Anda di halaman 1dari 6

JURNAL KAPITA SELEKTA GEOGRAFI

Program Magister Pendidikan Geografi UNIVERSITAS NEGERI PADANG


ISSN Print: 2622-4925 ISSN Online: 2622-4933
Volume 1 Nomor 1: Agustus 2018 (Halaman: 33-38)

DESAIN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN


DI DAERAH RAWAN BENCANA GUNUNG SINABUNG

Fajrika Wahyuni
Alumni Program Magister Pendidikan Geografi FIS UNP
fajrika_wahyuni@yahoo.com

ABSTRACT
The research aims to design development of settlements in the affected areas of the
mount Sinabung. Conducted using AHP (Analytical Hierarchy Process) with priority
policy directions and implications based on the technique of FGD (Focus Group
Discussion). From the analysis that has been done, there are five policy priorities that
can be taken into consideration in decision making with respect to settlements
development in the affected areas of the mountain Sinabung, namely; (1) Provide
adequate public facilities at the location of settlements, (2) Providing adequate
infrastructure at the location of settlements, (3) Develop a settlement with a healthy and
clean environment, (4) Build settlements with sanitation and a good exhaust system,
(5) Develop a location-based sources of employment settlement.

Keyword : Policies, Settlements, Disaster

PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara kepulauan. Hal ini dikarenakan Indonesia dilalui oleh
dua sirkum pegunungan yaitu sirkum mediterania dan sirkum pasifik. Dimana kedua
sirkum pegunungan ini membentuk gugusan pulau di Indonesia. Menurut Hermon
(2010); Hermon (2012); Hermon (2014); Hermon (2017) bahwa gunung yang terdapat
pada kedua sirkum tersebut ada yang aktif dan ada pula yang tidak aktif (tidak
menunjukkan tanda-tanda aktifitas kegunung apian). Di sepanjang dua jalur ini
membentang gunung api aktif yang siap mengeluarkan muntahan abu vulkanik kapan
saja. Hampir seluruh wilayah di Indonesia dilalui kedua jalur ini.
Sirkum mediterania di Indonesia terbagi menjadi dua busur yaitu; 1) Busur Luar
non vulkanik adalah busur luar dari rangkaian Mediterania yang tidak bersifat vukanis.
Busur luar sirkum Mediterania membentang di pantai barat Sumatra, seperti Pulau
Simeulu, Nias, Mentawai, dan Enggano, pantai selatan Jawa, dan pantai selatan
Kepulauan Nusa Tenggara dan 2) Busur dalam vulkanik, adalah busur dalam dari
rangkaian Mediterania yang bersifat vulkanis, yang menyebabkan banyak gunung api
aktif di sekitar rangkaian Sirkum Mediterania, busur ini membujur sepanjang bukit
barisan, pegunungan yang ada diseluruh Pulau (Jawa, Bali, Lombok, Flores, Alor,

33
JURNAL KAPITA SELEKTA GEOGRAFI
Program Magister Pendidikan Geografi UNIVERSITAS NEGERI PADANG
ISSN Print: 2622-4925 ISSN Online: 2622-4933
Volume 1 Nomor 1: Agustus 2018 (Halaman: 33-38)

Solor, Wetar, Kep. Banda, dan berakhir di Pulau Saparua). Contoh gunung api tersebut
adalah : Gunung Sinabung, Gunung Kerinci, Gunung Leuseur, Gunung Krakatau.
Sumatera merupakan salah satu pulau di Indonesia yang dilalui oleh sirkum
pegunungan tersebut, yaitu sirkum mediterania busur dalam vulkanik. Hal ini
mengakibatkan sumatera memiliki beberapa gunung api yang aktif. Salah satunya
adalah Gunung Sinabung di Kabupaten Karo Sumatera Utara. Gunung Sinabung
tergolong unik karena sebelum meletus pada tahun 2010 Gunung Sinabung bukan
dikategorikan sebagai gunung yang aktif, hal ini disebabkan tidak adanya tanda-tanda
aktifitas kegunung apian dalam kurun 1600 tahun terakhir.
Gunung Sinabung terus menunjukkan aktifitas magma, sehingga pada tahun
2013 kembali terjadi letusan dan terus berlanjut hingga awal tahun 2014 yang
memakan korban jiwa dan kerusakan lahan serta infrastruktur yang mengakibatkan
penduduk di tiga desa disekitar Gunung Sinabung harus diungsikan dan direlokasi
(Hermon, 2001; Hermon, 2006; Hermon, 2009) karena lahan mereka terkena luncuran
awan panas dan untuk saat ini tidak bisa dimanfaatkan sama sekali (Oktorie, 2017),
semenjak saat itu status Gunung Sinabung dinaikkan menjadi level 4 (awas).
Sedangkan penduduk yang berada pada radius 5 km dari area luncuran awan panas
dan aliran lava akan dikembalikan ke rumahnya masing-masing apabila aktifitas
Gunung Sinabung berkurang.

METODE
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui
observasi, wawancara, dan dokumentasi terhadap beberapa pejabat pemerintahan,
masyarakat korban letusan Gunung Sinabung, dan pakar dari berbagai bidang.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, didapatkan berbagai kebijakan yang
nantinya akan dipilih kebijakan mana yang menjadi prioritas dengan menggunakan
metode AHP (Analytical Hierarchy Process) (Eriyatno dan Sofyar, 2007; Kristian dan
Oktorie, 2018). Kemudian, dari prioritas arahan kebijakan tersebut, akan diuraikan
strategi implementasi serta implikasinya secara deskriptif menggunakan teknik FGD
(Focus Group Discussion) atau melakukan diskusi dengan para pakar (Hermon et al.,
2017; Hermon et al., 2018).

34
JURNAL KAPITA SELEKTA GEOGRAFI
Program Magister Pendidikan Geografi UNIVERSITAS NEGERI PADANG
ISSN Print: 2622-4925 ISSN Online: 2622-4933
Volume 1 Nomor 1: Agustus 2018 (Halaman: 33-38)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan berbagai instansi
pemerintahan Kabupaten Karo dan masyarakat sekitar daerah bencana Gunung
Sinabung, diketahui bahwa ada tiga desa yang terkena dampak letusan Gunung
Sinabung yang benar-benar tidak bisa mendiami daerah mereka semula, dan untuk
sementara tinggal di pengungsian. Pemerintah berusaha memberikan solusi untuk
mengatasi hal tersebut dengan menyediakan lahan baru sebagai pengganti lahan
mereka yang telah terkena dampak letusan Gunung Sinabung. Namun beberapa
diantaranya masih berkeinginan tinggal disekitar tempat tinggal mereka yang lama,
yang dilator belakangi oleh faktor ekonomi dan kebiasaan. Walaupun keinginan
tersebut diiringi dengan rasa takut akan terulang bencana seperti sebelumnya. Untuk
itu masyarakat menginginkan kebijakan yang jelas mengenai masalah permukiman.
Permasalahan permukiman ini terkait dengan permukiman lama yang telah
terkena bencana (Hermon, 2009) ataupun yang berpotensi terkena bencana, lokasi
pembangunan permukiman baru yang terjaga keamanannya, kesehatan
lingkungannya dan sesuai kondisi social masyarakatnya, dan tentunya tidak
mengganggu mata pencarian mereka. Masyarakat berharap memerintah bisa
memberikan solusi pembangunan permukiman seperti hal tersebut.
Berdasarkan keinginan masyarakat tersebut maka penulis telah menyusun
beberapa rencana kebijakan yang dapat dilakukan pemerintah setempat. Dirumuskan
lima kriteria yang digunakan untuk mendisain hierarki kebijakan, yakni Pengembangan
permukiman, kerentanan ekonomi, kondisi social masyarakat, Kerentanan kesehatan,
dan permukiman yang layak huni. Berdasarkan kriteria tersebut disusun berbagai
alternatif kebijakan, yang kemudian didapatkan prioritas kebijakan. Dari sebelas
alternatif kebijakan tersebut, akan dipilih lima prioritas kebijakan berdasarkan
perhitungan Consistency ratio dengan syarat data harus bersifat konsisten atau <0.1.
Menunjukkan nilai Consistency ratio yang didapat adalah 0,070. Artinya, hierarki
kebijakan yang disusun dalam penelitian ini adalah konsisten dan dapat digunakan.
Alternatif kebijakan yang kemudian disusun menjadi prioritas kebijakasn sesuai
dengan decision scores yang paling tinggi. Lima prioritas kebijakan yang didapat yaitu;
(1) Menyediakan fasilitas umum yang memadai pada lokasi permukiman (0,664), (2)
Menyediakan sarana prasarana yang memadai pada lokasi permukiman (0,600), (3)
Mengembangkan permukiman dengan lingkungan yang sehat dan bersih (0,580), (4)

35
JURNAL KAPITA SELEKTA GEOGRAFI
Program Magister Pendidikan Geografi UNIVERSITAS NEGERI PADANG
ISSN Print: 2622-4925 ISSN Online: 2622-4933
Volume 1 Nomor 1: Agustus 2018 (Halaman: 33-38)

Membangun permukiman dengan sanitasi dan system pembuangan yang baik(0,566),


(5) Mengembangkan lokasi permukiman berbasis mata mencarian (0,536).
Prioritas kebijakan tersebut dapat terlaksana jika diiringi dengan menentukan
implementasi dan implikasi masing-masing kebijakan. Adapun implementasi dan
implikasi dari kebijakan tersebut adalah ;
1. Menyediakan fasilitas umum yang memadai pada lokasi permukiman,
implementasi dan implikasi :
a. Membangun sekolah dan institusi pendidikan
b. Membangun rumah ibadah
c. Membangun puskesmas atau tembat memeriksa kesehatan
d. Membangun taman bermain untuk anak dan keluarga
2. Menyediakan sarana prasarana yang memadai pada lokasi permukiman,
implementasi dan implikasi ;
a. Menyediakan angkutan yang beroperasi secara efektif
b. Memperbaiki dan membangun jalan baru untuk mempermudah akses
c. Membangun jembatan
3. Mengembangkan permukiman dengan lingkungan yang sehat dan bersih,
implementasi dan implikasi ;
a. Mempersiapkan petugas kebersihan yang membersihkan jalan dan gang
b. Mempersiapkan petugas penyuluh kesehatan
c. Mengarahkan kegiatan ekonomi kearah yang ramah lingkungan
4. Membangun permukiman dengan sanitasi dan system pembuangan yang baik,
implementasi dan implikasi ;
a. Menyediakan tempat pembuangan sampah akhir yang tidak mengganggu
lingkungan dan masyarakat
b. Mengatur system pembuangan limbah rumah tangga dan industry kecil
c. Menyediakan lahan permukiman yang memadai agar sirkulasi udara baik
5. Mengembangkan lokasi permukiman berbasis mata mencarian, implementasi
dan implikasi;
a. Mengembangkan permukiman di daerah yang potensial
b. Mengembangkan system perekonomian kelas menengah
c. Memberikan bantuan dan pinjaman modal usaha

36
JURNAL KAPITA SELEKTA GEOGRAFI
Program Magister Pendidikan Geografi UNIVERSITAS NEGERI PADANG
ISSN Print: 2622-4925 ISSN Online: 2622-4933
Volume 1 Nomor 1: Agustus 2018 (Halaman: 33-38)

d. Membangun pusat pelatihan untuk produk yang dapat membantu


perekonomian

KESIMPULAN
Dari hasil analisis yang telah dilakukan untuk desain kebijakan pengembangan
permukiman di daerah rawan bencana Gunung Sinabung dapat disimpulkan bahwa
terdapat lima prioritas kebijakan yang dapat dijadikan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan sehubungan dengan tanggap darurat dan pemulihan bencana
letusan Sinabung, yaitu ; 1. Menyediakan fasilitas umum yang memadai pada lokasi
permukiman di daerah rawan bencana Gunung Sinabung, 2. Menyediakan sarana
prasarana yang memadai pada lokasi permukiman di daerah rawan bencana Gunung
Sinabung , 3. Mengembangkan permukiman dengan lingkungan yang sehat dan bersih
di daerah rawan bencana Gunung Sinabung, 4. Membangun permukiman dengan
sanitasi dan system pembuangan yang baik di daerah rawan bencana Gunung
Sinabung, 5. Mengembangkan lokasi permukiman berbasis mata mencarian di daerah
rawan bencana Gunung Sinabung.

PUSTAKA

Alexander, 2010. Waspada Gunung Sinabung. Diakses dari


http://www.medanmagazine.com. [15 September 2014]
Ebo A.G.A. 2010. Gunung Sinabung Meletus. Diakses dari
http://www.regional.kompas.com. [15 September 2014]
Hermon, D. 2001. Studi Kontribusi Penggunaan Lahan terhadap Karakteristik
Epipedon. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Andalas. Padang
Hermon, D. 2006. Buku Ajar Geografi Tanah. Jurusan Geografi FIS. Padang
Hermon, D. 2009. Dinamika Permukiman dan Arahan Kebijakan Pengembangan
Permukiman pada Kawasan Rawan Longsor di Kota Padang Sumatera Barat.
Disertasi. PSL. IPB. Bogor
Hermon, D. 2010. Geografi Lingkungan: Perubahan Lingkungan Global. UNP Press
Hermon, D. 2012. Mitigasi Bencana Hidrometeorologi: Banjir, Longsor, Degradasi
Lahan, Ekologi, Kekeringan, dan Puting Beliung. UNP Press
Hermon, D. 2014. Geografi Bencana Alam. Radjawali Press
Hermon, D. 2015. Estimate of Changes in Carbon Stocks on Land Cover Change in
the Leuser Ecosystem Area. Forum Geografi. Indonesia Journal of Spatial and
Regional Analysis. Vol. 29. Issue 2: 187-196

37
JURNAL KAPITA SELEKTA GEOGRAFI
Program Magister Pendidikan Geografi UNIVERSITAS NEGERI PADANG
ISSN Print: 2622-4925 ISSN Online: 2622-4933
Volume 1 Nomor 1: Agustus 2018 (Halaman: 33-38)

Hermon, D. 2016. The Changes of Carbon Stocks and CO2 Emission as The Result of
Land Cover Change for Tin Mining and Settlement in Belitung Island Indonesia.
Journal of Geography and Earth Sciences. Vol. 4: 17-30.
Hermon, D., Paus, I, Oktorie, O, and Ratna, W. 2017. The Model of Land Cover
Change into Settlement Area and Tin Mining and its Affecting Factors in
Belitung Island, Indonesia. Journal of Environment and Earth Science. Vo;. 7.
No. 6: 32-39
Hermon, D. 2017. Climate Change Mitigation. Rajawali Pers (Radjagrafindo). Jakarta
Hermon, D., Ganefri., Putra, A., and Oktorie, O. 2018. The Model of Mangrove Land
Cover Change for the Estimation of Blue Carbon Stock Change in Belitung
Island-Indonesia. International Journal of Applied Environmental Sciences. Vol.
13. Number 2: 191-202
Jenkins, William. 1998. Studying Public Policy: Policy Cycles and Policy Subsystem.
Toronto:Oxford University Press. hal. 4.
Kamadhis. 2007. Eka-Citta Bersatu dalam Dharma. Yogyakarta:Buletin Kamadhis
UGM. Nomor.XXVII/September/2007.
Kristian, A and O. Oktorie. 2018. Study of Coastal Mangrove Conservation in the
World. Sumatra Jornal of Disaster, Geography and Geography Education. Vol.
2. No. 1: 49-52
Lyons. 1999. Pedoman Menghadapi Bencana Gempa bumi dan Tsunami. Jakarta
Marimin. 2005. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta:
PT Grasindo.
Mulia, Ricki M. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005
Oktorie, O. 2017. A Study of Landslide Areas Mitigation and Adaptation in Palupuah
Subdistrict, Agam Regency, West Sumatra Province, Indonesia. Sumatra
Journal of Disaster, Geography and Geography Education. Vol. 1. No. 1: 43-49
Pratomo I. 2006. Klasifikasi Gunung Api Aktif Indonesia, Studi Kasus dari Beberapa
Letusan Gunung Api Dalam Sejarah. Jurnal Geologi Indonesia.Vol.1 no.4.
Slamet, Juli Soemirat. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 1994
Soerjani, Moh. R. Ahmad, dan R. Munir. Lingkungan Sumber Daya Alam dan
Kependudukan dalam Pembangunan. Jakarta: Universitas Indonesia press,
1987
Silalahi, E.L. 2013. Analisis Koordinasi Lintas Sektor Satuan Tugas Penanganan
Bencana Terhadap Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung Di
Kabupaten Karo 2010.Skripsi. Medan:Universitas Sumatera Utara.
Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

38

Anda mungkin juga menyukai