Anda di halaman 1dari 42

PARADIGMA KEMARITIMAN DAN JEJAK SEJARAH

KEMARITIMAN YANG TERHAPUS

Makalah Kelompok :
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Mata Kuliah Pengantar Ilmu Dan
Teknologi Maritim ( Kelas 02 ) Program Studi Teknik Informatika FT UMRAH
TANJUNGPINANG-KEPULUAAN RIAU

Oleh :

1. Taufik Ramadhan ( 160155201025 )


2. Sufiandy Elmy ( 160155201043 )
3. Randa Dinatha ( 160155201033 )
4. Efrander H. Nababan ( 160155201046 )
5. Zulfa Aliyah ( 160155201030 )
6. Trisnawati ( 160155201036 )

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini. Terima kasih penyusun ucapkan kepada bapak Eko
Prayetno,ST.,M,Engselaku dosen pengampu mata kuliah Pengantar Ilmu dan
Teknologi Maritim. Penyusun sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai sejarah paradigma
kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus. Penyusun juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penyusun berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah penyusun buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
penyusunsendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penyusun mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penyusun
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Tanjungpinang, Februari 2017

Penyusun

i | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus


Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
1.3 Tujuan penulisan .............................................................................................. 6
1.4 Manfaat penulisan ............................................................................................ 6
1.5 Metode penulisan ............................................................................................. 6
BAB II .............................................................................................................................. 7
PARADIGMA KEMARITIMAN DAN JEJAK SEJARAH MARITIM YANG
TERHAPUS ............................................................................................................... 7
2.1 Pengertian Sosial Budaya Masyarakat Maritim ............................................... 7
2.2 Aspek Sosial Budaya Masyarakat Maritim ...................................................... 8
2.3 Masyarakat Pesisir ......................................................................................... 14
2.4 Karakterirstik Masyarakaat Pesisir ................................................................ 15
2.5 Keadaan Masyarakaat Pesisir ........................................................................ 18
2.6 Penyebab Kemiskinan Masyarakaat Pesisir ................................................... 21
2.7 Penyebab Kegagalan Membangun Budaya Maritim Bangsa ......................... 25
2.8 Paradigma Pembangunan SDM dengan Konsep Kebudayaan Maritim ........ 29
2.9 Hal-Hal Mendasar dan mendesak Yang Harus Dikerjakan Indonesia ........... 30
2.10 Kemaritiman Dalam Prespektif Provinsi Kepuluaan Riau .............................. 1
BAB III ............................................................................................................................. 5
PENUTUP ........................................................................................................................ 5
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 5
3.2 Saran ................................................................................................................ 5

ii | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus


Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan dengan posisinya yang strategis terletak
diantara 2 benua, Asia dan Australia, serta di antara 2 samudera yaitu samudera Hindia
dan samudera Pasifik dengan Jumlah pulau lebih dari 17.000 pulau dan wilayahnya
secara umum kurang lebih 70% terdiri dari lautan. Indonesia berada di jalur
persilangan perdagangan dunia dimana paling tidak 70% angkutan barang melalui laut
dari Eropa, Timur Tengah dan Asia Selatan ke wilayah Pasifik, dan sebaliknya, harus
melalui perairan Indonesia.

Untuk menjadi negara poros maritim bukanlah hal yang mudah, poros maritim
itu sendiri diartikan sebagai suatu visi kemaritiman baru Indonesia yang dilandasi oleh
potensi, realitas geografis dan geostrategis Indonesia sebagai negara maritim yang
mempengaruhi dan dipengaruhi dua samudera, Hindia dan Pasifik juga dua benua,
Asia dan Ausralia.

Selain letak geografis Indonesia yang begitu strategis dengan berada diantara
jalur persilangan perdagangan dunia, Indonesia juga negara yang kaya akan
sumberdaya laut, Dengan kemaritimannya yang sangat luas, Indonesia memiliki
banyak potensi-potensi seperti potensi perairannya yang strategis yaitu ALKI atau
Alur Laut Kepulauan Indonesia, potensi sumberdaya kealutan seperti, perikanan
tangkap, perikanan budidaya juga perikanan tambak serta potensi sumberdaya
pertambangan dan energi lepas lantai. Hal ini merupakan modal besar bagi Indonesia
untuk menuju negara poros maritim.

Namun dengan berbagai potensi-potensi kemaritiman yang dimiliki Indonesia,


kemaritiman Indonesia juga tidak luput dari berbagai masalah. Beberapa masalah

3 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus


Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim
kemaritiman Indonesia dapat dijabarkan dalam berbagai masalah strategis dalam
pengembangan sektor maritim Indonesia. Isu dan masalah pertama adalah lingkungan
dan sumber daya alam. Terkait isu dan masalah ini, dapat dicontohkan pada eksploitasi
minyak dan tambang lainnya yang berada pada dualisme, yakni peningkatan energi
dan ekonomi negara versus masalah lingkungan, pencemaran.
Kedua adalah masalah sosial yang lebih banyak mengarah pada ketidak
berdayaan nelayan kita. berbagai persoalan yang dihadapi nelayan, di antaranya
nelayan tradisional susah dalam mengakses fishing ground, juga masalah sosial
lainnya adalah seperti mindset masyarakat Indonesia yang memandang Indonesia
hanya sebagai negara agraris dan melupakan sejarah nenek moyang tentang kekuatan
kerajaan-kerajaan maritim Indonesia dalam menguasai dan melindungi perairan
Indonesia.

Masalah ketiga adalah ekonomi, khususnya dalam kaitan Indonesia di tengah era
ekonomi pasifik. Saat ini kemaritiman Indonesia belum membawa pengaruh signitifan
bagi ekonomi Indonesia, ini dikarenakan Indonesia masih belum bisa menguasai
kemaritimannya dan lebih banyak bergantung pada daerah daratannnya.

Keempat adalah masalah teknologi di mana kelemahan nasional dalam


menguasai dan mengembangkan teknologi di bidang kemaritiman.Dalam kaitan
dengan teknologi ini, persoalan lain yang mengemuka adalah aksesibilitas dan
konektivitas pulau-pulau kecil dengan mainland dalam membuka keterisolasian. Pada
level kebutuhan masyarakat kepulauan sudah banyak persoalan teknologi yang harus
dilawan, begitu pula akan lebih banyak bila persoalan di tingkat negara, seperti
pertahanan dan keamanan di bidang kemaritiman.

Kelautan Indonesia kedepan diharapkan dapat menjadi arus utama pembangunan


nasional dengan memanfaatkan ekosistem perairan laut beserta segenap sumberdaya
yang terkandung di dalamnya secara berkelanjutan (on a sustainable basis) untuk

4 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus


Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim
kesatuan, kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Keinginan tersebut dijabarkan dalam
lima tujuan yang harus dicapai, yaitu: (1) Membangun jaringan sarana dan prasarana
sebagai perekat semua pulau dan kepulauan Indonesia, (2) Meningkatkan dan
menguatkan sumber daya manusia di bidang kelautan yang didukung oleh
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (3) Menetapkan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, aset-aset, dan hal-hal yang terkait dalam kerangka
pertahanan negara, (4) Membangun ekonomi kelautan secara terpadu dengan
mengoptimalkan pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan, dan (5)
Mengurangi dampak bencana pesisir dan pencemaran laut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian Sosial Budaya Masyarakat Maritim


2. Aspek Sosial Budaya Masyarakaat Maritim
a. Fakta Historis
b. Fakta Geografis
c. Sumberdaya Manusia
3. Masyarakaat Pesisir
4. Karakteristik Masyarakat Pesisir
5. Keadaan Masyarakaat Pesisir
6. Penyebab Kemiskinan Masyarakaat Pesisir
7. Penyebab Kegagalan Membangun Budaya Maritim Bangsa
8. Paradigma Pembangunan SDM dengan Konsep Kebudayaan Maritim
9. Hal-Hal Mendasar dan Mendesak Yang Harus Dilakukan Indonesia
10. Kemaritiman Dalam Prespektif Provinsi Kepulauaan Riau

5 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus


Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim
1.3 Tujuan penulisan

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar ilmu dan teknologi maritim.
2. Memberikan informasi kepada pembaca tentang paradigma kemaritiman dan
jejak maritim yang terhapus.

1.4 Manfaat penulisan

1. Agar mahasiswa mengetahui tentang paradigma kemaritiman dan jejak sejarah


maritim yang terhapus.
2. Menambah wawasan mahasiswa tentang kemaritiman .

1.5 Metode penulisan

1. Penulis mencari sumber melalui buku, pdf , ebook dan jurnal.


2. Penulis mencari sumber melalui website yang tersedia di internet.

6 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus


Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim
BAB II
PARADIGMA KEMARITIMAN DAN JEJAK SEJARAH MARITIM
YANG TERHAPUS

2.1 Pengertian Sosial Budaya Masyarakat Maritim

Sosial adalah cara tentang bagaimana para individu saling berhubungan


(Enda, 2010). Sosial dalam arti masyarakat atau kemasyarakatan berarti segala sesuatu
yang bertalian dengan sistem hidup bersama atau atau hidup bermasyarakat dari orang
atau sekelompok orang yang didalamnya sudah tercakup struktur, organisasi, nilai-
nilai Sosial, dan aspirasi hidup serta cara mencapainya (Ranjabar, 2006) . Namun jika
di lihat dari asal katanya, sosial berasal dari kata ”socius” yang berarti segala sesuatu
yang lahir, tumbuh dan berkembang dalam kehidupan secara bersama-sama.

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Menurut ilmu antropologi, kebudayaan
adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar .

Sosial budaya adalah itu sendiri adalah segala hal yang dicipta oleh manusia
dengan pemikiran dan budi nuraninya untuk dan atau dalam kehidupan bermasyarakat.
Atau lebih singkatnya manusia membuat sesuatu berdasar budi dan pikirannya yang
diperuntukkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Masyarakat maritim, yang terdiri dari dua buah kata yang memiliki makna
tersendiri. Maritim yang merupakan segala aktivitas pelayaran dan
perniagaan/perdagangan yang berhubungan dengan kelautan atau disebut pelayaran
niaga. Sedangkan masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri,

7 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus


Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim
cukup lama hidup bersama, mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan
yang sama, dan melakukan sebagian besar kegiatannya di dalam kelompok tersebut
(Horton et. Al,1991).

Masyarakat maritim terbagi menjadi :


1. Masyarakat industri maritim (termasuk komunitas nelayan) adalah
masyarakat yang bermukim di daerah pesisir dengan jenis pekerjaan
yang mengacu pada sumber daya laut dimana kegiatan produksinya
sudah berwujud organisasi modern, teknologinya sudah maju, organisasi
kerjanya lebih kompleks, motif produksinya lebih komersial, dan
struktur sosialnya yang tediferensiasi.
2. Masyarakat maritim tradisional adalah masyarakat yang bermukim di
daerah pesisir dengan jenis pekerjaan berbasis pada sumber daya laut
dalam ciri usaha rumah tangga, menggunakan teknologi yang masih
tradisional, organisasi kerja yang sederhana, motif produksi yang
subsisten dan struktur sosial yang relatif homogen.

Secara garis besar, sosial budaya masyarakat maritim berarti sistem hidup
masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada aktivitas atau perniagaan yang
berhubungan dengan kelautan.

2.2 Aspek Sosial Budaya Masyarakat Maritim


1. Faktor Historis
Negara Indonesia merupakan negara yang banyak memiliki wilayah lautan
daripada daratan. Beberapa bukti bahwa laut lebih luas dari darat (2/3 luas
Indonesia adalah laut), permukaan planet bumi juga 73 % adalah air dan sisanya
darat. Belum lagi dihitung potensi sumberdaya yang terdapat di laut baik
permukaan, kolom perairan maupun dasar laut. sejarah mencatat bahwa bangsa

8 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus


Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim
Indonesia adalah bangsa maritim yang memiliki potensi sumberdaya laut yang
kaya dan budaya bahari yang unggul di masa lalu, seperti Kerajaan Sriwijaya dan
Kerajaan Majapahit.
Konon penjajahlah yang merubah karakter bangsa menjadi petani. Namanya juga
penjajah, selalu mengedepankan ambisinya dengan memperluas perdagangan
rempah-rempah dari hasil pertanian ketika itu.

Untuk memastikan negara Indonesia sebagai negara maritim, maka dapat dilihat
dari bebrapa peristiwa penting, yaitu:

Pertama; Deklarasi Djoeanda (13-12-1957), dengan tindak lanjut adanya konsep


wawasan nusantara, UU No 4/60 tentang Perairan dan UNCLOS 1982. Isi
Deklarasi “Bahwa segala perairan di sekitar, di antara dan yang menghubungkan
pulau-pulau yang termasuk dalam daratan Republik Indonesia, dengan tidak
memandang luas dan lebarnya, adalah bagian yang wajar dari wilayah daratan
Negara Republik Indonesia dan dengan demikian merupakan bagian daripada
perairan pedalaman atau perairan nasional yang berada di bawah kedaulatan
Negara Republik Indonesia. Penentuan batas laut 12 mil yang diukur dari garis-
garis yang menghubungkan titik terluar pada pulau-pulau Negara Republik
Indonesia akan ditentukan dengan Undang-Undang”

Kedua; Deklarasi Benua Maritim Indonesia di Makassar (18-12-1996), dengan


tindak lanjut Konsep Pembangunan Benua Maritim Indonesia, Dewan Kelautan
Nasional. Substansinya adalah menyebut Negara Kesatuan RI beserta perairan
nusantara, laut wilayah, zona tambahan, ZEE, dan landas kontinennya sebagai
Benua Maritim Indonesia. Pembangunan Maritim Indonesia (1998–2004)
mencakup aspek : Perikanan, Pehubungan laut, Industri Maritim, Pertambangan

9 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus


Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim
dan Energi, Wisata Bahari, Pembangunan SDM, IPTEK dan Kelembagaan
Maritim

Ketiga; Deklarasi Bunaken (26-9-1998) dengan tidak lanjut The Ocean Charter.Isi
Deklarasi: Mulai saat ini visi pembangunan dan persatuan nasional Indonesia harus
juga berorientasi laut. Semua jajaran pemerintah dan masyarakat hendaknya juga
memberikan perhatian untuk pengembangan, pemanfaatan, dan pemeliharaan
potensi kelautan Indonesia.

Keempat; Berdirinya Kabinet Gotong Royong dan Kabinet Persatuan (1999-2004)


dengan tindak lanjut Departemen Eksplorasi Laut, Departemen Eksplorasi Laut
dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan, Dewan Maritim Indonesia.
Visi Departemen Kelautan dan perikanan adalah Pengelolaan Sumberdaya
Kelautan dan Perikanan secara Lestari dan bertanggung jawab bagi kesatuan dan
kesejahteraan anak bangsa, sedangkan Misi Pembangunan Kelautan dan Perikanan
: Misi Kesejahteraan : Meningkatkan kesejahteraan nelayan, pembudidaya ikan,
dan pelaku usaha kelautan dan perikanan lainnya; Misi Pertumbuhan :
Meningkatkan peran sektor kelautan dan perikanan sebagai sumber pertumbuhan
ekonomi; Misi Kelestarian : Memelihara daya dukung dan meningkatkan kualitas
lingkungan sumber daya kelautan dan perikanan

Kelima; Seruan Sunda kelapa (27-12-2001), dengan tindak lanjut Gerbang Mina
Bahari yang intinya adalah : Membangun Wawasan Bahari, Menegakkan
Kedaulatan Hukum di laut, Mengembangkan Industri dan Jasa Maritim secara
Optimal dan Lestari, Mengelola Kawasan Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,
Mengembangkan Hukum Nasional di Bidang Maritim

10 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus


Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim
Keenam; Undang-Undang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(UU No 27 Tahun 2007), dengan tindak lanjut yang penting antara lain hak
pengusahaan pesisir dan pulau-pulau kecil diharuskan adanya kelengkapan
dokumen perencanaan (rencana strategis, rencana zonasi, rencana pengelolaan dan
rencana aksi.

Dari keenam peristiwa di atas dapat dikatakan bahwa sebenarnya negara Indonesia
adalah negara maritim. Hal ini dilihat dari keseriusan pemerintah dalam mencita-
citakan kemajuan bangsa di bidang kebaharian. Belum lagi potensi yang besar
yang terkandung di dalamnya.

Juga dapat dikatakan bahwa masyarakat maritim adalah masyarakat yang sangat
didahulukan kepentingannya. Karena tanpa masyarakat maritim, tidak akan ada
yang mengelola laut dan semua usaha pemerintah akan sia-sia.

2. Aspek geografis
Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar
wiliyahnya (62%) merupakan perairan laut, selat dan teluk; sedangkan 38 %
lainnya adalah daratan yang didalamnya juga memuat kandungan air tawar dalam
bentuk sungai, danau, rawa, dan waduk.
Demikian luasnya wiliyah laut di Indonesia sehingga mendorong masyarakat yang
hidup di sekitar wilayah laut memanfaatkan sumber kelautan sebagai tumpuan
hidupnya. Ketergantungan masyarakat terhadap sektor kelautan ini memberikan
identitas tersendiri sebagai masyarakat pesisir dengan pola hidup dan karakteristik
tersendiri.

11 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus


Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim
Desa pesisir merupakan entitas sosial,ekonomi, ekologi dan budaya, yang
menjadi batas antara daratan dan lautan, di mana di dalamnya terdapat suatu
kumpulan manusia yang memiliki pola hidup dan tingkah laku serta karakteristik
tertentu. Masyarakat pesisir ini menjadi tuan rumah di wilayah pesisir sendiri.
Mereka menjadi pelaku utama dalam pembangunan kelautan dan perikanan, serta
pembentuk suatu budaya dalam kehidupan masyarakat pesisir. Banyak diantaranya
faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat pesisir menjadi suatu komunitas yang
terbelakang atau bahkan terisolasi sehingga masih jauh untuk menjadikan semua
masyarakat setempat sejahtera. Dilihat dari faktor internal masyarakat pesisir
kurang terbuka terhadap teknologi dan tidak cocoknya pengelolaan sumberdaya
dengan kultur masyarakat setempat.
Masyarakat pesisir itu sendiri merupakan sekumpulan masyarakat yang
hidup bersama-sama yang mendiami suatu wilayah pesisir, membentuk dan
memiliki kebudayaan yang khas yang terkait dengan ketergantungannya pada
pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut. Tentu masyarakat pesisir tidak hanya
nelayan, melainkan juga pembudidaya ikan, pengolah ikan bahkan pedagang ikan.

3. Sumberdaya manusia

Dalam berbagai literatur temuan hasil penelitian, tingkat pendidikan


nelayan sebagai masyarakt maritim umumnya rendah. Penelitian Muflikhati (2010)
mencatat bahwa rataan lama nelayan mengikuti pendidikian formal berada pada
angka 4,63 tahun yang berarti tidak mencapai kelas 5 Sekolah Dasar. Hal ini
berarti nelayan tersebut rata-rata hanya mengecap tingkat pendidikan maksimal
hingga kelas 5 Sekolah Dasar. Minimnya tingkat raihan nelayan terhadap akses
pendidikan formal ternyata tidak berbeda dengan kondisi nelayan ketika mereka
mengakses jenis pendidikan non formal seperti dalam bentuk kursus, magang atau

12 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus


Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim
pelatihan. Nelayan artisanal di kabupaten Cirebon misalnya, rata-rata hanya dapat
mengakses pendidikan non formal selama 4,9 jam per tahun,

sementara itu nelayan di kabupaten Subang 3,5 jam per tahun, Indramayu 5,8 jam
per tahun, kabupaten Karawang 4,3 jam per tahun dan nelayan di kabupaten
Bekasi 4,8 jam per tahun. Rendahnya capaian tingkat pendidikan formal dan non
formal nelayan di pantai Utara Provinsi Jawa Barat ternyata tidak seluruhnya
sejalan dengan kriteria tingkat kemiskinan yang menggunakan indikator
pemasukan dan pengeluaran. Penelitian Muflikhati (2010) bahwa jika
kesejahteraan nelayan hanya diukur dengan ukuran ekonomi (pendapatan dan
pengeluaran), maka keluarga nelayan dapat dikatakan lebih sejahtera daripada
keluarga bukan nelayan. Namun dengan indikator yang memiliki dimensi lebih
luas dan lebih menjelaskan kondisi kehidupan dari berbagai aspek seperti akses
terhadap pendidikan, terlihat bahwa keluarga nelayan berada dalam kondisi rendah
dalam tingkat kesejahteraannya. Rendahnya tingkat pendidikan formal dan non
formal yang dapat diakses oleh nelayan artisanal pantau Utara Jawa Barat, tidak
menjadikan sulitnya mereka dapat menguasai teknik-teknik dalam kegiatan
perikanan tangkap. Proses sosialisasi dan enkulturasi yang dilakukan oleh nelayan
secara turun temurun, menjadikan pengetahuan kemampuan melaut dan
menangkap ikan dapat tersampaikan antar generasi. Bagi seorang individu nelayan,
proses tersebut tidak berjalan secara singkat, melainkan berlangsung hingga
puluhan tahun. Temuan penelitian ini menunjukkan rata-rata lama responden
bekerja menjadi nelayan yang mencapai hingga 21,28 tahun. Demikian pula
dengan lamanya waktu telah memiliki perahu secara sendiri rata-rata sudah
mencapai waktu 17,26 tahun.

Masyarakat maritim juga memiliki sifat keterbukaan dalam menerima


unsur-unsur dari luar. Sebagai contoh berkembangnya agama islam pada abad 15

13 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus


Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim
dan 16 di Indonesia atau nusantara adalah melalui daerah-daerah atau kota-kota
pelabuhan seperti Samudra Pasai, Aceh, Malakan, Demak, Gresik, dll.

2.3 Masyarakat Pesisir

Masyarakat pesisir adalah sekelompok masyarakat yang dipengaruhi oleh laut


baik sebagian besar atau pun seluruh kehidupannya. Mata pencaharian utama di daerah
pesisir adalah nelayan, walaupun terdapat mata pencaharian di luar nelayan, seperti :
pegawai negeri, pemilik warung, kontraktor, jasa potong rambut, dan masih banyak
usaha di bidang jasa lainnya.
Definisi lainnya dari masyarakat pesisiradalah kelompok orang atau suatu
komunitas yang tinggal di daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya
bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir. Mereka
terdiri dari nelayan pemilik, buruh nelayan, pembudidaya ikan dan organisme laut
lainnya, pedagang ikan, pengolah ikan, supplier factor sarana produksi perikanan.
Dalam bidang non-perikanan, masyarakat pesisir bisa terdiri dari penjual jasa
transportasi dan lain-lain.

Secara sosiologis, masyarakat pesisir memiliki ciri yang khas dalam hal
struktur sosial yaitu kuatnya hubungan antara patron dan klien dalam hubungan pasar
pada usaha perikanan. “Biasanya patron memberikan bantuan berupa modal kepada
14 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus
Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim
klien. Hal tersebut merupakan taktik bagi patron untuk mengikat klien dengan utangnya
sehingga bisnis tetap berjalan”. Dari masalah utang piutang tersebut sering terjadi
konflik, namun konflik yang mendominasi adalah persaingan antar nelayan dalam
memperebutkan sumberdaya ikan yang jumlahnya terbatas. Oleh karena itu, sangatlah
penting adanya pihak yang dapat mengembangkan sumberdaya laut dan mengatur
pengelolaannya.

2.4 Karakterirstik Masyarakaat Pesisir

Karakteristik masyarakat pesisir berbeda dengan karakterisik masyarakat


agraris atau petani. Dari segi penghasilan, petani mempunyai pendapatan yang dapat
dikontrol karena pola panen yang terkontrol sehingga hasil pangan atau ternak yang
mereka miliki dapat ditentukan untuk mencapai hasil pendapatan yang mereka
inginkan. Berbeda halnya dengan masyarakat pesisir yang mata pencahariannya
didominasi dengan pelayan. nelayan bergelut dengan laut untuk mendapatkan
penghasilan, maka pendapatan yang mereka inginkan tidak bisa dikontrol. Nelayan
menghadapi sumberdaya yang bersifat open acces dan beresiko tinggi. Hal tersebut
menyebabkan masyarakat pesisir sepeti nelayan memiliki karakter yang tegas, keras,
dan terbuka”.

15 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus


Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim
Selain itu, karakteristik masyarakat pesisir dapat dilihat dari beberapa aspek
diantaranya,
a. Aspek pengetahuan,
b. Kepercayaan (teologis),
c. Posisi nelayan sosial.

Dilihat dari aspek pengetahuan, masyarakat pesisir mendapat pengetahuan dari


warisan nenek moyangnya misalnya untuk melihat kalender dan penunjuk arah maka
mereka menggunakan rasi bintang. Sementara, dilihat dari aspek kepercayaan,
masyarakat pesisir masih menganggap bahwa laut memilki kekuatan magic sehingga
mereka masih sering melakukan adat pesta laut atau sedekah laut.

- Ciri Khas Wilayah Pesisir

Ditinjau dari aspek biofisik wilayah, ruang pesisir dan laut serta sumberdaya
yang terkandung di dalamnya bersifat khas sehingga adanya intervensi manusia pada
wilayah tersebut dapat mengakibatkan perubahan yang signifikan, seperti bentang
alam yang sulit diubah, proses pertemuan air tawar dan air laut yang menghasilkan
beberapa ekosistem khas dan lain-lain. Ditinjau dari aspek kepemilikan, wilayah

16 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus


Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim
pesisir dan laut serta sumberdaya yang terkandung di dalamnya sering memiliki sifat
terbuka (open access).

Kondisi tersebut berbeda dengan sifat kepemilikan bersama (common


property) seperti yang terdapat di beberapa wilayah di Indonesia seperti Ambon
dengan kelembagaan Sasi, NTB dengan kelembagaan tradisional Awig-Awig dan
Sangihe, Talaud dengan kelembagaan Maneeh yang pengelolaan sumberdayanya
diatur secara komunal. Dengan karakteristik open access tersebut, kepemilikan tidak
diatur, setiap orang bebas memanfaatkan sehingga dalam pembangunan wilayah dan
pemanfaatan sumberdaya sering menimbulkan konflik kepentingan pemanfaatan ruang
dan sumberdaya serta peluang terjadinya degradasi lingkungan dan problem
eksternalitas lebih besar karena terbatasnya pengaturan pengelolaan sumberdaya.

- Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir

Masyarakat pesisir pada umumnya sebagian besar penduduknya bermata


pencaharian di sektor pemanfaatan sumberdaya kelautan (marine resource based),
seperti nelayan, pembudidaya ikan, penambangan pasir dan transportasi laut. Tingkat
pendidikan penduduk wilayah pesisir juga tergolong rendah. Kondisi lingkungan
pemukiman masyarakat pesisir, khususnya nelayan masih belum tertata dengan baik
dan terkesan kumuh. Dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang relatif berada
dalam tingkat kesejahteraan rendah, maka dalam jangka panjang tekanan terhadap
sumberdaya pesisir akan semakin besar guna pemenuhan kebutuhan masyarakat.

17 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus


Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim
Sifat dan karakteristik masyarakat pesisir adalah sebagai berikut:

1. Sangat dipengaruhi oleh jenis kegiatan. Contohnya seperti usaha perikanan


tangkap, usaha perikanan tambak, dan usaha pengelolaan hasil perikanan yang
memang dominan dilakukan.
2. Sangat di pengaruhi oleh faktor lingkungan, musim dan juga pasar.
3. Struktur masyarakat yang masih sederhana dan belum banyak dimasuki oleh pihak
luar. Hal ini dikarenakan baik budaya, tatanan hidup, dan kegiatan masyarakat
relatif homogen dan maasing-masing individu merasa mempunyai kepentingan
yang sama dan tanggung jawab dalam melaksanakan dan mengawasi hukum yang
sudah disepakati bersama.
4. Sebagian besar masyarakan pesisir bekerja sebagai Nelayan. Nelayan adalah
perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang mata pencahariannya atau
kegiatan usahanya melakukan penangkapan ikan.

2.5 Keadaan Masyarakaat Pesisir

Kehidupan masyarakat pesisir adalah mereka – mereka yang hidup dan


menetap di kawasan pesisir dan laut. Realita sosial masyarakat pesisir, menunjukkan
gambaran tentang sebuah potret masyarakat yang relatif terbuka dan mudah menerima
serta merespon perubahan yang terjadi. Hal ini dapat dimaklumi mengingat kawasan
pesisir merupakan kawasan yang sangat terbuka dan memungkinkan bagi
berlangsungnya proses interaksi sosial antara masyarakat setempat dengan masyarakat
pendatang.

Wilayah pesisir adalah interaksi antara tujuan – tujuan dan pemanfaatan –


pemanfaatan kelautan dan terestrial, wilayah pesisir terdiri dari daratan yang

18 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus


Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim
berinteraksi dengan lautan dan ruang lautan yang berinteraksi dengan daratan. Jadi
wilayah pesisir adalah :
- Terdiri dari komponen daratan dan komponen lautan.
- Memiliki batas – batas daratan dan lautan yang ditentukan oleh tingkat
pengaruh dari daratan terhadap lautan dan lautan terhadap daratan.
- Tidak seragam dalam hal kelebaran, kedalaman atau ketinggian.

Wilayah ini adalah wilayah transisi yang menandai tempat perpindahan antara
wilayah daratan dan laut atau sebaliknya . Di wilayah ini, sebahagian besar
masyarakatnya hidup dari mengelola sumber daya pesisir dan laut, baik secara
langsung maupun tidak langsung.

Oleh karena itu, dari perspektif matapencariannya, masyarakat pesisir tersusun


dari kelompok-kelompok masyarakat yang beragam seperti nelayan, petambak,
pedagang ikan, pemilik toko, serta pelaku industri kecil dan menengah pengolahan
hasil tangkap.

Di kawasan pesisiran yang sebahagian besar penduduknya bekerja menangkap


ikan, sekelompok masyarakat nelayan merupakan unsur terpenting bagi eksistensi
masyarakat pesisir. Mereka mempunyi peran yang besar dalam mendorong kegiatan
ekonomi wilayah dan pembentukan struktur sosial budaya masyarakat pesisir.
Sekalipun masyarakat nelayan memiliki peran sosial yang penting, kelompok
masyarakat yang lain juga mendukung aktivitas sosial ekonomi masyarakat.

Masyarakat nelayan merupakan kelompok masyarakat yang pekerjaannya


adalah menangkap ikan. Sebahagian hasil tangkapan tersebut dikonsumsi untuk
keperluan rumah atau dijual seluruhnya. Biasanya isteri nelayan akan mengambil
peran dalam urusan jual beli ikan dan yang bertanggung jawab mengurus domestic
rumahtangga.

19 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus


Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim
Kegiatan melaut dilakukan setiap hari, kecuali pada musim barat, masa terang
bulan, atau malam jumat (libur kerja). Kapan waktu keberangkatan dan kepulangan
melaut umumnya ditentukan oleh jenis dan kualitas alat tangkap. Biasanya nelayan
akan berangkat kelaut pada sore hari setelah Ashar dan kembali mendarat pada pagi
hari.

Tingkat produktivitas perikanan tidak hanya menentukan fluktuasi kegiatan


ekonomi perdagangan desa-desa pesisir, tetap juga mempengaruhi pola-pola konsumsi
penduduknya. Pada saat tingkat penghasilan besar, gaya hidup nelayan cenderung
boros dan sebaliknya ketika musim paceklik tiba mereka akan mengencangkan ikat
pinggang, bahkan tidak jarang barang-barang yang dimilikinya akan dijual untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Dalam masyarakat nelayan, struktur yang terkonstruksi merupakan aktualisasi


dari organisasi kehidupan perahu. Sistem organisasi nelayan memberi ruang yang luas
bagi tumbuhnya penghargaan terhadap nilai-nilai prestatif, kompetitif, beorentasi
keahlian, tingkatan solidaritas sosial kerana faktor nasib dan tantangan alam, serta
loyalitas terhadap pemimpin yang cerdas.

Salah satu karakteristik masyarakat nelayan adalah ketergantungan yang kuat


terhadap lingkungan pesisir. Baik dan buruknya lingkungan pesisir akan berdampak
secara langsung terhadap kehidupan mereka. Hal ini terkait dengan sumber daya
perikanan yang ada seperti ikan tuna, lajang, cumi – cumi dan sebagainya. Hal ini
membentuk hubungan atau relasi timbal balik antara manusia dan alam.

Karena itu, posissi sosial seorang nelayan atau pedagang ikan yang sukses
secara ekonomis dan memiliki modal kultural, seperti suka menderma dan sudah
berhaji, sangat dihormati oleh masyarakat di lingkungannya dan diikuti pendapatnya.
Mereka ini merupakan modal sosial berharga yang bisa didayagunakan untuk
mencapai keberhasilan program pemberdayaan masyarakat pesisir.

20 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus


Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim
2.6 Penyebab Kemiskinan Masyarakaat Pesisir

Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah pembangunan di Negara


Republik Indonesia tercinta. Kedua permasalahan ini memiliki keterkaitan satu sama
lain. Kemiskinan adalah situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena
dikehendaki oleh si miskin melainkan karena tak dapat dihindari dengan kekuatan
yang ada. Kemiskinan didefinisikan sebagai standar hidup yang rendah, yaitu adanya
suatu tingkat kekurangan materi dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum
berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Secara ekonomis, kemiskinan juga
dapat diartikan sebagai kekurangan sumberdaya yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kesejehtaraan sekelompok orang. Kemiskinan memberi gambaran
situasi serba kekurangan seperti terbatasnya modal yang dimiliki, rendahnya
pengetahuan dan keterampilan, rendahnya produktivitas, rendahnya pendapatan,
lemahnya nilai tukar hasil produksi orang miskin dan terbatasnya kesempatan berperan
serta dalam pembangunan

Secara umum, kemiskinan masyarakat pesisir ditengarai disebabkan oleh tidak


terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat, antara lain kebutuhan akan pangan,
kesehatan, pendidikan, pekerjaan, inftastruktur. Di samping itu, kurangnya kesempatan
berusaha, kurangnya akses terhadap informasi, teknologi dan permodalan, budaya dan
gaya hidup yang cenderung boros, menyebabkan posisi tawar masyarakat miskin
semakin lemah. Pada saat yang sama, kebijakan Pemerintah selama ini kurang
berpihak pada masyarakat pesisir sebagat salah satu pemangku kepentingan di wilayah
pesisir.

1. Kondisi Alam

Kompleksnya permasalahan kemiskinan masyarakat pesisir terjadi disebabkan


masyarakat pesisir hidup dalam suasana alam yang keras yang selalu diliputi
ketidakpastian dalam menjalankan usahanya. Musim paceklik yang selalu datang
21 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus
Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim
tiap tahunnya dan lamanya pun tidak dapat dipastikan akan semakin membuat
masyarakat nelayan terus berada dalam lingkaran setan kemiskinan setiap
tahunnya.

2. Tingkat pendidikan

Masyarakat pesisir yang miskin umumnya belum banyak tersentuh teknologi


modern, kualitas sumber daya manusia rendah dan tingkat produktivitas hasil
tangkapannya juga sangat rendah. Tingkat pendidikan masyarakat pesisir
berbanding lurus dengan teknologi yang dapat dihasilkan oleh para mereka, dalam
hal ini teknologi di bidang penangkapan dan pengawetan ikan. Ikan cepat
mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain
disebabkan oleh bakteri dan perubahan kimiawi pada ikan. Oleh karena itu,
diperlukan teknologi pengawetan ikan yang baik. Selama ini, masyarakatpesisir
hanya menggunakan cara yang tradisional untuk mengawetkan ikan. Hal tersebut
salah satunya disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan dan pengusaaan
masyarakatpesisir terhadap teknologi.

3. Pola kehidupan masyarakatpesisirsendiri

Streotipe semisal boros dan malas oleh berbagai pihak sering dianggap menjadi
penyebab kemiskian masyarakatpesisir. Padahal kultur nelayan jika dicermati
justru memiliki etos kerja yang handal. Bayangkan mereka pergi subuh pulang
siang, kemudian menyempatkan waktunya pada waktu senggang untuk
memperbaiki jaring. Memang ada sebagian masyarakatpesisir yang mempunyai
kebiasaan dan budaya boros dan hal tersebut menyebabkan posisi tawar
masyarakat miskin semakin lemah

22 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus


Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim
4. Pemasaran hasil tangkapan

Tidak semua daerah pesisir memiliki Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Hal
tersebut membuat para masyarakatpesisir terpaksa untuk menjual hasil tangkapan
mereka kepada tengkulak dengan harga yang jauh di bawah harga pasaran.

5. Program pemerintah yang tidak memihak masyarakatpesisir

Salah satunya adalah dengan adanya kenaikan BBM yang merupakan momok
bagi masyarakatpesisir, melihat tingginya ketergantungan mereka terutama pada
jenis solar. Jika sampan bermesin ukuran 5-12 PK membutuhkan rata-rata 10 liter
solar sekali melaut, maka setiap sampan akan mengelurakan biaya Rp.21.000
dalam kondisi harga normal atau di pangkalan sebesar Rp.2100. Tetapi pada
umumnya masyarakatpesisir membeli harga solar Rp.25.00-27.000, karena
tergantung pada tingkatan agen yang bermain di lapangan. Semakin banyak
agennya maka semakin panjanglah rantai pasarnya dan semakin tinggilah harga
solar sampai ke tangan nelayan. Harga tersebut ‘terpaksa” dibeli, untuk bisa
melanjutkan hidup dengan melaut, meskipun dengan kondisi pas-pasan.

Selain itu, proses pemangkasan kekuatan rakyat pada masa orde baru,
masih terasakan dengan melemahnya kearifan-kearfian lokal. Dulu, tradisi jamu
laut di Sumatera Utara masih efektif terutama dalam hal pelarangan penangkapan
ikan pada musim tertentu. Biasanya setelah jamu laut, dilarang pergi melaut selama
beberapa hari, dengan demikian ada waktu pemulihan sumber daya ikan . Tak
heran kalau sehabis jamu laut, dipercaya ada berkah laut dengan hasil tangkapan
yang banyak. Sayangnya, semuanya itu tidak lagi seutuhnya terjadi hari ini, karena
jamu lautpun sudah mulai pudar, dan hanya menjadi ritus-ritus belaka. Potret
kemiskinan struktural terjadi karena negara sejak lama mengabaikan potensi bahari
yang kaya raya ini sehingga hanya dikuasai segelinitir orang termasuk sebagain
besar oleh kapal-kapal asing.

23 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus


Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim
Berdasarkan uraian pokok masalah diatas, maka rekomendasi yang harus
dilakukan dalam menanggulangi kemiskinan nelayan adalah:

1. Peningkatan kualitas pendidikan masyarakat nelayan.

Dalam hal ini konteksnya adalah nelayan sebagai kepala rumah tangga, dan
nelayan sebagai seperangkat keluarga. Nelayan yang buta huruf minimal bisa
membaca atau lulus dalam paket A atau B. Anak nelayan diharapkan mampu
menyelesaikan pendidikan tingkat menengah. Sehingga kedepan akses
perkembangan tekhnologi kebaharian, peningkatan ekonomi lebih mudah
dilakukan.

2. Perlunya merubah pola kehidupan nelayan.

Hal ini terkait dengan pola pikir dan kebiasaan. Pola hidup konsumtif harus
dirubah agar nelayan tidak terpuruk ekonominya saat paceklik. Selain itu
membiasakan budaya menabung supaya tidak terjerat rentenir. Selain itu perlu
membangun diverifikasi mata pekerjaan khusus dipersiapkan menghadapi masa
paceklik, seperti pengolahan ikan menjadi makanan, pengelolaan wialyah pantai
dengan pariwisata dan bentuk penguatan ekonomi lain, sehingga bisa
meningkatkan harga jual ikan, selain hanya mengandalakan ikan mentah.

3. Peningkatan kualitas perlengkapan nelayan dan fasilitas pemasaran.

Perlunya dukungan kelengkapan tekhnologi perahu maupun alat tangkap,


agar kemampuan nelayan Indonesia bisa sepadan dengan nelayan bangsa lain.
Begitupula fasilitas pengolahan dan penjualan ikan, sehingga harga jual ikan
bisa ditingkatkan.

4. Perlunya sebuah kebijakan sosial dari pemerintah yang berisikan program yang
memihak nelayan.

24 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus


Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim
Kebijakan pemerintah terkait penanggulangan kemiskinan harus bersifat
bottom up sesuai dengan kondisi, karakteristik dan kebutuhan masyarakat
nelayan. Kebijakan yang lahir berdasarkan partisipasi atau keterlibatan
masyarakat nelayan, bukan lagi menjadikan nelayan sebagai objek program,
melainkan sebagai subjek. Selain itu penguatan dalam hal hukum terkait zona
tangkap, penguatan armada patroli laut, dan pengaturan alat tangkap yang tidak
mengeksploitasi kekayaan laut dan ramah lingkungan.

2.7 Penyebab Kegagalan Membangun Budaya Maritim Bangsa

Sejarah menunjukkan bahwa pada masa lalu, Indonesia memiliki pengaruh


yang sangat dominan di wilayah Asia Tenggara, terutama karena adanya kekuatan
maritim besar di bawah Kerajaan Sriwijaya dan kemudian Majapahit yang telah
banyak meninggalkan banyak bukti sejarah di nusantara yang salah satunya berupa gua
yang dipenuhi lukisan perahu layar dan peninggalan bekas kerajaan Marina yang
didirikan oleh perantau dari Nusantara terletak di wilayah Madagaskar. Selain
Kerajaan Sriwijaya dan Majapait, Kerajaan Singosari juga memiliki armade laut yang
kuat dan mengadakan hubungan dagang secara intensif dengan wilayah sekitarnya.
Oleh karena itu, Sejarah kejayaan nusantara tidak bisa dilepaskan dari
sejarah budaya bahari, karena sejak abad ke-5 jauh sebelum kedatangan orang-orang
eropa di perairan nusantara, pelaut-pelaut negeri ini telah menguasai laut internasional
dan tampil sebagai penjelajah samudra. Indonesia adalah negara dengan pantai
terpanjang ke dua di dunia. Lebih dari itu, Indonesia terletak pada posisi yang sangat
strategis, yaitu pada persilangan dua benua dan dua samudera serta memiliki kekayaan
bahari yang begitu melimpah. Akan tetapi, budaya bahari bangsa Indonesia masih
memprihatinkan. Budaya bahari bangsa Indonesia belum tumbuh kembali, bukan saja
di tengah masyarakat, tetapi juga pada tataran pembuat kebijaksanaan. Sehingga,
Indonesia belum mampu memanfaatkan kelautan sebagai sumber kesejahteraannnya.
Sungguh sangat disayangkan dengan kekayaan tersebut seharusnya masyarakat
25 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus
Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim
Indonesia menjadi masyarakat yang kaya. Namun pada kenyataanya masih banyak
masyarakat Indonesia yang barada dibawah garis kemiskinan.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2008, penduduk miskin di
indonesia mencapai 34,96 juta jiwa dan 63,47 persen % di antaranya adalah
masyarakat yang hidup di kawasan pesisir dan pedesaan.
Sebagai negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia yang wilayah lautnya
termasuk ZEEI (5,8 juta km2) meliputi 75 persen total wilayahnya, teridiri dari 17.504
pulau (baru 13.466 yang telah diberi nama dan didaftarkan ke PBB), dan dikelilingi
95.181 km garis pantai (terpanjang kedua setelah Kanada), pencapaian hasil
pembangunan KP tersebut masih jauh dari potensi kelautan yang Indonesia miliki alias
jauh dari optimal.
Selain itu, pembangunan kelautan masih menyisakan begitu banyak
pekerjaan rumah.Buktinya, hingga kini kontribusi seluruh sektor kelautan terhadap
PDB hanya sekitar 20%. Padahal negara-negara dengan potensi kekayaan laut yang
lebih kecil ketimbang Indonesia, seperti Islandia, Norwegia, Jepang, Korea Selatan,
dan Tiongkok, dan Thailand, kontribusi bidang kelautannya rata-rata sudah di atas
30% PDB.Mayoritas nelayan dan masyarakat pesisir masih terlilit derita kemiskinan.
Sementara, gejala overfishing, kerusakan ekosistem pesisir (terumbu karang, hutan
mangrove, dan estuaria), dan pencemaran melanda sekitar 40% wilayah pesisir dan
laut, seperti Pantai Utara Jawa, sebagian Selat Malaka, Pantai Selatan Sulawesi,
sebagian Pantai Timur Kalimantan, dan muara Sungai Ajkwa di Papua. Praktik
penangkapan ikan ilegal (illegal fishing) oleh nelayan asing, illegal logging, illegal
mining, dan kegiatan ekonomi ilegal lainnya serta perampokan dan perompakan di laut
masih marak.Yang lebih memprihatinkan, bila sejak 2000 – 2004 kinerja ekspor-impor
dan daya saing sektor KP mulai membaik secara signifikan, sejak sepuluh tahun
terakhir kita mulai kebanjiran komoditas ikan impor dan garam.Sebagai akibat dari
rendahnya kinerja sektor transportasi laut (pelayaran, pelabuhan, dan industri galangan
kapal), biaya logistik Indonesia menjadi yang termahal di dunia, mencapai 26%
26 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus
Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim
PDB.Padahal, negara-negara lain lebih rendah dari 15% PDB nya. Lebih dari 75%
barang yang kita ekspor harus melalui Pelabuhan Singapura, karena hampir semua
pelabuhan Indonesia belum jadi hub port yang memenuhi sejumlah persyaratan
internasional.Selain itu, dalam sistem rantai suplai dunia, posisi Indonesia belum
sebagai produsen dan pemasok barang (produk) yang dibutuhkan masyarakat dunia,
melainkan hanya sebagai konsumen (pasar) berbagai barang dan produk dari bangsa-
bangsa lain.
Permasaahan kelautan lain yang tidak kalah pentingnya adalah belum
tuntasnya batas-batas wilayah laut dengan negara-negara tetangga, dan ancaman
terhadap kedaulatan wilayah NKRI.Dan, budaya bangsa yang sejak zaman penjajahan
‘didaratkan’.Padahal, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang 75 persen
wilayahnya berupa laut, seharusnya budaya (culture) bangsa Indonesia adalah budaya
maritim, bukan daratan.
Sementara itu, permasalahan bangsa (nasional) yang krusial dan harus segera
diatasi meliptui: tingginya angka pengangguran dan kemiskinan, kesenjangan antara
penduduk kaya vs. miskin yang kian melebar, disparitas pembangunan antar wilayah
(Jawa vs luar Jawa, KBI vs KTI, dan perkotaan vs perdesaan) yang sangat timpang,
rentannya kedaulatan pangan dan energi nasional, daya saing dan IPM (Indeks
Pembangunan Manusia) yang masih rendah, dan kerusakan SDA dan lingkungan.
Tantangan eksternal (global) yang akan dihadapi sektor KP ke depan adalah
rezim perdagangan bebas (free trade), khususnya pasar tunggal ASEAN yang akan
mulai berlaku Desember tahun depan (2015), dan Perubahan Iklim Global (Global
Climate Change) beserta segenap implikasi (dampak) nya seperti pemanasan suhu
perairan (laut), peningkatan permukaan laut (sea level rise), pemasaman laut (ocean
acidification), cuaca ekstrem, dan lainnya.
Maka dari itu dalam rangka pembangunan nasional berdasarkan Wawasan
Nusantara, pengelolaan perikanan perlu dilakukan dengan sebaik-baiknya dengan cara
sbb:
27 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus
Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim
a. berdasarkan asas manfaat, keadilan, kemitraan, pemerataan,
keterpaduan, keterbukaan, efisiensi dan kelestarian sumberdaya ikan
dan lingkungannya yang berkelanjutan, dengan mengutamakan
perluasan kesempatan kerja, peningkatan taraf hidup bagi nelayan dan
peningkatan penerimaan dan devisa negara. Untuk menjamin
terselenggaranya pengelolaan sumber daya ikan secara optimal dan
berkelanjutan perlu ditingkatkan peranan pengawas perikanan dan
peran serta masyarakat dalam upaya pengawasan dibidang perikanan
secara berdaya guna dan berhasil guna.
b. pengelolaan perikanan wajib didasarkan pada prinsip perencanaan
dan keterpaduan pengendaliannya.
c. Pengelolaan perikanan dilakukan dengan memperhatikan pembagian
kewenangan antara Pemenrintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Pengelolaan perikanan yang memenuhi unsur pembangunan yang
berkesinambungan , yang didukung dengan penelitian dan
pengembangan perikanan seta pengendalian yang terpadu.
Pengelolaan perikanan dengan meningkatkan pendidikan dan
pelatihan serta penyuluhan di bidang perikanan. Keadaan alam, flora
dan fauna, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah serta seni dan
budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumberdaya dan
modal yang besar artinya bagi usaha pengembangan dan peningkatan
kepariwisataan. Kepariwisataan mempunyai peranan penting untuk
memperluas dan meratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja
mendorong pembangunan daerah, memperbesar pendapatan nasional,
serta memupuk rasa cinta tanah air, memperkaya kebudayaan
nasional. Penyelenggaraan kepariwisataan dilaksanakan berdasarkan
asas manfaat,usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan merata,
perikehidupan dalam keseimbangan dan kepercayaan pada diri
28 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus
Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim
sendiri. Penyelenggaraan kepariwisataan bertujuan: memperkenalkan,
mendayagunakan, melestarikan dan meningkatkan mutu objek dan
daya tarik wisata; memupuk rasa cintatanah air dan meningkatkan
persahabatan antar bangsa; memperluas dan memeratakan
kesempatan berusaha dan lapangan kerja; meningkatkan pendapatan
nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat; mendorong pendayabunaan produksi nasional. Indonesia
sebagai negara kepulauan terbesar memiliki potensi kekayaan dan
keindahan laut yang diminati oleh wisatawan dalam dan luar negeri,
serta memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Wisata laut meliputi :
menyelam, berselancar, berlayar pesiar, bermain jet ski, berselancar
angin, serta mengunjungi resort-resort yang tersedia di pulau-pulau.
Pemerintah wajib mengatur pemanfaatan dan pengelolaan
berdasarkan tata ruang wilayah dan dilaksanakan dengan asas
kelestarian, berkelanjutan, keterpaduan, keterpeliharaan, dan
memperhatikan aspek ekologis kawasan serta melibatkan peran serta
masyarakat adat, masyarakat lokal dan masyarakat pesisir sebagai
pemangku kepentingan.

2.8 Paradigma Pembangunan SDM dengan Konsep Kebudayaan Maritim

Bicara mengenai laut, tidak lepas dari segala sumber kekayaan alam yang
belum dirnanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat Indonesia. sumber alam
yang berlimpah ini bisa mem- berikan andil besar bagi kesejahteraan rakyat.
Padahal,laut Indonesia dapat menghasilkan ratusan triliun devisa dengan berbagai
potensi energi terbarukan. Salah satu faktor paling penting dalam menggerakkan
roda ekonomi yang bersumber dari laut adalah ketidak tersediaan sumber daya
manusia yang andal dan profesional. Laode Kamalauddin (Pembangunan Ekonomi

29 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus


Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim
Maritim di Indonesia, 2002) menyebutkan, SDM yang bekerja di sektor maritim
dapat dikelompokkan dalam tujuh kategori, yaitu (1) sebagai pelaut kapal niaga
domestik maupun asing; (2) sebagai penangkap ikan di kapal domestik maupun
asing; (3) sebagai pelaut pada pelayaran rakyat; dan (4) nelayan; (5) tenaga kerja
pada eksplorasi laut lepas pantai; (6) karyawan yang bekerja di ekoturisme; dan (7)
karyawan di bidang kepelabuhanan. Ditaksir total pendapatan yang diperoleh dari
seluruh kegiatan ini mencapai Rp 12, 7 triliun. Namun, pendapatan yang dihasilkan
SDM masih akan meningkat dengan asumsi, pertama, apabila jumlah tenaga kerja
profesional bertambah melalui pendidikan kepelautan dan pendidikan kemampuan
tenaga ahli dalam negeri pada eksplorasi laut. Kedua, adanya penambahan jumlah
kapal penangkapan, kapal penumpang maupun kargo laut. Ketiga, pengurangan
tenaga kerja asing. Keempat, peningkatan kemampuan dan modernisasi peralatan
nelayan dan pelayaran rakyat. Kelima , pendidikan kepelautan yang profesional
seperti penyiapan nakhoda yang andal. Data hasil olahan tahun 2001 dari
statisticInternational Seafarers Suppliers. sebagaimana dikutip oleh Laode dari PT.
Multi KreasiSenalaut Services menempatkan Indonesia pada urutan ketiga dalam
sepuluh negarapenyedia pelaut dunia. Ditopang oleh asumsi pasar kerja di bidang
maritim yang terusberkembang, mengingat sektor maritim memiliki keterkaitan
multi sektoral yang sangatkuat maka potensi pengembangan SDM di bidang
kemaritiman diharapkan dapatberjalan lebih maksimal.

2.9 Hal-Hal Mendasar dan mendesak Yang Harus Dikerjakan Indonesia

Pelaksanaan pembangunan nasional sampai tahun 2025, termasuk didalamnya


pembangunan bidang kelautan, harus berlandaskan pada Undang-undang No. 17
Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–
2025. Dalam UU tersebut juga ditetapkan Visi pembangunan nasional yang ingin
dicapai Indonesia pada 2025, yakni: Indonesia yang mandiri, maju, adil dan

30 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus


Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim
makmur. Kemudian, guna
mewujudkanvisipembangunannasionaltersebut,ditempuhmelalui8(delapan)misi, dan
satu diantaranya merupakan misi yang terkait langsung dengan pembangunan
kelautan nasional, yakni: “Mewujudkan Indonesia menjadi Negara Kepulauan yang
Mandiri,Maju,Kuat,danBerbasiskanKepentinganNasional”.Denganmemperhatikan
cakupanmisitersebut,PembangunanKelautanNasionalselanjutnyadiarahkanpada5
pilarkebijakanutama,yaitu:budayabahari(oceanculture),tatakeloladilaut(ocean
governance),ekonomikelautan(oceaneconomic),keamanandankeselamatandilaut
(maritime security), dan lingkungan laut(marine environment).Secaradiagramatik
keterkaitan sistem pembangunan kelautan nasional ini disajikan padaGambar
berikut :

DalamUndang-
undang(UU)No.32Tahun2004menyebutkanbahwakewenangan pemerintah daerah
di wilayah laut adalah 12 mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas
dan/atau ke arah perairan kepulauan untuk provinsi dan 1/3 dari wilayah

31 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus


Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim
kewenangan provinsi untuk kabupaten/kota. Kewenangan daerah untuk
mengelola wilayahlautmeliputi:
1. Eksplorasi,eksploitasi,konservasi,danpengelolaankekayaanlaut;
2. Pengaturanadministratif;
3. Pengaturantataruang;
4. Penegakanhukumterhadapperaturanyangdikeluarkanolehdaerahatauyang
dilimpahkankewenangannyaolehPemerintah;
5. Ikutsertadalampemeliharaankeamanan;dan
6. Ikutsertadalampertahanankedaulatannegara.

Namundemikianharusdipahamibahwakewenangantersebutharustetapdilanda
si
falsafahbahwalautadalahsebagaipemersatuwilayah,ekonomi,politikmaupunbudaya
sehingga laut tidak dikelola secara terpisah-pisah namun justru harus dilakukan
kerjasamaeratantardaerahbaikprovinsimaupunkabupaten/kota.

Aktivitas ekonomi dalam bidang kelautan mencakup tujuh sektor, yakni:


(i) perhubungan laut, (ii) industri maritim, (iii) perikanan, (iv) wisata bahari, (v)
energi dansumberdayamineral,(vi)bangunankelautan,dan(vii)jasakelautan. Bila
ketujuh sektor bidang kelautan tersebut di atas diintegrasikan dengan baik, maka
tidak mustahil akan memberikan kontribusi yang jauh lebih besar terhadap
pertumbuhan perekonomian nasional dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Sehingga
juga akan mempercepat terwujudnya harapan bangsa Indonesia menikmati manfaat
penuh daripembangunan ekonomi kelautannya.
Dibawahmenunjukkanmodelpembangunanekonomikelautannasional
denganpengembanganintegrasiantarsektoryangdiharapkanmampumengakselerasi
pembangunannasional.

32 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus


Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim
Keberhasilan Indonesia dalam pentas kelautan dunia dibuktikan dengan
keberhasilan
menyelenggarakanpertemuanantarkepalanegaradariInisiatifSegitigaTerumbuKarang
(CoralTriangleInitiative).InisiatifinibermuladarigagasanPresidenRepublikIndonesi
a BapakDr.H.SusiloBambang YudhoyonomengundangkepalanegaraCoralTriangle
Initiative(CTI)untukmeresmikangagasanCTIdalammenjagadansumberdayaterumbu
karangdidaerahsegitigainiyangmeliputi:Malaysia,Filipina,Indonesia,PapuaNew

33 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus


Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim
Guinea,KepulauanSolomondan TimorLeste. Seluruhduniamengakui
bahwadaerahsegitigaterumbukarangadalahsatu-satunyapeninggalanduniadengan
keragaman hayati laut yang tertinggi di dunia, yang hanya terbandingkan dengan
keragamanhayatiHutanAmazondiBrasil.Olehsebabitudaerahinidinamakanjuga
“AmazonoftheOcean”.

DaerahImplementasiSegitiga TerumbuKarang(CoralTriangle
InitiativeforCoralReef,FisheriesandFoodSecurity)

DalamkesepakatanRegionalPlanofAction(RPoA)CTI,disebutkanadalimatujuan
utama dari gagasan CTI yakni:
1. Menetapkandaerahprioritasbentanglaut(seascape)yangdikelolasecaraefektif

2. Penerapanprinsippengelolaansumberdayaperikanandansumberdayakelautan
kelautanlainnyabernasisekosistem
3. Penetapan “Marine ProtectedArea” yang dikelola secara efektif

34 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus


Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim
4. Menerapkanlangkah-langkahadaptasiperubahaniklim

5. Meningkatkan status species di laut yang terancam

Keseluruhan tujuan CTI ini diarahkan pada aspek konservasi terumbu karang,
perikanandanketahananpangan.DengandukunganmitrakerjaCTIyakni Amerika
Serikat,Australia,BankPembangunanAsia(ADB),TheNatureConservancy(TNC),
ConservancyInternational(CI)danWorldWildFundforNature(WWF).kelimatujuan
utamaCTIdapatterlaksanadansedahmemasukitahapimplementasi.Dalam“guiding
principles”CTI,disebutkanbahwapembangunankelautandanperikananharusmengikuti kaidah
kehati-hatian yang disebabkan tingginya nilai keragaman hayati dan potensi
sumberdayaperikananterutamaikanpelagisbesardanjenisikankarangdidaerahCTI.

35 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus


Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim
2.10 Kemaritiman Dalam Prespektif Provinsi Kepuluaan Riau

Menjadikan Indonesia sebagai salah satu poros maritim dunia, adalah


keputusan yang visioner dan strategis, meskipun memerlukan waktu yang panjang,
investasi yang besar dan konsistensi kebijakan pembangunan nasional.

Keputusan ini juga harus mengubah paradigma berpikir kita dari Indonesia
sebagai negara agraris, menjadi Indonesia sebagai negara maritim.Kebijakan ini juga
harus mengubah pendekatan pembangunan nasional kita dari populis sentris ke
potensi wilayah sentris. Karena itu, perlu kebijakan pembangunan nasional jangka
panjang, minimal 25 tahun, agar tidak ganti pemerintahan berganti pula kebijakan.
Visi menjadikan Indonesia sebagai negara maritim ini harus dimasukkan ke dalam
RPJP (rencana pembangunan jangka panjang), kalau dulu disebut GBHN (garis-garis
besar haluan negara) yang diputuskan oleh MPR-RI.

Indonesia sudah sangat terlambat menyadari kompetensi kemaritimannya, dan


sudah 70 tahun merdeka, kemaritiman masih menjadi isu-isu parsial, dan hanya
melintas dari satu seminar ke seminar lainnya, tapi belum diimplementasikan dalam
kebijakan pembangunan nasional secara total. Syukurlah Pemerintah kini
mencanangkan strategi besar ini di awal pemerintahannya. Tapi perlu jalan pintas
untuk mempercepat terwujudnya mimpi besar menjadi poros maritim dunia itu.

Perlu kebijakan dan keputusan yang sungguh-sungguh untuk menjadikan semua


infrastruktur kemaritiman yang sudah wujud selama 70 tahun ini, sebagai modal
dasar untuk membangun Indonesia sebagai negara maritim.

Perlu lompatan dan kebijakan-kebijakan jangka pendek, perlu percontohan


proyek, perlu ditetapkan poros-poros maritim di Indonesia dengan menunjuk daerah-
daerah maritim yang infrastruktur kemaritimannya sudah memadai, terutama
infrastruktur keekonomiannya. Perlu kemauan politik yang kuat dengan
mengutamakan masa depan Indonesia yang lebih baik melalui potensi
kemaritimannya.

Provinsi Kepulauan Riau harus menjadi salah satu poros maritim Indonesia, karena:
1. Kepulauan Riau sudah diberi anugerah potensi kelautan yang melimpah
ruah. Bukan hanya potensi perikanan ratusan juta ton yang bisa ditangkap,
biota laut yang kaya, juga kekayaan tambang gas dan minyak yang besar.
Kalau dalam konteks ekonomi kemaritiman, pertahanan dan ketahanan
wilayah, adalah sektor yang sangat strategis dan niscaya, maka potensi
kelautan dan pertambangan itu memerlukan benteng pertahanan dan
keamanan, dan itu adalah benteng masuk ke Indonesia karena Kepri adalah
kawasan perbatasan terdepan dengan luas perairan dan garis pantai yang luar
biasa panjangnya.
2. Kepulauan Riau punya Batam, sebuah kawasan ekonomi yang sudah
berkembang pesat, sudah menyerap triliunan dana pembangunan nasional,
memiliki keistimewaan sebagai kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas
atau free trade zone (FTZ).
Serta memiliki infrastruktur ekonomi kemaritiman yang memadai. Batam
sudah dianggap Singapura-nya Indonesia. Hongkong-nya Indonesia. Sebuah
pelabuhan bebas yang sudah berkembang. Punya pelabuhan laut yang cukup.
Punya industri kemaritiman yang terbesar di Indonesia, seperti lebih 100
industri galangan kapal. Punya industri lepas pantai dan sudah memproduksi
ratusan buah rig lepas pantai yang kini bertaburan di laut Cina Selatan.
Lembaga keuangan dan dunia usaha yang sudah sangat maju, dan lain-lain.
Ini kelebihan Batam dibanding pusat-pusat pertumbuhan ekonomi maritim
lainnya di Indonesia
3. Kepulauan Riau, meskipun dengan kemampuan dana pembangunan terbatas
dan kebijakan kemaritiman yang belum konsisten dan masih parsial, sudah
menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi berbasis maritim.

Pembangunanekonomi bidang maritimmerupakansalah satu prioritas


programkerja pembangunan. KepulauanRiau
memiliki5wilayahperbatasandenganNegaraSingapura, yaitu KabupatenKarimun,
KotaBatam, KabupatenNatuna, KepulauanAnambas, danKabupaten
Bintan.Potensimaritimyang
dimilikiProvinsiKepulauanRiauantaralainindustribioteknologi kelautan,perairan
dalam,wisatabahari,energikelautan,mineral laut, pelayaran, pertahanan, dan
industrimaritim.Batas maritim memberikan kepastian hukum untukseluruh kegiatan
kelautan,penegakankedaulatandanhukumlaut,khususnyapengelolaan
danpemanfaatan sumber daya perikanan.
Kawasanperbatasandi KepulauanRiauyangakandikembangkanmenjadimodel
pusat kegiatankelautandanperikanan,serta
pusatperdaganganyangterintegrasiadalahKotaBatam. Saat ini, aktivitas di dermaga
Pelabuhan Batam terdiri atas pelayaran lokal,
pelayaranantarpulau,danpelayaransamudera.

DermagapelabuhanBatammerupakanpelabuhanutama di KepulauanRiau
yangdisinggahiolehkapal penumpangdankapal perintis. Jumlah aktivitas pelayarandi
KepulauanRiau sebanyak3.884unit denganvolume3.376.668GRT.
Jumlahkunjungankapaldapatdigunakan
untukmenganalisisaktivitassuatupelabuhankarena datajumlahkunjungankapal di
suatu pelabuhanmenunjukkantingkatkesibukanaktivitas pelabuhan. Semakin
rendahnya aktivitas pelabuhan, biaya logistik semakin tinggi sehingga
biayaoperasionalkurangefisien. Transportasilautbisamendorongpertumbuhan
ekonomi berbasis maritim dan menekan angka inflasi karena disparitas harga
antarwilayah makin rendah.
Namuntingginyabiayalogistikmenyebabkanpengirimanbarang di KepulauanRiau
lebih mahal daripada pengirimanbarangkeluarnegeri.Mahalnyabiayalogistikini
menyebabkantransportasi maritimIndonesiatidakmasukdalampeta
perdaganganmaritim dunia.

KepulauanRiaumemilikipotensisumberdayabesarpadawilayahpesisirdanlaut.
Hal inididukungdenganwilayah
teritorialperairanyangluas,sekaligusmemilikipotensiberbagai jenis biota laut yang
bernilai ekonomitinggi. Provinsi Kepulauan Riau merupakan daerah
kepulauandenganluaslautanyangbesar,denganluasdaratankuranglebih sekitar 5persen
saja. Halini yang membuatsektorperikananmenjadi sumbermatapencaharianutama
pendudukProvinsi KepulauanRiau.Sebagianbesar
produksiperikanandiProvinsimerupakan perikanan tangkap laut dengan hasil
produksi tahun 2013 sebesar 140.597 ton. Selain perikanan tangkap,
pengembangan budidaya perikanan yang meliputi usaha pembenihan
sampaipemanfaatan teknologibudidayasangat cocokdiprovinsiini.DiKabupaten
Bintan, KarimundanNatunaterdapatbudidaya
ikanyangbernilaiekonomissepertiikankerapu, napoleon dankakap. Potensi budidaya
ikanair tawar dapatdikembangkandiKabupatenBintan, KabupatenKarimun,
KabupatenLingga,danKabupatenNatuna. Hasilproduksi perikanan
tangkaplautKepulauanRiaumenyumbang2,46persenterhadaphasilproduksi perikanan
tangkaplautnasionalyangsebesar5.707.012ton pada tahun2013.

Potensi perikananyangbesar
diKepulauanRiauterdapatdiKabupatenKarimundan KotaBatamdidukung
denganperbedaan pasangsurutaruslautyangtinggisehinggapotensi
perikanancukuptinggi.Tantanganyangdihadapidalammengembangkansektorperikana
ndi Kepulauan Riauantaralainbelumterpadunyausahapenangkapan
ikan,tambakikan,serta budidaya perikananlainnya,danpenggunaanteknologi
penangkapan danpengolahan hasilikan yangbelum
memadai.Strategiyangdapatdilakukan untukmengembangkanperekonomian
berbasiskelautanini antaralainpemberiankreditmikrokepadanelayan,
peningkatankualitas
produkperikanandipasarlokaldanuntukekspor,danpengembanganindustriyangberasal
dariprodukolahanikan.Pengembangansektorkelautaniniharusdilakukansecara
konsisten danberkelanjutan agarmemberikan dampakyangbesarbagi
pertumbuhanekonomidan meningkatkankesejahteraanrakyat.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Indonesia sebagai negara kepulauan yang terbesar dilihat dari jumlah pulaunya
dan 75% dari keseluruhan daerah Indonesia adalah perairan. Dari setiap pulau di
Indonesia memiliki kawasan yang banyak di dominasi oleh perairan (laut). Jadi dari
fakta tersebut termuat tulisan yang mengkritisi tentang pemimpin yang bervisi tentang
kemaritiman. indonesia merupakan daerah yang sangat strategis, dimana Indonesia
merupakan negara kepulauan yang menghubungkan dua benua yaitu Asia dan Australia.
Indonesia memiliki empat dari Sembilan choke point yang ada di dunia, hal ini
menyebabkan Indonesia berpeluang menjadi poros maritim dunia.

3.2 Saran
Indonesia berpeluang menjadi poros maritim dunia. Untuk dapat menjadi porors
maritim dunia maka sistem pelabuhan di Indonesia harus dimodernisasi sesuai dengan
standar internasional sehingga pelayanan dan akses di seluruh pelabuhan harus
mengikuti prosedur internasional, karena ada lima pilar konsep poros maritim: budaya
maritim, pengelolaan sumber daya laut, konektifitas maritim, diplomasi maritim, dan
pertahanan maritim.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Suriadi, Agus. 2005. Transformasi Industrial pada Komunitas Nelayan: Studi Kasus di Desa Sei
Apung Jaya Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Sumatera Utara. Medan: Universitas
Sumatera Utara.
[2] Abdillah, Aditya, dkk. 2014. Masyarakat Maritim. Makassar: Universitas Hasanuddin
[3] Kadir Yudi Firgianti, dkk, 2013. Perkembangan Kehidupan Sosial Ekonomi Masyaraka Pesisir
Pantai. Gorontalo: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo Program Studi Pendidikan
Sejarah.
[4] Putra Andika, 2016. Pengertian Masyarakat Nelayan/Pesisir.

[5] Lossin Angkiek, Makalah Pemberdayaan Masyarakat Pesisir.

[6] Bezzeq, 2013. Makalah Tentang Kemiskinan Masyarakat Nelayan di Indonesia.

[7]Rahmatullah, 2010. Menanggulangi Kemiskinan Nelayan.

[8] Arsyad Rosihana, Membangun Budaya Bahari dan Kepentingan Bangsa Indonesia di Laut pada Masa
Kini.
[9] Muhammad Mubarak Chadyka Putra, dkk, 2013. Budaya Bahari Dan Penanggulangan Kemiskinan.
Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.
[10]Dahuri Okhmin, 2014. Membangun Indonesia Sebagai Negara Maritim Yang Maju, Adil-Makmur,
Kuat, dan Berdaulat.
[11] Gazali Imam, 2013. Pembangunan Budaya Maritim Indonesia.
[12] Limbong,Bernhard. 2015, Poros Maritim, Jakarta: Pustaka Margareta
[13] Anthony Septian Pardosi,Potensi Dan Prospek Indonesia MenujuPoros Maritim : Mahasiswa
Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Mulawarman.
[14] Anonim, “Ayo Batam, Bisa lebih hebat dari singapura” www.mmindustri.co .id diakses pada
tanggal 5 Maret 2017
[15] Anonim “ analisis pembangunan wilayah provinsi kepuluan riau (hal 18 )
http://simreg.bappenas.go.id diakses pada tanggal 5 maret 2017
[16] www.academia.edu/9643252/Tantangan_Pembangunan_Maritim
[17] DEWANKELAUTANINDONESIA, KebijakanEkonomiKelautanDengan Model Ekonomi
Biru.
[18]Pemberdayaan Sumber Daya Kelautan, tridiyo kusumastanto.
[19] www.slideshare.net/AzlanAbdurrahman/3-bab-i-sosial-budaya

Anda mungkin juga menyukai