Makalah Kelompok :
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Mata Kuliah Pengantar Ilmu Dan
Teknologi Maritim ( Kelas 02 ) Program Studi Teknik Informatika FT UMRAH
TANJUNGPINANG-KEPULUAAN RIAU
Oleh :
Penyusun
Untuk menjadi negara poros maritim bukanlah hal yang mudah, poros maritim
itu sendiri diartikan sebagai suatu visi kemaritiman baru Indonesia yang dilandasi oleh
potensi, realitas geografis dan geostrategis Indonesia sebagai negara maritim yang
mempengaruhi dan dipengaruhi dua samudera, Hindia dan Pasifik juga dua benua,
Asia dan Ausralia.
Selain letak geografis Indonesia yang begitu strategis dengan berada diantara
jalur persilangan perdagangan dunia, Indonesia juga negara yang kaya akan
sumberdaya laut, Dengan kemaritimannya yang sangat luas, Indonesia memiliki
banyak potensi-potensi seperti potensi perairannya yang strategis yaitu ALKI atau
Alur Laut Kepulauan Indonesia, potensi sumberdaya kealutan seperti, perikanan
tangkap, perikanan budidaya juga perikanan tambak serta potensi sumberdaya
pertambangan dan energi lepas lantai. Hal ini merupakan modal besar bagi Indonesia
untuk menuju negara poros maritim.
Masalah ketiga adalah ekonomi, khususnya dalam kaitan Indonesia di tengah era
ekonomi pasifik. Saat ini kemaritiman Indonesia belum membawa pengaruh signitifan
bagi ekonomi Indonesia, ini dikarenakan Indonesia masih belum bisa menguasai
kemaritimannya dan lebih banyak bergantung pada daerah daratannnya.
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar ilmu dan teknologi maritim.
2. Memberikan informasi kepada pembaca tentang paradigma kemaritiman dan
jejak maritim yang terhapus.
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Menurut ilmu antropologi, kebudayaan
adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar .
Sosial budaya adalah itu sendiri adalah segala hal yang dicipta oleh manusia
dengan pemikiran dan budi nuraninya untuk dan atau dalam kehidupan bermasyarakat.
Atau lebih singkatnya manusia membuat sesuatu berdasar budi dan pikirannya yang
diperuntukkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Masyarakat maritim, yang terdiri dari dua buah kata yang memiliki makna
tersendiri. Maritim yang merupakan segala aktivitas pelayaran dan
perniagaan/perdagangan yang berhubungan dengan kelautan atau disebut pelayaran
niaga. Sedangkan masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri,
Secara garis besar, sosial budaya masyarakat maritim berarti sistem hidup
masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada aktivitas atau perniagaan yang
berhubungan dengan kelautan.
Untuk memastikan negara Indonesia sebagai negara maritim, maka dapat dilihat
dari bebrapa peristiwa penting, yaitu:
Ketiga; Deklarasi Bunaken (26-9-1998) dengan tidak lanjut The Ocean Charter.Isi
Deklarasi: Mulai saat ini visi pembangunan dan persatuan nasional Indonesia harus
juga berorientasi laut. Semua jajaran pemerintah dan masyarakat hendaknya juga
memberikan perhatian untuk pengembangan, pemanfaatan, dan pemeliharaan
potensi kelautan Indonesia.
Kelima; Seruan Sunda kelapa (27-12-2001), dengan tindak lanjut Gerbang Mina
Bahari yang intinya adalah : Membangun Wawasan Bahari, Menegakkan
Kedaulatan Hukum di laut, Mengembangkan Industri dan Jasa Maritim secara
Optimal dan Lestari, Mengelola Kawasan Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,
Mengembangkan Hukum Nasional di Bidang Maritim
Dari keenam peristiwa di atas dapat dikatakan bahwa sebenarnya negara Indonesia
adalah negara maritim. Hal ini dilihat dari keseriusan pemerintah dalam mencita-
citakan kemajuan bangsa di bidang kebaharian. Belum lagi potensi yang besar
yang terkandung di dalamnya.
Juga dapat dikatakan bahwa masyarakat maritim adalah masyarakat yang sangat
didahulukan kepentingannya. Karena tanpa masyarakat maritim, tidak akan ada
yang mengelola laut dan semua usaha pemerintah akan sia-sia.
2. Aspek geografis
Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar
wiliyahnya (62%) merupakan perairan laut, selat dan teluk; sedangkan 38 %
lainnya adalah daratan yang didalamnya juga memuat kandungan air tawar dalam
bentuk sungai, danau, rawa, dan waduk.
Demikian luasnya wiliyah laut di Indonesia sehingga mendorong masyarakat yang
hidup di sekitar wilayah laut memanfaatkan sumber kelautan sebagai tumpuan
hidupnya. Ketergantungan masyarakat terhadap sektor kelautan ini memberikan
identitas tersendiri sebagai masyarakat pesisir dengan pola hidup dan karakteristik
tersendiri.
3. Sumberdaya manusia
sementara itu nelayan di kabupaten Subang 3,5 jam per tahun, Indramayu 5,8 jam
per tahun, kabupaten Karawang 4,3 jam per tahun dan nelayan di kabupaten
Bekasi 4,8 jam per tahun. Rendahnya capaian tingkat pendidikan formal dan non
formal nelayan di pantai Utara Provinsi Jawa Barat ternyata tidak seluruhnya
sejalan dengan kriteria tingkat kemiskinan yang menggunakan indikator
pemasukan dan pengeluaran. Penelitian Muflikhati (2010) bahwa jika
kesejahteraan nelayan hanya diukur dengan ukuran ekonomi (pendapatan dan
pengeluaran), maka keluarga nelayan dapat dikatakan lebih sejahtera daripada
keluarga bukan nelayan. Namun dengan indikator yang memiliki dimensi lebih
luas dan lebih menjelaskan kondisi kehidupan dari berbagai aspek seperti akses
terhadap pendidikan, terlihat bahwa keluarga nelayan berada dalam kondisi rendah
dalam tingkat kesejahteraannya. Rendahnya tingkat pendidikan formal dan non
formal yang dapat diakses oleh nelayan artisanal pantau Utara Jawa Barat, tidak
menjadikan sulitnya mereka dapat menguasai teknik-teknik dalam kegiatan
perikanan tangkap. Proses sosialisasi dan enkulturasi yang dilakukan oleh nelayan
secara turun temurun, menjadikan pengetahuan kemampuan melaut dan
menangkap ikan dapat tersampaikan antar generasi. Bagi seorang individu nelayan,
proses tersebut tidak berjalan secara singkat, melainkan berlangsung hingga
puluhan tahun. Temuan penelitian ini menunjukkan rata-rata lama responden
bekerja menjadi nelayan yang mencapai hingga 21,28 tahun. Demikian pula
dengan lamanya waktu telah memiliki perahu secara sendiri rata-rata sudah
mencapai waktu 17,26 tahun.
Secara sosiologis, masyarakat pesisir memiliki ciri yang khas dalam hal
struktur sosial yaitu kuatnya hubungan antara patron dan klien dalam hubungan pasar
pada usaha perikanan. “Biasanya patron memberikan bantuan berupa modal kepada
14 | Paradigma kemaritiman dan jejak sejarah kemaritiman yang terhapus
Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim
klien. Hal tersebut merupakan taktik bagi patron untuk mengikat klien dengan utangnya
sehingga bisnis tetap berjalan”. Dari masalah utang piutang tersebut sering terjadi
konflik, namun konflik yang mendominasi adalah persaingan antar nelayan dalam
memperebutkan sumberdaya ikan yang jumlahnya terbatas. Oleh karena itu, sangatlah
penting adanya pihak yang dapat mengembangkan sumberdaya laut dan mengatur
pengelolaannya.
Ditinjau dari aspek biofisik wilayah, ruang pesisir dan laut serta sumberdaya
yang terkandung di dalamnya bersifat khas sehingga adanya intervensi manusia pada
wilayah tersebut dapat mengakibatkan perubahan yang signifikan, seperti bentang
alam yang sulit diubah, proses pertemuan air tawar dan air laut yang menghasilkan
beberapa ekosistem khas dan lain-lain. Ditinjau dari aspek kepemilikan, wilayah
Wilayah ini adalah wilayah transisi yang menandai tempat perpindahan antara
wilayah daratan dan laut atau sebaliknya . Di wilayah ini, sebahagian besar
masyarakatnya hidup dari mengelola sumber daya pesisir dan laut, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Karena itu, posissi sosial seorang nelayan atau pedagang ikan yang sukses
secara ekonomis dan memiliki modal kultural, seperti suka menderma dan sudah
berhaji, sangat dihormati oleh masyarakat di lingkungannya dan diikuti pendapatnya.
Mereka ini merupakan modal sosial berharga yang bisa didayagunakan untuk
mencapai keberhasilan program pemberdayaan masyarakat pesisir.
1. Kondisi Alam
2. Tingkat pendidikan
Streotipe semisal boros dan malas oleh berbagai pihak sering dianggap menjadi
penyebab kemiskian masyarakatpesisir. Padahal kultur nelayan jika dicermati
justru memiliki etos kerja yang handal. Bayangkan mereka pergi subuh pulang
siang, kemudian menyempatkan waktunya pada waktu senggang untuk
memperbaiki jaring. Memang ada sebagian masyarakatpesisir yang mempunyai
kebiasaan dan budaya boros dan hal tersebut menyebabkan posisi tawar
masyarakat miskin semakin lemah
Tidak semua daerah pesisir memiliki Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Hal
tersebut membuat para masyarakatpesisir terpaksa untuk menjual hasil tangkapan
mereka kepada tengkulak dengan harga yang jauh di bawah harga pasaran.
Salah satunya adalah dengan adanya kenaikan BBM yang merupakan momok
bagi masyarakatpesisir, melihat tingginya ketergantungan mereka terutama pada
jenis solar. Jika sampan bermesin ukuran 5-12 PK membutuhkan rata-rata 10 liter
solar sekali melaut, maka setiap sampan akan mengelurakan biaya Rp.21.000
dalam kondisi harga normal atau di pangkalan sebesar Rp.2100. Tetapi pada
umumnya masyarakatpesisir membeli harga solar Rp.25.00-27.000, karena
tergantung pada tingkatan agen yang bermain di lapangan. Semakin banyak
agennya maka semakin panjanglah rantai pasarnya dan semakin tinggilah harga
solar sampai ke tangan nelayan. Harga tersebut ‘terpaksa” dibeli, untuk bisa
melanjutkan hidup dengan melaut, meskipun dengan kondisi pas-pasan.
Selain itu, proses pemangkasan kekuatan rakyat pada masa orde baru,
masih terasakan dengan melemahnya kearifan-kearfian lokal. Dulu, tradisi jamu
laut di Sumatera Utara masih efektif terutama dalam hal pelarangan penangkapan
ikan pada musim tertentu. Biasanya setelah jamu laut, dilarang pergi melaut selama
beberapa hari, dengan demikian ada waktu pemulihan sumber daya ikan . Tak
heran kalau sehabis jamu laut, dipercaya ada berkah laut dengan hasil tangkapan
yang banyak. Sayangnya, semuanya itu tidak lagi seutuhnya terjadi hari ini, karena
jamu lautpun sudah mulai pudar, dan hanya menjadi ritus-ritus belaka. Potret
kemiskinan struktural terjadi karena negara sejak lama mengabaikan potensi bahari
yang kaya raya ini sehingga hanya dikuasai segelinitir orang termasuk sebagain
besar oleh kapal-kapal asing.
Dalam hal ini konteksnya adalah nelayan sebagai kepala rumah tangga, dan
nelayan sebagai seperangkat keluarga. Nelayan yang buta huruf minimal bisa
membaca atau lulus dalam paket A atau B. Anak nelayan diharapkan mampu
menyelesaikan pendidikan tingkat menengah. Sehingga kedepan akses
perkembangan tekhnologi kebaharian, peningkatan ekonomi lebih mudah
dilakukan.
Hal ini terkait dengan pola pikir dan kebiasaan. Pola hidup konsumtif harus
dirubah agar nelayan tidak terpuruk ekonominya saat paceklik. Selain itu
membiasakan budaya menabung supaya tidak terjerat rentenir. Selain itu perlu
membangun diverifikasi mata pekerjaan khusus dipersiapkan menghadapi masa
paceklik, seperti pengolahan ikan menjadi makanan, pengelolaan wialyah pantai
dengan pariwisata dan bentuk penguatan ekonomi lain, sehingga bisa
meningkatkan harga jual ikan, selain hanya mengandalakan ikan mentah.
4. Perlunya sebuah kebijakan sosial dari pemerintah yang berisikan program yang
memihak nelayan.
Bicara mengenai laut, tidak lepas dari segala sumber kekayaan alam yang
belum dirnanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat Indonesia. sumber alam
yang berlimpah ini bisa mem- berikan andil besar bagi kesejahteraan rakyat.
Padahal,laut Indonesia dapat menghasilkan ratusan triliun devisa dengan berbagai
potensi energi terbarukan. Salah satu faktor paling penting dalam menggerakkan
roda ekonomi yang bersumber dari laut adalah ketidak tersediaan sumber daya
manusia yang andal dan profesional. Laode Kamalauddin (Pembangunan Ekonomi
DalamUndang-
undang(UU)No.32Tahun2004menyebutkanbahwakewenangan pemerintah daerah
di wilayah laut adalah 12 mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas
dan/atau ke arah perairan kepulauan untuk provinsi dan 1/3 dari wilayah
Namundemikianharusdipahamibahwakewenangantersebutharustetapdilanda
si
falsafahbahwalautadalahsebagaipemersatuwilayah,ekonomi,politikmaupunbudaya
sehingga laut tidak dikelola secara terpisah-pisah namun justru harus dilakukan
kerjasamaeratantardaerahbaikprovinsimaupunkabupaten/kota.
DaerahImplementasiSegitiga TerumbuKarang(CoralTriangle
InitiativeforCoralReef,FisheriesandFoodSecurity)
DalamkesepakatanRegionalPlanofAction(RPoA)CTI,disebutkanadalimatujuan
utama dari gagasan CTI yakni:
1. Menetapkandaerahprioritasbentanglaut(seascape)yangdikelolasecaraefektif
2. Penerapanprinsippengelolaansumberdayaperikanandansumberdayakelautan
kelautanlainnyabernasisekosistem
3. Penetapan “Marine ProtectedArea” yang dikelola secara efektif
Keseluruhan tujuan CTI ini diarahkan pada aspek konservasi terumbu karang,
perikanandanketahananpangan.DengandukunganmitrakerjaCTIyakni Amerika
Serikat,Australia,BankPembangunanAsia(ADB),TheNatureConservancy(TNC),
ConservancyInternational(CI)danWorldWildFundforNature(WWF).kelimatujuan
utamaCTIdapatterlaksanadansedahmemasukitahapimplementasi.Dalam“guiding
principles”CTI,disebutkanbahwapembangunankelautandanperikananharusmengikuti kaidah
kehati-hatian yang disebabkan tingginya nilai keragaman hayati dan potensi
sumberdayaperikananterutamaikanpelagisbesardanjenisikankarangdidaerahCTI.
Keputusan ini juga harus mengubah paradigma berpikir kita dari Indonesia
sebagai negara agraris, menjadi Indonesia sebagai negara maritim.Kebijakan ini juga
harus mengubah pendekatan pembangunan nasional kita dari populis sentris ke
potensi wilayah sentris. Karena itu, perlu kebijakan pembangunan nasional jangka
panjang, minimal 25 tahun, agar tidak ganti pemerintahan berganti pula kebijakan.
Visi menjadikan Indonesia sebagai negara maritim ini harus dimasukkan ke dalam
RPJP (rencana pembangunan jangka panjang), kalau dulu disebut GBHN (garis-garis
besar haluan negara) yang diputuskan oleh MPR-RI.
Provinsi Kepulauan Riau harus menjadi salah satu poros maritim Indonesia, karena:
1. Kepulauan Riau sudah diberi anugerah potensi kelautan yang melimpah
ruah. Bukan hanya potensi perikanan ratusan juta ton yang bisa ditangkap,
biota laut yang kaya, juga kekayaan tambang gas dan minyak yang besar.
Kalau dalam konteks ekonomi kemaritiman, pertahanan dan ketahanan
wilayah, adalah sektor yang sangat strategis dan niscaya, maka potensi
kelautan dan pertambangan itu memerlukan benteng pertahanan dan
keamanan, dan itu adalah benteng masuk ke Indonesia karena Kepri adalah
kawasan perbatasan terdepan dengan luas perairan dan garis pantai yang luar
biasa panjangnya.
2. Kepulauan Riau punya Batam, sebuah kawasan ekonomi yang sudah
berkembang pesat, sudah menyerap triliunan dana pembangunan nasional,
memiliki keistimewaan sebagai kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas
atau free trade zone (FTZ).
Serta memiliki infrastruktur ekonomi kemaritiman yang memadai. Batam
sudah dianggap Singapura-nya Indonesia. Hongkong-nya Indonesia. Sebuah
pelabuhan bebas yang sudah berkembang. Punya pelabuhan laut yang cukup.
Punya industri kemaritiman yang terbesar di Indonesia, seperti lebih 100
industri galangan kapal. Punya industri lepas pantai dan sudah memproduksi
ratusan buah rig lepas pantai yang kini bertaburan di laut Cina Selatan.
Lembaga keuangan dan dunia usaha yang sudah sangat maju, dan lain-lain.
Ini kelebihan Batam dibanding pusat-pusat pertumbuhan ekonomi maritim
lainnya di Indonesia
3. Kepulauan Riau, meskipun dengan kemampuan dana pembangunan terbatas
dan kebijakan kemaritiman yang belum konsisten dan masih parsial, sudah
menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi berbasis maritim.
DermagapelabuhanBatammerupakanpelabuhanutama di KepulauanRiau
yangdisinggahiolehkapal penumpangdankapal perintis. Jumlah aktivitas pelayarandi
KepulauanRiau sebanyak3.884unit denganvolume3.376.668GRT.
Jumlahkunjungankapaldapatdigunakan
untukmenganalisisaktivitassuatupelabuhankarena datajumlahkunjungankapal di
suatu pelabuhanmenunjukkantingkatkesibukanaktivitas pelabuhan. Semakin
rendahnya aktivitas pelabuhan, biaya logistik semakin tinggi sehingga
biayaoperasionalkurangefisien. Transportasilautbisamendorongpertumbuhan
ekonomi berbasis maritim dan menekan angka inflasi karena disparitas harga
antarwilayah makin rendah.
Namuntingginyabiayalogistikmenyebabkanpengirimanbarang di KepulauanRiau
lebih mahal daripada pengirimanbarangkeluarnegeri.Mahalnyabiayalogistikini
menyebabkantransportasi maritimIndonesiatidakmasukdalampeta
perdaganganmaritim dunia.
KepulauanRiaumemilikipotensisumberdayabesarpadawilayahpesisirdanlaut.
Hal inididukungdenganwilayah
teritorialperairanyangluas,sekaligusmemilikipotensiberbagai jenis biota laut yang
bernilai ekonomitinggi. Provinsi Kepulauan Riau merupakan daerah
kepulauandenganluaslautanyangbesar,denganluasdaratankuranglebih sekitar 5persen
saja. Halini yang membuatsektorperikananmenjadi sumbermatapencaharianutama
pendudukProvinsi KepulauanRiau.Sebagianbesar
produksiperikanandiProvinsimerupakan perikanan tangkap laut dengan hasil
produksi tahun 2013 sebesar 140.597 ton. Selain perikanan tangkap,
pengembangan budidaya perikanan yang meliputi usaha pembenihan
sampaipemanfaatan teknologibudidayasangat cocokdiprovinsiini.DiKabupaten
Bintan, KarimundanNatunaterdapatbudidaya
ikanyangbernilaiekonomissepertiikankerapu, napoleon dankakap. Potensi budidaya
ikanair tawar dapatdikembangkandiKabupatenBintan, KabupatenKarimun,
KabupatenLingga,danKabupatenNatuna. Hasilproduksi perikanan
tangkaplautKepulauanRiaumenyumbang2,46persenterhadaphasilproduksi perikanan
tangkaplautnasionalyangsebesar5.707.012ton pada tahun2013.
Potensi perikananyangbesar
diKepulauanRiauterdapatdiKabupatenKarimundan KotaBatamdidukung
denganperbedaan pasangsurutaruslautyangtinggisehinggapotensi
perikanancukuptinggi.Tantanganyangdihadapidalammengembangkansektorperikana
ndi Kepulauan Riauantaralainbelumterpadunyausahapenangkapan
ikan,tambakikan,serta budidaya perikananlainnya,danpenggunaanteknologi
penangkapan danpengolahan hasilikan yangbelum
memadai.Strategiyangdapatdilakukan untukmengembangkanperekonomian
berbasiskelautanini antaralainpemberiankreditmikrokepadanelayan,
peningkatankualitas
produkperikanandipasarlokaldanuntukekspor,danpengembanganindustriyangberasal
dariprodukolahanikan.Pengembangansektorkelautaniniharusdilakukansecara
konsisten danberkelanjutan agarmemberikan dampakyangbesarbagi
pertumbuhanekonomidan meningkatkankesejahteraanrakyat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Indonesia sebagai negara kepulauan yang terbesar dilihat dari jumlah pulaunya
dan 75% dari keseluruhan daerah Indonesia adalah perairan. Dari setiap pulau di
Indonesia memiliki kawasan yang banyak di dominasi oleh perairan (laut). Jadi dari
fakta tersebut termuat tulisan yang mengkritisi tentang pemimpin yang bervisi tentang
kemaritiman. indonesia merupakan daerah yang sangat strategis, dimana Indonesia
merupakan negara kepulauan yang menghubungkan dua benua yaitu Asia dan Australia.
Indonesia memiliki empat dari Sembilan choke point yang ada di dunia, hal ini
menyebabkan Indonesia berpeluang menjadi poros maritim dunia.
3.2 Saran
Indonesia berpeluang menjadi poros maritim dunia. Untuk dapat menjadi porors
maritim dunia maka sistem pelabuhan di Indonesia harus dimodernisasi sesuai dengan
standar internasional sehingga pelayanan dan akses di seluruh pelabuhan harus
mengikuti prosedur internasional, karena ada lima pilar konsep poros maritim: budaya
maritim, pengelolaan sumber daya laut, konektifitas maritim, diplomasi maritim, dan
pertahanan maritim.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Suriadi, Agus. 2005. Transformasi Industrial pada Komunitas Nelayan: Studi Kasus di Desa Sei
Apung Jaya Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Sumatera Utara. Medan: Universitas
Sumatera Utara.
[2] Abdillah, Aditya, dkk. 2014. Masyarakat Maritim. Makassar: Universitas Hasanuddin
[3] Kadir Yudi Firgianti, dkk, 2013. Perkembangan Kehidupan Sosial Ekonomi Masyaraka Pesisir
Pantai. Gorontalo: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo Program Studi Pendidikan
Sejarah.
[4] Putra Andika, 2016. Pengertian Masyarakat Nelayan/Pesisir.
[8] Arsyad Rosihana, Membangun Budaya Bahari dan Kepentingan Bangsa Indonesia di Laut pada Masa
Kini.
[9] Muhammad Mubarak Chadyka Putra, dkk, 2013. Budaya Bahari Dan Penanggulangan Kemiskinan.
Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.
[10]Dahuri Okhmin, 2014. Membangun Indonesia Sebagai Negara Maritim Yang Maju, Adil-Makmur,
Kuat, dan Berdaulat.
[11] Gazali Imam, 2013. Pembangunan Budaya Maritim Indonesia.
[12] Limbong,Bernhard. 2015, Poros Maritim, Jakarta: Pustaka Margareta
[13] Anthony Septian Pardosi,Potensi Dan Prospek Indonesia MenujuPoros Maritim : Mahasiswa
Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Mulawarman.
[14] Anonim, “Ayo Batam, Bisa lebih hebat dari singapura” www.mmindustri.co .id diakses pada
tanggal 5 Maret 2017
[15] Anonim “ analisis pembangunan wilayah provinsi kepuluan riau (hal 18 )
http://simreg.bappenas.go.id diakses pada tanggal 5 maret 2017
[16] www.academia.edu/9643252/Tantangan_Pembangunan_Maritim
[17] DEWANKELAUTANINDONESIA, KebijakanEkonomiKelautanDengan Model Ekonomi
Biru.
[18]Pemberdayaan Sumber Daya Kelautan, tridiyo kusumastanto.
[19] www.slideshare.net/AzlanAbdurrahman/3-bab-i-sosial-budaya