Anda di halaman 1dari 7

Evi yulianti purnama

1810731002
Ilmu Alamiah Dasar

PROSES TERJADINYA TSUNAMI DAN DAMPAKNYA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 latar belakang


Seluruh kehidupan manusia bergantung pada bumi yang menyediakan
berbagai sumber daya alam yang krusial. Bumi tidak selalu aman. Ada banyak
bencana yang sewaktu-waktu dapat terjadi dimuka bumi ini. Bencana alam memang
sudah merupakan hal yang wajar terjadi karena memang seperti itulah alam
mencari keseimbangan. Suatu Kejadian dapat dikategorikan bencana apabila
merusak ataupun mengganggu kehidupan manusia baik yang menimbulkan korban
jiwa maupun kerusakan infrastruktur atau hasil budaya manusia (rumah, bangunan,
jalan, jembatan, bendungan, dan lain-lain).
posisi Kepulauan Indonesia juga strategis yaitu terletak diantara dua benua yaitu
Benua Asia dan Benua Australia serta dua samudera yaitu Samudra Hindia dan
Samudra Pasifik. Secara geologis Kepulauan Indonesia berada pada jalur
penumjaman lempeng bumi, seperti penunjaman Lempeng Samudra Indo-Australia
dengan Lempeng Benua Eurasia yang memanjang dari pantai barat Sumatera
hingga pantai selatan Jawa terus ke timur sampai Nusa Tenggara. Adanya proses
penunjaman ini Kepulauan Indonesia terdapat deretan gunung api terutama dari
Sumatera, Jawa hingga Nusa Tenggara. Keterdapatan deretan gunung api tersebut
memberikan keuntungan bahwa tanah disekitarnya akan menjadi subur dan
produktif. Namun juga adanya gunung api yang masih aktif tersebut bahaya letusan
gunung api juga harus diwaspadai.
Jalur penunjaman lempeng bumi di wilayah Kepulauan Indonesia
merupakan jalur penyebab gempa tektonik yang mana bersifat regional dan
umumnya kerusakan yang ditimbulkan sangat parah. Jalur gempa tersebut secara
geologis berdampingan dengan jalur gempa bumi. Sebagian jalur gempa bumi
tersebut berada di laut sehingga sangat berpotensi menimbulkan bencana tsunami.
Untuk kajian lebih terperinsi, penulis akan menjelaskan proses terjadinya tsunami
dan dampak yang ditimbulkan setelah bencana.
1.2. Rumusan masalah
1. Bagaimana proses terjadinya tsunami?
2. Apa saja dampak yang diakibatkan oleh tsunami?
1.3. Tujuan
1. Mendeskipsikan proses terjadinya tsunami
2. Mendeskipsikan dampak yang diakibatkan oleh tsunami

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 penyebab tsunami


Tsunami dapat dipicu oleh gangguan pada dasar lautan yang menyebabkan
perpindahan sejumlah besar air. Dalam proses kembalinya air yang terganggu ini
menuju ekuilibrium atau keadaan tenang, suatu gelombang dapat terbentuk dan
menyebar meninggalkan pusat gangguan, sehingga menyebabkan
tsunami. Peristiwa-peristiwa yang dapat menyebabkan perpindahan air seperti ini
meliputi gempa bumi bawah laut, longsor yang terjadi di dasar laut, jatuhnya benda
ke dalam air seperti letusan gunung, meteor, atau ledakan senjata.
Pemicu paling umum adalah gempa bumi yang mengakibatkan sekitar
80%–90% dari seluruh tsunami. Gempa yang paling berpotensi menyebabkan
tsunami adalah gempa yang terjadi pada zona penunjaman (daerah pertemuan
dua lempeng yang membenamkan salah satu lempeng tersebut) yang dangkal.
Namun, tidak semua gempa seperti ini menyebabkan tsunami. Biasanya, hanya
gempa berkekuatan di atas 7,0 skala magnitudo momen yang memiliki potensi ini.
Semakin kuat suatu gempa, semakin besar pula peluang tsunami yang disebabkan
oleh gempa tersebut. Selain paling umum, tsunami seperti ini adalah satu-satunya
yang dapat bertahan jauh (termasuk menyeberangi samudera) sehingga
membahayakan daerah yang lebih luas. Tsunami Samudra Hindia 2004 merupakan
contoh tsunami seperti ini, dipicu oleh gempa bermagnitudo 9,1 dan merupakan
tsunami paling mematikan dalam sejarah.

Longsor, baik yang terjadi di daratan (gambar) maupun di dasar laut, dapat memicu
tsunami dengan "melemparkan" material seperti bebatuan ke lautan.
Penyebab umum lainnya adalah tanah longsor, baik yang terjadi di bawah
laut maupun yang terjadi di daratan tetapi memindahkan material seperti bebatuan
ke laut. Karena longsor bawah laut sering terjadi akibat gempa, longsor dapat
memperparah gangguan pada air setelah gempa. Fenomena ini dapat menyebabkan
tsunami bahkan pada gempa dengan kekuatan yang biasanya tidak menyebabkan
tsunami (seperti gempa yang bermagnitudo sedikit di bawah 7,0), atau
menyebabkan tsunami yang lebih besar dari perkiraan berdasarkan kekuatan
gempa. Contohnya, gempa bumi Papua Nugini 1998 hanya bermagnitudo sedikit di
atas 7,0, namun menghasilkan tsunami besar dengan tinggi maksimum 15 meter.
Contoh longsor daratan yang menyebabkan tsunami adalah tsunami Alaska 1958.
Penyebab tsunami lainnya adalah aktivitas vulkanik, terutama dari gunung
berapi yang berada di dekat atau di bawah laut. Umumnya, aktivitas vulkanik
menyebabkan naik atau turunnya bibir gunung berapi, memicu tsunami yang mirip
dengan tsunami gempa bumi bawah laut. Namun, dapat juga terjadi letusan besar
yang menghancurkan pulau gunung berapi di tengah laut, menyebabkan air
bergerak mengisi wilayah pulau tersebut dan memulai gelombang besar. Contoh
tsunami akibat letusan besar seperti ini adalah tsunami letusan Krakatau 1883, yang
mengakibatkan tsunami setinggi lebih dari 40 m.
Selain penyebab-penyebab di atas, ada penyebab tsunami yang lebih langka,
di antaranya benturan benda besar ke dalam air akibat ledakan senjata atau
kejatuhan meteor Benturan ini memicu gelombang air, dan tsunami tsunami yang
dihasilkannya memiliki karakteristik fisika yang mirip dengan tsunami letusan
gunung berapi

2.2 Skema terjadinya tsunami


Tsunami dapat terjadi jika terjadinya gangguan yang menyebabkan
perpindahan sejumlah besar air atau ombak raksasa, letusan gunung api, gempa
bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah
akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami
diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau
turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang
berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang
ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya
tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut dimana
gelombang terjadi, yang kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam.
Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam
dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi
gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat
mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi
penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan
jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa
beberapa kilometer. Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar.
Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera
menelusup ke bawah lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga
dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa
yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-
turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya
terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari
atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami
yang tingginya mencapai ratusan meter.

2.3 Dampak Tsunami


Bencana alam merupakan peristiwa sangat kejadiannya sungguh sangat
tidak diharapkan dan tidak dirindukan. Bagaimana tidak, bencana alam hanya akan
membawa dampak buruk, seperti kehilangan, kemiskinan, kelaparan, dan
kesedihan. Apapun jenis bencana alam yang di bumi, maka tidak ada satupun dari
mereka yang diharapkan kedatangannya olah manusia. Seperti halnya bencana
tsunami ini. Seperti jenis bencana alam lainnya, bencana tsunami juga
menimbulkan banyak sekali dampak atau kerugian. Beberapa dampak tsunami
antara lain adalah sebagai berikut:

1. Terjadi kerusakan dimana- mana


Dampak terjadinya tsunami yang pertama adalah terjadinya kerusakan
dimana- mana. Kerusakan yang dimaksud adalah kerusakan fisik baik bangunan
dan non bangunan. Gelombang besar yang timbul karena tsunami ini dapat
menyapu area daratan, baik daerah pantai (baca: manfaat pantai) maupun daerah-
daerah di sekitarnya. Kerusakan yang terjadi ini adalah di daerah yang terkena
sapuan ombak. Gelombang ombak yang berkekuatan tinggi ini dalam sekejap bisa
meluluh lantakkan bangunan, menyapu pasir atau tanah, merusak perkebunan dan
persawahan masyarakat, merusak tambak dan ladang perikanan, dan lain
sebagainya. Kerusakan yang terjadi ini akan menimbulkan banyak kerugian,
terutama kerugian berupa material.

2. Lahan pertanian dan perikanan rusak


Gelombang tsunami yang dasyat juga dapat menyebabkan lahan pertanian
dan perikanan rusak. Gelombang tsunami dengan kekuatan yang besar mampu
menyapu bersih apa saja yang ada di daratan. Jangankan tanaman yang ada di
sawah, bahkan bangunan pun banyak sekali yang roboh. Selain itu ikan- ikan yang
ditanam di kolam perikanan juga akan tersapu oleh air dari gelombang tsunami
tersebut.

3. Menghambat kegiatan perekonomian


Kita sepakat bahwa semua bencana alam dapat mengacaukan kegiatan
perekonomian di suatu wilayah. Hal ini juga termasuk bencana tsunami. Kerusakan
dan kehilangan yang terjadi akibat gelombang tsunami akan melumpuhkan kegiatan
perekonomian sampai beberapa waktu. Tidak hanya itu saja, namun kerugian yang
disebabkan oleh tsunami mungkin akan menggantikan kegiatan produksi dan
perdagangan dalam waktu tertentu.
4. Kerugian material
Semua bencana alam dapat menimbulkan kerugian yang bersifat materiil,
termasuk juga gelombang tsunami. Kerugian material diantaranya karena robohnya
bangunan, rusak lahan pertanian dan perikanan, dan kehilangan harta bendanya.

5. Kerugian spiritual
Selain kerugian yang bersifat material atau yang dapat diukur dengan uang,
bencana tsunami juga dapat menimbulkan kerugian spiritual. Yang dimaksud
dengan kerugian spiritual adalah kerugian yang tidak berupa harta benda, namun
lebih ke jiwa. Bagaimana seorang anak kecil akan tabah setelah mengalami bencana
alam yang besar, apalagi apabila ia kehilangan anggota keluarganya, maka hal itu
akan menimbulkan trauma di jiwa anak kecil. Akibatnya anak tersebut harus
menjalani beberapa terapi agar terbebas dari traumanya itu. Bahkan hal seperti ini
hanya dialami oleh anak kecil saja, namun juga orang dewasa dan bahkan lanjut
usia.

6. Menimbulkan bibit penyakit


Dampak selanjutnya dari bencana alam tsunami adalah timbulnya bibit
penyakit. Ketika gelombang laut yang tinggi meluluh lantakkan daratan, maka yang
akan kitemukan adalah benda- benda kotor, tanah yang berlumpur dan sebagainya.
Lingkungan yang tidak bersih akan meimbulkan bayak sekali bibit penyakit.
Apalagi jika ditambah dengan jasad- jasad makhluk hidup yang meninggal, maka
lingkungan akan semakin tidak sehat. Disamping itu, apabila tinggal di
pengungsian maka yang akan terjadi adalah timbulnya bibit penyakit karena
kurangnya saranan dan pra sarana.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Bencana alam sudah merupakan kodrat yang pasti terjadi tanpa dapat
diprediksi dengan pasti. Dampak Tsunami sebagian besar mengakibatkan
kerusakan parah dan banyak menelan korban jiwa dan harta benda sehingga
perlu adanya upaya untuk menghadapi tsunami baik dalam keadaan
waspada,persiapan,saat terjadi tsunami dan setelah terjadi tsunami.

3.2 Saran
Untuk mengantisipasi datangnya tsunami yang sampai saat ini belum bisa
diprediksikan dengan tepat kapan dan dimana akan terjadi maka dapat dilakukan
beberapa langkah sebagai berikut :
1. Selalu waspada dan memantau dengan aktif informasi tentang bahaya tsunami
dari pihak yang berwenang terhadap adanya potensi tsunami terutama
penduduk yang bermukim didekat pantai.
2. Menentukan tempat-tempat berlindung yang tinggi dan aman jika terjadi
tsunami.
3. Menyediakan persediaan makanan dan air minum untuk keperluan darurat dan
pengungsian.
4. Menyiapkan tas ransel yang berisi (atau dapat diisi) barang-barang yang sangat
dibutuhkan di tempat pengungsian seperti perlengkapan P3K atau obat-
obatan..
DAFTAR PUSTAKA

Http://www.bmg.go.id/mekanisme_tsunami. diakses 18 Februari 2019

Marchuk, Andrei G.2009. Tsunami Wave Propagation Along Waveguides. The


International Journal of Tsunami Society VOL. 28
Margaritondo, G. 2005. Explaining The Physics Of Tsunamis To Undergraduate
And Non-physics Student.European Journal Of Physics : Institute Of
Physics Publishing

Anda mungkin juga menyukai