PENDAHULUAN
Praktik kedokteran bukanlah suatu pekerjaan yang dapat dilakukan oleh siapa
saja, melainkan hanya boleh dilakukan oleh kelompok profesional kedokteran
tertentu yang memiliki kompetensi yang memenuhi standar tertentu, diberi
kewenangan oleh institusi yang berwenang di bidang itu dan bekerja sesuai
dengan standar dan profesionalisme yang ditetapkan oleh organisasi profesinya.
Secara teoritis-konseptual, antara masyarakat profesi dengan masyarakat umum
terjadi suatu kontrak (mengacu kepada doktrin social-contract), yang memberi
masyarakat profesi hak untuk melakukan self-regulating (otonomi profesi) dengan
kewajiban memberikan jaminan bahwa profesional yang berpraktek hanyalah
profesional yang kompeten dan yang melaksanakan praktek profesinya sesuai
dengan standar. Sikap profesionalisme adalah sikap yang bertanggungjawab,
dalam arti sikap dan perilaku yang akuntabel kepada masyarakat, baik masyarakat
profesi maupun masyarakat luas (termasuk klien). Beberapa ciri profesionalisme
tersebut merupakan ciri profesi itu sendiri, seperti kompetensi dan kewenangan
yang selalu “sesuai dengan tempat dan waktu”, sikap yang etis sesuai dengan etika
profesinya, bekerja sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh profesinya, dan
khusus untuk profesi kesehatan ditambah dengan sikap altruis (rela berkorban).
Uraian dari ciri-ciri tersebutlah yang kiranya harus dapat dihayati dan diamalkan
agar profesionalisme tersebut dapat terwujud.2
Profesi dokter mempunyai tugas lain yang tidak kalah penting dari sekedar
memberikan pelayanan medis klinis kepada masyarakat, yaitu memberikan
bantuan terhadap penegakan hukum dan keadilan (medical for law). Seperti juga
hak kehidupan, kesehatan, kesembuhan maka keadilan dan perlindungan hukum
merupakan hak asasi manusia yang wajib dipenuhi dan dilindungi oleh negara.
Salah satu cabang ilmu kedokteran yang begitu akrab dengan permasalahan
penegakan hukum dan keadilan adalah ilmu kedokteran forensik. Penegakan
hukum di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran kedokteran forensik. Hal ini
tampak dari berbagai macam bantuan yang dapat diberikan oleh kedokteran
forensik dalam mengungkap suatu tindak pelanggaran hukum. Kata ”Forensik”
berasal dari ”Forum” yang berarti pasar. Pada zaman Romawi kuno pasar
digunakan sebagai tempat pengadilan. Dari istilah ini kemudian berkembang
pengertian bahwa ilmu kedokteran forensik merupakan cabang ilmu kedokteran
yang mempergunakan ilmu pengetahuan dan teknologinya untuk membantu
penegakan hukum dan keadilan.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Dokter adalah dokter lulusan pendidikan kedokteran baik di dalam maupun di luar
negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Institusi Pendidikan (Profesi Dokter) adalah institusi yang
melaksanakan pendidikan profesi dokter baik dalam bentuk fakultas, jurusan atau
program studi yang merupakan pendidikan universitas (academic entity).
Standar Profesi Dokter adalah standar keilmuan dan keterampilan minimal yang
harus dikuasai dokter dalam menjalankan praktek kedokteran.7
Peranan ahli (expert) termasuk dokter dalam bidang Kedokteran Forensik adalah
dalam rangka membuka tabir suatu peristiwa yang dapat menjawab 7 pertanyaan :
Makin banyak tabir yang dibuka oleh ahli, makin terang peristiwa yang terjadi,
sehingga akan memudahkan para penyidik dan yudex facti memutuskan perkara
secara adil dan diterima mereka yang berperkara.1
Kedokteran forensik sebenarnya suatu ilmu yang dimiliki oleh setiap dokter
karena tanpa terkecuali semua dokter pernah mendapatkan pengetahuan ilmu
kedokteran forensik diwaktu perkuliahan. Jadi sebenarnya tidak ada alasan bagi
dokter untuk tidak memberikan bantuan dalam penegakan hukum dan keadilan.
Satu lagi yang harus diingat bahwa dokter juga dapat menerima sanksi bila tidak
memberikan bantuan tersebut seperti tercantum dalam pasal 224 Kitab Undang-
undang Hukum Pidana (KUHP): Barang siapa yang dipanggil menurut undang-
undang menjadi saksi ahli atau juru bahasa dengan sengaja atau tidak menjalankan
suatu kewajiban menurut undang-undang yang harus dijalankannya dalam
kedudukan tersebut di atas, dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman
penjara selama-lamanya 9 bulan dan untuk perkara lain dihukum dengan hukuman
selama-lamanya 6 bulan.3
Menurut Prof.Dr.Budi Permana,Sp.F pelayanan di bidang forensik mencakup
kriminalistik yaitu pusat laboratorium Polri dan laboratorium lain, kedokteran
forensik cs yaitu termasuk pelayanan di rumah sakit, fakultas kedokteran negeri,
Ladokpol, Polri, Patologi forensik, Forensik klinik yang mencakup penganiayaan
fisik, kekerasan seksual, peracunanan, fitness to: be derained, be interviewed,
stand trial, competence. Prinsip kerja kedokteran forensik berdasarkan sumpah
dokter, etika, dan standar kebebasan profesi yang mempertimbangkan aspek
obyektifitas ilmiah, impartial, komprehensif, menyeluruh dan sesuai prosedural.6
Tugas pokok seorang dokter dalam bidang forensik adalah membantu pembuktian
melalui pembuktian ilmiah termasuk dokumentasi informasi/prosedur,
dokumentasi fakta, dokumentasi temuan, analisis dan kesimpulan, presentasi
(sertifikasi).
1. Masa Penyelidikan
2. Pemeriksaan di TKP dan analisis data yang ditemukan
3. Masa Penyidikan
4. Pembuatan visum et repertum dan BAP saksi ahli
5. Masa Persidangan
Pendekatan kedokteran forensik selain menjadi ahli klinik medikalisasi dan terapi,
ilmu forensik juga berperan dalam hal non-terapi , yaitu pembuktian. Ilmu
forensik sangat komprehensif mencakup psikososial, yuridis. Akan tetapi forensik
juga tidak bisa dikatakan hukum karena forensik tidak menentukan suata peristiwa
disebut pembunuhan, perkosaan atau mengatakan siapa pelaku. Forensik hanya
memberi petunjuk cara kematian atau pidana atau petunjuk siapa pelaku.6
Prinsip berbuat baik (beneficence), merupakan segi positif dari prinsip non
maleficence. Prinsip menghormati otonomi pasien (autonomy), merupakan suatu
kebebasan bertindak dimana seseorang mengambil keputusan sesuai dengan
rencana yang ditentukannya sendiri. Di sini terdapat 2 unsur yaitu : kemampuan
untuk mengambil keputusan tentang suatu rencana tertentu dan kemampuan
mewujudkan rencananya menjadi kenyataan. Dalam hubungan dokter-pasien ada
otonomi klinik atau kebebasan professional dari dokter dan kebebasan terapetik
yang merupakan hak pasien untuk menentukan yang terbaik bagi dirinya, setelah
mendapatkan informasi selengkap-lengkapnya. Prinsip keadilan (justice), berupa
perlakuan yang sama untuk orang-orang dalam situasi yang sama, artinya
menekankan persamaan dan kebutuhan, bukannya kekayaan dan kedudukan
sosial.7
Prosedur medikolegal adalah tata cara atau prosedur penatalaksanaan dan berbagai
aspek yang berkaitan pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum. Secara
garis besar prosedur medikolegal mengacu kepada peraturan perundang-undangan
yang berlaku di Indonesia, dan pada beberapa bidang juga mengacu kepada
sumpah dokter dan etika kedokteran.2
2. Permintaan keterangan ahli sebagai mana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan
luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
3. Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah
sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat
tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap
jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.
Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang
dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi
sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yag diberi kuasa
untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan
sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna
menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara selama empat bulan dua
minggu atau denda paling banyak Sembilan Ribu Rupiah.
Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
Barangsiapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-
undang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang
yang harus dipenuhinya, diancam dalam perkara pidana dengan penjara paling
lama Sembilan Bulan.
(1) Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli
atau orang yang memiliki keahlian khusus.
(1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di
sidang pengadilan, hakim ketua sidang dapat minta keterangan saksi ahli dan
dapat pula minta agar diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.
Pasal 53 UU Kesehatan
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu
tindakan pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah
melakukannya.
(a) keterangan saksi, (b) keterangan ahli, (c) Surat, (d) petunjuk, (e) keterangan
terdakwa
Pasal 186
Keterangan ahli dapat juga sudah diberikan pada waktu pemeriksaan oleh
penyidik atau penuntut umum yang dituangkan dalam suatu bentuk laporan dan
dibuat dengan mengingat sumpah di waktu menerima jabatan atau pekerjaan
(BAP saksi ahli).
Surat sebagaimana tersebut pada pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah
jabatan atau dikuatkan dengan sumpah, adalah: (c) surat keterangan dari seorang
ahli yang memuat pendapat bedasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau
suatu keadaan yang diminta secara resmi daripadanya.
a. Landasan kepribadian
c. Kemampuan berkarya
Dengan dikuasainya standar kompetensi oleh seorang profesi dokter, maka yang
bersangkutan akan mampu :
a. Mengerjakan tugas atau pekerjaan profesinya
c. Segera tanggap dan tahu apa yang harus dilakukan bilamana terjadi
sesuatu yang berbeda dengan rencana semula
Kompetensi Inti
Seorang dokter dituntut mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal
dan non verbal dengan pasien (korban hidup) pada semua usia, anggota keluarga
(pada korban meninggal), masyarakat, kolega dan profesi lain.
3. Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga
atau pihak yang perlu diberi tahu tidak ditemukan, penyidik segera melaksanakan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang.
Bersambung rasa dengan korban dan keluarganya, seorang dokter saat melakukan
pemeriksaan forensik harus menunjukkan rasa simpati dengan kejadian yang
meninpa korban, menunjukkan rasa empati dan dapat dipercaya.
Memberikan situasi yang nyaman bagi korban dengan menjaga privasi pasien,
Aktif dan mendengarkan dengan penuh perhatian dan memberi waktu yang cukup
pada pasien untuk menyampaikan keluhannya dan menggali permasalahan pasien
serta kronologis kejadiaan.
Memberi informasi yang tepat kepada sejawat tentang kondisi pasien baik secara
lisan, tertulis, atau elektronik pada saat yang diperlukan demi kepentingan pasien
maupun ilmu kedokteran.
Menulis surat rujukan dan laporan penanganan pasien dengan benar, demi
kepentingan pasien maupun ilmu kedokteran. Seorang dokter umum harus
merujuk korban apabila apa yang dimintakan penyidik bukan kompetensi dokter
umum. Misalnya, identifikasi tulang, identifikasi gigi (odontologi), pemeriksaan
DNA, dan lain-lain.
Melakukan presentasi laporan kasus secara efektif dan jelas, demi kepentingan
pasien maupun ilmu kedokteran.
3. Berkomunikasi dengan masyarakat
Mendengarkan dengan penuh perhatian, dan memberi waktu cukup kepada profesi
lain untuk menyampaikan pendapatnya. Memberi informasi yang tepat waktu dan
sesuai kondisi yang sebenarnya ke perusahaan jasa asuransi kesehatan untuk
pemprosesan klaim demi kepentingan hukum.
Memberikan informasi yang relevan kepada penegak hukum atau sebagai saksi
ahli di pengadilan (jika diperlukan), termasuk pembuatan visum et repertum atas
permintaan penyidik, pemeriksaan korban mati mendadak, tanda-tanda kematiaan
dan lain sebagainya.
Melakukan negosiasi dengan pihak terkait dalam rangka pemecahan masalah yang
harus dipecahkan secara hukum.
Tingkat kemampuan 1
Tingkat kemampuan 3
Tingkat kemampuan 4
Kompetensi Inti
Dilihat dari segi pengelolaan masalah kedokteran dan hukum maka lulusan dokter
diharapkan mampu:
1. Menginterpretasi data klinis dan temuan hasil pemeriksaan forensik untuk
merumuskannya menjadi bukti sah penegakan hukum.
9. Mengelola sumber daya manusia dan sarana – prasarana secara efektif dan
efisien dalam pelayanan kesehatan primer dengan pendekatan kedokteran
forensik.
Kompetensi Inti
Dokter harus mampu mengakses, mengelola, menilai secara kritis kesahihan dan
kemamputerapan informasi untuk menjelaskan dan menyelesaikan masalah, atau
mengambil keputusan dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan di bidang
kedokteran forensik di tingkat primer.
3. Menggunakan data dan bukti pengkajian ilmiah untuk menilai relevansi dan
validitas data-data forensik dengan masalah hukum.
Berdasarkan kompetensi area mawas diri dan pengembangan diri, maka lulusan
dokter harus mampu:
Kompetensi Inti
Kompetensi IV:Berperan aktif dalam tim kerja penanganan kasus forensik dan
dalam tim etikomedikolegal RS.
1. Mampu melakukan pemeriksaan jenazah atau bagian dari jenazah dan
menginterpretasikannya untuk kepentingan identifikasi.
2. Mampu melakukan penggalian kuburan tunggal dan melakukan pemeriksaan
jenazah di dalamnya untuk kepentingan peradilan.
3. Mampu melakukan pemeriksaan kasus medikolegal.
4. Mampu melakukan pemeriksaan korban jenazah di tempat kejadian perkara
dan membuat laporannya.
5. Mampu melakukan penilaian tentang perkiraan saat kematian berdasarkan
tanda tanatologis pada jenazah.
6. Mampu melakukan penggalian kuburan korban pelanggaran HAM.
7. Mampu melakukan pengawetan jenazah.
8. Mampu melakukan pemeriksaan laboratorium forensic rutin dan trace
evidances.
9. Mampu melakukan pemeriksaan jenazah korban kekerasan secara lengkap
serta menyimpulkan penyebab kematiannya.
10. Mampu melakukan pemeriksaan jenazah mati mendadak secara lengkap serta
menyimpulkan penyebab kematiannya.
11. Mampu melakukan pemeriksaan korban hidup yang mengalami kekerasan
fisik dan kekerasan seksual.
12. Mampu melakukan pemeriksaan laboratorium forensik untuk membuktikan
adanya persetubuhan dan atau kekerasan.
13. Mampu membuat laporan hasil pemeriksaan jenazah dan korban hidup dalam
bentuk visum et repertum jenazah.
14. Mampu melakukan pemeriksaan terhadap tersangka pelaku kejahatan dalam
rangka penentuan kelayakannya untuk diperiksa atau ditahan.
BAB III
KESIMPULAN
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal harus dipelajari dan diketahui dengan
baik oleh semua dokter karena hal ini diwajibkan oleh peraturan perundang-
undangan di Indonesia, antara lain Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP). Pasal 133 ayat 1 KUHAP dinyatakan bahwa: Dalam hal penyidik
untuk kepentingan peradilan menangani korban baik luka, keracunan ataupun mati
karena tindak pidana, ia berwenang mengajukan keterangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya. Selain itu, dokter juga harus
mengingat bahwa ia dapat menerima sanksi bila tidak memberikan bantuan
tersebut seperti tercantum dalam pasal 224 Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP): Barang siapa yang dipanggil menurut undang-undang menjadi saksi ahli
atau juru bahasa dengan sengaja atau tidak menjalankan suatu kewajiban menurut
undang-undang yang harus dijalankannya dalam kedudukan tersebut di atas,
dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9 bulan
dan untuk perkara lain dihukum dengan hukuman selama-lamanya 6 bulan.
Peran dokter umum dalam pelayanan kedokteran forensik diberi wewenang oleh
undang-undang yaitu tercantum dalam pasal 133 KUHAP. Sesuai standar
pendidikan profesi dokter, dokter umum selama pendidikan sudah mempelajari
forensik klinik dan patologi forensik, maka dokter umum berwenang memberikan
pelayanan forensik berupa pemeriksaan korban hidup karena kecelakaan lalu
lintas, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), kasus penganiayaan, dan
pemeriksaan luar korban meninggal meliputi pemeriksaan label, benda di samping
mayat, pakaian, ciri identitas fisik, ciri tanatologis, perlukaan dan patah tulang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Amir,Amri.2007.Ilmu Kedokteran Forensik.Medan:Bagian Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran USU.
2. Sampurna,Budi.2009.Malpraktek Kedokteran Pemahaman Dari Segi
Kedokteran dan Hukum.www.freewebs.com
3. Suryadi,Taufik.2009.Pengantar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Buku Penuntun Kepaniteraan Klinik Kedokteran Forensik dan
Medikolegal.Banda Aceh: FK Unsyiah/RSUDZA.
4. Mulyo,R Cahyono Adi.2006.Perananan Dokter dalam Proses Penegakan
Hukum Kesehatan.Universitas Negeri Semarang.
5. Aji,Jati Pulung.2008.Peranan Dokter Forensik dalam Praktek Peradilan
Perkara Pidana.Purworejo.
6. Sampurna,Budi.2009.Kedokteran Forensik Ilmu dan Profesi.Universitas
Indonesia.
7. Konsil Kedokteran Indonesia.2006.Standar Pendidikan Profesi
Dokter.Jakarta.
8. Konsil Kedokteran Indonesia.2006.Standar Kompetensi Dokter.Jakarta.
9. Perhimpunan Dokter Spesialis Forensik Indonesia.2008.Buku Panduan
Pelaksanaan Program P2KB untuk Dokter Spesialis Forensik.Jakarta.