Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi kini menjadi masalah global karena prevalensi yang terus

meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok,

obesitas,aktivitas yang menurun, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara,

hipertensi menduduki peringkat pertama sebagai penyakit yang paling sering

dijumpai (WHO, 2000).

Di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap

hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini

kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta

pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di

negara sedang berkembang, temasuk Indonesia (WHO, 2000).

Penelitian berskala nasional dilakukan oleh perhimpunan hipertensi Indonesia

pada tahun 2002 di Jawa,Sumatra,Kalimantan,Sulawesi dan Bali. Dari 3080

subjek dewasa umur 40 tahun atau lebih yang berobat pada praktik dokter,

didapatkan prevalensi hipertensi 58,89% dan sebanyak 37,32% pasien tanpa

pengobatan antihipertensi. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang

dilakukan oleh Departemen Kesehatan tahun 2004 mendapatkan prevalensi

hipertensi di Pulau Jawa mencapai 41,9%.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang, Hipertensi menjadi

urutan ke-4 dari 10 besar penyakit di Semarang pada tahun 2009. Kasus hipertensi

pada tahun 2009 dikota Semarang terjadi sebanyak 2063 kasus (12,85%).

1
Prevalensi hipertensi pada usia muda dikota Semarang terjadi sebanyak 164 kasus

(6,01%). Dari 164 kasus tersebut, sebanyak 6-10% sudah mengalami komplikasi

seperti penyakit jantung, ginjal dan lain-lain. Meskipun prevalensinya rendah hal

ini bisa saja menjadi masalah kesehatan yang serius karena akan mengakibatkan

komplikasi yang berbahaya jika tidak terkendali dan tidak diupayakan pencegahan

dini faktor-faktor risiko yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada remaja.

Penderita Hipertensi di Indonesia, yang diperiksa di Puskesmas secara

teratut sebanyak 22,8% sedangkan yang tidak teratur sebanyak 77,2%. Berdasarkan

laporan dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, kasus tertinggi hipertensi

terdapat di kota Semarang yaitu sebanyak 67,101 kasus (19,56%). Tertinggi kedua

adalah Kabupaten Klaten yaitu sebesar 10,49%

Hipertensi atau tekanan darah tinggi seringkali muncul tanpa gejala,

sehingga disebut sebagai silent killer. Secara global, tingkat prevalensi hipertensi di

seluruh dunia masih tinggi. Lebih dari seperempat jumlah populasi dunia saat ini

menderita hipertensi. Namun sebaliknya, tingkat kontrol tekanan darah secara

umum masih rendah (Bakri, 2008). Kalau saja hipertensi tidak mengundang

segudang risiko komplikasi, barangkali permasalahannya menjadi lebih sederhana.

Masalahnya, tekanan darah di atas normal yang tidak ditangani dengan baik akan

merembet kepada komplikasi yang lebih berat. Hipertensi bisa menyebabkan

berbagai macam penyakit, diantaranya ialah penyakit gagal ginjal (Bakri, 2008).

Penyuluhan hipertesi dilakukan didaerah ngamping dikarenakan masih

kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan tekan darahnya ke

pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan 5 pasien

hipertensi, didapatkan sebagian besar dari mereka enggan untuk melakukan kontrol

2
karena takut untuk memeriksakan penyakitnya ke puskesmas. Hal ini yang perlu

digaris bawahi dari hal tersebut yaitu timbulnya masalah tentang ketidak teraturan

penderita hipertensi dalam melakukan kontrol di pelayanan kesehatan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana profil tekanan darah

penduduk di wilayah kerja Langsa Timur ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi gambaran tekanan darah penduduk di wilayah kerja


puskesmas Langsa Timur

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari makalah ini adalah mengidentifikasi gambaran tekanan

darah penduduk lansia di wilayah kerja puskesmas Langsa Timur

berdasarkan jenis kelamin, indeks massa tubuh.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi peneliti: menambah pengetahuan, pengalaman, dan dapat

mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat selama bertugas pada

puskesmas Langsa Timur.

2. Manfaat bagi institusi : Hasil mini project ini diharapkan dapat menjadi

data dasar untuk mengetahui lebih lanjut faktor resiko dan menjadi dasar

acuan kebijakan yang berkaitan dengan penanganan hipertensi di wilayah

kerja puskesmas Langsa Timur.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.

( Smith Tom, 1995 ) Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan

tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic

sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ). Hipertensi dikategorikan

ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika

tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan

diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan

diastolic karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik.

2.2 PENYEBAB
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan
besar yaitu :
2.3 Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya
2.4 Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit
lain

Hiperrtensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi,


sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun
hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa factor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi. Factor tersebut adalah sebagai berikut :

4
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi

b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah
umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ), jenis
kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) dan ras ( ras
kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )

c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ),
kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain
misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan
( ephedrine, prednison, epineprin )

2.3 PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor
ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.

5
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.
Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi
volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ),
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer.

2.4 TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

2.4.1 Tidak ada gejala


Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

6
2.4.2 Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis.

2.5 Faktor-faktor Risiko Hipertensi


2.5.1 Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dikontrol
1). Usia
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya
usia maka risiko hipertensi menjadi lebih tinggi. Insiden hipertensi yang makin
meningkat dengan bertambahnya usia, disebabkan oleh perubahan alamiah dalam
tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada
usia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan
kematian prematur.18
Semakin bertambahnya usia, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga
prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian
sekitar 50% di atas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan
serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
2). Jenis kelamin
Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya penyakit tidak menular tertentu
seperti hipertensi, di mana pria lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan
wanita dengan rasio sekitar 2,29 mmHg untuk peningkatan darah sistolik.
Wanita dipengaruhi oleh beberapa hormon termasuk hormon estrogen yang
melindungi wanita dari hipertensi dan komplikasinya termasuk penebalan dinding
pembuluh darah atau aterosklerosis. Arif Mansjoer mengemukakan bahwa pria
dan wanita menopause memiliki pengaruh sama pada terjadinya hipertensi.8 Ahli
lain berpendapat bahwa wanita menopause mengalami perubahan hormonal yang
menyebabkan kenaikan berat badan dan tekanan darah menjadi lebih reaktif
terhadap konsumsi garam, sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
Terapi hormon yang digunakan oleh wanita menopause dapat pula menyebabkan
peningkatan tekanan darah.23
3). Riwayat keluarga

7
Keluarga dengan riwayat hipertensi akan meningkatkan risiko hipertensi sebesar
empat kali lipat. Data statistik membuktikan jika seseorang memiliki riwayat salah
satu orang tuanya menderita penyakit tidak menular, maka dimungkinkan
sepanjang hidup keturunannya memiliki peluang 25% terserang penyakit tersebut.
Jika kedua orang tua memiliki penyakit tidak menular maka kemungkinan
mendapatkan penyakit tersebut sebesar 60%.1

2.5.2 Faktor Risiko yang Dapat Dikontrol


1). Konsumsi garam
Garam dapur merupakan faktor yang sangat berperan dalam patogenesis
hipertensi. Garam dapur mengandung 40% natrium dan 60% klorida. Orang-orang
peka natrium akan lebih mudah mengikat natrium sehingga menimbulkan retensi
cairan dan peningkatan tekanan darah.9 Garam memiliki sifat menahan cairan,
sehingga mengkonsumsi garam berlebih atau makan-makanan yang diasinkan
dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.21
Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadai melalui
peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah. 22,26
Sumber natrium yang juga perlu diwaspadai selain garam dapur adalah penyedap
masakan atau monosodium glutamat (MSG) yang mempertinggi risiko terjadinya
hipertensi.14
2). Konsumsi Lemak
Kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh berkaitan dengan peningkatan berat badan
yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan
risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah.
Penggunaan minyak goreng lebih dari satu kali pakai dapat merusak ikatan kimia
pada minyak, dan hal tersebut dapat meningkatkan pembentukan kolesterol yang
berlebihan sehingga dapat menyebabkan aterosklerosis dan hal yang memicu
terjadinya hipertensi dan penyakit jantung.8,24
3). Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan hipertensi, sebab
rokok mengandung nikotin. Di otak, nikotin akan memberikan sinyal pada
kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyempitkan

8
pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan
darah yang lebih tinggi.20
Tembakau memiliki efek cukup besar dalam peningkatan tekanan darah karena
dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Kandungan bahan kimia dalam
tembakau juga dapat merusak dinding pembuluh darah.21,25
Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan oksigen dalam
darah. Hal tersebut mengakibatkan tekanan darah meningkat karena jantung
dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup ke dalam organ dan
jaringan tubuh lainnya.20
Merokok juga diketahui dapat memberikan efek perubahan metabolik berupa
peningkatan asam lemak bebas, gliserol, dan laktat yang menyebabkan penurunan
kolesterol High Density Lipid (HDL), serta peningkatan Low Density Lipid (LDL)
dan trigliserida dalam darah. Hal tersebut akan meningkatkan risiko terjadinya
hipertensi dan penyakit jantung koroner.25
5). Obesitas
Obesitas merupakan suatu keadaan di mana indeks massa tubuh lebih dari atau
sama dengan 30. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena
beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak pula suplai darah yang
dibutuhkan untuk memasok oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh. Hal ini
mengakibatkan volume darah yang beredar melalui pembuluh darah akan
meningkat sehingga tekanan pada dinding arteri menjadi lebih besar.21
Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar
insulin dalam darah. Peningkatan kadar insulin menyebabkan tubuh menahan
natrium dan air.17 Kincaid-Smith mengusulkan bahwa obesitas dan sindrom
resistensi insulin berperan utama dalam patogenesis gagal ginjal pada pasien
hipertensi atau disebut juga nephrosclerosis hypertension.27
Obesitas dapat menyebabkan hipertensi dan penyakit kardiovaskular melalui
mekanisme pengaktifan sistem renin-angiotensin-aldosteron, peningkatkan
aktivitas simpatis, peningkatan aktivitas procoagulatory, dan disfungsi endotel.
Selain hipertensi, timbunan adiposa abdomen juga berperan dalam patogenesis
penyakit jantung koroner, sleep apnea, dan stroke.27,28
6). Kurangnya aktifitas fisik

9
Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada orang yang
tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut
jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih
keras pada setiap kontraksi. Makin keras usaha otot jantung dalam memompa
darah, makin besar pula tekanan yang dibebankan pada dinding arteri sehingga
meningkatkan tahanan perifer yang menyebabkan kenaikkan tekanan darah.21
Studi epidemiologi membuktikan bahwa olahraga secara teratur dapat
menurunkan tekanan darah sekitar 6-15 mmHg pada penderita hipertensi.25

2.6. Komplikasi Hipertensi


Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab
kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan
tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya
autoantibodi terhadap reseptor angiotensin II, stress oksidatif, down regulation,
dan lain-lain.6
1). Otak
Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang diakibatkan oleh
hipertensi. Stroke timbul karena perdarahan, tekanan intra kranial yang meninggi,
atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan
tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri di otak
mengalami hipertropi atau penebalan, sehingga aliran darah ke daerah-daerah
tersebut akan berkurang. Arteri-arteri di otak yang mengalami arterosklerosis
melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.20
2). Kardiovaskular
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner mengalami arterosklerosis atau
apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah yang melalui pembuluh
darah tersebut, sehingga miokardium tidak mendapatkan suplai oksigen yang
cukup. Kebutuhan oksigen miokardium yang tidak terpenuhi menyebabkan
terjadinya iskemia jantung, yang pada akhirnya dapat menjadi infark.12
Beban kerja jantung akan meningkat pada hipertensi. Jantung yang terus-menerus
memompa darah dengan tekanan tinggi dapat menyebabkan pembesaran ventrikel

10
kiri sehingga darah yang dipompa oleh jantung akan berkurang yang akhirnya
dapat menimbulkan komplikasi gagal jantung kongestif.29
3). Ginjal
Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kepiler ginjal dan glomerolus. Kerusakan glomerulus akan
mengakibatkan darah mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, sehingga nefron
akan terganggu dan berlanjut menjadi hipoksia dan kematian ginjal. Hal tersebut
terutama terjadi pada hipertensi kronik.12
4). Retinopati
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah pada
retina. Makin tinggi tekanan darah dan makin lama hipertensi tersebut
berlangsung, maka makin berat pula kerusakan yang dapat ditimbulkan. Kelainan
lain pada retina yang terjadi akibat tekanan darah yang tinggi adalah iskemik optik
neuropati atau kerusakan pada saraf mata akibat aliran darah yang buruk, oklusi
arteri dan vena retina akibat penyumbatan aliran darah pada arteri dan vena retina.
Penderita hypertensive retinopathy pada awalnya tidak menunjukkan gejala, yang
pada akhirnya dapat menjadi kebutaan pada stadium akhir.30

2.7 Penatalaksanaan Hipertensi


Tujuan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan morbiditas dan
mortalitas kardiovaskular, mencegah kerusakan organ, dan mencapai target
tekanan darah < 130/80 mmHg dan 140/90 mmHg untuk individu berisiko tinggi
dengan diabetes atau gagal ginjal.6

2.7.1 Penatalaksanaan Non Farmakologis


Penatalaksanaan non farmakologis dalam penanganan hipertensi adalah
dengan memodifikasi gaya hidup. Pada hipertensi derajat I, pengobatan secara
non farmakologis dapat mengendalikan tekanan darah sehingga pengobatan
farmakologis tidak diperlukan atau pemberiannya dapat ditunda. Jika obat
antihipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai sebagai
pelengkap untuk mendapatkan hasil pengobatan yang lebih baik.17 Modifikasi
gaya hidup yang dianjurkan dalam penanganan hipertensi antara lain :

11
1). Mengurangi berat badan bila terdapat kelebihan (BMI ≥ 27)
Penerapan pola makan seimbang dapat mengurangi berat badan dan menurunkan
tekanan darah. Berdasarkan hasil penelitian eksperimental, pengurangan BB
sekitar 10 kg menurunkan tekanan darah 2-3 mmHg per kg berat badan.4,20

2). Olahraga dan aktifitas fisik


Olahraga isotonik seperti berjalan kaki, jogging, berenang dan bersepeda berperan
dalam penurunan tekanan darah. Aktivitas fisik yang cukup dan teratur membuat
jantung lebih kuat dan dapat memompa darah lebih banyak dengan usaha
minimal, sehingga gaya yang bekerja pada dinding arteri akan berkurang. Hal
tersebut berperan pada penurunan Total Peripher Resistance yang bermanfaat
dalam menurunkan tekanan darah.20

3). Mengurangi asupan garam


Pembatasan asupan garam sampai 60 mmol per hari atau dengan kata lain
konsumsi garam dapur tidak lebih dari seperempat sampai setengah sendok teh
garam per hari. Penderita hipertensi dianjurkan menggunakan mentega bebas
garam dan menghindari makanan yang sudah diasinkan. Pedoman diet
merekomendasikan orang dengan hipertensi harus membatasi asupan garam
kurang dari 1.500 miligram sodium sehari.31,32

4). Diet rendah lemak jenuh


Lemak dalam diet meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis yang berkaitan
dengan kenaikan tekanan darah, sehingga diet rendah lemak jenuh atau kolesterol
dianjurkan dalam penanganan hipertensi.

5). Diet tinggi serat


Serat banyak terdapat pada makanan karbohidrat seperti kentang, beras, singkong
dan kacang hijau, serta sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat dapat berfungsi
mencegah penyakit tekanan darah tinggi karena serat kasar mampu mengikat
kolestrol maupun asam empedu dan selanjutnya membuang bersama kotoran.

6). Tidak merokok

12
Tekanan darah akan turun secara perlahan dengan berhenti merokok. Selain itu
merokok dapat menyebabkan obat yang dikonsumsi tidak bekerja secara
optimal.20

9). Istirahat yang cukup


Istirahat merupakan suatu kesempatan untuk memperoleh energi sel dalam tubuh.
Istirahat dapat dilakukan dengan meluangkan waktu. Yang dimaksudkan dengan
istirahat adalah usaha untuk mengembalikan stamina tubuh dan mengembalikan
keseimbangan hormon dalam tubuh.

2.7.2 Penatalaksanaan Farmakologis

Penatalaksanaan dengan obat antihipertensi bagi sebagian besar pasien


dimulai dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan secara titrasi sesuai dengan
umur, kebutuhan, dan usia. Dosis tunggal lebih diprioritaskan karena kepatuhan
lebih baik dan lebih murah. Sekarang terdapat obat yang berisi kombinasi dosis
rendah dua obat dari golongan berbeda yang terbukti memberikan efektivitas
tambahan dan mengurangi efek samping. Jenis-jenis obat antihipertensi untuk
terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII yaitu diuretika
(terutama jenis Thiazide atau Aldosteron Antagonist), beta blocker, calsium
channel blocker, angiotensin converting enzyme inhibitor, dan angiotensin II
receptor blocker. Diuretika biasanya menjadi tambahan karena meningkatkan efek
obat yang lain. Jika tambahan obat kedua dapat mengontrol tekanan darah dengan
baik minimal setelah satu tahun, maka dicoba untuk menghentikan obat pertama
melalui penurunan dosis.4,6

BAB 3

METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian

13
3.1. 1 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif observasional yaitu jenis
penelitian yang digunakan untuk mengetahui gambaran suatu variabel dengan
mengidentifikasikan variabel yang ada pada responden yang sama dan dilihat
bagaimana gambaran variabel tersebut. Rancangan penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran tekanan darah pada penduduk di wilayah kerja Langsa
Timur

3.1.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Tanggal : 11 Januari 2021
Waktu : 08.00 WIB – 12.00 WIB
Tempat : Ruang poli Lansia Langsa Timur
3.1.3 Teknik Pengumpulan Data
a. Instrumen Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan Anamnesis, Pemeriksaan
fisik pada pasien yang datang ke Poli Lansia.
b. Sampel
Seluruh Pasien Poli Lansia
c. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
Accidental Sampling yang merupakan salah satu teknik
nonprobability sampling

3.1.4 Definisi Operasional Variabel


a. Tekanan Darah JNC 7
Definisi operasional : Hipertensi dapat didefinisikan sebagai
tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan
diastoliknya diatas 90 mmHg
Cara ukur : Menggunakan tensimeter
Standar : Normal < 120/80mmHg
Prehipertensi 130-139/80-89mmHg
Hipertensi stage 1 : ≥120/80mmHg

14
Hipertensi stage 2: ≥160/100mmHg
Skala ukur : Nominal
b. Jenis kelamin
Definisi operasional : Atribut fisiologis dan anatomis yang
membedakan antara laki-laki
dan perempuan saat dilahirkan
Cara ukur : Menggunakan kuesioner
Standar : Dibedakan menjadi laki-laki (L) dan
perempuan (P)
Skala ukur : Nominal
c. IMT
Definisi operasional : Berat badan seseorang dalam kg dibagi
kuadrat tinggi badan dalam meter
Cara ukur : kg/m2
Standar : 1. Normal 18.5-22.9

2. overweight/ Obesitas ≥23

Skala ukur : Nominal

3.2 Teknik Pengolahan dan Analisis Data


1. Teknik pengolahan data
a) Pengolahan Data (editing)
Meneliti kembali apakah lembar kuesioner sudah cukup
baik sehingga dapat di proses lebih lanjut. Editing dapat
dilakukan di tempat pengumpulan data sehingga jika terjadi
kesalahan maka upaya perbaikan dapat segera dilaksanakan.

b) Pengkodean (Coding) : Usaha mengklarifikasi jawaban-jawaban


yang ada menurut macamnya, menjadi bentuk yang lebih ringkas
dengan menggunakan kode.
c) Pemasukan Data (Entry) : Memasukan data ke dalam perangkat
komputer sesuai dengan kriteria.

15
d) Pembersihan Data (Cleaning data) : Data yang telah di masukan
kedalam komputer diperiksa kembali untuk mengkoreksi
kemungkinan kesalahan.

16
BAB IV
PROFIL PUSKESMAS

4.1 Profil Puskesmas Langsa Timur


Puskesmas Langsa Timur merupakan puskesmas yang berdomisi di kecamatan
Langsa Timur Kota Langsa dengan jumlah penduduk 14.512 jiwa, dengan
jumlah penduduk laki-laki 7.451 jiwa dan perempuan 7,061 jiwa. Jumlah
penduduk ini tersebar dalam 16 desa.

4.2 Data Geografis


Puskesmas Langsa Timur merupakan salah satu puskesmas dengan rawat

inap dijajaran dinas kesehatan kota Langsa. Adapun Luas wilayah kerja

Puskesmas Langsa Timur adalah 89 km2, yang terdiri dari 16 desa, yaitu :

1. Alur Pinang
2. Alur Merbau
3. Bukit Meutuah
4. Bukit Medang Ara
5. Bukit Pulo
6. Bukit Rata
7. Cinta Raja
8. Matang cengai
9. Matang Setui
10. Matang Panyang
11. Senebok Antara
12. Sungai Lueng
13. Sukarejo
14. Simpang Wie
15. Alur Pinang Timur
16. Kappa

17
4.3 DATA DEMOGRAFI

Puskesmas Langsa Timur terletak di kecamatan Langsa Timur kota


Langsa. Wilayah kerja puskesmas meliputi 16 desa yang tersebar dalam
kecamatan Langsa Timur.
Adapun batas-batas wilayahnya adalah:
a. Sebelaha utara berbatasan dengan Desa Sukarejo
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Alur Pinang barat
c. Sebelah timur berbatasan dengan alur pinang barat
d. Sebelah barat berbatasan dengan alur pinang barat

Puskesmas Langsa Timur memiliki luas wilayah 89km dan luas bangunan
768m serta telah mengalami renovasi sebanyak satu kali pada tahun 2010.

Sarana yang dimiliki oleh puskesmas adalah :

a. Bangunan puskesmas 1 ( satu ) unit , meliputi ruangan kepala puskesmas,


ruangan administrasi, ruang program, ruang perawatan dan ruang
laboratorium.
b. Puskesmas pembantu (pustu) 2 unit
c. Polindes 13 unit
d. Rumah dinas paramedic 3 unit
Jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas kembang tanjung, yaitu
14.512 jiwa
4.4 Sumber Daya Kesehatan yang ada
4.4.1 Tenaga Kesehatan
Puskesmas Langsa Timur memiliki tenaga kesehatan sebanyak 159 orang,
yang terdiri dari:

18
Tabel jenis pegawai kesehatan Puskesmas Langsa Timur tahun 2011

No Jenis Pegawai Jumlah


1 PNS 73 orang
2 PTT 15 orang
3 Honor 8 orang
4 Bakti 6 orang
Total 159 orang

4.4.2 Fasilitas Penunjang

Puskesmas Kembang Tanjung memiliki fasilitas penunjang dalam mendukung tugas-


tugas operasional dan agar jangkauan pelayanan Puskesmas lebih luas dan merata
hingga dapat mencakup ke seluruh wilayah kerjanya. Adapun fasilitas penunjang
tersebut adalah sebagai berikut:

1. Satu unit pustu, yaitu :


a. Pustu Alur Merbau
b. Pustu Alur Pinang
2. Dua unit pusling ( Puskesmas Keliling ) dengan kendaraan roda empat
(Ambulance) yang kegiatannya:
a. Memberika pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui posyandu.
b. Melakukan penyuluhan kesehatan
c. Melakukan rujukan medic bagi kasus gawat darurat
d. Melakukan penyelidikan terhadap KLB ( Kejadian Luar Biasa )
e. Melakukan konsultasi dan koordinasi ke Dinas Kesehatan Kota Banda
Aceh
3. Enam belas unit kendaraan roda dua,

BAB V

19
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil penelitian


Penelitian dilakukan di Poli lansia pada seluruh pasien yang datang ke
puskesmas Langsa Timur, bulan Januari 2021.

Tabel 5.1 Distribusi Tekanan Darah


Tekanan Darah Frekuensi Persentase
Normal 20 39%
Pre Hipertensi 12 24%
Hipertensi Stadium 1 10 20%
Hipertensi Stadium 2 9 18%
Total 51 100%

Berdasarkan table 5.1 didapatkan tekanan darah normal sebanyak 20 jiwa


dengan persentase 39%. Prehipertensi sebanyak 12 jiwa dengan persentase 24%,
Hipertensi Stadium 1 sebanyak 10 jiwa dengan persentase 20%, dan Hipertensi
Stadium 2 sebanyak 9 jiwa dengan persentase 18%.

Tabel 5.2 Distribusi pasien hipertensi berdasarkan Jenis Kelamin


Tekanan Darah Jenis kelamin Frekuensi Presentasi (%)
Hipertensi stage 1 Laki-laki 4 40%
Perempuan 6 60%
Hipertensi stage 2 Laki-laki 1 11%
Perempuan 7 78%

Berdasarkan table 5.2 didapatkan pasien Hipertensi Stadium 1 dan hipertensi


stadium 2 terbanyak berjenis kelamin perempuan dengan persentase masing-masing
60% dan 78%.

Tabel 5.3 Distribusi Indeks Masa Tubuh pada pasien hipertensi


Tekanan Darah Indeks Massa Tubuh Frekuensi Persentasi

20
pasien hipertensi
HT stadium 1 Normal 3 30%
Obesitas 7 70%
HT stadium 2 Normal 4 44%
Obesitas 5 56%

Berdasarkan table 5.4 didapatkan pasien Hipertensi Stadium 1 dan


hipertensi stadium 2 terbanyak memiliki indeks masa tubuh obesitas dengan
persentase masing-masing 70% dan 56%.

5.2 Pembahasan
Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan pasien hipertensi stadium 1 sebanyak 20%
dan stadium 2 sebanyak 10%. Salah satu faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
untuk kejadian hipertensi adalah peningkatan usia, sehingga lansia dengan hipertensi
memiliki risiko lebih tinggi untuk kejadian penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal.
Penelitian Lei Wu, dkk yang berlangsung selama 10 tahun, sejak tahun 2001 hingga
tahun 2010, mendapatkan hasil adanya peningkatan prevalensi hipertensi di China
dari 60.1% menjadi 65.2% .33 Tekanan darah secara alami akan meningkat seiring
dengan bertambahnya usia seseorang. Penelitian yang dilakukan Sugiharto,
mendapatkan hasil proporsi hipertensi pada kelompok usia 36-45 tahun sebesar 84%,
usia 45-55 tahun sebesar 93,1%, dan usia 56-65 tahun sebesar 95%.Menurut teori
dikatakan bahwa usia diatas 45 tahun dinding pembuluh darah akan mengalami
penebalan karena adanya penumpukan zat kalogen pada lapisan otot. Sehingga
pembuluh darah akan menyempit dan menjadi kaku.34
Berdasarkan table 5.2 didapatkan pasien Hipertensi Stadium 1 dan hipertensi
stadium 2 terbanyak berjenis kelamin perempuan dengan persentase masing-masing
60% dan 78%. Berbeda dengan penelitian sebelumnya didapatkan prporsi hipertensi
tertinggi pada laki-laki adalah 81,81% dan pada kelompok perempuan adalah
61,90%. Namun pada Analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square, tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi.
Artinya jenis kelamin bukan sebagai faktor risiko untuk kejadian hipertensi.35

21
Menurut Cortas, prevalensi kejadian pada pria sama dengan wanita. Untuk
wanita diatas usia 45 tahun cenderung akan mengalami peningkatan risiko tekanan
darah tinggi (hipertensi) di akibatkan karena terjadinya menopause. 36 Hal ini di
karenakan berkurangnya hormon estrogen pada masa menopause yang
mengakibatkan berkurang pula kadar High Density Lipoprotein (HDL), hal tersebut
akan mempengaruhi terjadinya proses aterosklerosis dan mengakibatkan tekanan
darah tinggi akibat tingginya kadar High Density Lipoprotein (LDL). 37
Berdasarkan table 5.3 didapatkan pasien Hipertensi Stadium 1 dan
hipertensi stadium 2 terbanyak memiliki indeks masa tubuh obesitas dengan
persentase masing-masing 70% dan 56%. Sejalan dengan penelitian Penelitian yang
dilakukan oleh Hendrik, tahun 2012 menunjukan bahwa kenaikan nilai IMT diikuti
dengan kenaikan tekanan darah. Artinya semakin tinggi nilai IMT seseorang maka
peluang untuk terkena hipertensi semakin tinggi pula. Ketika seseorang mengalami
obesitas atau dalam kata lain memiliki berat badan yang berlebih maka orang tersebut
akan membutuhkan lebih banyak darah untuk menyuplai oksigen dan makanan ke
jaringan tubuhnya, sehingga volume darah yang beredar melalui pembuluh darah
meningkat, curah jantung ikut meningkat, dan akhirnya tekanan darah ikut
meningkat. 38

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

22
1. Kesimpulan
a. Pada penelitian ini didapatkan proporsi pasien Hipertensi Stadium 1
sebanyak 10 jiwa dengan persentase 20%, dan Hipertensi Stadium 2
sebanyak 9 jiwa dengan persentase 18%.
b. Pada penelitian ini didpatkan proporsi pasien Hipertensi Stadium 1
dan hipertensi stadium 2 terbanyak berjenis kelamin perempuan
dengan persentase masing-masing 60% dan 78%.
c. Pada penelitian ini didpatkan proporsi pasien Hipertensi Stadium 1
dan hipertensi stadium 2 terbanyak memiliki indeks masa tubuh
obesitas dengan persentase masing-masing 70% dan 56%.

2. Saran
Bagi Penderita Hipertensi
Hendaknya melakukan penatalaksanaan hipertensi dengan baik yaitu berupa
penatalaksanaan farmakologi dengan kontrol kesehatan rutin minum obat
antihipertensi rutin, dan mendapatkan obat hipertensi dengan resep dokter
sehingga dapat meminimalkan terjadinya komplikasi akibat hipertensi. Selain
itu, diharapkan kepada penderita hipertensi yang lansia dapat melakukan
penatalaksanaan nonfarmakologi yang baik dengan menghindari rokok dan
asap rokok, melakukan aktivitas fisik sebanyak minimal 3 kali dalam
seminggu selama 30 menit sehari, dan dapat mengurangi makanan yang
berminyak, makanan bersantan dan makanan yang asin serta dapat mengelola
stres dengan baik.
Bagi Keluarga Penderita Hipertensi
Hendaknya lebih peduli terhadap penatalaksanaan hipertensi pada penderita
hipertensi seperti mau mengantarkan penderita hipertensi untuk kontrol
kesehatan rutin, mengingatkan untuk minum obat antihipertensi rutin,
memberikan makanan yang tidak berminyak, tidak bersantan dan rendah
garam, dan menemani dan mendampingi untuk melakukan aktivitas fisik per

23
hari minimal 30 menit. Selain itu, hendaknya keluarga dapat tidak merokok
di sekitar penderita hipertensi karena menghirup asap rokok dapat
meningkatkan tekanan darah.
Bagi Puskesmas Langsa Timur
Hendaknya melakukan kegiatan atau hal-hal yang dapat mendukung para
penderita hipertensi memiliki penatalaksanaan hipertensi yang lebih baik,
seperti dengan penyuluhan tentang penatalaksanaan hipertensi terutama untuk
kontrol rutin, minum obat rutin dan mendapatkan obat antihipertensi sesuai
dengan resep dokter, penyuluhan tentang tatalaksana nonfarmakologi
hipertensi seperti diet hipertensi, dll. Selain itu, puskesmas hendaknya
melakukan home care dikarenakan beberapa penderita hipertensi terutama
yang lansia tidak dapat periksa kesehatan di puskesmas dengan alasan adanya
keterbatasan seperti stroke dan tidak ada keluarga yang mengantar ke
pelayanan kesehatan.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Hendaknya melakukan penyuluhan terlebih dahulu, pemeriksaan penjaringan
hipertensi kemudian dilakukan pemantauan tekanan darah serta pemantauan
penatalaksanaan bagi penderita hipertensi

DAFTAR PUSTAKA

24
1. Sheldon G. Sheps. Mayo Clinic Hipertension (Terjemahan). Jakarta: Intisari
Mediatama; 2005. p: 26, 158.

2. Brashers, Valentina. 2004. Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan &


Manajemen, Ed 2 (Terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

3. Anggraini, dkk. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada


Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari
sampai Juni 2008 [internet]. c2009 [cited 2011 Oct 7]. Available from:
http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/

4. Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I : Nefrologi dan Hipertensi.
Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2001. p: 519-520.

5. Hendi. Hipertensi dan Rosella [internet]. c2008 Feb 21 [cited 2011 Oct 7].
Available from: http://rohaendi.blogspot.com/2008/02/hipertensi-dan-rosella.html

6. M. Yogiantoro. Hipertensi Esensial. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam


FKUI; 2006. p: 599-601.

7. Leny Gunawan. Hipertensi : Tekanan darah tinggi. Yogyakarta: Percetakan


Kanisus; 2001.

8. Aris Sugiarto. Faktor-faktor Risiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat (Studi


Kasus di Kabupaten Karanganyar) [internet]. c2007 [cited 2011 Oct 7]. p: 29-50,
90-126. Available from: http://eprints.undip.ac.id/

9. WHO. Regional Office for South-East Asia. Department of Sustainable


Development and Healthy Environments. Non Communicable Disease :
Hypertension [internet]. c2011 [cited 2011 Nov 22]. Available from:
http://www.searo.who.int/

10. Nurlaely Fitriana. Hipertensi pada Lansia [internet]. c2010 [cited 2011 Nov 18].
Available from: http://nurlaelyn07.alumni.ipb.ac.id/author/

11. Made Ary Puspita Sari, IGAA Wulan Kristiana, dan Ni L. Pt. Mutiara Ayu K.
Gambaran Faktor-faktor Determinan pada Pasien Hipertensi di Desa Sudimara
Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan Mei 2010 [internet]. c2010 [cited 2011
Nov 22]. p: 8. Available from: http:// dc252.4shared.com/doc/

12. E.J. Corwin. Buku Saku Patofisiologi (Terjemahan) [monograph online]. Jakarta:
EGC; 2001 [cited 2011 Nov 24]. p: 694. Available from:
http://books.google.com/books/

13. Sutin Saleh. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi
pada Pasien di Ruang Inap di RSUP MM Dunda Limboto Kabupaten Gorontalo

25
Tahun 2009 [internet]. c2010 [cited 2011 Nov 22]. p: 10-40. Available from:
http://dc252.4shared.com/doc/4ce64UhQ/preview.html.

14. I Made Astawan. Cegah Hipertensi dengan pola makan. IPB [internet]. c2011
[cited 2011 Nov 22]. Available from: http://indonesiamedia.com/

15. Adriansyah. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Ketidakpatuhan Pasien


Penderita Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan di RSU H. Adam Malik Medan
[internet]. c2010 [cited 2011 Nov 22]. p: 9-16. Available from:
http://repository.usu.ac.id/

16. Chris O’Callaghan. At a Glace : Sistem Ginjal (Terjemahan). Jakarta: Penerbit


Erlangga; 2010. p: 78-80.

17. H.H. Gray, K.D.Dawkins, J.M.Morgan, I.A. Simpson, Kardiologi : Lecture Notes
Ed 4 (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga; 2005.

18. Anggie Hanifa. Prevalensi Hipertensi Sebagai Penyebab Penyakit Ginjal Kronik
Di Unit Hemodialisis RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2009 [internet]. c2010
[cited 2011 Nov 22]. p: 4-13. Available from: http://repository.usu.ac.id/

19. Kaplan M. Norman. Measurenment of Blood Pressure and Primary Hypertension:


Pathogenesis in Clinical Hypertension: Seventh Edition. Baltimore, Maryland
USA: Williams & Wilkins; 1998. p: 28-46.

20. Lam Murni BR Sagala. Perawatan Penderita Hipertensi di Rumah oleh Keluarga
Suku Batak dan Suku Jawa di Kelurahan Lau Cimba Kabanjahe [internet]. c2011
[cited 2012 Feb 9]. p: 10-13. Available from: http://repository.usu.ac.id/

21. Mayo Clinic Staff. High Blood Pressure (Hypertension) [internet]. c2012 Jan
[cited 2012 Jan 29]. Available from: http://www.mayoclinic.com/health/high-
blood-pressure/risk-factors/

22. Adhil Basha. Hipertensi : Faktor Resiko dan Penatalaksanaan Hipertensi


[internet]. c2008 [cited 2011 Nov 26]. Available from: http://pjnhk.go.id/

23. Sandhya Pruthi. Menopause and High Blood Pressure [internet].c2010 Nov [cited
2011 Nov 26]. Available from: http://www.mayoclinic.com/health/

24. Ali Khomsan. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada; 2003. p: 88-96.

25. Efendi Sianturi. Strategi Pencegahan Hipertensi Esensial Melalui Pendekatan


Faktor Risiko di RSU dr. Pirngadi Kota Medan [internet]. c2004 [cited 2011 Nov
26]. p: 10-64, 91. Available from: http://repository.usu.ac.id/

26
26. Yulia. Faktor-faktor Berhubungan dengan Hipertensi pada Lansia di Posyandu
Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2010 [internet].
c2011 [cited 2012 Feb 9]. p: 13-17. Available from: http://repository.usu.ac.id/

27. Krzysztof Narkiewicz. Obesity and Hypertension [internet]. c2005 [cited 2011
Dec 26]. Available from: http://ndt.oxfordjournals.org.

28. Stritzke J, Markus MP, Duderstadt S. Obesity is The Main Risk factor for Left
Atrial Enlargement during Aging. The MONICA/KORA (Monitoring of Trends
and Determinations in Cardiovascular Disease/Cooperative Research in the Region
of Augsburg) Study. J Am Coll Cardiol [internet]. c2009 Nov [cited 2011 Dec 23].
Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/

29. Ashwini Ambekar. Hypertensive Cardiovascular Disease [internet]. c2008 [cited


2011 Dec 24]. Available from: http://www.articleswave.com/

30. Franklin W. Lusby, David Zieve. Hypertensive Retinopathy [internet]. c2010


[cited 2011 Dec 27]. Available from: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/

31. Bramius Mikail dan Asep Candra. Cara Mudah urunkan Tekanan Darah
[internet]. c2011 [cited 2012 Feb 19]. Available from: http://health.kompas.com/

32. Suhardjono. Mengapa Wanita Lebih Kebal Terhadap Hipertensi [internet]. c2012
[cited 2012 Feb 29]. Available from: http://www.penyakit.infogue.com/

33. Wu L, He Y, Jiang B, Sun D, Wang J, Liu M, et al. Trends in prevalence,


awareness, treatment and control of hypertension during 2001-2010 in an Urban
elderly population of China. PLoS One. 2015;10(8):1–13.

34. Sugiharto A(. FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI GRADE II.


Universitas Diponegoro (UNDIP), Semarang; 2007

35. Swandito Wicaksono. 2015. Hubungan Usia Dan Jenis Kelamin Lansia Dengan
Peningkatan Tekanan Darah (Hipertensi) Di Dusun 1 Desa Kembangseri
Kecamatan Talang Empat Bengkulu Tengah Tahun 2015. Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu

36. Cortas K, et al. 2008. Hypertension. Emedicine.

37. Anggraeni, A.D, Waren A, Situmorang E, Asputra H, Siahaan S. 2009.


FaktorFaktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Yang
Berobat Di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari – Juni
2008. Laporan Penelitian: Fakultas Kedokteran Universitas Riau.

38. Hendrik. 2012. Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Tekanan Darah Pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Skripsi: Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara

27
Lampiran 1.

28
Data Kesehatan Masyarakat (primer)
Jenis IMT Interpretasi Tekanan
No Nama Umur BB TB
kelamin Darah
1 Ny. J 65 P 55 156 22,6 Normal 110/70
2 Tn. L 74 L 53 157 21,5 Normal 100/60
3 Ny. K 70 P 60 157 24,3 Obesitas 130/70
4 Ny. L 61 P 55 155 22,9 Normal 110/70
5 Tn. H 65 L 60 157 24,3 Obesitas 140/80
6 Ny. A 61 P 62 160 24,2 Obesitas 140/70
7 Ny. O 67 P 67 157 27,2 Obesitas 160/100
8 Ny. W 65 P 54 155 22,5 Normal 110/70
9 Ny. D 68 P 61 159 24,1 Obesitas 130/80
10 Ny. S 72 P 67 158 26,8 Obesitas 150/100
11 Tn. I 84 L 50 160 19,5 Normal 130/80
12 Ny. F 65 P 57 155 23,7 Obesitas 100/60
13 Ny. A 61 P 52 155 21,6 Normal 110/70
14 Tn. S 77 L 56 154 23,6 Obesitas 140/80
15 Ny. M 61 P 57 158 22,8 Normal 100/60
16 Ny. M 67 P 59 155 24,6 Obesitas 150/100
17 Ny. B 65 P 52 155 21,6 Normal 180/120
18 Ny.S 63 P 59 157 23,9 Obesitas 110/70
19 Ny. S 74 P 56 160 21,9 Normal 130/70
20 Tn. J 80 L 56 160 21,9 Normal 130/80
21 Tn. L 79 L 55 155 22,9 Normal 160/80
22 Ny. S 83 P 54 159 21,4 Normal 100/60
23 Ny. K 67 P 47 155 19,6 Normal 110/70
24 Ny. S 65 P 61 157 24,7 Obesitas 170/90
25 Ny. R 70 P 54 155 22,5 Normal 100/60
26 Ny. T 73 P 68 158 27,2 Obesitas 100/60
27 Ny. E 60 P 63 160 24,6 Obesitas 110/70
28 Ny. T 66 P 55 158 22,0 Normal 120/90
29 Ny. U 72 P 51 155 21,2 Normal 130/80
30 Ny. M 67 P 62 160 24,2 Obesitas 140/100
31 Ny. P 66 P 59 166 21,4 Normal 130/80
32 Ny. L 71 P 57 153 24,3 Obesitas 150/90
33 Ny. W 67 P 62 160 24,2 Obesitas 100/60
34 Tn. P 77 L 65 162 24,8 Obesitas 140/70
35 Tn. K 69 L 57 172 19,3 Normal 130/80
36 Tn. A 75 L 68 162 25,9 Obesitas 110/60
37 Tn. K 71 L 59 167 21,2 Normal 110/60
38 Ny. S 64 P 67 162 25,5 Obesitas 130/80
39 Ny.PD 67 P 59 155 24,6 Obesitas 160/100

29
40 Ny. S 62 P 55 154 23,2 Obesitas 110/70
41 Ny. F 63 P 47 155 19,6 Normal 170/100
42 Ny. G 61 P 49 154 20,7 Normal 200/110
43 Ny. H 69 P 57 162 21,7 Normal 130/70
44 Ny.RJ 61 P 58 155 24,1 Obesitas 100/60
45 Ny. K 80 P 62 168 22,0 Normal 110/70
46 Ny. L 75 P 62 158 24,8 Obesitas 110/60
47 Tn. M 72 L 54 155 22,5 Normal 90/60
48 Ny. B 71 P 67 159 26,5 Obesitas 130/80
49 Ny. C 84 P 62 160 24,2 Obesitas 150/90
50 Tn. P 67 L 64 172 21,6 Normal 140/90
51 Ny. S 64 P 59 169 20,7 Normal 140/60

Lampiran 2

Dokumentasi kegiatan

30
31

Anda mungkin juga menyukai