Anda di halaman 1dari 28

Jurusan Fisika

Mata Kuliah Fisika Zat Padat

BAB IV

DINAMIKA KEKISI
1. Tujuan:
a. memahami getaran kekisi dalam zat padat
b. memahami sifat termal zat padat.
2. Gelombang Elastik
Pada kajian sebelumnya, kita tahu bahwa atom-atom yang menduduki
titik kekisi dalam keadaan diam. Akan tetapi pada suhu di atas 0oK, atom-
atom tersebut berosilasi di sepanjang kedudukan setimbangnya. Vibrasi
kekisi dari zat padat yang mempunyai susunan atom-atom secara diskrit
dengan jumlah sangat besar bahkan dapat dikatakan tak terbatas
jangkauannya, dapat diperhitungkan dengan asumsi bahwa zat padat
merupakan medium kontinu. Dengan demikian vibrasinya akan berupa
gelombang elastik dengan panjang gelombang sangat besar.
Solusi yang tepat untuk penjalaran gelombang di atas adalah:

i ( kx t )
u  Ae
(4.1)

2
k
dengan  , ω adalah frekuensi gelombang dan A adalah amplitude
gelombang.
Hubungan antara frekuensi dan bilangan gelombang dapat dirunut dari fase
gelombang persamaan (4.1) menghasilkan:   vs k (4.2)
dapat juga dijadikan dalam bentuk v   seperti definisi yang sering
s
k
digunakan dalam teori gelombang dengan vs adalah kecepatan.

3. Fonon
Kuantisasi energi gelombang elastik dari vibrasi kekisi ternyata
merupakan energi elastik dari gelombang bunyi. Ini merupakan analogi
foton sebagai kuantum energi dari gelombang elektromagetik. Kuantum
energi di dalam vibrasi kekisi disebut sebagai fonon, sehingga dapat
dikatakan pula bahwa gelombang bunyi dalam kristal adalah tersusun dari
fonon-fonon. Energi fonon besarnya :
(4.3)
E  
3.1. Modus Getaran Kekisi
Konsep fonon sebagai gelombang vibrasi kekisi merupakan getaran
kolektif dalam suatu bahan. Gejala tersebut dapat digambarkan secara
sederhana dalam kristal satu dimensi dengan syarat batas pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Kristal 1-D dengan syarat batas biasa

Kristal dengan atom identik sebanyak N+1 buah membentuk rantai


lurus dimana kedua ujungnya tetap. Panjang rantai dapat pula digantikan
dengan L = Na, dengan a adalah jarak dua atom atau disebut vektor
translasi.
Dalam pendekatan harmonik didefinisikan  sebagai konstanta kakas (gaya)
antar atom dan Us sebagai notasi pergeseran dari atom ke-s, sehingga
kakas (gaya) total pada atom ke-s berasal dari atom s+1 adalah:

Fs   {(u s 1 - u s )  (u s-1 - u s )} (4.4)

Persamaan gerak dari atom s menurut hukum Newton:


d 2u s (4.5)
m   (u s 1  u s 1  2u s )
dt 2
dengan m adalah massa atom.

Bentuk umum gelombang dengan frekuensi  dan vektor gelombang k =


2/ yang berjalan pada arah-x dengan syarat batas kedua ujung tetap uo = 0
dan uN = 0 adalah sebagai:

u s ( x s )  Ae i ( kxs t ) (4.6)

sehingga:

u s  Ae i ( ksa t ) u s 1  Ae i[ k ( s 1) a t ] u s 1  Ae i[ k ( s 1) a t ]


Setelah disulihkan ke persamaan (4.5) didapatkan:

m 2   [e ika  e ika  2] (4.7)


Dengan identitas 2cos ka = eika + e-ika, maka didapatkan hubungan dispersi
ω(k) dari
2 atau 4 ka (4.8)
 2
(1  cos ka)   sin( )
m m 2

ω(k)

m  2  m

k
-π/a π/a
Gambar 4.2 Relasi dispersi vibrasi kekisi 1-D
Ini menunjukkan bahwa setiap k memberikan harga w tertentu. Dapat pula
dilukiskan dalam bentuk grafik seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 4.2.
Dengan adanya syarat batas uo = 0 dan uN = 0, maka harga k yang
diperkenankan berubah secara diskrit. Nilai-nilai k yang memenuhi (ragam
getaran vibrasi kekisi) disebut nilai eigen kn, sedangkan frekuensi yang
diperbolehkan disebut frekuensi eigen.

Kemungkinan nilai eigen dan panjang gelombangnya ditentukan


berdasarkan:

Syarat batas: uo = 0 dan uN = 0, sehingga untuk s = N

Solusinya menjadi : u N  Ae i ( kNa t )  0


Ini akan dipenuhi jika kNa = nπ, dengan n = 0, 1, 2.. bilangan kuantum,
n n
sehingga kn   dengan L = Na.
Na L
2 2L
Panjang gelombang ditentukan dari hubungan:  n   (4.9)
kn n
untuk:
n = 0, maka ko = 0; λo = tak terdefinisi

n = 1, maka k1   ; λ1 = 2L
L
n = 2, maka 2 ; λ2 = L
k2 
L
… … … 2a L
n = N, maka k 
 λN=2a
N
a

Jadi untuk sejumlah N+1 atom ada N-1 ragam vibrasi kekisi yang
mungkin terjadi. Pada n = 0 jelas tak terdefinisi panjang gelombangnya,
sedangkan pada n = N panjang gelombang λN = 2a merupakan panjang
gelombang terpendek yang dapat terjadi namun pada ragam ini semua atom
berada pada keadaan diam hingga tak dapat disebut terjadi gelombang.
3.2. Spektrum Vibrasi Kristal Monoatom 1-D dengan Syarat Batas
Periodik

Susunan kristal yang teratur dengan periodik, sebagai dasar untuk


menggunakan syarat batas periodik dalam pendekatan perhitungan agihan
frekuensi vibrasi kekisi. Gambaran kristal idealnya dapat dilihat pada gambar
4.3. Kristal sejarak L disambungkan hingga tersusun tak terhingga.

L=Na L=Na

Gambar 4.3 Syarat batas periodik

Ternyata solusi agihan frekuensi relasi dispersinya sama dengan persamaan


(4.8). Buktikan! Bedanya hanya pada pemakaian syarat batas saja, yaitu:

u ( sa  L )  u sa (4.10)
Nilai eigen k ditentukan dari hubungan:

e ikL  1 atau kL  n(2 ) (4.11)


dengan n = 0, 1, 2, 3… Disini n dengan tanda (-) disertakan dengan makna
fisis bahwa gelombang dapat berjalan dalam arah yang berlawanan. Ini yang
membedakan dari syarat batas biasa. Jadi :

2 (4.12)
kn  n
L
Nilai eigen kn yang mungkin atau ragam getaran yang diperbolehkan
ditentukan oleh n dengan tidak melupakan batas daerah Brillouin :
2  (4.13)
nmax 
L a
karena L=Na, maka didapat : n N , sehingga nilai n dapat ditentukan
max  
a
sebagai berikut :
N N
ada ada
2 2

N N
n n
2 n0 2

 k 0 
k k
a a
L  Na
Gambar 4.4 Ragam vibrasi yang diperkenankan

Dari gambar 4.4 pada keadaann   N dann  N akan memberikan


2 2
panjang gelombang   2a yang menggambarkan gelombang stasioner,
sedangkan pada keadaan n = 0 memberikan λo = ∞ yang berarti tidak ada
getaran.
Jadi jumlah nilai eigen kn yang menggambarkan adanya ragam getaran
gelombang stasioner menjadi: N macam, yaitu . Dan fonon yang N
(2 x )  1  N  1  1,  2,....... 
2 2
dinyatakan sebagai gelombang kekisi mempunyai ragam getaran sesuai
dengan kn yang merupakan gelombang kekisi terkuantisasi.

3.3. Vibrasi Kristal Dwiatom 1-D

us-1 a us vs us+1 vs+1


vs-1

a
Gambar 4.5 Rantai kristal dwiatom
Persamaan-persamaan gerak suatu kelompok yang terdiri dari 2 jenis atom
dengan massa berbeda (m1 dan m2) dengan m1 > m2 dapat dinyatakan sebagai:
m1 (d2us /dt2 ) =  (vs + vs-1 - 2us) dan
m2 (d2vs /dt2 ) =  (us+1 + us - 2vs) (4.14)
dengan us, vs, masing-masing merupakan simpangan zarah bermassa m1
dan m2. Dan dengan mengambil penyelesaian umum gelombang yang
berbentuk: u(x) = A ei(ωt -kx), dan v(x) = B ei(ωt -kx) (4.15)
maka didapatkan harga-harga us1 dan vs1 setelah disulihkan ke persamaan
(4.14) dalam persamaan-persamaan berikut:
2m1u = - v[1 + e-ika + 2u], dan
2m2v = - u[1 + e-ika + 2v] (4.16)
atau
[2m1 - 2] u +  [1 + e-ika] v = 0, dan
 [1 + e-ika] u + [2m2 - 2] v =0 (4.17)
yang merupakan dua persamaan serbasama dengan dua peubah dan akan
mempunyai penyelesaian non trivial apabila:
2  m1 2   [1  e ika ] (4.18)
0
  [1  e ika ] 2  m2 2
dengan ekspansi sederhana diperoleh:
m1m2ω4 -2 (m1 + m2)ω2 + 22(1-cos ka) = 0. (4.19)
Pada ka yang relatif kecil berlaku cos ka  1- k2a2/2 + ...... , sehingga kedua
akarnya berharga:
2  2 [1/m1 + 1/m2] (cabang optik) (4.20)
2   / [2(m1 + m2)] k2 a2 (cabang akustik) (4.21)
sedangkan untuk ka =   kedua akarnya berharga
2 = 2/m1; 2 = 2/m2 (4.22)
Bentuk grafik relasinya diperlihatkan pada gambar 4.6:
1
  1 1  2
2
     
  m1 m 2 
ω(k)
optik
gap 2
m2

2
m1

akustik Gambar 4.6 Grafik Relasi Dispersi Kekisi Dwiatom


3.4. Generalisasi Kristal 3-D
Solusi umum persamaan gelombang 3-D untuk gelombang datar:

u s ( rs )  Ae i ( k..rs t ) (4.23)


dengan k merupakan arah penjalaran gelombang dan rs adalah posisi vektor
atom ke-s.
Vektor A merupakan amplitudo yang mempunyai arah sama dengan
arah vibrasi atom. Sehingga vektor ini bila dipolarisasikan akan menjadi
gelombang longitudinal untuk A sejajar dengan k, atau gelombang
transversal untuk A tegak lurus k. Jadi akan ada 1 gelombang longitudinal
dan 2 gelombang transversal dalam vibrasi kekisi 3-D.
Bila kita substitusikan persamaan 4.23 dalam persamaan geraknya,
maka akan didapatkan 3 persamaan simultan yang melibatkan Ax, Ay dan Az
sebagai komponen A. Persamaan-persamaan tersebut dapat ditulikan dalam
persamaan sekuler dalam bentuk matriks yang analog seperti persamaan
(4.18) dengan matriks 3x3.
Akar-akar persamaan ini menghasilkan tiga relasi dispersi yang
berbeda seperti gambar 4.7. Ketiga cabang dimulai dari titik asal nol, yang
mengindikasikan bahwa semuanya merupakan cabang akustik. Sehingga
dalam vibrasi kekisi monoatom 3-D akan ada 1 cabang longitudinal akustik
(LA) dan 2 cabang transversal akustik (TA) relasi dispersi.

ω(k)

LA

TA
TA

Gambar 4.7 Cabang relasi dispersi kristal monoatom 3-D


4. Kapasitas Termal
Atom-atom pada bahan zat padat tidaklah diam akan tetapi bergetar
pada kedudukan setimbangnya. Energi yang ditimbulkan akibat getaran
tersebut sangat berperan dalam menentukan sifat termal zat padat
khususnya untuk bahan yang bersifat isolator non magnetik. Sedangkan
kontribusi lainnya berupa konduksi elektron terjadi pada bahan logam, dan
keberaturan magnetik terjadi pada bahan magnet.
Dalam perumusannya energi dalam U zat padat merupakan fungsi
temperatur T, sedangkan kapasitas termal pada volume tetap didefinisikan
sebagai: U (4.24)
Cv 
T
Menurut hasil eksperimen Dulong-Petit Cv tidak tetap terhadap perubahan
temperatur. Cv untuk kebanyakan zat padat pada suhu tinggi (suhu kamar
dan diatasnya) mendekati 3R  5.97 kkal .
0
kmol K
Secara fisika klasik vibrasi ini dapat dipahami dengan
memperhitungkan tiga derajat kebebasan terhadap sumbu-sumbu koordinat
x, y, dan z. Energi tiap derajat kebebasan adalah kT yang merupakan total
energi potensial ½ kT dan energi kinetis ½ kT. Sedangkan total energi dalam
untuk 1 mol zat padat pada suhu T yang mengandung NA atom adalah:
U = 3NAkT = 3RT, (4.25)
sehingga Cv = 3R. Teori klasik ini mempunyai kelemahan yaitu beberapa zat
padat ringan ternyata Cv ≠ 3R, seperti: Boron (Cv = 3,34 kal/moloK), Berelium
(Cv = 3,85 kal/moloK), dan Karbon (Cv = 1,46 kal/moloK).
4.1. Teori Einstein
Einstein merumuskan Cv secara kuantum dengan asumsi bahwa
atom-atom kristal sebagai vibrator yang bergetar bebas satu sama lain di
sekitar kedudukan setimbangnya. Seakan-akan di dalam 1 mol terdapat NA
buah atau yang bebas dan hanya terikat pada titik setimbang tersebut.
Energi rata-rata tiap vibrator adalah:
hf (4.26)
E  hf / kT
e 1
Total energi dalam untuk 1mol zat padat adalah:
3 N A hf
U  3N A E 
e hf / kT  1
sedangkan besarnya kapasitas termal atau kalor jenis:
2
U  hf  e hf / kT
Cv   3 R 
T  kT  e hf / kT
1  2
(4.27)
Pada suhu tinggi hf << kT :
hf
e hf / kT  1 
kT
Dan bila disubstitusikan ke persamaan (4.26) akan menghasilkan E ≈ kT.
Untuk pendekatan ini kita akan mendapatkan Cv ≈ 3R sebagaimana yang
dihasilkan oleh Dulong-Petit.
Pada suhu rendah hf >> kT :

e hf / kT  1
sehingga

 hf / kT dan  hf   hf / kT
E  hfe U  3 N A E  3RT 
 kT
e

sehingga
2
U  hf   hf
Cv   3R  e
/ kT

T  kT 
Oleh karena itu Cv akan mendekati nol pada suhu-suhu rendah. Dan apabila
maka Cv mendekati nol secara eksponensial.

Teori Einstein diuji secara eksperimen oleh Nernst. Dalam


eksperimen pada suhu-suhu rendah, Nernst mendapatkan Cv tidak
mendekati nol secara eksponensial melainkan sebanding dengan pangkat
tiga suhu mutlaknya (Cv ≈ T3). Disinilah letak kelemahan teori Einstein.
Cv

3R
Eksp.
Einstein
T
Gambar 4.8 Grafik Cv terhadap perubahan temperatur model Einstein dan eksperimen

4.2. Teori Debye


Debye berasumsi bahwa antara titik-titik kesetimbangan atom kristal
seolah-olah dihubungkan oleh pegas, sehingga getarannya terikat oleh
pegas sebagaimana yang telah dibahas dalam vibrasi kekisi. Jadi suatu
gangguan dalam arah A akan menyebabkan keseluruhan sistem bola atom
bergetar, aspek inilah yang terlewatkan perhatiannya oleh Einstein. Disini
Debye merumuskan panas jenis dengan memandang vibrator benar-benar
bergetar di dalam suatu rangkaian.
Rangkaian tersebut dapat bergetar secara transversal maupun
secara longitudinal. Dan dengan menganggap zat padat sebagai benda
elastik kontinu, maka energinya dapat dipandang berada di dalam
gelombang elastik homogen, analog dengan gelombang elektromagnetik
dalam kotak yang mempunyai energi kuantum. Kuantum energi vibrasi dalam
zat padat ini disebut fonon dan bergerak dengan kecepatan suara.
Bila kristal mengandung sejumlah N atom, dalam koordinat 3-D
maka sistem tersebut mempunyai 3N derajat kebebasan. Osilasinya akan
mempunyai 3N ragam vibrasi yang masing-masing vibrator mempunyai
frekuensi tertentu, sehingga energi total sistem tersebut:
3N 3N
(4.28)
 E  
hf
U n 
n 1 n 1
e hf / kT
1

Bentuk tersebut oleh Debye disederhanakan dengan pendekatan dari bentuk


diskrit ke dalam bentuk kontinu sehingga menjadi bentuk integral:
 (4.29)
 hf 
U 
0

e
hf / kT 
 1
g ( f ) df

dengan g(f) adalah rapat keadaan. Pemikiran ini didasarkan atas kenyataan
bahwa ragam frekuensi di dalam kristal sesuai dengan rambatan gelombang
bunyi yang merupakan gelombang elastik berfrekuensi rendah. Dalam hal ini
panjang gelombang bunyi sangat besar dibandingkan dengan jarak atom
(λ>>a), sehingga kediskritan susunan atom dalam kristal dapat diabaikan
dan menggantikannya menjadi medium elastik yang homogen.
Untuk volume V: (4.30)
1 1
g ( f )  4f 2 (
3
 3
)
VL VT fD

ditentuan oleh Debye bahwa:


 g ( f )df  3 N dengan fD adalah frekuensi
debye, sehingga diperoleh: 0

4 3 1 1 (4.31)
f D ( 3  3 )  3N
3 VL VT
Bila persamaan (4.30) dan (4.31) disubstitusikan ke persamaan (4.29), maka
 T
energi totalnya menjadi: 4
T x3
U  9N Ak 3

0
e 1
x
dx
 (4.32)
dengan x  hf dan hf D . θ disini juga bermakna sebagai temperatur

kT k
Debye.
Rumusan kalor jenis Debye diturunkan dari persamaan (4.32)
terhadap fungsi temperatur pada volume konstan. Besarnya:
 T (4.33)
T x 3
 1
C v  9 R  4( ) 3
 0
ex 1
dx  ( )
T e T  1

Pada T tinggi maka  sangat kecil dan karenax  hf maka x juga kecil,
T kT
sehingga:
 T   1 
( )
1
1
e  1  ( ) 
T e T
1 T 
T 1 1
T
x3 x3
e  1 x
x
   x2
e 1
x
1 x 1
dan  T
x 3
 T
1  3

0
e 1
x
dx 

0
x 2 dx  ( )
3 T

didapatkan T 1  4
C v  9 R 4( ) 3 ( ) 3  1]  9 R (  1)  3R
 3 T 3
yang berharga sama dengan hasil perhitungan Dulong-Petit.

Pada suhu rendah    , sehingga ( ) 1 dapat ditiadakan dan


T T e T  1
 T 
x 3
x3 4
e 0
x
1
dx 

0
e 1
x
dx 
15

diperoleh T 3 4 2 4 R 3
C v  9 R 4( )  ] T
 15 5 3

Dengan demikian teori Debye dapat membuktikan bahwa Cv sebanding


dengan T3 pada suhu rendah. Hasil ini sesuai dengan hasil eksperimen.
Cv

3R

Debye
Einstein

T
Gambar 4.9 Perbandingan model Einstein dan Debye
SELAMAT BELAJAR!

Anda mungkin juga menyukai