Anda di halaman 1dari 15

Agama dan Filsafat Dalam Pemikiran Ibnu Sina

Mukhtar Gozali
(Dosen Prodi Tasawuf Psikoterapi/mukhtarg@uinsgd.ac.id)

Abstrak
Ibnu Sina merupakan filosof Muslim penting yang membangun teori Kenabian dengan
risalahnya Itsbatal-Nubuwat.Dia menandai puncak falsafah Islam dengan pemikirannya
tentang falsafah paripatetik, yang dikenal sebagai Masya’i, yaitu filsafat sinkretis (sintetis
dari ajaran-ajaran Wahyu, Islam, Aristotelianisme dan Neoplatonisme).

Sebagaimana filososf lainnya, Ibnu Sina merupakan filosof Muslim yang oleh sebagian
orang dikritisi hanya sebagai duplikasi dari Hellenisme (filsafat Yunani), yang tidak
mencerminkan pemikiran Islam. Padahalmereka yang melahirkan filsafat Islam dan
berupaya serta berhasil memadukan wahyu dengan akal, akidah dengan hikmah, agama
dengan filsafat.Yang menjelaskan kepada manusia bahwa wahyu tidak bertentangan
dengan akal.

Ibn Sina membuat sintetis final tentang Islam dengan filsafat Aristotelianisme dan
Neoplatonisme menjadi sebuah dimensi intelektual yang permanen dalam dunia Islam dan
bertahan sebagai ajaran filsafat yang hidup sampai hari ini. Ibn Sina adalah penggali yang
amat sempurna dan penerjemah abadi filsafast paripatetik yang menunjukkan sampai ke
pintu gerbang filsafat teosofiiluminasi yang menandakan penyatuan filsafat dan spiritual
secara integral.Satu setengah abad setelah Filsafat masya’i ia menghantarkan Shihabuddin
Suhrawardi ke filsafat iluminasi (al-ishraq).

Kata Kunci
Ibnu Sina, Filsafat Islam, Falsafah Paripatetik, Itsbat Nubuwat, Masya’i Hellenisme

Abstract
Ibn Sina is an important Muslim philosopher who built the theory of Prophethood with his
treatise Itsbat al-Nubuwat. He marks the pinnacle of the Islamic philosophy with his
thoughts on paripathetic philosophy, known as Masya'i, the syncretic philosophy (synthetic
from the teachings of Revelation, Islam, Aristotelianism and Neoplatonism). Like other
philosophers, Ibn Sina is a Muslim philosopher whom some criticized only as a duplication
of Hellenism (Greek philosophy), which does not reflect Islamic thought. Yet those who
gave birth to Islamic philosophy and strive and successfully combine revelation with
reason, creed with wisdom, religion with philosophy. That explains to man that revelation
is not contrary to reason.

Ibn Sina makes a final synthetic of Islam with the philosophy of Aristotelianism and
Neoplatonism into a permanent intellectual dimension in the Islamic world and endures as
a philosophical teaching that lives to this day. Ibn Sina is a perfect digger and eternal
translator of paripathetic philosophy which shows up to the philosophical gates of the
illumination theosophy which signifies integral integral integration of philosophy and
spirituality. One and a half centuries after the Philosophy of masya'i he brought
Shihabuddin Suhrawardi to the illumination philosophy (al-ishraq) .

Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam


22
A. Pendahuluan Mu’tazilah yang kecenderungan
Falsafah Islam mempunyai ciri rasionalnya seiring dengan Mu’tazilah. Dan
orisinalitas, kendati falsafah Islam banyak puncak falsafah Islam ditandai oleh
dipengaruhi oleh falsafah Yunani, tetapi ia pemikiran Ibn Sina, tentang falsafah
bukan copy paste dari Hellenisme. Semua paripatetik17 atau dikenal sebagai Masya’i,
pemikir Muslim berpandangan bahwa adalah filsafat sinkretis atau sintetis dari
wahyu adalah sumber ilmu Pengetahuan. ajaran-ajaran wahyu, Islam,
18
Ibn Sina misalnya, membangun teori Aristotelianisme, Neoplatonisme.
kenabian dengan risalahnya Itsbat al- Jadi, Ibnu Sina dan para filosof
Nubuwat. Para filosof Muslim banyak lainnya adalah seorang filosof Muslim yang
mencurahkan pemikirannya untuk oleh sebagian orang dikritisi hanya sebagai
membahas kehidupan sesudah mati, baik- duplikasi dari Hellenisme (filsafat Yunani)
buruk, pahala dan dosa, tanggung jawab yang tidak mencerminkan pemikiran Islam.
pribadi dihadapan Allah, kehendak bebas Tuduhan itu tidak mendasar sama sekali.
(free will), keterpaksaan (determinisme), Sebab para filosof yang melahirkan filsafat
asal-usul penciptaan dan sebagainya. Islam tersebut, berupaya dan berhasil
Semuanya merupakan satu kesatuan dari memadukan antara wahyu dengan akal,
ajaran Islam. antara akidah dengan hikmah, antara agama
Ilmu kalam misalnya, walaupun dengan filsafat dan berupaya menjelaskan
dipengaruhi oleh falsafah bukan berarti kepada manusia bahwa wahyu tidak
hasil jiplakan dari falsafah. Justru didalam bertentangan dengan akal.
Ilmu Kalam nampak nyata orisinalitas Ditegaskan oleh Ibn Rusyd dalam
pemikiran kaum Muslimin. Fashal al-Maqal, bahwa kegiatan
CakNur dalam bukunya “Islam berfilsafat adalah benar-benar pelaksanaan
Doktrin dan peradaban”., mengatakan Ilmu perintah Allah dalam kitab suci, maka kata
Kalam adalah keunikan dalam pemikiran Ibn Rusyd, falsafah dan agama atau syari’at
umat Islam. Ia merupakan sumbangan Islam adalah dua saudara kandung, sehingga
dalam dunia kefilsafatan yang paling merupakan suatu kedzaliman besar jika
orisinil. Argumen-argumen yang antara keduanya dipisahkan. Hanya
dikembangkan dalam Ilmu Kalam memang kata Ibn Rusyd terdapat
menerobos dunia pemikiran barat, misalnya dikalangan otoritas agama yang karena
argumen kosmologis kalam tentang adanya ketidaktahuaanya memusuhi falsafah,
Tuhan yang menciptakan alam raya ini.
17
Falsafah Islam mempunyai ciri khas Istilah philosopie digunakan oleh Corbin untuk
melukiskan filsafat Islam, yang manfaatnya dalam
yaitu sebagai filsafat religius karena suatu dunia yang didominasi oleh kehadiran kitab
berdasarkan prinsip-prinsip agama dan suci yang tidak hanya menjadi sumber hukum dan
umat bertumpu pada ruh. Topik-topik etika, tetapi juga sumber pengetahuan yang berarti
suatu akses menuju kebenaran.(Yogyakarta: Ciis
falsafah Islam itu bersifat religius, dimulai Press, cet. Ke-1, 1995),41
18
dengan mengesakan Tuhan, menganalisa Ibn Sina membuat sintesis final tentang Islam
dengan filsafat Aristotelianisme dan
teori yang sepertinya falsafah Islam Neoplatonisme menjadi sebuah dimensi intelektual
mendahului dan menyaingi pemikiran permanen dalam dunia Islam dan bertahan sebagai
rasional aliran-aliran teologi seperti filsafat yang hidup sampai hari ini. (Sayyed Hossen
Nasr, Ibid), 47.
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam
23
begitupun di kalangan falsafah karena H/980 M, di kampung Afsyanah dekat
ketidaktahuannya memusuhi syari’at. Ibn kawasan Bukhara. Pada usia sepuluh tahun
Rusyd sendiri adalah seorang filosof ia sudah hapal al-Qur’an, sastra, menghapal
sekaligus sebagai fuqaha dan amat beberapa pokok agama (Islam),
mendalami syari’at,19 oleh karena itu jika matematika, al-Jabar dan debat (logika).22
aqidah diterangi dengan sinar filsafat akan Pada usia enam belas tahun ia telah dikenal
menetap di dalam jiwa dan kokoh sebagai seorang dokter yang ahli dalam
dihadapan lawan, agama jika bersaudara berbagai macam penyakit. Dalam usia
dengan filsafat akan menjadi filosofis delapan belas tahun, ia telah menguasai
sebagaimana filsafat menjadi religius. filsafat dan berbagai cabang ilmu
Karena filsafat Islam dilahirkan oleh pengetahuan, seperti: matematika,
lingkungan dimana ia hidup dan tak terlepas astronomi, musik, mistik, bahasa dan ilmu
dari kondisi religius-spiritual.20 hukum Islam. Namanya semakin terkenal
Ibn Sina membuat sintetis final dalam ilmu kedokteran, terutama setelah ia
tentang Islam dengan filsafat mampu menyembuhkan penyakit yang
Aristotelianisme dan Neoplatonisme mejadi diderita oleh Sultan Bukhara, dan sebagai
sebuah dimensi intelektual yang permanen imbalannya ia diberi hadiah perpustakaan
dalam dunia Islam dan bertahan sebagai pribadinya yang berisi buku-buku yang
ajaran filsafat yang hidup sampai hari ini. jarang diperoleh di perpustakaan lainnya.
Satu setengah abad setelah Filsafat masya’i Namun, perpustakaan itu terbakar dan Ibn
ia menghantarkan Shihabuddin Suhrawardi Sina mengalami nasib buruk. Ia dipenjara,
ke filsafat iluminasi (al-ishraq).21 karena dituduh sebagai pelakunya.23
Ibn Sina adalah penggali yang amat Kesungguhannya yang luar biasa
sempurna dan penerjemah abadi filsafast dalam mencari ilmu dan bekerja. Siangnya
paripatetik yang menunjukkan sampai ke ia gunakan untuk mencari nafkah dan
pintu gerbang filsafat teosofiiluminasi yang malamnya ia habiskan untuk bertafakur. Ia
menandakan penyatuan filsafat dan sering kali tampak dimasjid, berdoa,
spiritual secara integral. beribadah dan membaca. Diriwayatkan
bahwa ia pernah membaca empat puluh kali
B. Sejarah Hidup dan karyanya buku metafisika karangan Aristoteles, tetapi
Nama lengkapnya adalah Abu Ali tidak dipahaminya. Kebetulan ada
al-Husein ibn Abdulah Ibn Sina, seorang al- pedagang buku yang menawarkan buku
hakim al-masyhur (filosof yang sangat bekas kepadanya dengan harga sangat
terkenal), sehingga ia di beri gelar al-Syeikh murah, lalu ia beli setelah menolaknya
al-Ra’is. Ia dilahirkan pada tahun 370 beberapa kali. Alangkah gembiranya Ibn
Sina setelah diketahui bahwa buku itu
19 adalah karya al-Farabi. Lalu ia baca,
Cak Nur, Islam Doktrin dan Peradaban (Jakarta:
Yayasan Wakaf Paramadina, cet. Ke-2, 1992), 8.
20
Ibrahim Madkour, Fi al-Falsafah al-Islamiyah
22
Manhaj wa Tatbbiquh, penerj. Yudian Wahyudi, Muhammad Kamil al-Hurri, Hayatuhu Atsaruhu
dkk. (Yogyakarta : Rajawali Press, edisi 1, cetakan wa Falsafatuhu (Beirut Libanon : Dar al-Kitab al-
3, 1993) ‘Islamiyah, 1991), 10.
21 23
Seyyed Husein Nasr, Intelektual Islam, Teologi , Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam,(Jakarta :
Filsafat dan Gnosis (CIIS, cet. Ke-1, 1995), 47. Bulan Bintang, cet. Ke-3, 1992), 66.
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam
24
sehingga dengan mudah ia memahami buku Mesir, dan di Roma pada tahun 1593 M
Aristoteles tersebut dan semuanya ia bersamaan dengan kitab al-Qanun.
hapal.24 3. Kitab al-Qanun fi al-Thibb (Qanon of
Karya Ibn Sina sangat banyak dan Medice), buku ini sangat tebal terdiri
kelengkapan risalahnya jauh melampaui dari lima bagian (kitab). Telah
risalah manapun yang pernah dihasilkan diterjemahkan ke dalam bahasa latin
pengarang-pengarang filsafat pertama dan bahasa-bahasa Eropa lainnya dan
seperti al-Kindi dan al-Razi. G. C. Anawati menjadi literatur pokok di Universitas-
sorang sarjana Dominican, telah menyusun universitas di Eropa sampai akhir abad
daftar kitab-kitab Ibn Sina dari 276 tulisan ke-17 dan sampai kini menjadi
dalam bentuk buku maupun manuskrif.25 manuskrif bidang kedokteran yang
Diantara buku-bukunya yang terkenal tersimpan rapi di perpustakaan
adalah: Birmingham, Inggris bersama dengan
1. Kitab Asy-Syifa. Kitab ini adalah tulisan Kitab-kitab lainnya terutama al-Syifa.
yang terpenting tentang filsafat dan 4. Kitab al-Isyarat wa al-tanbihat, adalah
terdiri atas empat bagian, yaitu: mantik, kitab terakhir yang ditulis Ibn Sina,
matematika, fisika dan metafisika hasil dari satu fase yang lebih
(ilahiyah). Kitab ini sangat tebal, terdiri independent dalam perkembangan
dari delapan belas jilid, adalah suatu intelektualnya. Dan buku yang paling
ensiklopedia besar dalam ilmu filsafat indah dalam ilmu hikmah. Isinya
yang ditulis oleh Ibn Sina. Dengan kitab mengandung berbagai mutiara dari
ini ia telah memperoleh kedudukan berbagai ahli pikir dan rahasia yang
yang sangat tinggi baik di dunia timur sangat berharga yang sulit ditemui dari
maupun barat. Karya ini merupakan buku-buku lainnya. Antara lain
ensiklopedia studi Islamic-Yunani pada uraiannya mengenai logika dan hikmah
abad ke sebelas, yang ia susun dari serta kehidupan dan pengalaman ruhani,
logika sampai matematika dan dicetak di Leiden pada tahun 1892.26
metafisika.
2. Kitab al-Najat, atau Kitab Penyelamat C. Pemikiran dan Falsafah Ibn Sina
adalah ringkasan kitab al-Syifa, karya Objek kajian falsafah [hikmah],
ini jauh lebih banyak dibaca daripada menurut Ibnu Sina terbagi menjadi dua
al-Syifa, dan ditulis bagi orang-orang bagian: Pertama, hikmah nadzariyah (ilmu
terpelajar yang ingin mengetahui dan teoritis) adalah bertujuan untuk
memahami dengan lengkap dasar-dasar membersihkan jiwa melalui ma’rifat. Yang
ilmu hikmah. Pada tahun 1331 M. untuk termasuk ilmu ini adalah membahas
pertama kalinya buku ini dicetak di masalah-masalah metafisika (ketuhanan),
riyadhiyah (Matematika), dan thabi’iyah
(Fisika). Keduahikmah ‘Amaliyah (Ilmu-
24
Ilmu Praktis). Yang termasuk bagian dari
Ibid, hlm. 67. Bisa dilihat pula buku Majid Fakhri,
Sejarah Filsafat Islam,(Jakarta : Pustaka Jaya,
ilmu-ilmu praktis adalah: Etika
1986), 192.
25
Anawati, Essai de Bibliographie Avicenniene,
26
dalam buku Majid Fakhri, Ibid, 193. Ahmad Daudi, Op cit,69.
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam
25
(Khuluqiyah), mengatur pergaulan keluarga transendensi rantai wujud dan tatanan
dalam rumah tangga, ekonomi (Tadbir al- eksistensi cosmis dan dunia yang bersifat
Manzil), mengatur pergaulan umat dalam pluralistis adalah kontingen (tergantung)
Negara (Tadbir al-Madinah) dan kepada al-Wajib al-Wujud. Menurutnya
27
kenabian. Wajib al-Wujuditu adalah azali, jadi Munkin
1. Teori Ontologi Ibn Sina al-Wujud juga harus azali. Alam adalah
Filsafat Ibn Sina yang menandai kontingen jadi alam itu azali, dan yang azali
puncak filsafat paripatetik Islam, itu adalah Hayulani-nya (materi awal), ia
didasarkan pada ontology, sehingga Ibn tidak diciptakan tapi terbit dengan
Sina disebut juga sebagai ‘filosof wujud”. sendirinya. Ketiga, al-Mumtani’ al-wujud
Ada tiga hukum menurut ibn Sina untuk (mustahil) adalah wujud yang tidak
membedakan “wujud murni” dengan mungkin.
“eksistensi dunia”. Ibn Sina membuat Wujud adalah aktualitas dari essensi
pembedaan fundamental diantara (mahiyyah).28 Hanya ada satu Zat saja yang
ketiganya: Pertama, al-Wajib al-Wujud essensinya adalah eksistensi-Nya dan itulah
(wujud yang wajib) adalah realitas yang Allah, wujud yang wajib adanya. Dalam hal
harus ada, dan tidak bisa tidak ada. Hanya semua benda lainnya yang eksistensinya
ada satu realitas dan itu al-Wajib al- masih mungkin (kontingensi) atau tidak
Wujud, yakni Tuhan. Eksistensi Tuhan pasti (al-munkin al-Wujud), essensinya
adalah Esa (wahdah), simple/simpisitas tidak selalu menunjukan ada dalam
(sederhana), harus basit (tidak tersusun eksistensinya, karena dapat diperkirakan
baik dari unsur-unsur dan organ-organ). adanya essensi suatu ciptaan tanpa
Tuhan simple, artinya tidak muraqab mengetahui apaka ia ada atau tidak. Perlu
(tersusun) dari zat dan sifat. Lalu Ibn Sina dikemukakan sebagai bahan komparasi
membagi “Wajib Wujud” kepada dua yang dikemukakan oleh Mulla Shadrah
bagian, yaitu al-Wajib al-Wujud bi (979-1050 H/1571-1642), filosof terbesar di
dzatihi, dan al-Wujud al-Wujud bi zaman modern di Iran, menegaskan adanya
ghairihi. Yang pertama adalah Tuhan ada prinsipalitas/konversi eksistensi wujud
(maujud) karena dzatnya, maka dari suatu benda (isalat al-wujud) terhadap
Tuhan-lah berasal segala yang ada, essensi sebab. Menurutnya, essensi hanya
sehingga mustahil jika diandaikan tidak sekedar manifestasi mental (aksiden) dari
ada; yang kedua, adalah wujudnya, karena eksistensi.29 Maka Ibn Sina berpendapat
ada sesuatu yang lain diluar dzat-Nya. yang kemudian diikuti oleh Fazlurrahman,
Wajib adanya, karena ada yang bahwa Tuhan adalah wujud yang
menciptakan. Alam misalnya, termasuk eksistensinya tak beressensi.
munkin bidzatihi dan wajib bi ghairihi, Paripatetik (Ibn Sina) dan kaum Sufi
mungkin ada, mungkin juga tidak ada, menyatakan bahwa yang berhubungan
dilihat dari sisi dzatnya.
Kedua, al-Munkin al-Wujud 28
Esensi suatu benda adalah alasan mengapa ia ada,
menurut Ibn Sina adalah kontingensi yakni apa ia sebenarnya.
29
M. Sa’id Syaikh, A Dictionary of Muslim
27
Catatan Kuliah Filsfata Islam dari Dr. Saeful Philosophi, Penerj. Machnun Husein,
Anwar, Program Pascasarjana UIN Bandung, 2008. (Yogyakarta: Rajawali, cet-1, 1991),145-146.
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam
26
dengan realitas eksternal adalah eksistensi, pemikiran Tuhan tentang diri-nya
sedangkan mahiyyah (kauditas=essensi) merupakan daya yang dahsyat, maka daya
hanya abstraksi mental. Isyraqi itu menciptakan sesuatu yang diciptakan
(Suhrawardi) sebaliknya memberikan pemikiran Tuhan tentang dirinya itu adalah
jawaban terbalik, yaitu bahwa eksistensi akal pertama34 atau wujud pertama yang
hanyalah formulasi abstrak yang diperoleh keluar dari Tuhan.35
pikiran dari substasi eksternal. Jadi Dalam diri yang Esa atau Akal I
eksistensi-lah yang aksiden dan essensilah inilah mulai terdapat arti banyak. Objek
yang principal. Mulla Shadra mengikuti pemikiran Akal I adalah Tuhan dan dirinya
posisi paripatetisme. sendiri. Pemikiraannya tentang Tuhan
menghasilkan Akal II dan pemikiran
2. Filsafat Emanasi dan Kosmologi Ibn tentang dirinya menghasilkan Langit
Sina Pertama. Akal II juga mempunyai objek
Teori emanasi berasal dari Plotinus pemikiran, yaitu Tuhan dan dirinya sendiri.
sang filosof yang berkontemplasi,30 Pemikirannya tentang Tuhan menghasilkan
pemikiran plotinus disebut “Yang Satu” Akal III.
(totten). Yang Satu itu adalah Yang tak Demikianlah maka jumlah akal ada
Berhingga dan Absolut. Dengan lain 10. 9 di antaranya untuk mengurus benda-
perkatan “Yang Satu adalah Allah. Dari benda langit yang sembilan dan akal ke-10
kesatuan yang tak berdiferensiasi itu adalah Bulan, mengawasi dan mengurusi
keluarlah kebaikkan dari “Yang Satu” kehidupan di bumi.36 Begitulah Tuhan
melalui semacam emanasi atau radiasi.31 menciptakan alam semesta dalam filsafat
Filsafat emanasi dalam teologi dan emanasi. Tuhan tidak langsung
falsafah Islam bermaksud untuk menciptakan yang banyak ini, tetapi melalui
32
memurnikan tauhid. Emanasi ialah teori Akal I yang Esa dan Akal I melalui Akal II,
tentang keluarnya suatu Wujud Mumkin Akal II melalui Akal III dan demikian
(alam makhluk) dari Zat yang Wajib al- seterusnya sampai penciptaan Bumi melalui
Wujud (Zat yang mesti adanya; Tuhan). Akal X. Jadi Tuhan tidak langsung
Teori ini disebut juga “ teori Urut-urutan berhubungan dengan yang banyak, tetapi
wujud”.33 melalui akal atau akal dalam pandangan
Pemurnian tauhid inilah yang filosof Muslim (Ibn Sina dan
menimbulkan filsafat emanasi (al-Faid, Ikhwanusshafa) disebut malaikat-malaikat.
pancaran). Yang Maha Esa berpikir tentang Dalam diri Tuhan tidak terdapat arti
diri-Nya yang Esa, dan pemikiran banyak, dan inilah tauhid yang murni
merupakan daya atau energi. Karena menurut pendapat Ibn Sina dan filosof-
filosof Islam yang menganut Paham
30
Istilah yang dikemukakan oleh P.A. Van Der Weij, emanasi37. Meskipun ada kritik bahwa akal-
dalam bukunya, Filosuf Besar Tentang Manusia,
penerj. K. Bertens, (Jakarta: Gramedia, 1998), 27. akal benda langit menurut golongan
31
Ibid,27.
32
Harun Nasution, dalam buku Kontekstualisasi
34
Doktrin Islam Dalam Sejarah, (Jakarta: Yayasan Harun Nasution, Op. Cit, 150.
35
Islam Paramadina, cet. Ke-1, 1994), 194. Hanafi, Op. Cit, 93.
33 36
Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, (Jakarta: Ibid,
37
Bulan Bintang, cet. Ke-5), hlm. 92. Harun Nasution, Op. Cit,150.
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam
27
ikhwanusshafa dan Ibn Sina disebut semuanya bersifat mungkin dalam dirinya
malaikat-malaikat, namun malaikat- sendiri dan wajib berkat yang lain (wajib bi
malaikat yang disebut dalam al-Qu’ran ghairihi).41
tidak mempunyai kekuatan untuk
38
menciptakan. Diagram Emanasi
Menurut Mehdi Hairi Yazdi,39 teori Sebenarnya, apa yang sejauh ini
emanasi mengenai hubungan iluminatif telah disebutkan mengenai Prinsip Pertama
(pancaran) menurun diawali oleh Ibn Sina. dan kaitan iluminatif-Nya dengan eksistensi
Dalam bukunya al-Isyarat wa al-Tanbihat, dunia sebagai emanasi-Nya merupakan
Ibn Sina merumuskan doktrinnya tentang kosmologi filsafat pencerahan yang
emanasi sebagai berikut: “Emanasi” (al- dilukiskan dengan diagram Piramida
Ibda’) adalah sesuatu yang dengannya berikut ini.42
sebuah eksistensi dilahirkan dari yang lain,
dan bergantung pada eksistensi lain tanpa
perantara materi, instrument, ataupun
waktu.40
Karena keseluruh cahaya emanasi
melimpah dari prinsip pertama eksistensi,
dengan sendirinya dapat dikatakan bahwa
setiap wujud emanatif dicirikan oleh
keadaannya sebagai efek imanen atau aksi
emanatif prinsipnya sendiri. Jadi menurut
doktrin ini semua wujud emanatif memiliki
dua persamaan: Mereka bersifat mungkin
dalam dirinya sendiri dalam pengertian
bahwa mereka secara mutlak bukanlah apa- Diagram ini akan disebut “piramida
apa tanpa hubungan iluminatif dengan eksistensi”. Karena dalam system ini
mereka dan mereka semua adalah wajib al- cahaya eksistensi bersinar dari sumber
wujud jika dipandang dalam kerangka cahaya pada puncak menuju ke dasar
hubungan mereka dengan prinsip tersebut piramida, yang melambangkan dunia objek-
yang merupakan wujud wajib dalam esensi objek material. Sementara semua sinar dan
dan tindakannya. Prinsip pertama adalah anak panah emanasi dari ketunggalan yang
unik dalam hal bahwa ia adalah wujud Pertama, tanpa interupsi ketiadaan atau
wajib dalam dirinya sendiri (wajib al-wujud kehampaan, semuanya memiliki kaitan
bi dzatihi), tetapi wujud-wujud emanatif ini eksistensial dan kesatuan yang kuat dengan
Prinsip Pertama yang berada di Puncak.
38 Akan tetapi mereka sangat beragam apabila
Hanafi, Op. Cit, 95.
39
Seorang Ilmuwan yang dilahirkan dalam tradisi dipandang berada pada dasar atau pada titik
filsafat di Qum. Ayahnya, Ayatullah Syeikh manapun di antara piramida dengan titik
Abdul Karim Hairi Yazdi, seorang ulama Syi’ah
yang membangun kota Qum, sebagai pusat kajian
puncak dimana peringkat horizontal
filsafat dan Syi’ah. Lihat buku Ilmu Hudhuri,
41
(Bandung: Mizan, 1994), 10. Ibid, hlm. 179.
40 42
Ibid, 177. Ibdi, hlm. 192.
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam
28
maupun vertikal berkonvergensi dalam kemudian kami pisahkan. Kami jadikan
sebuah kesatuan tunggal mutlak43. segala yang hidup dari air”.
Pemurnian Tauhid ini membawa Dengan ayat al-Qur’an, Ibn Rusyd
pada filsafat emanasi yang didalamnya menentang pendapat al-Ghazali bahwa alam
terkandung pemikiran alam qadim. diciptakan Tuhan dari tiada dan bersifat
hadits, yang benar adalah konsep al-Farabi,
Cretio Ex Nihilo (penciptan dari tiada) Ibn Sina dan filosof lainnya. Kata khalaqa
Istilah ini menjadi perdebatan di dalam al-Qur’an menurutnya
filosofis antara Al-Ghozali dan Ibn Rusyd; menggambarkan penciptaan dari “ada”
perdebatan bermula dari alasan penciptaan bukan dari “tiada” seperti yang dikatakan
alam. Apakah alam ini diciptakan dari tiada al-Ghazali. QS al-Mu’minun [23]:12
atau ada madah (materi) lain yang menyatakan: “Kami ciptakan manusia dari
mendahuluinya. Al-Ghozali dalam bukunya sari pati tanah”. Manusia dalam al-Qur’an
Tahaffut al-Falasifah beranggapan bahwa diciptakan bukan dari tiada tetapi dari
pemikiran filsafat tentang alam qadim sesuatu yang “ada” yaitu intisari tanah
membawa kekufuran yang kemudian seperti disebut dalam ayat di atas. Falsafah
mendapat tanggapan dari Ibn Rusyd bahwa tidak menerima konsep Creation Ex Nihilo.
filsafat tidak menerima konsep penciptaan “tiada” kata Ibn Rusyd tidak bisa berubah
dari tiada. Pendapat al-Ghozali bahwa alam menjadi “ada” yang terjadi ialah “ada”
hadis, Tuhan menciptakan dari “tiada” berubah menjadi ada dalam bentuk lain
menurut Ibn Rusyd tidak sesuai dengan bumi misalnya. Materi awal (madah) yang
kandungan al-Qur’an44. empat, yaitu: api, air, tanah, udara. Lalu
“Dan Ialah yang menciptakaaan Langit Allah merubah menjadi ”ada” dalam bentuk
dan Bumi dalam enam hari dan tahta- bumi. Demikian pula langit. Jadi qadim
Nya (pada waktu itu) berada di atas adalah materi asal. Adapun langit dan bumi
air”. susunannya adalah baru (hadis)45.
Jelas disebut dalam ayat, bahwa Qadimnya alam dalam pemikiran
Tuhan ketika menciptakan langit dan bumi filsafat tidak membawa kepada Politeisme
telah ada disamping tetesan air. atau Ateisme. Karena qadim, bukan hanya
QS. Hamim : 11, menyebutkan pula: berarti sesuatu yang tidak diciptakan, tetapi
“Kemudian Ia pun naik ke langit sewaktu juga sesuatu yang diciptakan terus menerus,
Ia masih merupakan uap”. mulai dari zaman bermula dimasa lampau
Dua ayat ini menyatakan ada disamping sampai ke zaman tak berakhir dimasa
Tuhan adalah uap dan air serta uap adalah mendatang. Jadi Tuhan qadim berarti Tuhan
satu. tidak diciptakan, tetapi pencipta dari alam
QS al-Anbiya:30 qadim berarti alam diciptakan dalam
“Apakah orang-orang yang tak percaya keadaan terus-menerus dari zaman tak
tidak melihat bahwa langit dan bumi bermula ke zaman tak berakhir. Dengan
(pada mulanya) adalah satu dan demikian sungguhpun alam qadim, alam
bukan Tuhan, tetapi adalah ciptaan Tuhan.
43
Ibdi, hlm. 193.Ibid, 193
44 45
QS. Hud [11]:7 Ibid, 157.
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam
29
Bahwa alam terus menerus dalam keadaan (emanasi) dari akal kecerdasan aktif.47
diciptakan ini tetap akan ada dan baqin. Definisi yang umum tentang jiwa adalah
Digambarkan juga oleh al-Qur’an, QS. “Kesempurnaan yang pertama dalam tubuh
Ibarahim [47]:8 menyebut: organic”, baik ketika ia dibentuk tumbuh
“Jangan sangka bahwa Allah akan dan diberi makan (seperti dalam kasus jiwa
menyalahi janji bagi Rasul-rasulnya hewani), atau ketika ia memahami hal-hal
sesungguhnya Allah Maha Kuasa dan universal dan bertindak berdasarkan
Maha pemberi balasan dihari bumi ditukar pertumbuhan yang mendalam (seperti kasus
dengan bumi yang lain dan (demikian pula) dalam jiwa insani).48 Ibn Sina sama dengan
langit”. al-Farabi ia membagi jiwa ke dalam tiga
Di hari Kiamat Tuhan akan menukar bagian.49Pertama, Jiwa nabati (ruh nabati),
bumi ini dengan bumi lain, demikian pula ia mempunyai daya makan, tumbuh dan
langit. Konsep ini mengandung arti bahwa berkembang biak. Kedua, jiwa binatang
pada hari kiamat bumi dan langit sekejap (ruh Haywani) yang mempunyai daya gerak
akan hancur susunanannya, dan kembali pindah dari satu tempat ketempat yang lain
menjadi materi asal, yakni: api, udara, air dan daya menangkap dengan panca
dan tanah. Dari keempat unsur ini, Tuhan indra.Misal; pendengaran, penglihatan,
akan menciptakan bumi dan langit yang perasa, peraba, juga indra yang ada diotak.
lain. Demikian seterusnya tanpa kesudahan. Misal: menerima pesan indra, pengingat
Jadi qadimnya alam sebagai sesuatu yang (memory) yang mengkode (menyimpan)
berbeda dalam kejadian terus menerus arti-arti. Ketiga, Jiwa manusia (ruh Insani),
sesuai dengan kandungan al-Qur’an. mempunyai satu daya, yaitu berpikir yang
Dengan demikian, al-Ghazali tidak disebut akal.Akal terbagi dua: Akal praktis
mempunyai argumen yang kuat untuk (al-Aql al-Fa’al) yang menerima arti-arti
mengkafirkan filosof dalam filsfat tentang yang berasal dari materi melalui indra
qadimnya alam. Kedua-duanya, kata Ibn pengingat yang ada dari jiwa binatang. Akal
Rusdy yaitu pihak al-Farabi dan al-Ghazali teoritis (al-aql al-Nadhari) yang
sama-sama memberi tafsiran tentang ayat- menangkap arti-arti murni yang tak ada
ayat al-Qur’an mengenai penciptaan alam. dalam materi seperti Tuhan, ruh dan
Yang bertentangan bukanlah pendapat Malaikat. Akal yang memungkinkan kita
filosof dengan al-Qur’an, tetapi pendapat membentuk konsep-konsep universal,
filosof dengan pendapat al-Ghazali.46 memahami berbagai macam makna dan
saling hubungan antara berbagai hal,
2. Filsafat Jiwa Ibn Sina melibatkan diri dalam diskusi argumentatif
Falsafah yang terbaik mengenai jiwa dan memiliki pemikiran abstak secara
adalah pemikiran yang diberikan Ibn Sina umum. Sebagai bahan komparasi dalam
(980-1037 M). Jiwa sebagai prinsip Piaget’s Cognitive-Stage Theory (teori
kehidupan, merupakan sebuah pancaran
47
Ibdi, 204.
48
M. Said Syaikh, Op. Cit, 93.
49
Ibn Sina, al-Najat,184, 278-280, dikutip dari
46
Ibn Sina, al-Najat, hlm. 184, 278-280, dikutip buku Majid Fakhri, Sejarah Filsafat Islam,
dari buku Majid Fakhri, Sejarah Filsafat Islam, (Jakarta : Pustaka Jaya, cet. Ke-1, 1987), 204.
(Jakarta : Pustaka Jaya, cet. Ke-1, 1987), 204.
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam
30
tingkatan kognitif Jean Piaget) dikenal dirinya, maka ia menyerupai binatang.
dengan istilah “Formal Operational Tetapi jika jiwa insani yang berpengaruh
Period” yaitu periode manusia yang sudah terhadap dirinya, ia menyerupai
54
mampu menggunakan akalnya untuk malaikat. Oleh karena itu, dalam dunia ini
berpikir logis, sistimatis dan berpikir (alam tubuh spiritual), manusia bisa
abstrak (akal teoritis).50 menjadi malaikat, syaitan, binatang-
Akal praktis memusatkan perhatian binatang yang makan sesama binatang. Jika
kepada alam materi, sedangkan akal teoritis pengetahuan dan rasa hormat lebih
kepada alam metafisik. Akal teoritis ini mendominasinya, ia akan menjadi malaikat.
terdiri dari, akal potensial (al-‘aqlu al- Jika kemunafikan, kelicikan dan kebodohan
hayulani), akal manusia dalam bentuknya yang berlipat ganda (ia sendiri tidak sadar
yang belum diaktifkan. Akal aktual (al- akan kebodohan yang sebenarnya) lebih
‘aqlu bbil-fi’li) akal aktif yang melalui mendominasinya, maka ia akan menjadi
pancaran yang diterimanya dari akal syaitan. Jika ia dikuasai oleh efek-efek
pendorong (al-‘aqlul-fa’al) diaktifkan nafsu indrawiyah, ia akan menjadi
menjadi pemikiran terhadap bentuk-bentuk binatang. Dan jika ia ditaklukan oleh efek-
dan objek-objek universal maupun konsep efek amarah dan keagresifan, ia akan
tertinggi51. Akal aktual lebih banyak menjadi binatang yang memakan binatang
menangkap arti-arti murni52. Akal yang lain. Sebab anjing menjadi anjing
perolehan (al-‘aqlu al-mustafad), akal tetap karena bentuk kebinatangannya bukan
atau disebut juga al-aqlu bil-malakah, yaitu karena materi tubuhnya. Diantara beragam
akal yang memiliki pemahaman terhadap binatang banyak yang termasuk dalam sifat
bentuk universal, akal tertinggi dan telah karakteristik jiwa yang ganas, seperti singa,
sempurna kesanggupannya menangkap arti- serigala, dan lain-lain.55
arti murni. Akal tingkat keempat inilah Maka, menurut kebisaan-kebiasaan
yang tertinggi dan dimiliki failosof. Akal dan keadaan-keadaan karakter yang
inilah yang dapat menangkap arti-arti murni mendominasi jiwa manuisa, ia akan bangkit
yang dipancarkan Tuhan melalui akal ke-10 dengan sesuatu bentuk tertentu. Manusia
ke bumi.53 akan menjadi bermacam-macam spesies di
Karakter dan sifat seseorang banyak hari akhir. Sebagaimana kitab suci telah
tergantung kepada jiwa mana yang mengatakan: “Di hari itu mereka (manusia)
berpengaruh pada dirinya. Jika jiwa nabati menjadi bergolong-golongan.”56 Mengenai
dan hewani yang berpengaruh terhadap metamorfosa yang telah diuraikan, Qur’an
menyebutkan: “Dan tiadalah binatang-
50
Patricia H. Miller, Theories of Developmental binatang yang ada di bumi dan burung
Psycology, (New York: W.H. Freeman and yang terbang dengan kedua sayapnya,
Company, edisi ke-3, 1983), 42. melainkan umat-umat (juga) seperti
51
M. Sa’id Syaikh, A Dictionary of Moslem
Philosophi, penerj. Machnun Husein,
54
(Yogyakarta : Rajawali Press, edisi ke-1, cet. Ke- Ibid, 152.
55
1, 1991), 93. Mulla Shadra, Kearifan Puncak, judul Asli Hikmah
52
Harun Nasution, dalam buku Kontekstualisasi al-Arsyiah, penerj. Dimitri Mahayana,
Doktrin Islam Dalam Sejarah, (Jakarta : (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, cet. ke-1,
Paramadina, cet. Ke-1, 1994), 152. 2001),143.
53 56
Harun Nasution, Ibid, 152. QS. 30: 14
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam
31
kamu”.57 Dan ayat lain: “Pada hari (ketika) Kenyataan bahwa ia adalah akhir dari
lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi realitas jasmaniyah merupakan tanda
saksi atas mereka terhadap apa yang kenyataan bahwa ia adalah awal dari
dahulu mereka kerjakan”.58 dan juga realitas ruhaniyah. Substansinya di dunia ini
firman-Nya: “Hai golongan jin (syetan), merupakan prinsip dari seluruh daya
sesungguhnya kamu telah banyak (kekuatan-kekuatan) tubuh, yakni seluruh
59
(menyesatkan) manusia”. bentuk-bentuk kebinatangan, ketumbuhan
Imam ash-Shadiq (ra) berkata: dalam aktifitas jiwa. Sedangkan
“Manusia akan dibangkitkan sesuai dengan substansinya dalam dunia intelek pada
bentuk-bentuk amalnya”. Atau “sesuai mulanya adalah “potensi murni” tanpa
dengan bentuk-bentuk niatnya”. Versi lain bentuk apapun di dunia tersebut; namun
berkata: “Beberapa manusia akan mempunyai kemampuan untuk bergerak
dihidupkan kembali sesuai dengan perilaku dari potensi keaktualitas (al-‘aqlu bi al-fi’li)
mereka, seperti laba-laba pengisap darah awalnya dengan dunia intelek adalah seperti
manusia”. Inilah bagaimana seseorang bisa benih dengan buahnya atau seperti embrio
menafsirkan kata-kata Plato, Pythagoras suatu binatang dengan binatang itu sendiri.
dan orang-orang zaman dulu yang Yakni bahwa suatu embrio secara aktual
bahasanya memberi gambaran simbolis dan adalah sebuah embrio, dan suatu binatang
mempunyai hikmah yang diambil dari hanya secara potensial, maka (pada
miskat kenabian para Nabi (‘alaihimu- mulanya) jiwa dalam aktualitas tidak lebih
salam).60 dari manusia biasa62.
Jiwa merupakan gerbang terbesar Mengenai hal ini, ayat Suci berseru,
kepada Tuhan, yang dengan melewatinya “Katakanlah: sesungguhnya aku ini
seseorang dapat dibawa ke kerajaan hanyalah seorang manusia (biasa) seperti
tertinggi, namun jiwa juga mempunyai kamu, yang diwahyukan kepadaku, bahwa
suatu bagian tertentu dari seluruh gerbang- sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan
gerbang neraka. Jiwa merupakan pembagi Yang Satu”.63 Penyerupaan jiwa Nabi
yang berada diantara dunia ini dan dunia (Saw) dengan jiwa manusia biasa merujuk
lain. Karena ia merupakan bentuk dari tiap kepada keadaan awal jiwa. Tetapi ketika
potensi dalam dunia ini dan materi dari melewati ilham Ilahiyah (emanasi), jiwanya
setiap bentuk dunia lain. Maka jiwa bergerak dari potensialitas (al-Aqlu al-
merupakan pertemuan antara dua lautan. Hayulani) menuju aktualitas (al-Aqlu bil-
Yakni lautan jasmaniah dan ruhaniah.61 fi’li), ia menjadi yang termulia dari seluruh
makhluk dan lebih dekat kepada-Nya.
57
QS. 6:38 Dibandingkan dengan Nabi-nabi yang lain
58
QS. 24:24 atau malaikat, sebagaimana ditunjukkan
59
QS. 6:128. dalam sabda beliau (Saw) yang mulia:
60
Lihat catatan kaki, Mulla Shadra, no. 105, dimana
dinyatakan dalam buku the Philosophy of Plato, “Saya mempunyai waktu dengan Allah
karya al-Farabi : bahwa “Kebangkitan” manusia dimana aku tidak bersama-sama dengan
dalam bentuk malakuti atau yang lebih rendah
dari hewani, diambilsebagai pernyataan alegori
62
bagi keadaan sifat yang berbeda-beda dari jiwa- Penjelasan tentang ini lihat catatan kaki Mulla
jiwa individu. Shadra, no. 110
61 63
Mulla Shadra, Ibid, 196. QS. 18:110
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam
32
malaikat-malaikat tertinggi ataupun Nabi Rahasia dengan
(Sirr al- Tuhan
(lain)”.64 Asrar)
Sangat menarik dikemukakan
sebagai bahan komparasi tentang klasifikasi Keseimbangan jiwa
jiwa menurut Robert Frager65 yang menurut Jiwa mineral bertujuan memberikan
tradisi Sufi, kita memiliki tingkat evolusi kita dasar yang kuat, struktur batiniah yang
yang berbeda, yaitu: Ruh maddani, ruh tangguh untuk mendukung kita di dalam
nabati, ruh haywani, ruh nafsani, ruh kehidupan. Jika berada di luar
insani, ruh sirr dan ruh sirr al-asrar. keseimbangan, maka di satu sisi ia menjadi
Klasifikasi Jiwa menurutnya adalah: sumber kekerasan, kekacauan serta
kelemahan. Kelabilan dan kebimbangan
Jiwa Tempat Sistem Perilaku Sisi disisi lain. Jiwa tumbuhan berfungsi untuk
Tubuh Positif
Mineral Tulang Sistem Terlalu Dukunga
membantu kita di dalam menjaga kesehatan
Belakang Kerangka Kaku n dan kekuatan tubuh kita. Jika tidak
Batiniah
Nabati Hati Sistem Kemalasan, Kesehata
seimbang, ia akan menjadi sumber
Pencerna aktifitas n, kemalasan atau sifat hiperaktif. Jiwa hewani
an berlebihan, penyemb
kekurangan uhan,
ditujukan untuk memberikan kita hasrat dan
gizi pemberia dorongan untuk memberikan pelayanan
n gizi
Hewani Jantung Sistem Amarah, Motivasi
(ber-hidmat) yang bermanfaat di dalam
Peredara ketamakan, dunia ini. Ketika dalam kondisi tidak
n Darah kecanduan
dan
seimbang, jiwa hewani akan mendorong
kesenangan kita bersikap buruk, dengan amarah,
.
Pribadi Otak/Neo Sistem Egois ego Kecerdas
ketamakan dan nafsu birahi.
cortex Saraf lemah an, ego Jiwa pribadi ditakdirkan untuk
yang
sehat
membimbing kita, menyediakan kecerdasan
Insani Hati Sentimental Belas yang diperlukan untuk memahami diri kita
Spiritual is kasih,
sendiri dan dunia di sekeliling kita.
kreatifita
s Kecerdasan jiwa pribadi (ruh nafsani)
Rahasia Hati Penolakan Kebebasa membuat diri kita mampu memahami
(Sirr) Spiritual dunia n penuh,
(hati- kearifan lingkungan kita yang jauh lebih dalam dari
lebih- pada kemampuan yang dimiliki oleh jiwa
dalam)/
Fu’ad mineral, tumbuhan, dan hewani.
Mahaa Tidak Ada Kesatuan Jiwa pribadi juga tempat ego. Kita
64
memiliki ego positif dan ego negatif. Ego
Catatan Kaki no 110
65
Pengarang Buku : Hearth, Self and Soul the Sufi positif mengatur kecerdasan kita dan
Psychology of Growth Balance, and Harmony, memberikan kepekaan terhadap diri kita
seorang Syeikh dan Professor Psikologi pada sendiri. Ia dapat berupa tekanan untuk
Institute of Transpersonal Psychology California.
Buku tersebut telah diterjemahkan ke dalam menghargai diri sendiri, bertanggung jawab,
bahasa Indonesia oleh Hasmiya hRouf dengan dan integritas. Ia adalah teman yang baik di
judulPsikologi Sufi Untuk Transformasi, (Jakarta
: Serambi, 2002)
jalan spiritul, dapat memberikan
ketentraman batin pada saat terjadi
guncangan-guncangan yang tak
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam
33
terhindarkan selama kita berada di jalan melampaui pemahaman manusia dan
spiritual. Disisi lain ego negatif melapaui batasan jiwa lainnya.
memberikan tekanan untuk bersikap egois,
angkuh, dan merasa terpisah dari manusia D. KESIMPULAN
lainnya dan Tuhan. Ia musuh yang akan 1. Falsafah Islam mempunyai ciri
merusak pandangan kita dan mencemari orisinalitas, kendati falsafah Islam
relasi kita dengan dunia dan Tuhan. banyak dipengaruhi oleh falsafah
Jiwa pribadi yang tidak seimbang Yunani, tetapi dipandu oleh wahyu,
akan menyesatkan kita melalui keangkuhan, sebagai sumber ilmu pengetahuan.
egoisme, dan rasa harga diri dan 2. Para filosof Muslim banyak
kepercayaan diri rendah. Rasionalisasi dan mencurahkan pemikirannya untuk
prasangka yang salah dapat menodai membahas kehidupan sesudah mati,
kebenaran atau kita menyalahgunakan baik-buruk, pahala dan dosa, tanggung
kecerdasan diri kita untuk mengkritik diri jawab pribadi dihadapan Allah,
kita dan orang lain secara kaku dan sikap kehendak bebas (free will),
menghakimi. keterpaksaan (determinisme), asal-usul
Jiwa insani terletak di dalam qalb, penciptaan dan sebagainya.
yakni hati spiritual. Jiwa insani lebih baik 3. Para filosof yang melahirkan filsafat
dari pada jiwa nafsani, memberikan rasa Islam tersebut, berupaya dan berhasil
belas-kasih dan kecerdasan yang memadukan antara wahyu dengan akal,
mendalam, keimanan serta kreatifitas dari antara akidah dengan hikmah, antara
hati. Jika tidak seimbang, maka ia akan agama dengan filsafat dan berupaya
membuat kita bertindak bodoh dengan rasa menjelaskan kepada manusia bahwa
belas kasih yang tidak pada tempatnya wahyu tidak bertentangan dengan akal.
ataupun sikap yang lemah. 4. Ibn Sina membuat sintetis final tentang
Jiwa Rahasia adalah kesadaran Islam dengan fisafat Aristotelianisme
batiniah, kebebasan penuh dan kearifan. dan Neoplatnisme mejadi sebuah
Terletak di hati batiniah. Jiwa inilah yang dimensi intelektual yang permanen
mengetahui dari mana ia datang dan dalam dunia Islam. Dikenal dengan
kemana ia pergi. Bentuk sebutan Filsafat masha’i
ketidakseimbangan jiwa rahasia adalah 5. Objek kajian falsafah [hikmah], menurut
materialisme, yang menganggap dunia Ibnu Sina terbagi menjadi dua bagian:
materi sebagai dunia yang hakiki dan Pertama, hikmah nadzariyah (ilmu
penting, serta mengabaikan dunia spiritual, teoritis) adalah bertujuan untuk
atau sebaliknya jika tidak seimbang membersihkan jiwa melalui ma’rifat.
diantara keduanya, maka ia dapat membuat Yang termasuk ilmu ini adalah
kita menolak dunia, diiringi kemalasan dan membahas masalah-masalah metafisika
melakukan pemisahan antara hal-hal (ketuhanan), riyadhiyah (matematika),
spiritual dan material. dan thabi’iyah (fisika). Keduahikmah
Jiwa Maharahasia adalah jiwa yang ‘Amaliyah (ilmu-ilmu Praktis), adalah:
tidak mengenal istilah ketidakseimbangan. ilmu-ilmu praktis: Etika (khuluqiyah),
Karena ia adalah percikan Ilahi. Jiwa ini mengatur pergaulan keluarga dalam
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam
34
rumah tangga, ekonomi (tadbir al- mental. Isyraqi (Suhrawardi) sebaliknya
manzil), mengatur pergaulan umat bahwa eksistensi-lah yang aksiden dan
dalam Negara (tadbir al-madinah) dan essensilah yang principal.
kenabian. 11. Emanasi ialah teori tentang keluarnya
6. Pertama, al-Wajib al-Wujud (wujud suatu wujud mumkin (alam makhluk)
yang wajib) adalah realitas yang harus dari Zat yang wajib al-wujud (Zat yang
ada, dan tidak bisa tidak ada. mesti adanya; Tuhan). Teori ini disebut
7. Kedua, al-Munkin al-Wujud menurut Ibn juga “ teori Urut-urutan wujud”
Sina adalah kontingensi yakni 12. Ibn Sina merumuskan doktrinnya
transendensi rantai wujud dan tatanan tentang emanasi sebagai berikut:
eksistensi cosmis dan dunia yang “Emanasi” (al-Ibda’) adalah sesuatu
bersifat pluralistis adalah kontingen yang dengannya sebuah eksistensi
(tergantung) kepada al-wajib al-wujud. dilahirkan dari yang lain, dan
8. Ketiga, al-Mumtani’ al-wujud bergantung pada eksistensi lain tanpa
(mustahil) adalah wujud yang tidak perantara materi, instrument, ataupun
mungkin. waktu
Wujud adalah aktualitas dari essensi 13. Menurut Ibn Sina, Jiwa sebagai prinsip
(mahiyyah). Hanya ada satu Zat saja kehidupan, merupakan sebuah pancaran
yang essensinya adalah eksistensi-Nya (emanasi) dari akal kecerdasan aktif.
dan itulah Allah, wujud yang wajib Definisi yang umum tentang jiwa
adanya. adalah “kesempurnaan yang pertama
9. Menurutnya, essensi hanya sekedar dalam tubuh organik.
manifestasi mental (aksiden) dari 14. Sangat menarik dikemukakan sebagai
eksistensi. Maka Ibn Sina berpendapat bahan komparasi tentang klasifikasi
yang kemudian diikuti oleh jiwamenurut Robert Frager yang
Fazlurrahman, bahwa Tuhan adalah menurut tradisi Sufi, kita memiliki
wujud yang eksistensinya tak tingkat evolusi yang berbeda, yaitu: Ruh
beressensi. maddani, ruh nabati, ruh haywani, ruh
10. Paripatetik (Ibn Sina) dan kaum Sufi nafsani, ruh insani, ruh sirr dan ruh sirr
menyatakan bahwa yang berhubungan al-asrar.
dengan realitas eksternal adalah
eksistensi, sedangkan mahiyyah
(kauditas=essensi) hanya abstraksi

Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam


35
DAFTAR PUSTAKA

Al-Hurri, Muhammad Kamil.Hayatuhu Atsaruhu wa Falsafatuhu.Beirut Libanon: Dar


alkitab al-‘Islamiyyah, 1991.
Daudy, Ahmad.Kuliah Filsafat Islam.Jakarta: Bulan Bintang, cet. Ke-3, 1992.
Fakhri, Majid.Sejarah Filsafat Islam.Jakarta : Pustaka Jaya, 1986.
Frager, Robert.Heart,Self & Soul. The Sufi Psychology of Growth Balance & Harmony,
penerj.Hasmiya Rouf, Psikologi Sufi Untuk Transformasi. Jakarta: Serambi, 2002.
Hanafi, Ahmad.Pengantar Filsafat Islam.Jakarta : Bulan Bintang, cet. Ke-5.
Madjid, Nurcholish.Islam Doktrin dan Peradaban.Jakarta : Yayasan Wakaf Paramadina, cet.
Ke-2 , 1992.
Madkour, Ibrahim.Fi al-Falsafah al-Islamiyah Manhaj wa Tatbiquh, penerj. Yudian
Wahyudi, dkk. Yogyakarta : Rajawali Press, edisi 1, cetakan 3, 1993.
Miller, Patricia H.Theories of Developmental Psycology.New York:W.H. Freeman
andCompany, edisi ke-3, 1983.
Nasr, Seyyed Husein.Intelektual Islam, Teologi, Filsafat dan Gnosis.CIIS cet. Ke-1, 1995.
Nasution, Harun.Kontekstualiasi Doktrin Islam Dalam Sejarah.Jakarta : Yayasan Islam
Paramadina, 1994.
Shadra, Mulla. Kearifan Puncak, judul asli Hikmag al-Arsyiah. penerj. Dimitri
Mahayana.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cet. ke-1, 2001.
Sina, Ibn, al-Najat. Dikutip dari buku Majid Fakhri, Sejarah Filsafat Islam.Jakarta: Pustaka
Jaya, cet. Ke-1, 1987.
Syaikh, M. Sa’id.A Dictionary of Muslim Philosophi.penerj. Machnun Husein. Yogyakarta:
Rajawali Press, edisi ke-1, cet ke-1, 1991
Weiji, P.A. Van Der.Filosuf Besar Tentang Manusia.Penerj. K. Bertens. Jakarta: Gramedia,
1998.

Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam


36

Anda mungkin juga menyukai