Anda di halaman 1dari 36

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori Pengolahan Sampah


2.1.1 Pengertian Sampah
Menurut beberapa sumber, beberapa pengertian sampah, yaitu:
1. Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga
untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian
barang rusak atau bercacat dalam pembikinan manufaktur atau
berkelebuhan atau ditolak atau buangan (Kamus Istilah Lingkungan,
1994).
2. Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau diuang dari sumber hasil
aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai
ekonomis (Istilah Lingkungan untuk Manajemen, Ecolink, 1996).
3. Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh
pemiliknya atau pemakai semula. Sampah adalah sumberdaya yang
tidak siap pakai (DPU, 1990).
4. Sampah adalah semua buangan padat yang hasil dari seluruh kegiatan
manusia dan hewan yang tidak berguna atau tidak diinginkan
(Tchobanoglous, Theiseen dan Eliassen, 1993).
5. Sampah adalah sisa kegiatan sehari- hari manusia dan/atau proses alam
yang berbentuk padat (Undang-Undang No. 18 Tahun 2008).
Dari beberapa definisi diatas, sampah dapat diartikan sebagai
limbah pada sisa aktivitas manusia/masyarakat yang tidak terpakai baik
yang berasal dari rumah-rumah maupun sisa proses industri.
2.1.2 Jenis-Jenis Sampah
Berdasarkan sumbernya, sampah terbagi atas sampah alam, sampah
manusia, sampah konsumsi, sampah nuklir, sampah industri, dan sampah

4
pertambangan. Berdasarkan bentuknya, sampah terdiri atas: sampah padat,
sampah cair, sampah alam, sampah manusia, sampah konsumsi, dan limbah
radioaktif. Berdasarkan sifatnya sampah dibagi menjadi dua, yaitu sampah
organik dan sampah anorganik.
Sampah organik (degradable) merupakan sampah yang dapat di
urai oleh hewan mikro organisme. Sampah organik pada umumnya berupa
bangkai hewan, kotoran hewan, sisa tanaman yang pada umumnya dapat di
urai secara cepat, dan tanpa merusak lingkungan disekitarnya.. Sampah
anorgnik (undegradable) merupakan sampah yang tidak dapat diurai oleh
bakteri atau hewan mikro organisme. Sampah anorganik dapat berupa
plastik, kaca, dan logam. Pada umumnya sampah anorganik hanya sebagian
yang dimamfaatkan oleh masyarakat seperti plastik dan logam (Budiasih,
2010).
2.1.3 Dampak Membuang Sampah Sembarangan
Sampah-sampah yang tidak dikelola dengan baik akan berpengaruh
besar terhadap lingkungan hidup yang berada disekitarnya, dimana sampah
akan menimbulkan beberapa dampak negatif dan bencana seperti :
a. Dampak Terhadap Kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai
(pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang
cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang
seperti lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit. Potensi
bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:
penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang
berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air
minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga
meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang
memadai. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).

5
Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu
contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita
(taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernaaan binatang
ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.
b. Rusaknya Lingkungan
Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau
sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat
mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan
berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang
dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair
organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam
konsentrasi tinggi dapat meledak.
c. Terjadinya Banjir
Banjir merupakan peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya
kering) karena volume air yang meningkat. Banjir dapat terjadi karena
peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat akibat hujan besar
dan peluapan air sungai. Sampah yang dibuang ke dalam got/saluran air
yang menyebabakan manpat adalah faktor utama yang belum disentuh,
berton-ton sampah masuk aliran sungai dan memampatkan aliran dan
menyebabkan polusi sampah di muara pantai, sungai dan danau.
Banjir dan sampah, keduanya dipandang oleh sebagian golongan
sangat berhubungan dengan sebab-akibat. Dimana sampah
mengakibatkan banjir dan banjir mengakibatkan sampah. bukan semata
masalah perilaku, namun lebih dalam dari itu adalah masalah
kesejahteraan.
Sampah sungai berasal dari sampah rumah tangga dari warga yang
bertempat tinggal dipinggiran sungai, mereka tidak mempunyai tempat
pembuangan sampah resmi yang dikoordinir lingkungannya. Ini
berkaitan juga dengan kebiasaan warga/penduduk yang tidak

6
mempunyai kesadaran artinya polusi, tenggang rasa serta kebiasaan mau
enaknya sendiri. Ini berkaitan budaya masyarakat yang kurang
pembinaan tentang artinya kebersihan lingkungan dan cara mengatasi.
d. Dampak Terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi
Dampak yang apat ditimbulkan sampah terhadap keadaan sosial
ekonomi adalah pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk
lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat: bau yang
tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran
dimana-mana.
e. Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan.
Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya
tingkat kesehatan masyarakat. Hal penting di sini adalah meningkatnya
pembiayaan secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan
pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk kerja, rendahnya
produktivitas).
Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir
dan akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti
jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain.
Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah
yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk
pengolahan air. Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak
efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini
mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki.

2.1.4 Pengolahan Sampah


Pengolahan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan,
pemprosesan, pendaur-ulangan atau pembuangan dari material sampah.
Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yg dihasilkan dari
kegiatan manusia dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya

7
terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah
juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam. Pengolahan
sampah memiliki tujuan untuk mengubah sampah menjadi material yang
memiliki nilai ekonomis dan juga untuk mengolah sampah agar menjadi
material yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup. Metode
pengolahan sampah berbeda beda tergantung banyak hal, diantaranya
tipe zat sampah, tanah yg digunakan untuk mengolah dan ketersediaan
area.
Metode pengolahan sampah biasanya dilakukan dengan cara
pembuangan dan penimbunan serta daur ulang. Pembuangan sampah
pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk membuang
sampah, metode ini adalah metode yang lumayan populer. Penimbunan
ini biasanya dilakukan di tanah yg tidak terpakai, lubang bekas
pertambangan atau lubang-lubang dalam. Sebuah lahan penimbunan
darat yg dirancang dan dikelola dengan baik akan menjadi tempat
penimbunan sampah yang hygiene dan murah, sedangkan proses
pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk
digunakan kembali disebut sebagai daur ulang. Salah satu metode
pembuangan dan penimbunan yaitu sanitary landfill.
Sanitary landfill yaitu menimbun sampah di tanah yang
berlekuk untuk ditutup dengan lapisan tanah. Penimbunan ini dilakukan
secara berulang-ulang seperti kue lapis yang terdiri atas penimbunan
sampah yang ditutup tanah. Tanah yang semula berlekuk menjadi rata
oleh sanitary landfill sehingga harga tanahnya bisa naik berlipat-lipat
karena bisa dipakai untuk berbagai keperluan, seperti tempat sarana
olahraga, tanaman hijau dan lain-lain. Pengolahan sampah pun tumbuh
menjadi sentra keuntungan. Yang penting harus dijaga agar sampah
tidak merusak lingkungan, merembes dan mencemari air tanah. Ini
merupakan salah satu metode pengolahan sampah terkontrol dengan

8
sistem sanitasi yang baik. Sampah dibuang ke TPA (Tempat
Pembuangan Akhir), kemudian sampah dipadatkan dengan traktor dan
selanjutnya ditutup tanah. Bila tempat pembuangan sudah mencapai
kapasitas maksimum dan setelah semua kegiatan operasi selesai maka
lapisan tanah terakhir adalah 60 cm atau lebih. Cara ini akan
menghilangkan polusi udara. Pada bagian dasar tempat tersebut
dilengkapi sistem saluran leachate yang berfungsi sebagai saluran
limbah cair sampah yang harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang
ke sungai atau ke lingkungan. Di sanitary landfill tersebut juga dipasang
pipa gas untuk mengalirkan gas hasil aktivitas penguraian sampah
(Iskandar, 2006).
Dalam pemilihan tempat untuk sanitary landfill harus
dipertimbangkan dalam hal luas tanah yang diperlukan, pengaruh
adanya pemanfaatan kembali, jarak pengangkutan dari tempat
penampungan sementara ke sanitary landfill, keadaan tanah dan
topografi, keadaan iklim, keadaan air permukaan tanah, geologi dan
hidrologi, keadaan lingkungan dan pemakaian akhir, misal bekas tanah
sanitary landfill akan dimanfaatkan untuk keperluan tertentu (Sudarso,
1985).
Keuntungan dengan adanya metode sanitary landfill dalam
pengolahan sampah antara lain:
1. Dimana tanah tersedia, sanitary landfill adalah yang paling
ekonomis.
2. Investasi modal relatif lebih rendah dari cara yang lain.
3. Sanitary landfill adalah tahap terakhir dibanding dengan insenerator
dan komposting dimana masih memerlukan tindak lanjut dari
residunya.
4. Sanitary landfill bisa menerima segala macam bentuk sampah bisa
dibuang kesana dengan tanpa ada pemisahan tempat.

9
Sedangkan kerugian menggunakan metode sanitary landfill
antara lain:
1. Di daerah yang padat penduduk, tidak tersedia tanah yang masih
terjangkau untuk pengangkutan secara ekonomis.
2. Harus dipelihara setiap hari, karena jika tidak akan menjadi open
dumping.
3. Akan menganggu penduduk yang bertempat tinggal di sekitarnya.
4. Landfill yang telah sempurna akan tetap dan perlu pemeliharaan
yang periodik.
5. Perencanaan dan konstruksi khusus harus dibuat untuk penggunaan
bangunan di atas landfill (Sudarso, 1985).

2.2Tinjauan Teori Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


2.2.1 Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar/
menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat, dengan membuka jalan komunikasi, memberikan informasi
dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
perilaku, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (social
support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sehingga dapat
menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan
meningkatkan kesehatan masyarakat (Depkes, 2006).
PHBS yang baik dapat memberikan dampak yang bermakna terhadap
kesehatan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam
peningkatan derajat kesehatan, status pola gizi dan pemanfaatan sarana
kesehatan lingkungan agar tercapai derajat kesehatan yang optimal.
Masalah kesehatan lingkungan merupakan salah satu dari akibat masih
rendahnya tingkat pendidikan penduduk, masih terikat eratnya masyarakat

10
Indonesia dengan adat istiadat kebiasaan, kepercayaan dan lain sebagainya
yang tidak sejalan dengan konsep kesehatan (Azwar, 1981).
Menurut pusat promosi kesehatan, PHBS dapat mencegah terjadinya
penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit. Dampak PHBS yang
tidak baik dapat menimbulkan suatu penyakit diantaranya adalah mencret,
muntaber, desentri, typus, dan DBD (Dinkes Metro, 2005). Penyebab yang
mempengaruhi PHBS adalah faktor perilaku dan non perilku fisik, sosial
ekonomi dan sebagainya, oleh sebab itu penanggulangan masalah
kesehatan masyarakat juga dapat ditunjukkan pada kedua faktor utama
tersebut (Notoadmojo, 2005). Banyak hal yang menjadi penyebab PHBS
menurun yaitu selain faktor teknis juga faktor-faktor geografi, ekonomi dan
sosial (Depkes RI, 2003).
2.2.2 Tujuan, Manfaat, Sasaran dan Strategi Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS)
1. Tujuan PHBS
Tujuan PHBS adalah: meningkatkan rumah tangga sehat diseluruh
masyarakat Indonesia, meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan
kemauan masyarakat agar hidup sehat, meningkatkan peran aktif
masyarakat termasuk swasta dan dunia usaha, dalam upaya mewujudkan
derajat hidup yang optimal (Depkes, 2006).
2. Manfaat PHBS
a) Bagi rumah tangga: semua anggota keluarga menjadi sehat dan tidak
mudah sakit, anak tumbuh sehat dan cerdas dan pengeluaran biaya
rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga,
pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga.
b) Bagi masyarakat: masyarakat mampu mengupayakan lingkungan
yang sehat, masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi
masalah-masalah kesehatan dan masyarakat mampu
mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UBKM)

11
seperti Posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban, ambulan
desa dan lain-lain (Depkes RI, 2008).
3. Sasaran PHBS
Sasaran PHBS menurut Depkes RI 2008 dikembangkan dalam
lima tatanan yaitu di rumah atau tempat tinggal, di tempat kerja, di
tempat-tempat umum, institusi pendidikan, dan di sarana kesehatan.
Sedangkan sasaran PHBS di institusi pendidikan adalah seluruh warga
institusi pendidikan yang terbagi dalam:
a) Sasaran primer, yaitu sasaran utama dalam institusi pendidikan yang
akan dirubah perilakunya atau murid dan guru yang bermasalah
(individu/kelompok dalam institusi pendidikan yang bermasalah).
b) Sasaran sekunder, yaitu sasaran yang mempengaruhi individu
dalam institusi pendidikan yang bermasalah misalnya, kepala
sekolah, guru, orang tua murid, kader kesehatan sekolah, tokoh
masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait.
c) Sasaran tersier, merupakan sasaran yang diharapkan menjadi
pembantu dalam mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan
untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di institusi pendidikan seperti,
kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, Diknas, guru, tokoh
masyarakat, dan orang tua murid.
4. Strategi PHBS
Kebijakan Nasional Promosi kesehatan menetapkan tiga strategi
dasar promosi kesehatan dan PHBS yaitu (Manda, 2006):
a) Gerakan Pemberdayaan (Empowerment) merupakan proses
pemberian informasi secara terus menerus dan berkesinambungan
agar sasaran berubah dari aspek knowledge, attitude dan practice.
Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga
serta kelompok masyarakat.

12
b) Bina Suasana (Social Support) adalah upaya menciptakan
lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat
untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Terdapat tiga
pendekatan dalam bina suasana antara lain: 1) Pendekatan individu,
2) Pendekatan kelompok, 3) Pendekatan masyarakat umum.
c) Advokasi (Advocacy) adalah upaya yang terencana untuk
mendapatkan dukungan dari pihak-pihak terkait (stakeholders).
Pihak-pihak terkait ini dapat berupa tokoh masyarakat formal yang
berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan informal
seperti tokoh agama, tokoh pengusaha dan lain sebagainya dapat
berperan sebagai penentu kebijakan tidak tertulis dibidangnya atau
sebagai penyandang dana non pemerintah. Sasaran advokasi terdapat
tahapan-tahapan yaitu:
1) Mengetahui adanya masalah.
2) Tertarik untuk ikut menyelesaikan masalah.
3) Peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan
alternative pemecahan masalah.
4) Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu
alternatif pemecahan masalah.
5) Memutuskan tindak lanjut kesepakatan.
2.2.3 Indikator PHBS di Rumah Tangga
a. Pengertian Rokok
Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas.
Merokok adalah menghisap gulungan tembakau yang dibungkus dengan
kertas (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990). Rokok adalah silinder dari
kertas berukuran panjang 70-120 mm, (bervariasi tergantung Negara)
dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun yang telah
dicacah. Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk
kotak/kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah kedalam

13
kantong sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut
umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatikan perokok akan
bahaya kesehatan yang dapat di timbulkan dari merokok misalnya
kanker, paru-paru, serangan jantungan, dan lain-lainnya. Rokok adalah
benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan.
Dibalik kegunaan/manfaat rokok yang secuil itu terkandung bahaya yang
sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang yang ada disekitar
perokok yang bukan perokok. Rokok merupakan produk yang berbahaya
dan adiktif (menimbulkan ketergantungan). Di dalam rokok terdapat
4000 bahan kimia berbahaya yang 69 diantaranya merupakan zat
karsinogenik (dapat menimbulkan kanker). Zat-zat berbahaya yang
terkandung didalam rokok antara lain : tar, karbon monoksida, sianida,
arsen, formalin, nitrosamine dll.
b. Jenis Rokok
Menurut Sitepoe (2000), rokok berdasarkan bahan baku atau isi di
bagi tiga jenis:
1. Rokok Putih
Rokok putih merupakan jenis tembakau yang paling umum
dikonsumsi dan meluas di seluruh dunia. Rokok putih diproduksi
secara komersial dalam skala yang besar. Rokok putih didesain dengan
dibalut oleh kertas rokok dan disertai dengan satu penapis pada ujung
pemegang. Bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi
saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
2. Rokok Kretek
Rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan
cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma
tertentu.Rokok kretek sangat umum dijumpai di negara Indonesia.
Jenis rokok ini mempunyai rasa cengkih yang khusus. Hal ini
dikarenakan penambahan bahan pengawet eugenol pada tembakau,

14
dimana akan menyebabkan efek anastetik serta toksisitas yang lebih
tinggi.
3. Rokok Klembak
Rokok Klembak adalah rokok yang bahan baku atau isinya
berupa daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus
untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
Selain 3 jenis rokok menurut Sitepoe, beberapa jenis rokok yang
lainnya yaitu :
1. Rokok Cerutu
Rokok jenis ini dibuat dari tembakau yang dikeringkan melalui
ventilasi udara dan dibalut dengan daun tembakau yang telah diproses
menjadi bentuk kertas. Rokok cerutu memerlukan waktu fermentasi
yang lebih panjang dibandingkan dengan rokok putih. Hal ini
menyebabkan kandungan toksin dan bahan karsinogen yang tinggi
dalam rokok cerutu. Rokok cerutu sangat bervariasi dari segi bentuk,
ukuran dan warna.
c. Pengertian Merokok
Menurut Sitepoe (2000), merokok adalah membakar tembakau
yang kemudian diisap isinya, baik menggunakan rokok maupun
menggunakan pipa. Temperature pada sebatang rokok yang tengah
dibakar adalah 900oC untuk ujung yang dibakar dan 30oC untuk ujung
rokok yang terselip di antara bibir perokok. Defini perokok sekarang
menurut WHO dalam Depkes RI (2004) adalah mereka yang merokok
setiap hari untuk jagka waktu minimal 6 bulan selama hidupnya masih
merokok saat survey dilakukan.

15
Menurut sifatnya perokok dapat dibedakan menjadi dua jenis
yaitu :

1. Perokok Pasif
Perokok pasif dalah asap rokok yang di hirup oleh seseorang
yang tidak merokok (Pasive Smoker). Asap rokok merupakan polutan
bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Asap rokok lebih berbahaya
terhadap perokok pasif daripada perokok aktif. Asap rokok yang
dihembuskan oleh perokok aktif dan terhirup oleh perokok pasif, lima
kali lebih banyak mengandung karbon monoksida, empat kali lebih
banyak mengandung tar dan nikotin (Wardoyo, 1996).

2. Perokok Aktif
Menurut Bustan (1997) rokok aktif adalah asap rokok yang
berasal dari hisapan perokok atau asap utama pada rokok yang dihisap
(mainstream). Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
perokok aktif adalah orang yang merokok dan langsung menghisap
rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri sendiri
maupun lingkungan sekitar.
Menurut Bustan (1997) jumlah rokok yang dihisap dapat dalam
satuan batang, bungkus, pak per hari. Jenis perokok dapat dibagi atas
3 kelompok yaitu :
1. Perokok Ringan
Disebut perokok ringan apabila merokok kurang dari 10
batang per hari.
2. Perokok Sedang
Disebut perokok sedang jika menghisap 10-20 batang per
hari.

16
3. Perokok Berat
Disebut perokok berat jika menghisap lebih dari 20 batang
d. Kandungan Rokok
Berikut adalah beberapa bahan kimia yang terkandung di dalam
rokok.
1. Nikotin
Adalah suatu zat yang dapat membuat kecanduan dan
mempengaruhi sistem syaraf, mempercepat detak jantung (melebihi
detak normal), sehingga menambah resiko terkena penyakit jantung.
Selain itu zat ini paling sering dibicarakan dan diteliti orang, karena
dapat meracuni saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah,
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan
ketagihan dan ketergantungan pada pemakainya. Kadar nikotin 4-6
mg yang dihisap oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat
seseorang ketagihan.
2. Tar
Tar terdiri dari lebih dari 4000 bahan kimia yang mana 60
bahan kimia di antaranya bersifat karsinogenik. Zat berbahaya ini
berupa kotoran pekat yang dapat menyumbat dan mengiritasi paru-
paru dan sistem pernafasan, sehingga menyebabkan penyakit
bronchitis kronis, emphysema dan dalam beberapa kasus
menyebabkan kanker paru-paru (penyakit maut yang hampir tak
dikenal oleh mereka yang bukan perokok). Racun kimia dalam tar
juga dapat meresap ke dalam aliran darah dan kemudian dikeluarkan
di urine. Tar yang tersisa di kantung kemih juga dapat menyebabkan
penyakit kanker kantung kemih. Selain itu Tar dapat meresap dalam
aliran darah dan mengurangi kemampuan sel-sel darah merah untuk
membawa oksigen ke seluruh tubuh, sehingga sangat besar
pengaruhnya terhadap sistem peredaran darah.

17
3. Fenol
Fenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari
distilasi beberapa zat organik seperti kayu dan arang, serta diperoleh
dari tar arang. Zat ini beracun dan membahayakan karena fenol ini
terikat ke protein dan menghalangi aktivitas enzim.
4. Benzene, juga dikenal sebagai bensol, senyawa kimia organik yang
mudah terbakar dan tidak berwarna.
5. Timah Hitam (Pb) yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5
ug. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis dihisap dalam satu
hari akan menghasilkan 10 ug. Sementara ambang batas bahaya timah
hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 ug per hari (Sitepoe,
1997).
6. Cadmium, sebuah logam yang sangat beracun dan radioaktif.
7. Metanol (alkohol kayu), alkohol yang paling sederhana yang
juga dikenal sebagai metil alkohol.
8. Asetilena, merupakan senyawa kimia tak jenuh yang juga merupakan
hidrokarbon alkuna yang paling sederhana.
9. Amonia, merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari
nitrogen dan hidrogen. Zat ini tajam baunya dan sangat merangsang.
Begitu kerasnya racun yang ada pada ammonia sehingga jika masuk
sedikit pun ke dalam peredaran darah akan mengakibatkan seseorang
pingsan atau koma..
10. Formaldehida, cairan yang sangat beracun yang digunakan untuk
mengawetkan mayat.
11. Hidrogen sianida, racun yang digunakan sebagai fumigan untuk
membunuh semut. Zat ini juga digunakan sebagai zat pembuat plastik
dan pestisida. Hidrogen sianida merupakan sejenis gas yang tidak
berwarna, tidak berbau dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan
zat yang paling ringan, mudah terbakar dan sangat efisien untuk

18
menghalangi pernapasan dan merusak saluran pernapasan. Sianida
adalah salah satu zat yang mengandung racun yang sangat berbahaya.
Sedikit saja sianida dimasukkan langsung ke dalam tubuh dapat
mengakibatkan kematian.
12. Arsenik, bahan yang terdapat dalam racun tikus.
13. Karbon monoksida, bahan kimia beracun yang ditemukan dalam asap
buangan mobil. Zat ini dapat meresap dalam aliran darah dan
mengurangi kemampuan sel-sel darah merah untuk membawa
oksigen ke seluruh tubuh, sehingga sangat besar pengaruhnya
terhadap sistem peredaran darah. Selain itu, karbonmonoksida
memudahkan penumpukan zat-zat penyumbat pembuluh nadi, yang
dapat menyebabkan serangan jantung yang fatal selain itu juga dapat
menimbulkan gangguan sirkulasi darah di kaki.
e. Faktor Pendorong Merokok
Ditinjau dari hasil penelitian dan survey menunjukkan bahwa
seseorang menjadi perokok secara umum disebabkan oleh faktor-faktor
berikut :
1. Mengurangi tegang syaraf dan menghilangkan rasa lelah (menurut
pendapat mereka).
2. Mengendurkan persendian dan menimbulkan rasa lega setelah
merokok.
3. Merokok untuk menyendiri, sebagian orang akan merasakan
kenikmatan merokok seorang diri yang jauh dari pandangan orang
lain.
4. Merokok karena ingin menyertai suatu perbuatan, seperti merokok
setelah makan, atau setelah minum kopi atau teh.
5. Merokok sebagai pengganti makanan, karena merokok dapat
mengurangi nafsu makan perokok sehingga konsumsi makananya
berkurang.

19
6. Merokok sebgai sikap sosial, yaitu jika berkumpul bersama teman-
teman, terlebih jika dalam satu acara tertentu.
7. Merokok untuk menumbuhkan rasa percaya diri. Ada orang-orang
yang apabila ditimpa keruwetan, kesempitan atau rasa cemas dalam
satu masalah segera menyalakan rokok untuk mengindarinya.
f. Bahaya Merokok
1. Bahaya Merokok Untuk Kehidupan Suami Istri.
Merokok berdampak buruk terhadap sperma, terutama mereka
yang mengalami lemah sperma, dapat mengakibatkan kemandulan dan
dapat mengakibatkan kelemahan dalam berhubungan intim bagi
perokok berat. Bagi perokok berat dan aktif merupakan hal yang perlu
untuk diperhatikan, karena tidak saja bagi kesehatan namun bagi
kelangsungan hubungan suami istri bagi mereka yang sudah menikah
juga sangat berbahaya.
2. Bahaya Merokok Bagi Wanita
Wanita perokok juga berpotensi sama mengidap penyakit pada
umumnya penyakit yang diakibatkan dari rokok, selain itu ada
beberapa penyakit lain yang akan diterima oleh wanita apabila
merokok, penyakit tersebut adalah :
a) Berpeluang besar terkena kanker leher rahim
b) Sering mengalami keguguran
c) Berkurangnya timbangan bayi yang dilahirkan
d) Berpeluangnya kematian bayi dan keguguran
3. Bahaya Rokok Bagi Anak-anak
Anak-anak yang menjadi perokok pasif (tidak merokok, tapi
dekat atau menghirup asap orang yang merokok) karena kedua orang
tuanya atau salah satunya merokok akan mendatangkan beberapa
penyakit terhadap mereka, diantaranya:

20
a) Berpeluang besar terkena radang paru-paru, khususnya bagi bayi
yang menyusui
b) Berpeluang terkena alergi pada organ pernafasan (hidung, rongga
hidung,saluran udara)
c) Lambatnya pertumbuhan fisik dan otak jika dibandingkan dengan
anak-anak yang kedua orang tuanya tidak merokok
g. Dampak Merokok
Beberapa jenis penyakit yang timbul akibat merokok adalah:
1. Penyakit yang menimpah hati dan organ sirkulasi:
Penyakit yang secara mendasar berkaitan langsung akibat
mengonsumsi rokok :
a) Penyempitan pembuluh darah koroner (nyeri dada yang sangat),
penggumpalan hati dan kematian tiba-tiba
b) Pembekuan pembuluh darah pada otak
c) Gangguan sirkulasi darah pada anggota tubuh yang mengakibatkan
pembekuan serta amputasi pada betis atau gargarina.
2. Penyakit-penyakit yang menimpa organ pernapasan :
Penyakit ini berkaitan langsung akibat mengonsumsi rokok :
a) Kanker paru-paru
b) Kanker tenggorokan
c) Radang rongga tenggorokan yang akut
d) Radang rongga hidung dan alergi pada hidung
e) Asma dan berbagai macam bentuk alergi
3. Penyakit – penyakit yang menimpa organ pencernaan :
Perokok dengan segala macam caranya akan mengalami hal
berikut :
a) Radang mulut, bibir, lidah, dan rahang serta radang gigi, gusi dan
pecahnya email (lapisan gigi).
b) Kanker mulut, bibir, lidah, rahang dan gusi.

21
c) Kanker Tekak.
d) Kanker Saluran Makanan.
e) Kanker Pankreas
f) Radang saluran pernapasan dan tekak.
g) Radang dan luka pada lambung dan usus dua belas jari
4. Penyakit yang menimpa mata
a) Radang selaput ikat mata
b) Radang selaput pelangi mata
c) Bertambahnya alergi pada mata
d) Melebarnya pupil mata akibat pengaruh nikotin dan cahaya yang
rusak
e) Radang saraf dan terhentinya pertumbuhan pada mata yg dapat
mengakibatkan rabun mata
5. Penyakit yang menimpa sistem saluran air kencing :
a) Tumor jinak pada kandung kemih
b) Kanker pada kandung kemih (penyakit ini kian bertambah jika
seseorang mengidap Billharsia)
c) Kanker ginjal
2.2.4 Indikator PHBS di Sekolah
Beberapa indikator PHBS di lingkungan sekolah antara lain:
a. Mencuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
Perilaku cuci tangan pakai sabun ternyata bukan merupakan
perilaku yang biasa dilakukan sehari-hari oleh masyarakat pada
umumnya. Rendahnya perilaku cuci tangan pakai sabun dan tingginya
tingkat efektifitas perilaku cuci tangan pakai sabun dalam mencegah
penularan penyakit, maka sangat penting adanya upaya promosi
kesehatan bermaterikan peningkatan cuci tangan tersebut. (Depkes, 2007)
Dengan demikian dapat dipahami betapa perilaku ini harus dilakukan,
antara lain karena berbagai alasan sebagai berikut:

22
1. Mencuci tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit yang dapat
menyebabkan ratusan ribu anak meninggal setiap tahunya,
2. Mencuci tangan dengan air saja tidak cukup,
3. CTPS (cuci tangan pakai sabun) adalah satu-satunya intervensi
kesehatan yang paling “cost-effective” jika dibanding dengan hasil
yang diperolehnya (Rahmani, 2010).
Waktu kritis untuk cuci tangan pakai sabun yang harus
diperhatikan, yaitu saat-saat sebagai berikut:
1. Sebelum makan,
2. Sebelum menyiapkan makanan,
3. Setelah buang air besar,
4. Setelah menceboki bayi/anak,
5. Setelah memegang unggas atau hewan.
Beberapa manfaat yang diperoleh setelah seseorang melakukan
cuci tangan pakai sabun, yaitu antara lain:
1. Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan,
2. Mencegah penularan penyakit seperti typus, disentri,flu burung, flu
babi,
3. Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.

Cara mencuci tangan yang benar adalah sebagai berikut:


1. Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun
seperlunya,
2. Bersihkan telapak tangan, pergelangan tangan, sela-sela jari dan
punggung tangan,
3. Bersihkan tangan menggunakan lap bersih (Rahmani, 2010).
b. Kebersihan Gigi dan Mulut
Kebersihan gigi dan mulut (oral hygiene) merupakan suatu
pemeliharaan kebersihan dan hygiene struktur gigi dan mulut melalui

23
sikat gigi, stimulasi jaringan, pemijatan gusi, hidroterapi, dan prosedur
lain yang berfungsi untuk mempertahankan gigi dan kesehatan mulut
(Dorland, 2002). Kebersihan rongga mulut merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi terjadinya karies gigi. Penelitian secara
epidemiologi mengenai karies gigi dan penyakit periodontal, diperlukan
suatu metode dan kriteria untuk mengetahui status kesehatan gigi
seseorang atau masyarakat (Manson dan Elley, 1993).
Gigi merupakan struktur penting karena termasuk dalam rongga
mulut kita dandengan demikian gigi termasuk badan kita. Kesehatan gigi
baru penting apabila iamenyumbang kesehatan gigi geligi secara
keseluruhan dengan demikian menyumbang kesehatan umum dan
kesejahteraan manusia (Houwink dkk, 1993). Tan dalam Houwink, dkk
(1993) menyatakan bahwa tujuan kesehatan gigi dan mulut adalah
menghilangkan plak secara teratur untuk mencegah agar plak tidak
tertimbun dan lama kelamaan menyebabkan kerusakan pada jaringan.
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebersihan Gigi dan Mulut
Faktor yang mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut yaitu
adanyapenumpukan sisa-sisa makanan, plak, kalkulus, material alba
dan stain padapermukaan gigi geligi (Carranza, 2002).

a) Sisa-sisa makanan (food debris)


Sisa-sisa makanan akan segera dilarutkan oleh enzim-enzim
bakterial, dan dibersihkan dari rongga mulut, namun masih terdapat
sisa-sisa makanan yang tertinggal pada gigi dan mukosa. Hal-hal
yang mempengaruhi kecepatanpembersihan makanan dalam mulut
ialah aliran saliva, lidah, pipi serta susunan gigi geligi dalam
lengkung rahang (Houwink,dkk, 1993).
b. Plak

24
Plak adalah semua yang tertinggal pada gigi dan gingiva
setelah berkumur kuat. Plak yang sangat tipis (kurang dari 10-20 μ)
baru kelihatan dengan pewarnaan. Plak terdiri dari warna putih
lunak, kekuning-kuningan, hijau maupun berbutiran (Houwink dkk,
1993).
c. Kalkulus
Kalkulus adalah massa yang mengalami kalsifikasi yang
terbentuk dan melekat pada permukaan gigi, dan objek solid lainnya
yang ada dalam rongga mulut, misalnya gigi tiruan dan restorasi
(Manson dan Eley, 1993).
d. Material Alba
Material alba merupakan deposit yang jarang dan lunak,
berwarna kekuningan dan dapat ditemukan pada rongga mulut yang
kurang terjaga kebersihannya (Manson dan Eley, 1993).
e. Stain Gigi
Substansi yang membentuk stain yang melekat erat pada
permukaan gigi sangat banyak dan harus dibersihkan secara khusus.
Stain mempunyai estetik yang kurang baik tetapi tidak
menyebabkan iritasi gigi maupun berfungsi sebagai fokus deposisi
plak (Manson dan Eley, 1993).
2. Karies Gigi
a) Definisi
Karies merupakan penyakit kronis nomor satu di dunia dan
prevalensi penyakit tersebut terus meningkat. Peningkatan tersebut
dihubungkan dengan perubahan pola dan jenis makanan.
Penyebaran penyakit karies dilihat sebagai fenomena gunung es.
Shuurs menyatakan bahwa, karies adalah suatu proses kronis
regresif yang disebabkan oleh terganggunya keseimbangan antara
gigi dan lingkungan dalam rongga mulut.

25
3. Karies Gigi pada Anak-anak
a. Definisi
Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi
yang bisa mengenali lapisan email, dentin, sementum, yang
disebabkan oleh aktivitas metabolism mikroorganisme. Awal
terjadinya karies gigi ditandai proses demineralisasi jaringan keras
gigi yang kemudian diikuti kerusakan bahan organiknya. Proses
karies menyebabkan terjadinya invasi bakteri dan kematian pulpa
serta penyebaran infeksike jaringan periapikal yang dapat
menyebabkan nyeri (Nurlaila, 2005).

2.3 Tinjauan Teori Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


2.3.1 Pengertian BPJS
Jaminan sosial adalah perlindungan yang diberikan oleh masyarakat
bagi anggota-anggotanya untuk resiko-resiko atau peristiwa-peristiwa
tertentu dengan tujuan, sejauh mungkin, untuk menghindari peristiwa-
peristiwa tersebut yang dapat mengakibatkan hilangnya atau turunya
sebagian besar penghasilan, dan untuk memberikan pelayanan medis
dan/atau jaminan keuangan terhadap konsekuensi ekonomi dari terjadinya
peristiwa tersebut, serta jaminan untuk tunjangan keluarga dan anak
(Asyhadie, 2007). Secara singkat jaminan sosial diartikan sebagai bentuk
perlindungan sosial yang menjamin seluruh rakyat agar dapat mendapatkan
kebutuhan dasar yang layak.
Di dalam program BPJS jaminan sosial dibagi kedalam 5 jenis
program jaminan sosial dan penyelenggaraan yang dibuat dalam 2 program
penyelengaraan, yaitu :
a. Program yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, dengan
programnya adalah Jaminan Kesehatan yang berlaku mulai 1 Januari
2014.

26
b. Program yang diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan, dengan
programnya adalah Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua,
Jaminan Pensiun, dan Jaminan Kematian yang direncanakan dapat
dimulai mulai 1 Juli 2015.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah
badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan
kesehatan. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial adalah peleburan 4
(empat) badan usaha milik negara menjadi satu badan hukum, 4 (empat)
badan usaha yang dimaksud adalah PT TASPEN, PT JAMSOSTEK, PT
ASABRI dan PT ASKES. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ini
berbentuk seperti asuransi, nantinya semua warga indonesia diwajibkan
untuk mengikuti program ini. Dalam mengikuti program ini peserta BPJS
di bagi menjadi 2 kelompok, yaitu untuk mayarakat yang mampu dan
kelompok masyarakat yang kurang mampu.
Peserta kelompok BPJS di bagi 2 kelompok yaitu:
a. PBI (yang selanjutnya disebut Penerima Bantuan Iuran) jaminan
kesehatan, yaitu PBI adalah peserta Jaminan Kesehatan bagi fakir
miskin dan orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan Undang-
undang SJSN yang iurannya dibayarkan oleh pemerintah sebagai peserta
program Jaminan Kesehatan. Peserta PBI adalah fakir miskin yang
ditetapkan oleh pemerintah dan diatur melalui Peraturan Pemerintah
b. Bukan PBI jaminan kesehatan.
2.3.2 Jaminan Kesehatan Nasional
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan
menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib
(mandatory) bagi seluruh rakyat indonesia, maupun untuk warga negara
asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia yang
pengaturannya berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004

27
tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah
membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.
a. Cara pendaftaran JKN
Untuk memudahkan masyarakat sebagai peserta BPJS, BPJS
memberikan pelayanan dalam melakukan pendaftaran. Dalam
pendaftaran JKN dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu pendaftaran
secara manual yang dapat dilakukan secara langsung ke kantor BPJS
terdekat atau dapat juga melalui pendaftaran yang dilakukan secara
online yaitu dengan mengakses melalui situs http://bpjskesehatan.go.id/.
1. Pendaftaran secara On-Line
Untuk pendaftaran secara on-line terdapat beberapa hal yang
perlu dipersiapkan. Hal-hal yg harus dipersiapkan sebelum
Pendaftaran Peserta BPJS-Kesehatan secara Online, yaitu:
a) Kartu Tanda Penduduk
b) Kartu Keluarga
c) Kartu NPWP
d) Alamat E-mail dan nomor telpon yang bisa dihubungi
Calon Peserta mengisi isian secara lengkap (Nama, Tanggal
lahir, Alamat, Email dll). Besaran Iuran adalah sesuai dengan Kelas
Perawatan yang di pilih:
- KELAS III = Rp. 25.500/Bulan
- KELAS II = Rp. 42.500/Bulan
- KELAS I = Rp. 59.500/Bulan
Setelah menyimpan Data, Sistem akan mengirimkan email
pemberitahuan nomor registrasi ke alamat email sesuai dengan yang
diisikan oleh calon peserta agar e-ID dapat digunakan/aktif, calon
peserta agar melakukan pembayaran di bank. Pembayaran Iuran harus
dilakukan tidak melewati 24 jam sejak pendaftaran. Setelah Calon

28
Peserta melakukan pembayaran di bank, maka peserta dapat
mencetak e-ID dengan link yang terdapat pada email pemberitahuan.
b. Pendaftaran secara manual
Sedangkan untuk pendaftaran secara langsung di kantor BPJS
yang perlu dipersiapkan, yaitu:
1. Calon peserta mengisi Daftar Isian Peserta (DIP), membawa Kartu
Keluarga/Kartu Tanda Penduduk (KTP)/Paspor pas foto bewarna 3x4
sebanyak 1 lembar. Untuk anggota keluarga menunjukan Kartu
Keluarga /Surat Nikah/Akte Kelahiran.
2. Data diperoses oleh petugas BPJS Kesehatan untuk diterbitkan nomor
Virtual Account (VA) perorangan dan diserahkan ke calon peserta.
3. Calon peserta membayar uang iuran Anjungan Tunai Mandiri
(ATM)/Setor Tunai sesuai dengan nomor VA perorangan ke bank
yang telah bekerja sama.
4. Membawa bukti pembayaran untuk dicetakkan Kartu Peserta.
5. Peserta menerima kartu peserta sebagai identitas dalam mengakses
pelayanan.
c. Metode pembayaran JKN
Sesuai Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 metode
pembayaran atau iuran dari program ini dibagi menjadi 3 jenis:
1. Iuran Jaminan Kesehatan bagi penduduk yang didaftarkan oleh
Pemerintah daerah dibayar oleh Pemerintah Daerah (orang miskin
dan tidak mampu).
2. Iuran Jaminan Kesehatan bagi peserta Pekerja Penerima Upah (PNS,
Anggota TNI/POLRI, Pejabat Negara, Pegawai pemerintah non
pegawai negeri dan pegawai swasta) dibayar oleh Pemberi Kerja yang
dipotong langsung dari gaji bulanan yang diterimanya.
Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah meliputi:
a) Istri atau suami yang sah dari peserta; dan

29
b) Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari
Peserta, dengan kriteria:
1) tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai
penghasilan sendiri;
2) dan belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia
25 (dua puluh lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan
formal.
3) Pekerja Bukan Penerima Upah (pekerja di luar hubungan kerja
atau pekerja mandiri) dan Peserta Bukan Pekerja (investor,
perusahaan, penerima pensiun, veteran, perintis kemerdekaan,
janda, duda, anak yatim piatu dari veteran atau perintis
kemerdekaan) dibayar oleh Peserta yang bersangkutan ( PP No
111, 2013 ) .
d. Prinsip sistem JKN
Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip-prinsip
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) berikut:
1. Prinsip Kegotongroyongan
Gotong royong sesungguhnya sudah menjadi salah satu
prinsip dalam hidup bermasyarakat dan juga merupakan salah satu
akar dalam kebudayaan kita. Dalam SJSN, prinsip gotong royong
berarti peserta yang mampu membantu peserta yang kurang mampu,
peserta yang sehat membantu yang sakit atau yang berisiko tinggi,
dan peserta yang sehat membantu yang sakit. Hal ini terwujud karena
kepesertaan SJSN bersifat wajib untuk seluruh penduduk, tanpa
pandang bulu. Dengan demikian, melalui prinsip gotong royong
jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
2. Prinsip Nirlaba

30
Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit
oriented). Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-
besarnya kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari
masyarakat adalah dana amanat, sehingga hasil pengembangannya,
akan di manfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta.
3. Prinsip Keterbukaan, Kehati-hatian, Akuntabilitas, Efisiensi, dan
Efektivitas.
Prinsip-prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan
pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil
pengembangannya.
4. Prinsip Portabilitas
Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk
memberikan jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun
mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Prinsip Kepesertaan Bersifat Wajib
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi
peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat
wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan
kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan
penyelenggaraan program. Tahapan pertama dimulai dari pekerja di
sektor formal, bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi
peserta secara mandiri, sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) dapat mencakup seluruh rakyat.
6. Prinsip Dana Amanat
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana
titipan kepada badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-

31
baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk
kesejahteraan peserta.
7. Prinsip Hasil Pengelolaan Dana Jaminan Sosial
Dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan
untuk sebesar-besar kepentingan peserta.
e. Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan
meliputi:
1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan non
spesialistik mencakup:
a) Administrasi pelayanan
b) Pelayanan promotif dan preventif
c) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis
d) Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non
operatif
e) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
f) Transfusi darah sesuai kebutuhan medis
g) Pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat pertama
h) Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi
2. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, yaitu pelayanan
kesehatan mencakup:
a) Rawat jalan, meliputi:
1) Administrasi pelayanan
2) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter
spesialis dan sub spesialis
3) Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis
4) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
5) Pelayanan alat kesehatan implant
6) Pelayanan penunjang diagnostic lanjutan sesuai dengan indikasi
medis

32
7) Rehabilitasi medis
8) Pelayanan darah
9) Pelayanan kedokteran forensik
10) Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan
b) Rawat Inap yang meliputi:
1) Perawatan inap non intensif
2) Perawatan inap di ruang intensif
3) Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri.
Meskipun manfaat yang dijamin dalam JKN bersifat
komprehensif, masih ada manfaat yang tidak dijamin meliputi:
a) Tidak sesuai prosedur;
b) Pelayanan di luar Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan
BPJS;
c) Pelayanan bertujuan kosmetik;
d) General checkup, pengobatan alternatif;
e) Pengobatan untuk mendapatkan keturunan, pengobatan impotensi;
f) Pelayanan kesehatan pada saat bencana ; dan
g) Pasien Bunuh Diri /Penyakit yang timbul akibat kesengajaan untuk
menyiksa diri sendiri/ Bunuh Diri/Narkoba.
f. Beberapa Halangan dalam Program JKN
Dalam menjalankan program Jaminan Kesehatan Nasional ini
pemerintah menemui berbagai halangan, beberapa halangan-halangan
yang dihadapi dalam menjalankan program Jaminan Kesehatan
Nasional tersebut adalah sebagai berikut:
1. Jumlah faslitas pelayanan kesehatan yang kurang mencukupi dan
persebarannya kurang merata khususnya bagi Daerah Terpencil
Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) dengan tingkat utilisasi yang
rendah akibat kondisi geografis dan tidak memadainya fasilitas
kesehatan pada daerah tersebut.

33
2. Jumlah tenaga kesehatan yang ada masih kurang dari jumlah yang
dibutuhkan.
3. Untuk pekerja sektor informal nantinya akan mengalami kesulitan
dalam penarikan iurannya setiap bulan karena pada sektor tersebut
belum ada badan atau lembaga yang menaungi sehingga akan
menyulitkan dalam penarikan iuran di sektor tersebut.
4. Permasalahan akan timbul pada penerima PBI karena data banyak
yang tidak sesuai antara pemerintah pusat dan daerah sehingga data
penduduk tidak mampu tidak sesuai dengan kondisi di lapangan.
2.3.3 Pelayanan yang tidak di jamin oleh BPJS
Tidak semua pelayanan kesehatan dijamin oleh BPJS (Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial). Bagi para peserta BPJS perlu memahami
beberapa pelayanan kesehatan yang tidak dijamin BPJS sehingga dapat
memaksimalkan penggunaan tanggungan BPJS.
Berikut ini Pelayanan Kesehatan yang tidak dijamin Oleh BPJS :
a. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur
sebagaimana diatur dalam peraturan yang berlaku
b. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, kecuali untuk kasus gawat
darurat.
c. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan
kecelakaan kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja
atau hubungan kerja
d. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri
e. Pelayanan kesehatan untuk tujuan kosmetik dan/atau estetik
f. Pelayanan utnuk mengatasi infertilitas (memperoleh keturunan)
g. Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi)
h. Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau
alkohol

34
i. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat
melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri
j. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk
akupuntur, shin she, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif
berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (health technology
assessment/HTA)
k. Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan
(eksperimen)
l. Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi dan susu
m. Perbekalan kesehatan rumah tangga
n. Pelayanan kesehatan yang sudah dijamin dalam program kecelakaan
lalulintas sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
o. Pelayanan kesehatan akibat bencana, kejadian luar biasa/wabah
p. Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan manfaat
jaminan kesehatan yang diberikan.

2.4 Tinjauan Teori Pengetahuan, Sikap, Perilaku dan Tindakan


2.4.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku
manusia (Notoatmodjo, 2003).
Terdapat 6 tingkat pengetahuan yang tercakup di dalam kognitif,
yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk juga mengingat kembali terhadap suatu

35
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
diterima.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengintepretasikan
materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang
telah dipelajari dari situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan suatu materi
atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih ada kaitannya
satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungi bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi adalah berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri,
atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
2.4.2 Pengertian Sikap
Menurut Oxford Advanced Learner Dictionary mencantumkan
bahwa sikap (attitude) berasal dari bahasa Italia attitudine yaitu “ Manner
of placing or holding the body, dan way of feeling, thinking or behaving
Campbel (1950) dalam buku Notoadmodjo (2003, p.29) mengemukakan
bahwa sikap adalah “ A syndrome of response consistency with regard to
social objects ”. Artinya sikap adalah sekumpulan respon yang konsisten

36
terhadap obyek sosial. Dalam buku Notoadmodjo (2003, p.124)
mengemukakan bahwa sikap (attitude) adalah merupakan reaksi atau
respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek.
Menurut Eagle dan Chaiken (1993) dalam buku A. Wawan dan
Dewi M. (2010, p.20) mengemukakan bahwa sikap dapat diposisikan
sebagai hasil evaluasi terhadap obyek sikap yang diekspresikan ke dalam
proses - proses kognitif, afektif (emosi) dan perilaku. Dari definisi-definisi
di atas menunjukkan bahwa secara garis besar sikap terdiri dari komponen
kognitif (ide yang umumnya berkaitan dengan pembicaraan dan
dipelajari), perilaku (cenderung mempengaruhi respon sesuai dan tidak
sesuai) dan emosi (menyebabkan respon-respon yang konsisten).
Ciri-ciri sikap menurut Heri Purwanto (1998) dalam buku
Notoadmodjo (2003, p.34) adalah :
a. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari
sepanjang perkembangan itu dalam hubungannya dengan obyeknya.
b. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap
dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan
syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan
tertentu terhadap suatu obyek. Dengan kata lain sikap itu terbentuk,
dipelajari, atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu obyek
tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
d. Obyek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat
alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan- kecakapan atau
pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.

37
2.4.3 Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri
yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan,
berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan
sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang
diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar
(Notoatmodjo, 2003).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003),
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini
terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian
organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-
R” atau Stimulus – Organisme – Respon.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku
dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :
a. Perilaku tertutup ( Convert behavior )
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus
dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi
terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang y ang
menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh
orang lain.
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan
nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas
dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat
diamati atau dilihat oleh orang lain

38
2.4.4 Pengertian Tindakan
Defenisi tindakan adalah mekanisme dari suatu pengamatan yang
muncul dari persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu
tindakan. Tindakan mempunyai beberapa tingkatan yaitu :
a. Persepsi (perception) yaitu mengenal dan memilih berbagai objek
yang akan dilakukan.
b. Respon terpimpin yaitu melakukan segala sesuatu sesuai dengan
urutan yang benar.
c. Mekanisme yaitu melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis
d. Adaptasi yaitu suatu praktek atau tindakan yang yang sudah
berkembang dan dilakukan dengan baik (Notoatmodjo Soekidjo 2007).

39

Anda mungkin juga menyukai