Anda di halaman 1dari 22

Jurusan Fisika

Mata Kuliah Fisika Zat Padat

BAB VI

ELEKTRON DALAM LOGAM II


(PITA ENERGI DALAM ZAT PADAT)
1. Tujuan:
a. mangkaji pengaruh potensial kristal pada sifat elektronik zat padat.

b. membahas model teori pita energi dan model Kronig-Penney yang


menghasilkan konsep celah pita energi (bandgap) zat padat.
c. membahas perbedaan antara logam, insulator, semikonduktor dan
semilogam.
1. Model Teori Pita Energi
Teori pita energi zat padat mengandaikan (model) asumsi-asumsi
sebagai berikut tentang elektron dalam kristal:

a. Terdapat energi potensial periodik di dalam kristal dengan


keberkalaan kisi kristal.

b. Fungsi gelombang ψ(r) dibuat berdasarkan kisi yang sempurna.

c. Teori pita energi dikembangkan sebagai teori elektron tunggal dimana


ditelaah perilaku satu elektron di bawah pengaruh potensial periodik
yang merepresentasikan semua interaksi, baik dengan ion-ion kristal,
maupun semua elektron yang lain.

d. Teori elektron tunggal, berarti dapat dipergunakan persamaan


Schrodinger untuk satu elektron:
2
  2 Ψ (r )  V (r ) Ψ (r )  E Ψ (r ) (6.1)
2m0
dengan ketentuan bahwa pengisian electron state yang diperoleh
menganut distribusi Fermi-Dirac.
Bloch mempelajari bentuk-bentuk solusi untuk persamaan
Schrodinger elektron yang berada dalam potensial berkala. Metode Bloch
menelaah suatu kristal linier dengan ion-ion identik yang berjarak a. Untuk
elektron bebas dimana V(x)  0, fungsi gelombangnya dituliskan :
Ψ ( x )  e ikx (6.2)
sehingga untuk elektron dalam potensial berkala dapat dituliskan fungsi
gelombang yang serupa sebagai berikut:
Ψ ( x )  e ikx U k ( x ) (Teorema Bloch) (6.3)
dimana Uk(x) merupakan fungsi yang tidak berubah cepat terhadap x.
Teorema Bloch ini hanya menyatakan sifat (x), tidak menyelesaikan
persamaan Schrodinger untuk elektron dalam suatu zat padat.
2. Model Kronig-Penney
Model Kronig – Penney (1930) menelaah perilaku elektron dalam
kristal linier sederhana yang memberikan ciri-ciri yang pokok tentang
perilaku elektron dalam potensial periodik. V(x) mempunyai perioda (a +
b), dengan perincian potensial sebagai berikut:
a) V = 0 di daerah 0  x  a
b) V = Vo di daerah – b  x  0
V(x)

ion

Vo

x
-b 0 a (a+b) (2a+b)

Gambar 6.1 Sumur potensial periodik pada model Kronig-Penney.


Persamaan Schrodinger untuk elektron tunggal adalah sebagai berikut:


 2 d 2Ψ
 E Ψ ( x)
, di daerah 0  x  a (6.4)
2mo dx 2

 2 d 2Ψ
 2
 Vo Ψ ( x )  E Ψ ( x ) , di daerah – b  x  0 (6.5)
2mo dx
Dalam hal ini dibatasi pada solusi dengan energi E < Vo. Untuk dapat
menelaah selanjutnya kita bataskan dua besaran riil  dan  :
2 mo E 2mo (Vo  E )
2  2
dan 2  2
(6.6)
 
Teorema Bloch pada (6.3) dapat diterapkan dengan solusi berbentuk :
Ψ ( x)  e ikxU k ( x)
sehingga persamaan Schrodinger di atas dapat dituliskan:
d 2U k dU k ;0xa (6.7)
 2ik  ( 2  k 2 ) U k  0
dx 2 dx

d 2U k dU k ; –b  x  0 (6.8)
 2ik  ( 2  k 2 ) U k  0
dx 2 dx
yang mempunyai solusi:
U1  A e i (  k ) x  B e i (  k ) x (6.9)

U 2  C ei (  k ) x  D ei (  k ) x (6.10)
dengan A, B, C dan D tetapan. Tetapan tersebut harus dipilih sedemikian
rupa sehingga memenuhi syarat kontinuitas pada x = 0 :

U1 (0)  U 2 (0) dan U 1 (0)  U 2 (0)


' ' (6.11)
dan juga memenuhi syarat batas periodik

U1 (a)  U 2 (b) dan U 1' (a)  U 2' (b) (6.12)


Perangkat empat persamaan (6.9) sd (6.12) di atas memberikan solusi
hanya apabila determinan dari koefisien A, B, C dan D sama dengan nol.
Penyelesaian determinan tersebut mempersyaratkan bahwa:

 2  2
sinh  b sin  a  cosh  b cos  a  cos k a  b (6.13)
2
Untuk lebih sederhananya, Kronig-Penney mengambil keadaan dimana
potensial penghalang (tinggi Vo dan lebar b) merupakan fungsi , dengan
Vo menuju ∞ , dan b menuju nol, tetapi Vob berhingga. Untuk syarat
determinan sama dengan nol, menjadi:

 m oV o b 
 2  sin a  cos a  cos ka (6.14)
   
dengan batasan P  
 moVo b  , persamaan tersebut menjadi:

  
2

sin a
P  cos a  cos ka (6.15)
a
secara grafis ditunjukkan pada gambar 6.2.
P
Gambar 6.2 Sketsa dari sin a  cos a sebagai fungsi dari αa
(untuk P = 3/2) a

Dalam grafik gambar 6.2, lengkung yang terlihat menggambarkan


P
sin a  cos a (sebagai fungsi dari αa)
a
dan pula tertera dengan garis putus-putus:
• harga maksimum yang dapat dimiliki oleh cos ka, harganya = + 1
• harga minimumnya yang dapat dimiliki oleh cos ka, harganya = -1
sehingga secara grafis dapat diperoleh daerah-daerah αa untuk mana ada
solusi (daerah diperkenankan) untuk:
P
sin a  cosa  cos ka
a
dan daerah-daerah di mana tidak ada solusinya.
Daerah untuk mana:
P
sin αa  cos αa  cos ka
αa
tidak mempunyai solusi, dinamakan daerah terlarang, daerah dimana
persamaan Schrodinger tidak memberikan solusi. Energi yang sesuai
dengan daerah αa yang terlarang itu, merupakan pula harga energi yang
terlarang.
Dari gambar dapat ditarik kesimpulan:
a. Spektrum energi elektron terdiri dari beberapa pita energi (daerah
energi) yang diperkenankan dan beberapa yang terlarang
b. Lebar pita energi yang diperkenankan bertambah lebar dengan
meningkatnya harga αa, jadi dengan energi yang meningkat.
c. Lebar pita energi tertentu yang diperkenankan mengecil apabila P
bertambah, artinya mengecil apabila “energi ikatan” makin naik.
Apabila P → ∞ , maka hanya ada solusi apabila sin αa = 0; artinya αa
=  n, karena
 2 2
E
2m o
maka
 2 2 2
En  2
n , (apabila P → ∞) (6.16)
2m o a
ini sama dengan energi partikel dalam bentuk kontak potensial.
Apabila P = 0, maka cos αa = cos ka, atau α = k, sehingga:
2k 2
E  , (apabila P → 0) (6.17)
2m o
ini adalah energi elektron bebas.

d. Ketidak-sinambungan dalam lengkung E = E(k) terjadi pada harga:

cos ka = 1 atau –1 (lihat grafik), jadi artinya apabila

π
k n ; n = 1, 2, 3 (6.18)
a

Visualisasi dari ramalan model Kronig-Penney tentang harga energi yang


dapat dimiliki elektron dalam medan potensial yang periodik, satu
dimensional ditunjukkan pada gambar 6.3.

Model Kronig-Penney telah meramalkan adanya pita-pita untuk harga


energi elektron yang bergerak dalam potensial berkala satu dimensional.
Gambar 6.3 Plot energi sebagai fungsi bilangan-gelombang untuk
potensial Kronig-Penney, dengan P = 3/2
3. Logam, Insulator dan Semikonduktor
Zat padat dapat diklasifikasikan berdasarkan konduktivitas listriknya
dalam dua kelas besar yaitu logam dan insulator. Logam atau konduktor
adalah zat padat dalam mana arus listrik mengalir karena medan listrik
luar. Sebaliknya, medan listrik luar tidak menghasilkan arus listrik dalam
insulator. Perbedaan antara konduktor dan insulator dapat ditinjau dari
pengisian electron states dalam pita energi yang diperkenankan.
Skema energi elektron E terhadap bilangan-gelombang k, untuk model
Kronig-Penney ditujukkan pada gambar 6.4. Grafik E = E(k) tersebut
digambarkan dalam skema suatu zona tereduksi (reduzed zone scheme)
dengan daerah Brillouin pertama:
 
  k 
ab a b
Grafik E = E(k) tersebut memperlihatkan daerah-daerah harga energi
elektron yang diperkenankan dan daerah-daerah terlarang bagi harga
energi elektron.
Daerah-daerah kerja energi yang diperkenankan sesungguhnya
merupakan electron states (eigen states) yang tersedia bagi elektron
dalam kristal. Apakah electron states tersebut memang dihuni oleh
elektron masih bergantung dari jumlah elektron dan statistika elektronnya.
Ada dua hal dimana medan listrik luar tidak menghasilkan arus listrik netto
elektron dalam kristal, yaitu apabila (i) pita energi yang diperkenankan
sama sekali tidak dihuni oleh elektron; (ii) pita energi yang diperkenankan
terisi penuh dengan elektron, artinya semua electron states yang ada terisi
dengan elektron.
E(k)

k
 /(a-b) 0 + /(a+b)

Gambar 6.4 Grafik E = E(k) digambarkan dalam skema zona tereduksi


(reduzed zone scheme) dengan daerah Brillouin pertama
Andaikan suatu pita energi yang diperkenankan, dimana setiap electron
 
state dengan   k   terisi dengan elektron. Jika
ab a b
terdapat medan listrik  memberikan pengaruh pada distribusi kecepatan
elektron v. Rapat arus elektron untuk pita energi tersebut adalah:
j   no ev
dengan no adalah jumlah elektron per volume dalam pita yang
bersangkutan dan adalah kecepatan rata-rata elektron yang besarnya
adalah:

1
v  vi
no V i
dengan V adalah volume seluruh kristal dan vi kecepatan masing-masing
elektron dengan penjumlahan melingkupi semua elektron dalam pita
energi. Selajutnya dapat dituliskan:


e
j  vi (6.19)
V i
Andaikan bahwa pita energi yang dibahas seperti dalam sketsa pada
gambar 6.5. kecepatan kelompok (group velocity) elektron dituliskan:
d , karena E    , maka
vg 
dk
1 dE
vg  (6.20)
 dk
vg adalah kecepatan kelompok elektron, besarnya berkaitan dengan
kemiringan fungsi E = E(k). Fungsi E = E(k) adalah simetris terhadap
sumbu k = 0, artinya
E(k) = E(k) (6.21)
Untuk setiap harga k diperoleh suatu harga vg (6.20), yang sama besar
harganya tetapi berbeda tanda aljabarnya dengan harga vg di (k). Oleh
karena itu apabila pita energinya sepenuhnya diisi oleh elektron, maka
setiap harga vg tertentu ditiadakan oleh harga vg (k). Jadi, untuk suatu
pita energi yang penuh elektron (full band) besarnya:
vi
i 0

Dengan memperhatikan (6.19) terlihat bahwa rapat arus sama dengan nol,
untuk suatu pita energi yang kosong (tidak dihuni elektron) atau suatu pita
energi yang penuh elektron. Selanjutnya dapat dinyatakan bahwa hanya
pita energi yang hanya sebagiannya terisi elektron (atau sebagiannya
kosong) dapat memberikan sumbangan pada arus listrik.
E(k)

k
 /a’ 0 + /a’

Gambar 6.5. Skema pita energi


Pernyataan di atas diterapkan pada suatu bahan, misalnya Na. Karena
pita energi bagian dalam 1s, 2s, 2p semua terisi penuh, mereka tidak
menyumbangkan arus. Sekarang kita hanya memperhatikan pita
terpuncak (pita valensi). Pada Na, pita valensinya adalah pita 3s, yang
dapat mengakomodasi 2 Ne elektron, dimana Ne adalah total jumlah sel
satuan. Na mempunyai kisi Bravais bcc, setiap sel mempunyai satu atom,
yang menyumbang satu elektron valensi (atau 3s). Oleh karenanya total
jumlah elektron valensi adalah Ne, dan elektron ini menghuni pita, hanya
setengahnya terisi, seperti ditunjukkan pada gambar 6.6(a). Jadi sodium
(Na) berperilaku seperti logam karena pita valensinya hanya terisi
sebagian.
Gambar 6.6 : Distribusi elektron dalam pita energi (a) logam,
(b) insulator, (c) semikonduktor, dan (d) semilogam

Dengan cara serupa, dapat disimpulkan bahwa logam alkali lainnya


seperti Li, K dan lainnya juga menunjukkan sifat logam karena pita
valensinya berurutan adalah 2s, 4s dan lainnya, hanya sebagian penuh.
Logam nobel Cu, Ag, Au berperilaku seperti konduktor dengan alasan
yang sama.
Jadi dalam Cu, pita valensi (pita 4s) hanya setengah penuh, karena setiap
sel dalam struktur fcc menyumbang hanya satu elektron valensi.
Sebagai contoh untuk insulator yang baik adalah intan (karbon).
Disini puncak pita energi berasal dari hibridisasi keadaan (state) atomik 2s
dan 2p, yang memperlebar jarak antara dua pita yang terpisahkan oleh
celah pita energi Eg (gambar 6.6b). Karena pita ini timbul dari keadaan s
dan p, dan karena sel satuan disini mengandung 2 atom, maka setiap pita
ini dapat mengakomodasi 8 Nc elektron. Sekarang dalam intan setiap atom
menyumbang 4 elektron, menghasilkan 8 elektron valensi tiap sel. Jadi
pita valensi disini terisi penuh, dan intan merupakan insulator.
Ada material yang berada pada posisi tengah antara logam dan
insulator. Jika celah antara pita valensi dan pita di atasnya kecil, kemudian
elektron mudah tereksitasi secara termal ke pita berikutnya. Kedua pita
menjadi hanya terisi sebagian dan keduanya menyumbangkan arus listrik.
SELAMAT BELAJAR !

Anda mungkin juga menyukai