Anda di halaman 1dari 7

PENEGAKAN DIAGNOSIS

Diagnosis gangguan kobsesif kompulsif didasarkan pada gambaran klinisnya. Tidak


seperti pasien psikotik, pasien dengan gangguan obsesif kompulsif biasanya menunjukkan
wawasan dan menyadari bahwa perilaku mereka tidak normal atau tidak logis.(1)

Sebagai bagian dari kriteria diagnostik untuk Gangguan Obsesif Kompulsif,


Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (DSM-
IV-TR) memberikan kemudahan bagi para klinisi untuk mendiagnosis gangguan obsesif
kompulsif pada pasien yang umumnya tidak sadar akan obsesi berlebihan dan kompulsinya.(2)

Kriteria obsesif menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth
Edition, Text Revision (DSM-IV-TR) harus memenuhi 4 kriteria dibawah ini :

 Pikiran berulang dan terus-menerus, impuls, atau gambaran yang dialami di beberapa
waktu selama gangguan yang bersifat mengganggu dan tidak sesuai dan menyebabkan
kecemasan dan penderitaan. Orang dengan gangguan ini menyadari kualitas patologis
dari pikiran-pikiran yang tidak diinginkan ini (seperti ketakutan untuk menyakiti
anak-anak mereka) dan tidak akan terjadi pada mereka, tetapi pikiran ini sangat
mengganggu dan sulit untuk berdiskusi dengan orang lain.
 Pikiran, impuls, atau gambar tidak hanya kekhawatiran yang berlebihan tentang
masalah kehidupan nyata.
 Pasien mencoba untuk menekan atau mengabaikan pikiran seperti itu atau untuk
menetralisirnya dengan beberapa pemikiran lain atau tindakan.
 Orang tersebut mengakui bahwa pikiran obsesional, impuls, atau gambaran adalah
produk dari pikiran sendiri (tidak dipaksakan dari luar, seperti dalam penyisipan
pikiran).

Kriteria Kompulsif menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth
Edition, Text Revision (DSM-IV-TR) harus memenuhi 2 kriteria dibawah ini :

 Individu melakukan perilaku berulang (misalnya, mencuci tangan, pemesanan,


memeriksa) atau tindakan mental (misalnya, berdoa, menghitung, mengulang kata-
kata diam-diam) dalam menanggapi sebuah obsesi atau menurut aturan yang harus
diterapkan secara kaku. Perilaku tersebut bukan akibat efek fisiologis langsung dari
suatu zat atau kondisi medis umum.
 Perilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah atau mengurangi gangguan
atau mencegah suatu peristiwa atau situasi yang dicemaskan. Namun, perilaku atau
tindakan mental yang dilakukan baik tidak terhubung pada cara yang realistis dengan
apa yang mereka buat untuk mentralisir atau cegah atau jelas berlebihan.

 Pada beberapa poin selama gangguan, pasien mengakui bahwa obsesi atau kompulsi itu
berlebihan atau tidak masuk akal (walaupun ini tidak berlaku untuk anak-anak).
 Obsesi atau kompulsi itu menimbulkan penderitaan, yang memakan waktu
(berlangsung >1 jam/hari), atau secara signifikan mengganggu rutinitas normal
seseorang, fungsi pekerjaan atau akademis, atau kegiatan sosial biasanya atau hubungan
dengan orang lain.
 Jika gangguan Axis I lainnya muncul, isi dari obsesi atau kompulsi tersebut tidak
terbatas pada itu saja.
 Gangguan ini tidak terjadi karena pengaruh langsung zat psikotik atau kondisi medis
tertentu.
 Spesifikasi tambahan "dengan tilikan rendah" dibuat bagi seorang dengan gangguan
obsesif kompulsif jika, untuk dalam suatu jangka waktu episode, orang tersebut tidak
mengenali bahwa gejala itu berlebihan atau tidak masuk akal.

Menurut PPDGJ-III untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau


tindakan kompulsif, atau kedua-duanya harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya dua
minggu berturut-turut. Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau
mengganggu aktivitas penderita. Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut: (3)

a. Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri


b. Setidaknya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun ada
lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita
c. Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut diatas bukan merupakan hal yang memberi
kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau anxietas, tidak
dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud diatas).
d. Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang
tidak menyenangkan.
Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif dengan depresi. Penderita
gangguan obsesif kompulsif sering kali juga menunjukan gejala depresi dan sebaliknya
penderita gangguan depresi berulang dapat menunjukkan pikiran-pikiran obsesif selama
episode depresinya. Dalam berbagai situasi dari kedua hal tersebut, meningkat atau
menurunnya gejala depresi umumnya diikuti secara paralel dengan perubahan gejala
obsesif.(3)
Diagnosis gangguan obsesif kompulsif ditegakkan hanya bila tidak ada gangguan
depresi pada saat gejala obsesif kompulsif tersebut timbul. Bila dari keduanya tidak ada yang
menonjol, maka lebih baik menganggap depresi sebagai diagnosis yang primer. Pada
gangguan menahun, maka prioritas diberikan pada gejala yang paling bertahan saat gejala
yang lain menghilang.(3)
Meskipun pikiran obsesional dan tindakan kompulsif lazimnya terjadi bersama-sama,
akan bermanfaat jika kita dapat menentukan gejala mana yang lebih dominan pada beberapa
individu, karena keadaannya mungkin akan responsif terhadap pengobatan yang berlainan.

1. Predominan Pikiran Obsesional atau Pengulangan (F42.0)


Keadaan ini dapat berupa gagasan, bayangan mental (mental images) atau
dorongan untuk berbuat. Meskipun isi pikiran tersebut berbeda-beda, tetapi
umumnya hampir selalu menyebabkan distres. Kadang-kadang berupa pikira-pikiran
yang tidak ada habisnya untuk dipertimbangkan. Ketidakmampuan untuk mengambil
keputusan atas berbagai alternatif tersebut merupakan unsur penting dalam banyak
pengulangan obsesional lainnya dan sering kali disertai ketidakmampuan untuk
mengambil keputusan mengenai hal-hal kecil tetapi perlu dalam kehidupan sehari-
hari.
2. Predominan Tindakan Kompulsif [Obsessional Ritual] (F42.1)
Mayoritas tindakan kompulsif berkaitan dengan kebersihan (khususnya mencuci
tangan), memeriksa berulang untuk menyakinkan bahwa suatu situasi yang
dianggapnya berpotensi bahaya tidak dibiarkan terjadi, atau masalah kerapian dan
keteraturan. Perilaku ini dilandasi perasan takut terhadap bahaya yang mengancam
dirinya atau yang bersumber dari dirinya, dan tindakan ritual yang dilakukan
merupakan ikhtiar simbolik atau sia-sia untuk menghindari bahaya tersebut.
Tindakan ritual kompulsif tersebut bisa menyita banyak waktu sampai beberapa jam
setiap hari dan kadang-kadang disertai ketidakmampuan mengambil keputusan dan
kelambanan yang mencolok.
3. Campuran Tindakan dan Pikiran Obsesional (F42.2)
Kebanyakan dari pasien obsesif-kompulsif memperlihatkan unsur dari baik
pikiran yang obsesional maupun tindakan (perbuatan) yang kompulsif. Subkategori
ini harus digunakan bilamana keduanya secara seimbang sama menonjol, yang sering
kali memang demikian, tetapi kalau salah satu memang jelas lebih dominan,
sebaiknya ditanyakan dalam satu kategori yang lebih spesifik, karena pikiran dan
tindakan dapat menunjukkan respon yang berbeda terhadap pengobatan yang
berbeda.
4. Gangguan Obsesif-Kompulsif Lainnya (F42.8)
5. Gangguan Obsesif-Kompulsif YTT (F42.9)

PENATALAKSANAAN
1. Psikoterapi
Penanganan psikoterapi untuk gangguan obsesif kompulsif umumnya diberikan
hampir sama dengan gangguan kecemasan lainnya. Psikoterapi suportif jelas memiliki
bagiannya, khususnya untuk pasien gangguan bosesif kompulsif yang walaupun
gejalanya memiliki berbagai derajat keparahan adalah mampu untuk bekerja dan
membuat penyesuaian sosial.(2,4) Tujuan Psikoterapi Suportif adalah: (5)
1. Menguatkan daya mental yang ada
2. Mengembangkan mekanisme yang baru dan yang lebih baik untuk mempertahankan
kontrol diri
3. Mengembalikan keseimbangan adaptif

Cara-cara psikoterapi suportif antara lain sebagai berikut : (5)


1. Ventilasi atau (psiko) kataris
2. Persuasi atau bujukan
3. Sugesti
4. Penjaminan kembali (reassurance)
5. Bimbingan dan penyuluhan
6. Terapi kerja
7. Hipno-terapi dan narkoterapi
8. Psikoterapi kelompok
9. Terapi perilaku
Ada beberapa faktor gangguan obsesif kompulsif sangat sulit untuk disembuhkan,
penderita gangguan obsesif kompulsif kesulitan mengidentifikasi kesalahan
(penyimpangan perilaku) dalam mempersepsi tindakannya sebagai bentuk penyimpangan
perilaku yang tidak normal. Individu beranggapan bahwa ia normal-normal saja
walaupun perilakunya itu diketahui pasti sangat menganggunya. Baginya, perilaku
kompulsif tidak salah dengan perilakunya tapi bertujuan untuk memastikan segala
sesuatunya berjalan dengan baik-baik saja. Faktor lain adalah kesalahan dalam
penyampaian informasi mengenai kondisi yang dialami oleh individu oleh praktisi secara
tidak tepat dapat membuat individu merasa enggan untuk mengikuti terapi.(2)

2. Psikofarmaka
Obat-obat Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) bekerja terutama
pada terminal akson presinaptik dengan menghambat ambilan kembali serotonin.
Penghambatan ambilan kembali serotonin diakibatkan oleh ikatan obat (misalnya:
fluoxetine) pada transporter ambilan kembali yang spesifik, sehinggga tidak ada lagi
neurotransmitter serotonin yang dapat berkaitan dengan transporter. Hal tersebut
akan menyebabkan serotonin bertahan lebih lama di celah sinaps. Pengguanaan
Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) terutama ditujukan untuk memperbaiki
perilaku stereotipik, perilaku melukai diri sendiri, resisten terhadap perubahan hal-hal
rutin, dan ritual obsesif dengan ansietas yang tinggi. Salah satu alasan utama
pemilihan obat-obat penghambat reuptake serotonin yang selektif adalah kemampuan
terapi.(6,7)
Efek samping yang dapat terjadi akibat pemberian fluexetine adalah nausea,
disfungsi seksual, nyeri kepala, dan mulut kering. Toleransi SSRI yang relatif baik
disebabkan oleh karena sifat selektivitasnya. Obat SSRI tidak banyak berinteraksi
dengan reseptor neurotransmitter lainnya. Penelitian awal dengan metode
pengamatan kasus serial terhadap 8 subjek. Tindakan terapi ditujukan untuk
mengatasi gejala-gejala disruptif, dan dimulai dengan fluexetine dosis 10 mg/hari
dengan pengamatan. Perbaikan paling nyata dijumpai pada gangguan obsesif dan
gejala cemas.(6,7)

Trisiklik (Tricyclics)
Obat jenis trisiklik berupa clomipramine (Anafranil). Trisiklik merupakan obat-
obatan lama dibandingkan SSRIs dan bekerja sama baiknya dengan SSRIs.
Pemberian obat ini dimulai dengan dosis rendah. Beberapa efek pemberian jenis obat
ini adalah peningkatan berat badan, mulut kering, pusing dan perasaan mengantuk.(6)

Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs).


Jenis obat ini adalah phenelzine (Nardil), tranylcypromine (Parnate) dan
isocarboxazid (Marplan).Pemberian MAOIs harus diikuti pantangan makanan yang
berkeju atau anggur merah, penggunaan pil KB, obat penghilang rasa sakit (seperti
Advil, Motrin, Tylenol), obat alergi dan jenis suplemen. Kontradiksi dengan MOAIs
dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi.(6)

Klasifikasi Obsesi dan Kompulsi (8)


DIAGNOSIS BANDING

Untuk membedakan gangguan obsesif-kompulsif dengan gangguan depresif mungkin


sulit, karena gejala-gejala dari kedua jenis tersebut sering kali terjadi bersamaan. Dalam suatu
episode akut dari gangguan, maka harus diutamakan gejala-gejala yang timbul lebih dahulu;
apabila kedua jenis ada tetapi tidak ada yang menonjol, maka biasanya yang terbaik adalah
untuk menganggap depresi sebagai diagnosis yang primer. Pada gangguan yang kronis, maka
prioritas diberikan pada gejala yang paling sering bertahan saat gejala yang lain
menghilang.(3)

DAFTAR PUSTAKA

1. Michael A J. Obsessive Compulsive Disorder. The new england journal of medicine.


Inggris : Department of Psychiatry, Massa- chusetts General Hospital. 2004.
2. Sadock VA. Kaplan dan Sadock Synopsis Sciences/ Clinical. Tenth Edition. New
York: Lippincott Williams dan Wilkins. 2007. p 604
3. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Jakarta: PT Nuh Jaya;2001.p.76-77.
4. Kaplan, Harold I MD,dkk. Gangguan Obsesif Kompulsif. Ilmu pengetahuan perilaku
psikiatri klinis, Jilid 2, edisi Ketujuh, Hal 40-41
5. Maramis WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University
Press.2009.h 290-6.
6. Maslim Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropik. Edisi Ketiga. Jakarta:
PT Nuh Jaya ; 2000. P.47-51
7. Laurenc B, Keith P, Donald B, Iain B. Pharmacotherapy of Asthma. Goodman &
Gilman’s Manual of Pharmacology and Therapeutics. United States of America : The
McGraw-Hills Company. 2008. p 286-295
8. Sa’adi Y. PSIKOLOGI ABNORMAL Obsesif Kompulsif. Madiun : Fakultas Ilmu
Pendidikan IKIP PGRI. 2010.

Anda mungkin juga menyukai

  • Gangguan Yang Ditimbulkan
    Gangguan Yang Ditimbulkan
    Dokumen6 halaman
    Gangguan Yang Ditimbulkan
    Hanama San
    Belum ada peringkat
  • Kasus
    Kasus
    Dokumen5 halaman
    Kasus
    Hanama San
    Belum ada peringkat
  • Jinak
    Jinak
    Dokumen6 halaman
    Jinak
    Hanama San
    Belum ada peringkat
  • Tokk
    Tokk
    Dokumen1 halaman
    Tokk
    Karina Pathya
    Belum ada peringkat
  • Gowes City Tour Jakarta
    Gowes City Tour Jakarta
    Dokumen1 halaman
    Gowes City Tour Jakarta
    Hanama San
    Belum ada peringkat
  • Gangguan Yang Ditimbulkan
    Gangguan Yang Ditimbulkan
    Dokumen6 halaman
    Gangguan Yang Ditimbulkan
    Hanama San
    Belum ada peringkat
  • Jinak
    Jinak
    Dokumen6 halaman
    Jinak
    Hanama San
    Belum ada peringkat
  • Jinak
    Jinak
    Dokumen6 halaman
    Jinak
    Hanama San
    Belum ada peringkat
  • Gangguan Yang Ditimbulkan
    Gangguan Yang Ditimbulkan
    Dokumen6 halaman
    Gangguan Yang Ditimbulkan
    Hanama San
    Belum ada peringkat
  • Ooleng
    Ooleng
    Dokumen27 halaman
    Ooleng
    Karina Pathya
    Belum ada peringkat
  • SKDPPPP
    SKDPPPP
    Dokumen12 halaman
    SKDPPPP
    Hanama San
    Belum ada peringkat
  • Liva
    Liva
    Dokumen2 halaman
    Liva
    Hanama San
    Belum ada peringkat