Kelabu, gelap, gerimis, lalu hujan... Aku yang daritadi menahan-nahan segala rasaku. Kini tak
terbendung lagi... Aku meringis, tapi air mata ku selalu saja kering. Keadaan tak bisa jua membuatku
menangis membabi buta seperti yang aku mau.
Ponselku berbunyi.
Luka memanggilku lagi. Luka yang datang dan pergi sesukanya. Luka yang berulang kali
menghampiriku. Luka yang terus aku obati pula berkali-kali. Aku berharap ini akan sembuh dan tak
ada baretan berbekas.
Kamu siapa harus aku kabari setiap kegiatanku. Pikirku, ya tapi hanya pikirku. Bibir dan
lidahku kelu. Nyatanya aku diam tak berkutik mendengar kekhawatirannya.
Panggilan luka tertutup. Matahari sudah di atas kepala. Aku lihati jam sudah pukul 12.00. Ku
ingati waktu janjiku dengannya. Ya makan siang. Walau ini biasa saja. Aku ingin