PENDAHULUAN
Di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap
hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini
kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta
pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di
subjek dewasa umur 40 tahun atau lebih yang berobat pada praktik dokter,
urutan ke-4 dari 10 besar penyakit di Semarang pada tahun 2009. Kasus hipertensi
pada tahun 2009 dikota Semarang terjadi sebanyak 2063 kasus (12,85%).
Prevalensi hipertensi pada usia muda dikota Semarang terjadi sebanyak 164 kasus
(6,01%). Dari 164 kasus tersebut, sebanyak 6-10% sudah mengalami komplikasi
seperti penyakit jantung, ginjal dan lain-lain. Meskipun prevalensinya rendah hal
ini bisa saja menjadi masalah kesehatan yang serius karena akan mengakibatkan
komplikasi yang berbahaya jika tidak terkendali dan tidak diupayakan pencegahan
teratut sebanyak 22,8% sedangkan yang tidak teratur sebanyak 77,2%. Berdasarkan
laporan dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, kasus tertinggi hipertensi
terdapat di kota Semarang yaitu sebanyak 67,101 kasus (19,56%). Tertinggi kedua
sehingga disebut sebagai silent killer. Secara global, tingkat prevalensi hipertensi di
seluruh dunia masih tinggi. Lebih dari seperempat jumlah populasi dunia saat ini
umum masih rendah (Bakri, 2008). Kalau saja hipertensi tidak mengundang
Masalahnya, tekanan darah di atas normal yang tidak ditangani dengan baik akan
berbagai macam penyakit, diantaranya ialah penyakit gagal ginjal (Bakri, 2008).
hipertensi, didapatkan sebagian besar dari mereka enggan untuk melakukan kontrol
karena takut untuk memeriksakan penyakitnya ke puskesmas. Hal ini yang perlu
digaris bawahi dari hal tersebut yaitu timbulnya masalah tentang ketidak teraturan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
2. Manfaat bagi institusi : Hasil mini project ini diharapkan dapat menjadi
data dasar untuk mengetahui lebih lanjut faktor resiko dan menjadi dasar
TINJAUAN PUSTAKA
I. PENGERTIAN
tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.
tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic
sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ). Hipertensi dikategorikan
ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika
tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan
diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan
II. PENYEBAB
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan
besar yaitu :
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang
tidak diketahui penyebabnya
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh
penyakit lain
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah
umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ), jenis
kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) dan ras ( ras
kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ),
kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain
misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan
( ephedrine, prednison, epineprin )
III. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor
ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.
Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi
volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ),
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer.
BAB 3
METODE
3.1 Metode Penelitian
3.1. 1 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif observasional yaitu jenis penelitian
yang digunakan untuk mengetahui gambaran suatu variabel dengan mengidentifikasikan
variabel yang ada pada responden yang sama dan dilihat bagaimana gambaran variabel
tersebut. Rancangan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tekanan darah
pada penduduk di wilayah kerja Langsa Timur
inap dijajaran dinas kesehatan kota Langsa. Adapun Luas wilayah kerja
Puskesmas Langsa Timur adalah 89 km2, yang terdiri dari 16 desa, yaitu :
1. Alur Pinang
2. Alur Merbau
3. Bukit Meutuah
4. Bukit Medang Ara
5. Bukit Pulo
6. Bukit Rata
7. Cinta Raja
8. Matang cengai
9. Matang Setui
10. Matang Panyang
11. Senebok Antara
12. Sungai Lueng
13. Sukarejo
14. Simpang Wie
15. Alur Pinang Timur
16. Kappa
4.3 DATA DEMOGRAFI
Puskesmas Langsa Timur memiliki luas wilayah 89km dan luas bangunan
768m serta telah mengalami renovasi sebanyak satu kali pada tahun 2010.
17
Tabel jenis pegawai kesehatan Puskesmas Langsa Timur tahun 2011
18
Visi
- Gambaran masyarakat Wilayah Kerja UTPD Puskesmas Ambarawa masa
depan yang ingin dicapai oleh segenap komponen masyarakat melalui
pembangunan kesehatan UPTD Puskesmas Ambarawa adalah :
“MENYEHATKAN MASYARAKAT”.
Misi
- Misi mencerminkan peran, fungsi dan kewenangan seluruh jajaran organisasi
kesehatan perlu dilaksanakan oleh penanggung jawab dan pelaksana program
secara teknis terhadap pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan
di wilayah kerja UPTD Puskesmas Ambarawa.
Jumlah Karyawan
PNS : 26
PTT :4
PHL :1
Wiyata Bakti : 3
5 Data Demografik
Terdapat 8 desa dan 2 kelurahan di kecamatan Ambarawa dimana total
penduduk yaitu 58.767 jiwa, jumlah rumah tangga 17.070 jiwa, rata-rata jiwa
per rumah tangga 3,44 dan kepadatan penduduk per km2 2082,46. Jumlah
penduduk kelurahan Kranggan 2.834 jiwa, kelurahan Lodoyong 6.573 jiwa,
kelurahan Kupang 13.959 jiwa, kelurahan Panjang 8.685 jiwa, kelurahan
Ngampin 5.123 jiwa, kelurahan Pojok Sari 2.621 jiwa, desa Bejalen 1.449 jiwa,
kelurahan Tambak Boyo 5.487 jiwa, kelurahan Baran 5.917 jiwa dan desa
Pasekan 6.117 jiwa. Dari data diatas yang paling banyak penduduknya adalah
di kelurahan Kupang, kemudian kelurahan Panjang dan yang ketiga adalah
kelurahan Lodoyong.
19
6 Sumber Daya Kesehatan
Di Puskesmas Ambarawa sendiri terdapat 2 orang dokter umum, 1 orang dokter
gigi, 12 orang bidan desa yang tersebar di PKD 9 desa di wilayah kerja
puskesmas Ambarawa serta 5 orang perawat dan 1 laboran. Jumlah Karyawan
PNS : 26
PTT :4
PHL :1
Wiyata Bakti :3
BAB 5
20
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
21
Tekanan Darah Indeks Massa Tubuh Frekuensi Persentasi
pasien hipertensi
HT stadium 1 Normal 3 30%
Obesitas 7 70%
HT stadium 2 Normal 4 44%
Obesitas 5 56%
5.2 Pembahasan
Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan pasien hipertensi stadium 1 sebanyak 20%
dan stadium 2 sebanyak 10%. Salah satu faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
untuk kejadian hipertensi adalah peningkatan usia, sehingga lansia dengan hipertensi
memiliki risiko lebih tinggi untuk kejadian penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal.
Penelitian Lei Wu, dkk yang berlangsung selama 10 tahun, sejak tahun 2001 hingga
tahun 2010, mendapatkan hasil adanya peningkatan prevalensi hipertensi di China
dari 60.1% menjadi 65.2% .33 Tekanan darah secara alami akan meningkat seiring
dengan bertambahnya usia seseorang. Penelitian yang dilakukan Sugiharto,
mendapatkan hasil proporsi hipertensi pada kelompok usia 36-45 tahun sebesar 84%,
usia 45-55 tahun sebesar 93,1%, dan usia 56-65 tahun sebesar 95%. Menurut teori
dikatakan bahwa usia diatas 45 tahun dinding pembuluh darah akan mengalami penebalan
karena adanya penumpukan zat kalogen pada lapisan otot. Sehingga pembuluh darah akan
menyempit dan menjadi kaku.34
Berdasarkan table 5.2 didapatkan pasien Hipertensi Stadium 1 dan hipertensi
stadium 2 terbanyak berjenis kelamin perempuan dengan persentase masing-masing
60% dan 78%. Berbeda dengan penelitian sebelumnya didapatkan prporsi hipertensi
tertinggi pada laki-laki adalah 81,81% dan pada kelompok perempuan adalah
61,90%. Namun pada Analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square, tidak
22
terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi.
Artinya jenis kelamin bukan sebagai faktor risiko untuk kejadian hipertensi.35
Menurut Cortas, prevalensi kejadian pada pria sama dengan wanita. Untuk wanita
diatas usia 45 tahun cenderung akan mengalami peningkatan risiko tekanan darah tinggi
(hipertensi) di akibatkan karena terjadinya menopause. 36 Hal ini di karenakan berkurangnya
hormon estrogen pada masa menopause yang mengakibatkan berkurang pula kadar High
Density Lipoprotein (HDL), hal tersebut akan mempengaruhi terjadinya proses aterosklerosis
dan mengakibatkan tekanan darah tinggi akibat tingginya kadar High Density Lipoprotein
(LDL). 37
Berdasarkan table 5.3 didapatkan pasien Hipertensi Stadium 1 dan
hipertensi stadium 2 terbanyak memiliki indeks masa tubuh obesitas dengan
persentase masing-masing 70% dan 56%. Sejalan dengan penelitian Penelitian yang
dilakukan oleh Hendrik, tahun 2012 menunjukan bahwa kenaikan nilai IMT diikuti dengan
kenaikan tekanan darah. Artinya semakin tinggi nilai IMT seseorang maka peluang untuk
terkena hipertensi semakin tinggi pula. Ketika seseorang mengalami obesitas atau dalam kata
lain memiliki berat badan yang berlebih maka orang tersebut akan membutuhkan lebih
banyak darah untuk menyuplai oksigen dan makanan ke jaringan tubuhnya, sehingga volume
darah yang beredar melalui pembuluh darah meningkat, curah jantung ikut meningkat, dan
akhirnya tekanan darah ikut meningkat. 38
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Pada penelitian ini didpatkan proporsi pasien Hipertensi Stadium 1
sebanyak 10 jiwa dengan persentase 20%, dan Hipertensi Stadium 2
sebanyak 9 jiwa dengan persentase 18%.
23
b. Pada penelitian ini didpatkan proporsi pasien Hipertensi Stadium 1
dan hipertensi stadium 2 terbanyak berjenis kelamin perempuan
dengan persentase masing-masing 60% dan 78%.
c. Pada penelitian ini didpatkan proporsi pasien Hipertensi Stadium 1
dan hipertensi stadium 2 terbanyak memiliki indeks masa tubuh
obesitas dengan persentase masing-masing 70% dan 56%.
2. Saran
1) Didapatkan masih kurangnya kesadaran dan kemauan masyarakat untuk rutin
memeriksakan kesehatan, terutama tekanan darah ke pusat kesehatan terdekat.
Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai faktor risiko hipertensi. Hal
ini menyebabkan kesadaran masyarakat untuk memeriksakan tekanan darah
secara rutin ketenaga kesehatan masih kurang. Oleh sebab itu diharapkan
kepada tenaga kesehatan dan kader proaktif untuk mengajak masyarakat
berkunjung ke posyandu lansia sehingga secara rutin dapat mendeteksi secara
dini penyakit-penyakit tidak menular pada lansia karena Hipertensi meningkat
seiring peningkatan jumlah usia.
Perlu dilakukan edukasi tentang hipertensi kepada pasien melalui
penyuluhan secara terus menerus. Tujuan dari pemberian Edukasi adalah
pengetahuan bagi masyarakat. Pengetahuan merupakan hasil “tahu”, dan ini
terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu.
Pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman
dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.
Ada beberapa langkah/ proses sebelum orang mengadopsi perilaku
baru. Pertama adalah awareness (kesadaran), dimana orang tersebut
menyadari stimulus tersebut. Kemudian dia mulai tertarik (interest).
Selanjutnya, orang tersebut akan menimbang-nimbang baik atau tidaknya
stimulus tersebut (evaluation). Setelah itu, dia akan mencoba melakukan apa
24
yang dikehendaki oleh stimulus (trial). Pada tahap akhir adalah adoption,
berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya.
Dengan mendapatkan informasi yang benar, diharapkan lansia mendapat
bekal pengetahuan yang cukup untuk dapat melaksanakan pola hidup sehat
sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit-penyakit tidak menular
sedangkan bagi yang sudah menderita dapat menurunkan risiko terjadinya
progresivitas penyakit dan terjadinya komplikasi.
2) Perlu dilakukan monitoring dan evaluasi tekanan darah pasien secara berkala.
Monitoring yang dilakukan dengan menggunakan kartu monitoring/
buku kontrol minum obat. Dimana setiap orang yang melakukan pemeriksaan,
semuanya di catat dalam kartu monitoring, sehingga para petugas kesehatan
bisa mengkontrol dari kartu monitoring ini.
Pendekatan kepada peserta dilakukan melalui Anamnesa dan
Pemeriksaan Vital Sign. Setelah dilakukan edukasi , peserta tampak lebih
paham mengenai hipertensi dan diharapkan kedepannya semakin
memperlihatkan tanda-tanda bahaya yang mungkin timbul sehingga tidak
terlambat mendapatkan penanganan di instalansi kesehatan.
3) Lansia yang menderita komplikasi dari hipertensi dirujuk ke puskesmas untuk
dilakukan penanganan lebih lanjut
DAFTAR PUSTAKA
25
3. Anggraini, dkk. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada
Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari
sampai Juni 2008 [internet]. c2009 [cited 2011 Oct 7]. Available from:
http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/
4. Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I : Nefrologi dan Hipertensi.
Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2001. p: 519-520.
5. Hendi. Hipertensi dan Rosella [internet]. c2008 Feb 21 [cited 2011 Oct 7].
Available from: http://rohaendi.blogspot.com/2008/02/hipertensi-dan-rosella.html
10. Nurlaely Fitriana. Hipertensi pada Lansia [internet]. c2010 [cited 2011 Nov 18].
Available from: http://nurlaelyn07.alumni.ipb.ac.id/author/
11. Made Ary Puspita Sari, IGAA Wulan Kristiana, dan Ni L. Pt. Mutiara Ayu K.
Gambaran Faktor-faktor Determinan pada Pasien Hipertensi di Desa Sudimara
Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan Mei 2010 [internet]. c2010 [cited 2011
Nov 22]. p: 8. Available from: http:// dc252.4shared.com/doc/
12. E.J. Corwin. Buku Saku Patofisiologi (Terjemahan) [monograph online]. Jakarta:
EGC; 2001 [cited 2011 Nov 24]. p: 694. Available from:
http://books.google.com/books/
13. Sutin Saleh. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi
pada Pasien di Ruang Inap di RSUP MM Dunda Limboto Kabupaten Gorontalo
Tahun 2009 [internet]. c2010 [cited 2011 Nov 22]. p: 10-40. Available from:
http://dc252.4shared.com/doc/4ce64UhQ/preview.html.
14. I Made Astawan. Cegah Hipertensi dengan pola makan. IPB [internet]. c2011
[cited 2011 Nov 22]. Available from: http://indonesiamedia.com/
26
15. Adriansyah. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Ketidakpatuhan Pasien
Penderita Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan di RSU H. Adam Malik Medan
[internet]. c2010 [cited 2011 Nov 22]. p: 9-16. Available from:
http://repository.usu.ac.id/
17. H.H. Gray, K.D.Dawkins, J.M.Morgan, I.A. Simpson, Kardiologi : Lecture Notes
Ed 4 (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga; 2005.
18. Anggie Hanifa. Prevalensi Hipertensi Sebagai Penyebab Penyakit Ginjal Kronik
Di Unit Hemodialisis RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2009 [internet]. c2010
[cited 2011 Nov 22]. p: 4-13. Available from: http://repository.usu.ac.id/
20. Lam Murni BR Sagala. Perawatan Penderita Hipertensi di Rumah oleh Keluarga
Suku Batak dan Suku Jawa di Kelurahan Lau Cimba Kabanjahe [internet]. c2011
[cited 2012 Feb 9]. p: 10-13. Available from: http://repository.usu.ac.id/
21. Mayo Clinic Staff. High Blood Pressure (Hypertension) [internet]. c2012 Jan
[cited 2012 Jan 29]. Available from: http://www.mayoclinic.com/health/high-
blood-pressure/risk-factors/
23. Sandhya Pruthi. Menopause and High Blood Pressure [internet].c2010 Nov [cited
2011 Nov 26]. Available from: http://www.mayoclinic.com/health/
24. Ali Khomsan. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada; 2003. p: 88-96.
27. Krzysztof Narkiewicz. Obesity and Hypertension [internet]. c2005 [cited 2011
Dec 26]. Available from: http://ndt.oxfordjournals.org.
27
28. Stritzke J, Markus MP, Duderstadt S. Obesity is The Main Risk factor for Left
Atrial Enlargement during Aging. The MONICA/KORA (Monitoring of Trends
and Determinations in Cardiovascular Disease/Cooperative Research in the Region
of Augsburg) Study. J Am Coll Cardiol [internet]. c2009 Nov [cited 2011 Dec 23].
Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
31. Bramius Mikail dan Asep Candra. Cara Mudah urunkan Tekanan Darah
[internet]. c2011 [cited 2012 Feb 19]. Available from: http://health.kompas.com/
32. Suhardjono. Mengapa Wanita Lebih Kebal Terhadap Hipertensi [internet]. c2012
[cited 2012 Feb 29]. Available from: http://www.penyakit.infogue.com/
35. Swandito Wicaksono. 2015. Hubungan Usia Dan Jenis Kelamin Lansia Dengan
Peningkatan Tekanan Darah (Hipertensi) Di Dusun 1 Desa Kembangseri
Kecamatan Talang Empat Bengkulu Tengah Tahun 2015. Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu
38. Hendrik. 2012. Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Tekanan Darah Pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Skripsi: Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara
28
Lampiran 1.
29
2 Tn. L 74 L 53 157 21,5 Normal 100/60
3 Ny. K 70 P 60 157 24,3 Obesitas 130/70
4 Ny. L 61 P 55 155 22,9 Normal 110/70
5 Tn. H 65 L 60 157 24,3 Obesitas 140/80
6 Ny. A 61 P 62 160 24,2 Obesitas 140/70
7 Ny. O 67 P 67 157 27,2 Obesitas 160/100
8 Ny. W 65 P 54 155 22,5 Normal 110/70
9 Ny. D 68 P 61 159 24,1 Obesitas 130/80
10 Ny. S 72 P 67 158 26,8 Obesitas 150/100
11 Tn. I 84 L 50 160 19,5 Normal 130/80
12 Ny. F 65 P 57 155 23,7 Obesitas 100/60
13 Ny. A 61 P 52 155 21,6 Normal 110/70
14 Tn. S 77 L 56 154 23,6 Obesitas 140/80
15 Ny. M 61 P 57 158 22,8 Normal 100/60
16 Ny. M 67 P 59 155 24,6 Obesitas 150/100
17 Ny. B 65 P 52 155 21,6 Normal 180/120
18 Ny.S 63 P 59 157 23,9 Obesitas 110/70
19 Ny. S 74 P 56 160 21,9 Normal 130/70
20 Tn. J 80 L 56 160 21,9 Normal 130/80
21 Tn. L 79 L 55 155 22,9 Normal 160/80
22 Ny. S 83 P 54 159 21,4 Normal 100/60
23 Ny. K 67 P 47 155 19,6 Normal 110/70
24 Ny. S 65 P 61 157 24,7 Obesitas 170/90
25 Ny. R 70 P 54 155 22,5 Normal 100/60
26 Ny. T 73 P 68 158 27,2 Obesitas 100/60
27 Ny. E 60 P 63 160 24,6 Obesitas 110/70
28 Ny. T 66 P 55 158 22,0 Normal 120/90
29 Ny. U 72 P 51 155 21,2 Normal 130/80
30 Ny. M 67 P 62 160 24,2 Obesitas 140/100
31 Ny. P 66 P 59 166 21,4 Normal 130/80
32 Ny. L 71 P 57 153 24,3 Obesitas 150/90
33 Ny. W 67 P 62 160 24,2 Obesitas 100/60
34 Tn. P 77 L 65 162 24,8 Obesitas 140/70
35 Tn. K 69 L 57 172 19,3 Normal 130/80
36 Tn. A 75 L 68 162 25,9 Obesitas 110/60
37 Tn. K 71 L 59 167 21,2 Normal 110/60
38 Ny. S 64 P 67 162 25,5 Obesitas 130/80
39 Ny.PD 67 P 59 155 24,6 Obesitas 160/100
40 Ny. S 62 P 55 154 23,2 Obesitas 110/70
41 Ny. F 63 P 47 155 19,6 Normal 170/100
42 Ny. G 61 P 49 154 20,7 Normal 200/110
43 Ny. H 69 P 57 162 21,7 Normal 130/70
44 Ny.RJ 61 P 58 155 24,1 Obesitas 100/60
30
45 Ny. K 80 P 62 168 22,0 Normal 110/70
46 Ny. L 75 P 62 158 24,8 Obesitas 110/60
47 Tn. M 72 L 54 155 22,5 Normal 90/60
48 Ny. B 71 P 67 159 26,5 Obesitas 130/80
49 Ny. C 84 P 62 160 24,2 Obesitas 150/90
50 Tn. P 67 L 64 172 21,6 Normal 140/90
51 Ny. S 64 P 59 169 20,7 Normal 140/60
Lampiran 2
Dokumentasi kegiatan
31
32