalah kasus seorang laki-laki
yang meninggal setelah meminum sebotol atas, dua jurnal menyebutkan temuan
12 tersebut, namun dua jurnal yang lain tidak
bir di sebuah bar. Kasus ke empat adalah
menyebutkan.
penyelidikan terhadap empat kasus
13 Dari keempat jurnal di atas,
kematian akibat keracunan sianida.
dilakukan pemeriksaan otopsi sesuai
Untuk dapat menunjukkan suatu
dengan prosedur standar, disertai dengan
tindak pidana merupakan sebab dari suatu
pengambilan sampel untuk pemeriksaan
akibat yang terjadi, perlu dipahami bahwa di
toksikologi. Sampel yang diambil antara lain
antara keduanya harus terdapat hubungan
paru-paru, hati, jantung, otak, darah yang
sebab akibat. Hubungan kausal tersebut
berasal dari jantung, darah dari vena
diputuskan oleh hakim berdasarkan
femoralis, isi lambung, empedu, ginjal,
keyakinannya akan alat-alat bukti yang
limpa dan mouth swab. Sianida ditemukan
ditunjukkan di depan pengadilan. Menurut
pada darah jantung, darah vena femoral, isi
teori yang sederhana, setiap syarat yang
lambung, hati, ginjal dan limpa. Kadar
berkaitan dengan peristiwa pidana tersebut
mematikan dari sianida adalah 1-100 mg/L
merupakan sebab, dan masing-masingnya
di dalam darah, 0,1-43 mg/kg di dalam hati
memiliki nilai atau bobot hubungan yang 10-13
sama. Menurut teori yang lebih kompleks
dan 2-4000 mg/L di dalam isi lambung.
hubungan dari masing-masing syarat adalah Kematian akibat keracunan sianida
berbeda-beda. Tiap-tiap teori memandang jarang ditemukan (karena kasusnya jarang),
bobot hubungan dengan melihat kepada sehingga setiap kasus mati mendadak perlu
dievaluasi ulang dan dipertimbangkan
pengetahuan umum yang ada dengan
adanya kemungkinan telah terjadi kasus
kemungkinan adanya perubahan kompleks
12
keadaan menuju ke arah terjadinya akibat, keracunan. Bukti-bukti yang didapat pada
dan syarat yang demikian disebut sebagai pemeriksaan kedokteran forensik
14 merupakan bukti-bukti tidak langsung
sebab.
(sirkumtansial) yang dihasilkan dari suatu
Melihat contoh sebab akibat dengan
perbuatan tindakan pidana. Pemeriksaan
kasus keracunan sianida, maka harus kedokteran forensik yang sesuai dengan
diketahui reaksi sianida di dalam tubuh dan prosedur yang benar dan akurat, akan
bagaimana mekanismenya sampai 14
membantu menegakkan hukum.
menyebabkan kematian. Sianida mengikat
SIMPULAN
ion besi pada komplek a-a3 sitokrom
Visum et Repertum merupakan surat
oksidase yang menyebabkan terhambatnya
yang berisi laporan hasil pemeriksaan
metabolisme aerobik, oksigen tidak bisa kedokteran forensik atas barang bukti dalam
diikat oleh enzim sitokrom oksidase, oksigen rangka penyidikan polisi. Dan sebaiknya,
tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga dokter saat melakukan pemeriksaan
ATP tidak dapat dihasilkan. Hal ini mendapatkan informasi tentang keadaan
selanjutnya menyebabkan gangguan yang korban yang diperiksanya, baik melalui
cepat pada fungsi organ-organ vital. Darah 12
heteroanamnesa maupun autoanamnesa.
yang kaya akan oksigen, memberikan warna
lebam mayat warna merah terang. Organ-
Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017 Aryo Valianto, Peran Otopsi...
Tanpa otopsi yang sesuai dengan memecahkan kasus tindak pidana sehingga
prosedur yang benar, tidak mungkin dapat terdakwa dapat dihukum (sesuai dengan
ditentukan sebab kematian secara pasti.
3 kejahatan yang terbukti dalam mahkamah)
12
Dengan otopsi yang dilengkapi pemeriksaan dan keadilan dapat ditegakkan.
penunjang, hasilnya dapat membantu
DAFTAR PUSTAKA
1. Budianto A, dkk, Ilmu Kedokteran Forensik, Edition. New Jersey: Humana Press. 2007. 76-
edisi pertama, cetakan kedua, Jakarta : Bagian 77p.
Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: 1997. 9. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia Nomor 10 tahun 2009 Paragraf 3
2. Rumancay S, Rohmah NI. Ekshumasi Untuk tentang Pemeriksaan Barang Bukti Keracunan,
Membantu Proses Peradilan. Prosiding Konas Pasal 59 ayat 2.
PDFI 2016. Hal 34
10. Pradhan M, Pawar A, Chand S, Behera C,
3. Idris AM, Tjiptomartono AL. Penerapan Ilmu Dikshit PC. Accidental Cyanide Poisoning From
Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Inhalation Of Gold Polishing Chemical:An
Cetakan kedua. Jakarta: Sagung Seto. 2011. Unusual Case Report. J Punjab Acad Forensic
Hal 1, 48 Med Toxicol 2012;12(2)
4. Sapardja SE. Peranan Visum et Repertum Bagi 11. Lee KS, Rhee JS, Yum HS. Cyanide Poisoning
Penegakkan Hukum Yang Adil dan Berkepastian Deaths Detected at The National Forensic
Hukum. Prosiding Konas PDFI 2016. Hal 130. Service Headquarters in Seoul of Korea: A Six
Year Survey (2005~2010). Official Journal of
5. Soerodibroto S. KUHP & KUHAP Dilengkapi Korean Society of Toxicology. Vol. 28, No. 3,
Yurisprudensi Mahkamah Agung dan Hoge pp. 195-199 (2012)
Raad, edisi keempat, cetakan ketujuh,
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2002. 12. Nnoli MA, Legbosi NL, Nwafor PA, Innocent I,
Chukwuonye. Toxicological Investigation of
6. Idries AM, Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik, Acute Cyanide Poisoning of a 29-year-old Man:
edisi pertama, cetakan pertama, Binarupa A Case Report. Iranian Journal of Toxicology.
Aksara, 1997. Volume 7, No 20, Spring 2013.
7. G, Meyer VL. Recommendation for Sampling 13. Shafi H, Imran M, Usman FH, Ashiq MZ, Sarwar
Postmortem Spesimens for Forensic M, Tahir MA. Toxicological Investigation of
Toxicologycal Analyses and Special Aspects of A Acute Cyanide Poisoning Cases: Report of Four
Postmortem Toxicology Investigations. Cases. Arab Journal of Forensic Sciences and
Guideline for Quality Control in Forensic Forensic Medicine 2015; Volume 1 Issue (2),
Toxicologycal Analyses. June 2004. 230-236.
8. Trestrail HJ. Criminal Poisoning Investigational 14. Sugiharto FA. Praktek Forensik Berbasis Bukti:
Guide for Law Enforcement, Toxicologists, Menghubungkan Bukti Sirkumtansial dengan
Forensic Scientists and Attorneys. Second Pendapat Ahli. Prosiding Konas PDFI 2016. Hal
134.
BAB 2
KRITISI JURNAL
2.1 ANALISA PICO
VALIDITY
1. Apakah fokus penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian ?
Artikel ini merupakan jenis artikel ilimah non penelitian, sehingga hanya menggunakan
contoh kasus dan tidak menggunakan data sampel penelitian didalamnya. Artikel ilmiah
ini mempunyai tujuan yang sesuai dengan tujuan literatur yaitu tentang pentingnya
mengetahui cause of death (COD) terhadap suatu kasus yang diduga ada tindak pidana,
4. Apakah penelitian ini mempunyai jumlah subjek yang cukup untuk meminimalisir
kebetulan ?
Artikel ini tidak mempunyai subjek penelitian, namun menggunakan contoh kasus yang
dianggap dapat dijadikan representatif dari banyak kasus forensik lainnya.
IMPORTANT
6. Apakah penelitian ini penting ?
Penelitian ini penting, untuk mengetahui pentingnya mengetahui cause of death (COD)
terhadap suatu kasus yang diduga ada tindak pidana.
APPLICABLE
7. Apakah penelitian ini dapat diterapkan ?
Artikel ini dapat diterapkan dalam praktik ilmu kedokteran forensik dalam pengaruhnya
untuk menegakkan hukum yang pantas dan sesuai.
KEKURANGAN
Artikel hanya mempunyai satu contoh jenis kasus yang dipaparkan, sehingga penjelasan
untuk kasus-kasus lainnya yang lazim ditemui tidak dibahas dalam artikel tersebut.