Anda di halaman 1dari 34

Unikorn (keuangan)

Unikorn (bahasa Inggris: Unicorn) adalah


perusahaan rintisan milik swasta yang
nilai kapitalisasinya lebih dari $1 miliar.
Istilah ini diciptakan pada tahun 2013
oleh Aileen Lee, seorang pemodal usaha.
Ia memilih hewan mitos ini karena
perusahaan yang sukses seperti ini
tergolong langka.[1][2][3][4] Dekakorn
(decacorn) adalah sebutan untuk
perusahaan yang nilainya lebih dari $10
miliar,[5] sedangkan hektokorn
(hectocorn) untuk perusahaan yang
nilainya lebih dari $100 miliar. Mennurut
TechCrunch, ada 279 unikorn hingga
Maret 2018.[6] Ant Financial, Didi
Chuxing, Uber, Xiaomi, Airbnb, Palantir,
dan Pinterest masuk jajaran unikorn
terbesar di dunia.[7] Dropbox adalah
dekakorn terbaru yang menjadi
perusahaan terbuka pada 23 Maret 2018.

Bill Gurley, rekanan pemodal usaha di


Benchmark memprediksi pada Maret
2015 dan sebelumnya bahwa kenaikan
jumlah unikorn adalah pertanda bahwa
"dunia mulai spekulatif dan tidak
berkelanjutan" sehingga akan memicu
gelombang "unikorn mati".[8][9][10] Ia juga
mengatakan bahwa alasan utama
tingginya nilai unikorn adalah "banyak
sekali uang" yang dapat digelontorkan ke
perusahaan mereka.[11] Penelitian
Universitas Stanford menunjukkan
bahwa nilai rata-rata unikorn 48% lebih
tinggi daripada semestinya.[12][13]

Sejarah
Pada tahun 2013, ketika Aileen Lee
menciptakan istilah "unicorn", baru 39
perusahaan yang tergolong unikorn.[14]
Menurut penelitian Harvard Business
Review, perusahaan rintisan yang
didirikan antara 2012 dan 2015 nilainya
bertambah dua kali lebih cepat daripada
perusahaan rintisan yang didirikan antara
2000 dan 2013.[15]

Pemicu pertumbuhan cepat

Strategi tumbuh cepat

Investor dan badan pemodal usaha


menggunakan strategi Get big fast (GBF)
untuk menghadapi perusahaan rintisan.
Menurut GBF, sebuah perusahaan
rintisan mencoba ekspansi cepat melalui
serangkaian putaran pendanaan besar
dan pemotongan harga supaya pangsa
pasarnya unggul dan pesaingnya cepat
tersingkir.[16] Keuntungan yang
meningkat pesat yang dijanjikan oleh
strategi ini menarik perhatian semua
pihak. Namun, mereka selalu
mempertimbangkan meletusnya
gelembung dot-com tahun 2000 dan
tidak adanya keberlanjutan nilai
perusahaan era Internet dalam jangka
panjang.

Akuisisi perusahaan

Banyak unikorn terbentuk melalui


akuisisi oleh perusahaan terbuka besar.
Apabila tingkat bunga sedang rendah
dan pertumbuhan melambat, banyak
perusahaan seperti Apple, Facebook, dan
Google mengutamakan akuisisi alih-alih
penanaman modal dan pengembangan
proyek investasi internal.[17] Beberapa
perusahaan besar memilih memperluas
operasinya dengan mengakuisisi
perusahaan dengan teknologi dan model
bisnis yang mapan daripada membuat
sendiri.

Modal swasta

Usia rata-rata perusahaan teknologi


sebelum melantai ke bursa efek saat ini
adalah 11 tahun, lebih lama daripada
usia rata-rata empat tahun pada 1999.[18]
Dinamika baru ini berkembang berkat
banyaknya modal swasta yang bisa
diperoleh unikorn serta disahkannya
Jumpstart our Business Startups (JOBS)
Act di Amerika Serikat pada tahun 2012.
Undang-undang ini mengizinkan
perusahaan menambah jumlah
pemegang sahamnya empat kali lipat
sebelum diwajibkan membuka laporan
keuangannya. Jumlah modal swasta
yang ditanam di perusahaan perangkat
lunak naik tiga kali lipat sejak 2013
sampai 2015.[19]

Mencegah IPO

Melalui banyak putaran pendanaan,


perusahaan tidak perlu melewati proses
penawaran umum perdana (IPO/initial
public offering) untuk mendapat modal
atau nilai yang lebih tinggi; mereka
tinggal meminta modal tambahan dari
investor yang sama. IPO juga berpeluang
menurunkan nilai perusahaan apabila
pasar menganggap nilai perusahaan
tidak setinggi itu.[19] Penurunan pasca-
IPO dialami oleh Square, platform
pembayaran daring dan jasa keuangan,
dan Trivago, mesin pencari hotel asal
Jerman. Harga saham kedua perusahaan
ini lebih rendah daripada harga
penawaran perdana.[20][21] Ini disebabkan
oleh terlalu tingginya nilai perusahaan di
pasar swasta yang didongkrak oleh
investor dan badan pemodal usaha.
Pasar tidak setuju dengan nilai
perusahaan sehingga menjatuhkan harga
setiap lembar saham dari harga
sebelumnya (penawaran perdana).
Investor dan perusahaan rintisan juga
malas melantai ke bursa efek karena
peraturannya banyak. Undang-Undang
Sarbanes–Oxley menerapkan aturan
yang lebih ketat setelah banyak
perusahaan bangkrut di Amerika Serikat.
Karena itu, perusahaan rintisan
menghindari kebangkrutan dengan tidak
menawarkan sahamnya ke publik.[17]

Kemajuan teknologi

Perusahaan rintisan memanfaatkan


teknologi-teknologi baru yang muncul
dalam sepuluh tahun terakhir untuk
mendongkrak nilai perusahaan. Seiring
populernya media sosial dan akses ke
jutaan pengguna teknologi ini,
perusahaan rintisan bisa memperbesar
bisnisnya dengan sangat cepat.[17]
Inovasi teknologi baru seperti telepon
pintar, platform P2P, dan komputasi
awan ditambah aplikasi media sosial
turut membantu pertumbuhan unikorn.

Nilai
Perkembangan nilai yang membuat
perusahaan rintisan menjadi unikorn dan
dekakorn berbeda daripada nilai
perusahaan yang sudah mapan. Nilai
perusahaan mapan dihitung dari kinerja
tahun-tahun sebelumnya, sedangkan nilai
perusahaan rintisan dihitung dari potensi
pertumbuhan dan prediksi
perkembangan jangka panjang di
pasarnya.[22] Nilai unikorn biasanya
berasal dari putaran pendanaan dari
badan-badan pemodal usaha besar yang
menanamkan modal di perusahaan
rintisan. Nilai perusahaan rintisan juga
bisa terdongkrak ketika perusahaan yang
lebih besar mengakuisisi sebuah
perusahaan dengan nilai unikorn.
Contohnya, ketika Unilever membeli
Dollar Shave Club[23] dan Facebook
membeli Instagram dengan nilai $1
miliar,[24] kedua perusahaan ini (Dollar
Shave Club dan Instagram) otomatis
menjadi unikorn.
Tren
Ekonomi berbagi

Ekonomi berbagi, juga disebut "konsumsi


kolaboratif" atau "ekonomi sesuai
permintaan", berlandaskan konsep
berbagi sumber daya pribadi. Tren
berbagi sumber daya ini mengubah tiga
dari lima unikorn terbesar (Uber, Didi
Chuxing, dan Airbnb) menjadi
perusahaan rintisan paling bernilai di
dunia. Resesi ekonomi mendorong
konsumen untuk mengetatkan anggaran
belanja. Ekonomi berbagi memungkinkan
konsumen yang sedang berhemat tetap
berbelanja.[25]
Perdagangan elektronik

Perdagangan elektronik dan inovasi


pasar daring perlahan membuat toko
fisik tidak diperlukan lagi. Salah satu
buktinya adalah jatuhnya pamor mal atau
pusat perbelanjaan di Amerika Serikat.
Angka penjualan di mal-mal Amerika
Serikat turun dari $87,46 miliar tahun
2005 menjadi $60,65 miliar tahun
2015.[26] Munculnya perusahaan-
perusahaan perdagangan elektronik
seperti Amazon dan Alibaba (dua-duanya
unikorn sebelum melepas saham ke
publik) meniadakan kebutuhan kehadiran
secara fisik. Banyak perusahaan besar
yang mengamati dan mencoba
beradaptasi dengan tren perdagangan
elektronik. Walmart mengakuisisi
Jet.com, perusahaan perdagangan
elektronik Amerika Serikat, dengan nilai
$3,3 miliar untuk mencoba beradaptasi
dengan preferensi pelanggan.[27]

Model bisnis inovatif

Dalam ekonomi berbagi, berbagai


unikorn dan perusahaan rintisan besar
telah membangun model operasi yang
disebut "orkestrator jaringan".[28] Menurut
model bisnis ini, ada jaringan sejawat
yang menciptakan nilai melalui interaksi
dan saling berbagi. Orkestrator jaringan
bisa menjual produk/jasa, berkolaborasi,
berbagi ulasan, dan membina hubungan
melalui bisnis mereka. Contoh
orkestrator jaringan adalah semua
perusahaan ekonomi berbagi (i.e. Uber,
Airbnb), perusahaan yang mengizinkan
pelanggan berbagi informasi (i.e.
TripAdvisor, Yelp), dan situs jual-beli
individu-ke-individu atau perusahaan-ke-
individu (i.e. Amazon, Alibaba).

Data
Berikut adalah data unikorn per 13 Maret
2018:[6][29]

Jumlah unikorn: 279


Nilai total semua unikorn : $1 triliun
Jumlah total modal yang diberikan:
$205,8 miliar
Jumlah unikorn teknologi baru tahun
2016: 25 (turun 68% per tahun)
Jumlah total unikorn baru tahun 2016:
51

Unikorn terbesar

Tiga dari lima unikorn bernilai tertinggi


terletak di Tiongkok. Dua lainnya
bermarkas di San Francisco, California.[6]

Uber
Nilai saat ini: $69 miliar (Desember
2017)
Total modal yang ditanamkan: $10,7
miliar
Uber, sebelumnya bernama UberCab,
adalah perusahaan jaringan
transportasi yang memungkinkan
pengguna memesan mobil untuk
mengangkut mereka ke tempat lain
(seperti taksi) menggunakan aplikasi
telepon genggam. Uber beroperasi di
81 negara dan 581 kota.[30]
Tahun berdiri: 2009
Pendiri: Garrett Camp, Oscar Salazar,
Travis Kalanick
Sektor industri: Transportasi
Kantor pusat: San Francisco, California
ANT Financial
Nilai saat ini: $60 miliar (Februari
2018)
Total modal yang ditanamkan: $4,5
miliar
ANT Financial, sebelumnya bernama
Alipay, adalah perusahaan pembayaran
yang mengoperasikan platform
pembayaran Alibaba.
Tahun berdiri: 2014
Pendiri: Jack Ma
Sektor industri: Jasa keuangan
Kantor pusat: Xihu District, Hangzhou,
Tiongkok
Didi Chuxing
Nilai saat ini: $56 miliar (Desember
2017)
Total modal yang ditanamkan: $17
Billion
Didi Chuxing, sebelumnya bernama
Didi Kuaidi, adalah perusahaan
jaringan transportasi yang
memungkinkan pengguna memesan
mobil untuk mengangkut mereka ke
tempat lain (seperti Uber)
menggunakan aplikasi telepon
genggam. Didi Chuxing beroperasi di
400 kota dengan 400 juta pengguna di
Tiongkok.
Tahun berdiri: 2012
Pendiri: Cheng Wei, Wu Rui, Zhang Bo
Sektor industri: Transportasi
Kantor pusat: Distrik Haidian, Beijing,
Tiongkok
Xiaomi
Nilai saat ini: $45 miliar (Juli 2017)
Total modal yang ditanamkan: $1.1
miliar
Xiaomi adalah perusahaan elektronika
Tiongkok sekaligus produsen telepon
pintar terbesar kelima di dunia.
Tahun berdiri: 2010
Pendiri: Chuan Wang, Hong Feng,
Huang Jiangji, Jiangji Wong, Lei Jun, Li
Wanqiang, Lin Bin, Liu De, Wang Chuan,
Zhou Guangping
Sektor industri: Perangkat keras
Kantor pusat: Distrik Haidian, Beijing,
Tiongkok
Airbnb
Nilai saat ini: $31 miliar (Desember
2017)
Total modal yang ditanamkan: $3.4
miliar
Airbnb, adalah perusahaan pasar
berbagi properti daring yang
memungkinkan pengguna menginap di
berbagai vila, apartemen, hostel, atau
hotel. Airbnb memiliki 3 juta tempat
penginapan di 65.000 kota di 191
negara.
Tahun berdiri: 2008
Pendiri: Brian Chesky, Joe Gebbia,
Nathan Blecharczyk
Sektor industri: Penginapan &
perjalanan
Kantor pusat: San Francisco, California

Lihat pula
Daftar perusahaan rintisan unikorn
Daftar badan pemodal usaha
Gelembung unikorn
Valuasi (keuangan)
Pendanaan modal usaha

Referensi
1. ^ Rodriguez, Salvador (September 3,
2015). "The Real Reason Everyone Calls
Billion-Dollar Startups 'Unicorns' " .
International Business Times. IBT Media
Inc. Diakses tanggal January 3, 2017.
2. ^ Lee, Aileen (2013). "Welcome To The
Unicorn Club: Learning From Billion-Dollar
Startups" . TechCrunch. Diakses tanggal
26 December 2015. “39 companies belong
to what we call the 'Unicorn Club' (by our
definition, U.S.-based software companies
started since 2003 and valued at over $1
billion by public or private market
investors)... about .07 percent of venture-
backed consumer and enterprise software
startups”
3. ^ Griffith, Erin & Primack, Dan (2015).
"The Age of Unicorns" . Fortune.com.
Diakses tanggal 26 December 2015.
“Subtitle: The billion-dollar tech startup
was supposed to be the stuff of myth.
Now they seem to be... everywhere.”
4. ^ Chohan, Usman (2016). "It's Hard to
Hate a Unicorn, Until it Gores You" . The
Conversation. Diakses tanggal 26 October
2016.
5. ^ Roberts, Daniel & Nusca, Andrew
(2015). "The Unicorn List" . Fortune.
Diakses tanggal 26 December 2015.
6. ^ a b c CrunchBase. "The CrunchBase
Unicorn Leaderboard | TechCrunch" .
TechCrunch (dalam bahasa Inggris).
Diakses tanggal 2018-03-06.
7. ^ Frier, Sarah & Newcomer, Eric (2015).
"The Fuzzy, Insane Math That's Creating
So Many Billion-Dollar Tech Companies" .
Bloomberg L.P. Diakses tanggal 26
December 2015. “Subtitle: Startups
achieve astronomical valuations in
exchange for protecting new investors...
Snapchat, the photo-messaging app
raising cash at a $15 billion valuation,
probably isn't actually worth more than
Clorox or Campbell Soup. So where did
investors come up with that enormous
headline number?”
8. ^ Winkler, Rolfe (2015). "Bill Gurley Sees
Silicon Valley on a Dangerous Path" . The
Wall Street Journal. Diakses tanggal 26
December 2015. ((Perlu berlangganan
(help)). “Subtitle: Subtitle: Venture
capitalist says companies hurt
themselves by trying to delay going public”
9. ^ Blodget, Henry (2008). "Tech: How To
Survive Great Depression 2.0 Without
Firing Everyone" . Business Insider.
Diakses tanggal 26 December 2015. “It
seems every serious venture capital firm
has now had a chat with its portfolio
companies about how it[']s time to fire
people... VC-extraordinaire Bill Gurley's
Benchmark has had the same chat with its
companies, but Bill tells peHUB that
there's actually an alternative to canning
half your company: Move to San Jose”
10. ^ Griffith, Erin (2015). "Bill Gurley
Predicts 'Dead Unicorns' in Startup-Land
this Year" . Fortune. Diakses tanggal 26
December 2015. “Subtitle: A crash would
affect more than just startups. ... Bill
Gurley, the prominent investor behind Uber
and Snapchat, has been sounding the tech
bubble alarm for months now. He's
preached about the dangerous appetite
for risk in the market, the alarmingly high
burn rates and the excess of capital
sloshing around in Silicon Valley. “There is
no fear in Silicon Valley right now,” he said.
“A complete absence of fear.” He added
that more people are employed by money-
losing companies in Silicon Valley than
ever before. Will there be a crash? “I do
think you’ll see some dead unicorns this
year,” he said, using the term used to
describe startups with valuations higher
than $1 billion.”
11. ^ Rob Price (2018). "Legendary
investor Bill Gurley says that there's a
'systematic problem in Silicon Valley'
because it's too easy to get cash" .
Business Insider. Diakses tanggal 12
March 2018. “There's so much easy
money in the tech industry, entrepreneurs
can afford not to be accountable to their
investors. That "excessive amount of
money," he says, can inflate a startup's
valuation — even if they don't deserve it.”
12. ^ Gornall and Strebulaev (2018).
"Squaring Venture Capital Valuations with
Reality" . Stanford University Working
Paper. Diakses tanggal 11 March 2018.
“We develop a valuation model for venture
capital-backed companies and apply it to
135 U.S. unicorns -- private companies
with reported valuations above $1 billion.
We value unicorns using financial terms
from legal filings and find reported unicorn
post-money valuations average 48% above
fair value, with 13 being more than 100%
above.”
13. ^ Sorkin, Andrew (2017). "How
Valuable Is a Unicorn? Maybe Not as
Much as It Claims to Be" . New York
Times. Diakses tanggal 11 March 2018.
“The average unicorn is worth half the
headline price tag that is put out after
each new valuation.”
14. ^ Fan, Jennifer S. "Regulating
Unicorns: Disclosure and the New Private
Economy." BCL Rev. 57 (2016): 583.
15. ^ "How Unicorns Grow" . Harvard
Business Review. Diakses tanggal 2017-
03-30.
16. ^ Sterman, J. D., Henderson, R.,
Beinhocker, E. D., & Newman, L. I. (2007).
Getting big too fast: Strategic dynamics
with increasing returns and bounded
rationality. Management Science, 53(4),
683-696.
17. ^ a b c Howe, Neil. "What's Feeding The
Growth Of The Billion-Dollar 'Unicorn'
Startups?" . Forbes. Diakses tanggal 2017-
03-30.
18. ^ "To fly, to fall, to fly again" . The
Economist. 2015-07-25. ISSN 0013-0613 .
Diakses tanggal 2017-03-30.
19. ^ a b "Grow fast or die slow: Why
unicorns are staying private" . McKinsey &
Company (dalam bahasa Inggris). Diakses
tanggal 2017-03-30.
20. ^ Demos, Telis; Driebusch, Corrie
(2015-11-19). "Square's $9-a-Share Price
Deals Blow to IPO Market" . Wall Street
Journal. ISSN 0099-9660 . Diakses
tanggal 2017-03-31.
21. ^ Balakrishnan, Anita (2016-12-16).
"Trivago IPO opens at $11.20 after pricing
at $11, below its expected range" . CNBC.
Diakses tanggal 2017-03-31.
22. ^ "Valuing high-tech companies" .
McKinsey & Company (dalam bahasa
Inggris). Diakses tanggal 2017-03-30.
23. ^ "Unilever Buys Dollar Shave Club for
$1 Billion" . Fortune. Diakses tanggal
2017-03-30.
24. ^ Raice, Shayndi; Ante, Spencer E.
(2012-04-10). "Insta-Rich: $1 Billion for
Instagram" . Wall Street Journal.
ISSN 0099-9660 . Diakses tanggal 2017-
03-30.
25. ^ Newlands, Murray (July 17, 2015).
"The Sharing Economy: Why it Works and
How to Join" . Forbes. Diakses tanggal
March 31, 2017.
26. ^ Ho, Ky Trang. "How To Profit From
The Death Of Malls In America" . Forbes.
Diakses tanggal 2017-03-31.
27. ^ Nassauer, Sarah (2016-08-08). "Wal-
Mart to Acquire Jet.com for $3.3 Billion in
Cash, Stock" . Wall Street Journal.
ISSN 0099-9660 . Diakses tanggal 2017-
03-31.
28. ^ "Rise of the Unicorns" . Zinnov
Thoughts (dalam bahasa Inggris). 2015-
08-27. Diakses tanggal 2017-04-01.
29. ^ Lunden, Ingrid. "CB Insights: 3,358
tech exits in 2016, 'unicorn births' down
68%" . TechCrunch. Diakses tanggal 2018-
03-06.
30. ^ "Uber Cities" . uberestimator.com
(dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal
2017-03-31.
Diperoleh dari
"https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Unikorn_(keuangan)&oldid=14646778"

Terakhir disunting 2 bulan yang lal…

Konten tersedia di bawah CC BY-SA 3.0 kecuali


dinyatakan lain.

Anda mungkin juga menyukai