Anda di halaman 1dari 19

TEORI PITA ENERGI

1. Asal Mula Celah Energi


Teori elektron bebas yang dijelaskan dalam bahasan sebelumnya, telah berhasil
menjelaskan berbagai macam sifat-sifat termal (panas) suatu logam. Tetapi masih
banyak sifat-sifat logam lainnya yang tidak dapat dijelaskan dengan menggunakan teori
elektron bebas, sebagai contoh mengapa beberapa logam dengan jumlah elektron bebas
yang banyak dapat bersifat sebagai konduktor sedangkan logam-logam dengan jumlah
elektron konduksi sedikit akan bersifa tsebagai isolator. Sifat-sifat logam seperti ini
tidak dapat dijelaskan dengan menggunakan teori elektron bebas. Masih banyak hal lain
yang berkaitan dengan sifat logam yang tidak dapat dijelaskan oleh teori tersebut,
seperti misalnya perubahan resitivitas konduktor oleh adanya perubaan suhu, dan sifat-
sifat semikonduktor.
Kegagalan teori elektron bebas dalam menjelaskan hal-hal tersebut diatas
disebabkan oleh penyederhanaan yang berlebihan tentang elektron konduksi. Menurut
teori elektron bebas, elektron konduksi (elektron valensi) dianggap mengalami energi
potensial yang tetap atau bahkan tidak memiliki energi potensial dari inti atom dan
elektron-elektron lainnya di dalam atom. (Untuk tujuan penyederhanaan, inti atom dan
elektron-elektron lainnya didalam atom akan kita sebut sebagai pusat atom atau badan
atom yang merupakan terjemahan dari Bahasa inggris “core”). Oleh karena itu, menurut
teori elektron bebas, elektron konduksi ini merupakan fungsi posisi elektron. Artinya,
nilai energi ini bergantung pada posisi elektron tersebut di dalam kristal diukur relatif
terhadap inti atom. Disamping itu, energi potensial itu juga mungkin timbul akibat
adanya elektron-elektron konduksi lainnya didalam kristal adalah sangat komplek. Oleh
karena itu, kita akan menggunkan pendekatan yang digunakan dalam teori elektron
bebas. Pendekatan itu adalah bahwa badan atom-atom itu dianggap diam dan energi
potensial itu merupakan fungsi yang periodik dengan periodaa sebesar konstanta kisi
(a) kristal, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Pendekatan ini atau asumsi ini
didasarkan pada kenyataan bahwa atom-atom di dalam kristal disebarkan secara
periodik pada setiap titik kisi. Di samping itu, asumsi ini menganggap bahwa energi
potensial akibat elektron-elektron lainnya adalah konstan.
Gambar 1. Energi potensial Ep elektron sebagai fungsi posisi (x) dalam sebuah kristal
satu dimensi yang periodik dengan periode sama dengan konstanta kisi a. Kurva paling
kanan menyatakan energi potensial di sekitar permukaan kristal.

Energi potensial yang periodik itu merupakan landaasan dari teori pita energi
dalam zat padat. Tingkah laku sebuah elektron didalam potensial seperti itu dijelaskan
dengan cara mengkonstruksi fungsi gelombang elektron dengan menggunakan
pendekatan satu elektron. Dalam pendekatan ini, fungsi gelombang total untuk sistem
diperoleh dari gabungan fungsi gelombang setiap elektron. Dalam kata lain, medan
listrik yang dialami sebuah elektron tertentu dianggap sebagai resultan dari medan
listrik inti dan medan listrik rata-rata elektron lainnya. Gerak elektron di dalam energi
potensial listrik periodik ini menghasilkan hal-hal berikut:
1. Pita-pita energi yang dipisahkan oleh energi celah
2. Fungsi eenergi elektron E(k) adalah periodik (lihat gambar 1)
Kedua hal ini tidak dapat diterangkan oleh model elektron bebas. Menurut teori
elektron bebas, elektron adalah merupakan fungi kuadratik dari vektor gelombang (k)
dan tidak menunjukkan adanya celah energi.
Selanjutnya marilah kita bahas secara fisika asal mula celah-celah energi. Untuk
keperluan ini kita akan menggunakan kristal satu dimensi dengan konstanta kisi sebesar
a. Menurut teori elektron bebas (V=0), energi elektron bebas adalah:
ℏ2 𝑘 2
E= (1)
2𝑚
Sehingga menurut teori ini, kurva E sebagai fungsi k adalah seperti ditunjukkan
pada gambar 2. Dalam gambar 2, nilai energi adalah kontinyu untuk semua nilai k.
Artinya kita tidak menemukan celah energi dimana elektron dilarang berada. Inilah
kegagalan teori elektron bebas dalam menjelaskan perbedaan antara isolator,
semikonduktor, dan konduktor. Oleh karena itu, agar kita dapat memahami perbedaan
tersebut, kita menggunakan teori yang mirip dengan teori elektron bebas tetapi sedikit
dimodifikasi, yaitu teori elektron hampir bebas atau sering disebut model elektron
hampir bebas.

Gambar 2. Energi (E) sebagai fungsi vektor gelombang (k) menurut model elektron
bebas

Menurut model elektron hampir bebas (V (x) ≠ 0 ) energi elektron tidak lagi
kontinyu untuk semua nilai k, tetapi tepat pada nilai-nilai k tertentu, tingkat energi
π
elektron mengalami diskontinyu, yaitu pada nilai-nilai k = ±n , dimana n=1,2,3….
a

Dengan demikian, kurva energi (E) sebagai fungsi vektor gelombang (k) tidak lagi
seperti kurva yang ditunjukkan dalam gambar. 2 diatas , tetapi seperti kurva yang
ditunjukkan dalam gambar. 3

Gambar 3.Kurva energi (E) sebagai fungsi vektor gelombang (k) dalam sebuah kristal
monoatomik satu dimensi dengan konstanta krostal sebesar a. Celah energi E g yang
ditunjukkan terjadi pada k = ±nπ/a
Dari bahasan sebelumnya, Anda sudah mengetahui bahwa syarat terjadinya
difraksi Bragg adalah: (Catatan: huruf yang dicetak tebal menyatakan besaran vektor)
(𝐊 + 𝐆)2 = k² (2)
Dalam satu dimensi, persamaan (2) menjadi,
K² + 2𝐤 . 𝐆 + G² = k² (3)
Untuk kristal satu dimensi, k berimpit dengan G, sehingga 2 k. G = 2k.G cos 0 =
2k.G. Dengan demikian, persamaan (3) menjadi:
K² + 2𝐤 . 𝐆 + G² = k² (semua besaran disini sekarang adalah skalar)
1
K=± G (4)
2
Dengan G = n (2π/a) adalah vektor kisi resiprok dan n adalah bilangan bulat. Jadi
persamaan (4) dapat ditulis sebagai berikut
1 nπ
K=± G=± (5)
2 a
𝜋
Difraksi pertama terjadi dan celah energi pertama terjadi untuk nilai k = ± 𝑎 . Ingat
𝜋 𝜋
bahwa daerah antara− 𝑎 dengan + 𝑎 disebut daerah Brillouin pertama. Celah energi-
𝜋
celah energi yang lainnya terjadi untuk nilai-nilai k yang merupakan kelipatan dari ± 𝑎 .
π
Fungsi gelombang di k = ± a bukan merupakan gelombang berjalan dari elektron
π
bebas, tetapi fungsi gelombang di titik k = ± a adalah merupakan gabugan antara

gelombang yang berjalan kekanan dan kekiri. Hal ini dapat terjadi interfensi antara
gelombang yang berjalan kekanan dan kekiri. Hal ini dapat terjadi jika syarat difraksi
π
Bragg terpenuhi oleh fungsi gelombang k. Hasilnya, fungsi gelombang di titik k = ± a

merupakan gelombang berdiri. Fungsi gelombang berdiri tersebut terdiri atas dua
macam yaitu fungsi gelombang yang saling menguatkan dan fungsi gelombang yang
saling melemahkan. Secara matematika, kedua fungsi gelombang berdiri tersebut dapat
dibentuk dari fungsi gelombang yang berjalan kekanan dan kekiri, yaitu sebagai
berikut:
iπx iπx πx
ψ(+) = exp ( ) + exp (− ) = 2 cos ( ) (6)
a a a
Dan,
iπx iπx πx
ψ(−) = exp ( ) − exp (− ) = 2i sin( ) (7)
a a a
kedua fungsi gelombang ψ(+) dan ψ(-) menumpukkan elektron di dua tempat yang
berbeda, dan karena itu, kedua kelompok elektron itu memiliki nilai energi potensial
yang berbeda. Inilah asal mula adanya celah energi. Hal ini dapat dijelaskan lebih
lanjut sebagai berikut.

Gambar 4. Rapat peluang (rapat muatan) ρ (+) dan ρ (-) di sekitar inti atom dalam
sebuah kristal satu dimensi

Rapat peluang (ρ) atau dalam hal ini sama dengan rapat muatan (karena fungsi
gelombang yang kita bicarakan adalah fungsi gelombang elektron) untuk kedua
gelombang berdiri diatas adalah sebagai berikut:
πx
ρ(+) = ψ(+) ψ(+) = |ψ(+)|2 = 4cos 2 (8)
a
πx
ρ(−) = ψ(−) ψ(−) = |ψ(−)|2 = 4sin2 (9)
a
Persamaan (8) akan menumpukkan elektron (muatan-muatan negatif) diatas ion-
ion positif (diatas badan atom) yang dipusatkan di titik-titik x = 0, ±a, ±2a, ±3a, dst,
lihat gambar 4. Jadi kelompok elektron ini berada di dearah yang berenergi potensial
rendah, lihat gambar 4. Sedangkan persamaan (9) akan menumpukan elektron-elektron
tersebut di tengah-tengah antara ion-ion positif tersebut, sehingga elektron-elektron ini
memiliki energi potensial yang tinggi. (catatan: dalam hal ini, yang kita maksud dengan
ion-ion positif adalah inti atom dan elektron-elektron bagian dalam atau sering kita
sebut dengan badan atom, kecuali elektron konduksi, sebab atom-atom itu akan
diionisasi pada saat elektron valensi diambil untuk dijadikan elektron konduksi).
Fungsi gelombang di titik A tepat di bawah celah energi pada gambar 3 adalah
ψ(+) sedangkan di titik B tepat di atas celah energi adalah ψ(-). Tepat pada batas
daerah Brillouin pertama, yaitu di k = ±πa kedua fungsi gelombang ψ(+) dan ψ(-) yang
dinormalisasi masing-masing adalah √2 cos πx/a dan √2 sin πx/a. Jika kita misalkan
energi potensial sebuah elektron di titik x dalam kristal itu adalah:
U(x) = Ucos 2πx/a
Maka kita dapat menentukan nilai celah energi, E g (yaitu perbedaan energi
potensial antara kedua kelompok elektron) sebagai berikut:
1

𝐸𝑔 = ∫ 𝑑𝑥 𝑈(𝑥){𝜓(+)2 − 𝜓(+)2 } (10)


0
1
2𝜋𝑥 𝜋𝑥 𝜋𝑥 2
𝐸𝑔 = 2 ∫ 𝑑𝑥 𝑈𝑐𝑜𝑠 ( ) {𝑐𝑜𝑠 ( ) − 𝑠𝑖𝑛 ( ) } (11)
𝑎 𝑎 𝑎
0

Dan dari trigomometri anda tahu bahwa cos 2α = cos2 α – sin2 α, sehingga
𝜋𝑥 𝜋𝑥 2𝜋𝑥
|cos 𝜋𝑥/𝑎|2 − |sin 𝜋𝑥/𝑎|2 = 𝑐𝑜𝑠 2 ( ) − 𝑠𝑖𝑛2 ( ) = cos( )
𝑎 𝑎 𝑎

Jadi persamaan (11) dapat dituliskan sebagai berikut:


1
2𝜋𝑥 𝜋𝑥
𝐸𝑔 = 2 ∫ 𝑑𝑥 𝑈𝑐𝑜𝑠 ( ) 𝑐𝑜𝑠 ( ) (12)
𝑎 𝑎
0
1 1
2𝜋𝑥
𝐸𝑔 = 2𝑈{∫ 𝑑𝑥 − ∫ 𝑠𝑖𝑛² ( ) (13)
𝑎
0 0

Seperti anda ketahui bahwa suku pertama dalam kurng {} dari persamaan (13)
adalah bernilai 1. Selanjutnya marilah kita hitung suku kedua dalam tanda kurung {}
dari persamaan (13) dari matematika terlihat bahwa,
1
𝑦 1
∫ 𝑑𝑦𝑠𝑖𝑛2 𝑦 = − 𝑠𝑖𝑛𝑦 (14)
2 2
0

Sekarang kita misalkan y = x (15a)


Sehingga dy/dx = 1 atau dx = dy (15b)
Dari persamaan (15a) anda lihat bahwa jika
x = 0, y = 0 dan x = 1, y = 1
Substitusikan persamaan-persamaan (15a) dan (15b) kedalam suku kedua dari
persamaan (13). Hasilnya adalah,
Eg = ½ - 0 = ½ (16)
Akhirnya, substitusikan persamaan (16) kedalam persamaan (13), sehingga akan
diperoleh:
2πx
Eg = 2U{∫ dx − ∫ sin²( )} = 2U(1 − 1/2) = U
0 0 a
Jadi, nilai energi celah ini sama dengan komponen dari deret Fourier energi
potensial.
Pada umumnya, materi tentang teori pita energi yag biasa dinyatakan dalam bentuk
bagan pita energi diperlihatkan pada gambar 5.

Gambar 5. Bagan teori pita energi

Telah dipahami bahwa arti sumbu vertikal (sumbu-y) dalam bagan gambar 5, yaitu
sebagai sumbu energi, sehingga lebar pita dalam arah vertikal sama dengan lebar
rentang energi dari pita tersebut. Sedangkan arti fisis lebar pita dalam arah horizontal
menyatakan lebar satu daerah Brillouin, dan sumbu horizontal menyatakan sumbu
vektor gelombang (k). Hal ini dapat dijelaskan dengan menggunakan gambar 3
didepan, yaitu tentang kurva energi (E) sebagai fungsi vektor gelombang (k) dalam
sebuah kristal monoatomik satu dimensi dengan konstanta kisi sebesar a. Seperti
dibahas sebelumnya bahwa celah energi terjadi untuk nilai-nilai k = ±(πa), ±(2πa),
±(3πa), ±(4πa), dan seterusnyaa diperlihatkan seperti gambar 6.
Dari gambar 6, terlihat bahwa Brillouin ke-1 sampai ke-4 mempunyai lebar setiap
daerah Brillouin selalu sama yaitu sebesar (2πa), oleh karena itu lebar pita dalam
gambar 5 tersebut selalu sama, artinya setiap satu daerah Brillouin menyatakan satu pita
energi.
Adanya energi celah ini, merupakan karakteristik yang sangat penting dalam
logam. Energi celah ini merupaan hasil interaksi antara fungsi gelombang elektron
konduksi dengan badan atom (core) dalam kristal.

Teorema Bloch
Teorema ini membahas nilai energi celah secara matematis, untuk itu pertama
ditentukan fungsi gelombang elektron dalam kristal yang periodik. Fungsi gelombang
elektron itu ditentukan dengan meggunakan teorema Bloch. Dalam bahasan
sebelumnya diketaui bahwa persamaan Schrodinger untuk elektron bebas satu dimensi
yang bergerak dalam energi potensial yang nilainya tetap (V0) dinyatakan dalam
persamaan:
d2 ψ(x) 2m
+ 2 (E − V0 )ψ(x) = 0 (18)
dx 2 ℏ
Solusi dari persamaan 18 adalah berupa gelombang bidang (datar) yang dinyataan
oleh persamaan:
ψ(x) = exp. (±ik. x) (19)

dengan (E – V0) = (ħ2 k2) / (2m) adalah besraan energi kinetik

Untuk elektron yang bergera dalam energi potensial periodik satu dimensi,
persamaan Schrodingernya menjadi:
d2 ψ(x) 2m
+ 2 (E − Vx )ψ(x) = 0 (20)
dx 2 ℏ
Persamaan 20 ini, Vx tidak lagi konstan, tetapi merupakan fungsi dari posisi (x) .
selain itu, energipotensial (Vx) ini adalah juga periodik sama dengan konstanta kisi(a),
artinya:

V (x) = V (x + a) (21)

Solusi untuk persamaan 20, diatur oleh sebuah teorema, yaitu teorema Bloch.
Berdasarkan teorema ini, solusi untuk persamaan 20 adalah sama dengan gelombang-
gelombang datar seperti persamaan 19 yang dimodulasi oleh sebuah fungsi U k (x) yang
memiliki peroda yang sama dengan kontanta kisi (a). Sehingga menurut teorema Bloch
tersebut, solusi yang cocok untuk persamaan 20 adalah:
ψ(x) = exp. (±ik. x) Uk (x) (22)

dengan Uk (x) = Uk (x + a)

Persamaan 22 sering disebut sebagai gungsi Bloch. Fungsi Bloch ini aan digunakan
untuk menghitung nilai energi celah dengan menggunakan persamaan sentral.

2. Nilai Energi Celah

Model Kronig Penney


Potensial periodik dari persamaan gelombang dapat dipecahkan dalam fungsi dasar
square-well array seperti gambar dibawah. Persamaan gelombangnya adalah :

ℏ2 𝑑 2 𝜓
− + 𝑈(𝑥 )𝜓 = 𝜖𝜓 … … . . (23)
2𝑚 𝑑𝑥 2
Dimana U(x) adalah energi potensial dan ε adalah nilai energi eigen.

Model ini menjelaskan tingkah laku elektron dalam sebuah energi potensial yang
periodik, dengan menganggap energi potensial periodik itu merupakan deretan sumur
energi potensial persegi seperti ditunjukkan dalam gambar 4. Di dasar sumur, yaitu
untuk 0 < x < a, elektron dianggap berada di sekitar sebuah inti atom (atau diantara dua
inti atom), dan energi potensialnya dianggap nol, sehingga di daerah ini elektron
bertingkah sebagai elektron bebas. Sebaliknya, di luar sumur, yaitu untuk –b < x < 0,
energi potensial elektron dianggap sama dengan U0.Fungsi-fungsi gelombang elektron
diperoleh dari persamaan Schrodinger untuk kedua daerah (yaitu daerah 0 < x < a, dan
daerah –b < x < 0) sebagai berikut:

Pada daerah 0 < x < a dimana U=0, fungsi eigen adalah kombinasi linier

𝜓 = 𝐴𝑒 𝑖𝐾𝑥 + 𝐵𝑒 −𝑖𝑘𝑥 , (24)

Pada bidang gelombang berjalan kekiri dan kanan dengan energi

𝐾22
∈=ℏ … … … … . (25)
2𝑚
Pada daerah –b < x<0 dengan solusi pembatasnya dalam bentuk

𝜓 = 𝐶𝑒 𝑄𝑥 + 𝐷𝑒 −𝑄𝑥 , (26)

Dengan
𝑄22
𝑈0 −∈ = ℏ … … … … . (27)
2𝑚

Gambar 7.Sumur kuadrat potensial periodik satu dimensi yang dikenalkan oleh
Kronig danFenney.

Kita membutuhkan nsolusi yang lengkap untuk mendapatkan bentuk Bloch (7).
Dengan demikian, solusi pada daerah a <x <a + b harus dihubungkan dengan solusi
(26) dalam daerah –b<x< 0 dengan teorema Bloch:

𝜓(𝑎 < 𝑥 < 𝑎 + 𝑏) = 𝜓(−𝑏 < 𝑥 < 0)𝑒 𝑖𝑘(𝑎+𝑏) (28)

Konstant aA, B, C, D dipilih sehingga ψ dan dψ/dx kontinu pada x = 0 dan x = a.


Terdapat kondisi batasan mekanika kuantum yang luar biasa dalam masalah yang
melibatkan sumur potensial kuadrat. Pada x = 0,

A+B=C+D; (29)

iK (A – B) = Q (C – D) (30)

Pada x = a, dengan menggunakan (28) untuk ψ (a) kebawah sawar sampai ψ (-b),

AeiKa + Be-iKa = (Ce-Qb + DeQb) eik(a + b); (31)

iK(AeiKa – Be-iKa) = Q(Ce-Qb – DeQb) eik(a+b) (32)


Persamaan (29) sampai (32) memiliki solusi hanya jika determinan koefisien A, B,
C, D hilang, atau jika

[(Q2 – K2)/2QK] sinhQb sin Ka + coshQbcosKa = cosk(a + b) (33a)

Hasilnya menjadi sederhana jika kita melambangkan potensial dengan fungsi delta
periodik yang didapatkan ketika kita melalui limit b = 0 dan U0 = ∞, sedemikian
sehingga Q2ba/2 = P, besaran terbatas. Pada limit Q<<K dan Qb<< 1. Sehingga (33a)
berkurang menjadi

(P/Ka) sin Ka + cosKa= coska (33b)

Jadi, dengan mengacu pada gambar 5, kita dapat menarik kesimpulan :


1. Spektrum energi elektron terdiri atas pita-pita energi yang diizinkan dan pita-pita
energi yang terlarang.
2. Lebar pita energi yang diizinkan sebanding dengan nilai Ka artinya makin besar nilai
Ka makin besar pula pita energi
3. Lebar suatu pita energi yang diizinkan berbanding terbalik dengan nilai P, yaitu
dengan energi ikat elektron. Makin besar P makin kecil lebar pita energi yang
diizinkan.
Rentangan K agar persamaan ini memiliki solusi pada Gambar 8, untuk kasus P =
3π/2. Nilai energi yang sama di plot pada Gambar 9. Vektor gelombang k dari fungsi
Bloch merupakan indeks yang penting, bukan K dalam (24), yang dihubungkan dengan
(25).
Gambar 8.Grafik fungsi (P/Ka) sin Ka +cos Ka, untuk P = 3π/2.Nilai energi ini syah
diberikan oleh rentangan Ka = (2mє/ћ2)1/2a agar fungsi terletak antara ±1.

Untuk nilai energi lainnya tidak termasuk pada gelombang berjalan atau solusi
Bloch-like untuk persamaan gelombang, sehingga celah yang terlarang pada spectrum
energi terbentuk.

Gambar 9.Grafik hubungan antara energi dengan bilangan gelombang untuk potensial
Kronig-Penney, dengan P = 3π/2. Catatan: celah energi pada ka = π, 2π, 3π . . . .

Model Kroning - Penney dalam ruang timbal balik

Aε sebagai contoh penggunaan persamaan pusat

(𝜆𝑘 − 𝜖 )𝐶 (𝑘) + ∑ 𝑈𝐺 𝐶 (𝑘 − 𝐺 ) = 0 (34)


𝐺

Untuk masalah yang akan dipecahkan , kita menggunakan Kroning - Penney model
potensi delta - fungsi periodik.

𝑈(𝑥 ) = 2 ∑𝐺>0 𝑈𝐺 cos 𝐺𝑥 = 𝐴𝑎 ∑𝑠 𝛿(𝑥 − 𝑠𝑎) (35)


Dimana A adalah konstanta dan jarak kisi rangkuman atas semua bilangan bulat s
antara 0 dan 1 / a . Kondisi batas periodik atas cincin satuan panjang , yang berarti lebih
dari 1 / a atom . Dengan demikian koefisien Fourier potensi adalah

1
1
𝑈𝐺 = ∫ 𝑑𝑥 𝑈 (𝑥 ) cos 𝐺𝑥 = 𝐴𝑎 ∑ ∫ 𝑑𝑥 (𝑥 − 𝑠𝑎) cos 𝐺𝑥 = 𝐴𝑎 ∑ cos 𝐺𝑠𝑎 = 𝐴 (36)
𝑠 0 𝑠
0

Kami menulis persamaan pusat dengan k sebagai indeks blok. Sehingga (34)
menjadi

2𝜋𝑛
(𝜆𝑘 − 𝜖 )𝐶(𝑘) + 𝐴 ∑𝑛 𝐶 (𝑘 − )=0 (37)
𝑎

ℎ2 𝑘 2
dimana 𝜆𝑘 = 2𝑚 dan rangkuman atas semua bilangan bulat n. Kita mendefinisikan

2𝜋𝑛
𝑓 (𝑘) = ∑𝑛 𝐶 (𝑘 − ) (38)
𝑎

Sehingga pesamaan (37) menjadi

2𝑚𝐴
( 2 )𝑓(𝑘)
𝐶 (𝑘 ) = − ℎ
2𝑚𝜖 (39)
𝑘 2 −( 2 )

Karena penjumlahan pada persamaan 38) di atas untuk semua koefisien C, yang
kita miliki untuk setiap n,

2𝜋𝑛
𝑓 (𝑘) = 𝑓 (𝑘 − ) (40)
𝑎

Hubungan ini dapat dituliskan


2𝜋𝑛 2𝑚𝐴 2𝑚𝜖 −1
𝐶 (𝑘 − ) = −( ) 𝑓(𝑘) [(𝑘 − 2𝜋𝑛/𝑎)2 − ( ] (41)
𝑎 ℎ2 ℎ2

ℎ2 2𝜋𝑛 2 −1
(2𝑚𝐴) = − ∑𝑛 [(𝑘 − ) − (2𝑚𝜖/ℎ2 ] (42)
𝑎

Penjumlahan ini dapat dilakukan dengan bantuan dari relasi standar

1
𝑐𝑡𝑛 𝑥 = ∑𝑛 𝑛𝜋+𝑥 (43)

Setelah manipulasi trigonometri di mana kita menggunakan hubungan untukselisih


dua cotangen dan produk dari dua sinus, jumlah pada persamaan (42) menjadi

𝑎2 sin 𝐾𝑎
(44)
4𝐾𝑎(cos 𝑘𝑎 − cos 𝑘𝑎)

di mana kita menulis 𝐾 2 = 2𝑚𝜖/ℎ2 seperti pada persamaan (25). Hasil akhir
untuk persamaan (42) adalah

𝑚𝐴𝑎2
( ) (𝐾𝑎)−1 sin 𝐾𝑎 + cos 𝐾𝑎 = cos 𝑘𝑎 (45)
2ℎ2

Jumlah Orbital Pada Pita

Terdiri atas linear kristal dengan jumlah N sel permitif pada kisi konstan a. pada
order untuk perhitungan kita menggunakan kondisi ikatan periodik untuk panjang pada
fungsi gelombang Kristal. Mengikuti nilai vektor gelombang elektron k dalam zona
Brillouin pertama dapat dinyatan dengan (46):

2𝜋 4𝜋 𝑁𝜋
𝑘 = 0; ± ;± ;…; , (46)
𝐿 𝐿 𝐿

𝑁𝜋 𝑁𝜋
Kita potong bagian = 𝜋𝑎, untuk area ikat. − = −𝜋𝑎 tidak dihitung point erikat
𝐿 𝐿
karena dihubungkan oleh vektor kisi reciprocal phi/a. jumlah total titik kisi adalah N,
sejumlah sel primitif.
Gambar 10. Ratio koefisien 𝜓(𝑥) = 𝐶 (𝑘)𝑒 𝑖𝑘𝑥 + 𝐶 (𝑘 − 𝐺 )𝑒 𝑖(𝑘−𝐺)𝑥 seperti yang terhitung
dekat batasan daerah Brillouin pertama.

Tiap sel primitif memberikan satu nilai bebas k pada tiap pita energi. Hasilnya
membawa ke dalam 3 dimensi. Dengan menghitung 2 orientasi bebas dari spin
elektron, ada 2N orbitalbebas dala tiap pita energi. Jika ada satu valensi atom dalam
tiap sel primitif, pitanya dapat terpenuhi separuhnya dengan elektron. Jika tiap atom
memberikan 2 elektron valensi ke pita itu, pita dapat terisi. Jika ada 2 atom dengan
valensi 2 dalam tiap sel primitif, maka pita dapat juga terisi.

Jumlah Fungsi Gelombang Dalam Sebuah Pita

Jumlah fungsi gelombang dalam sebuah pita energi berkaitan sekali dengan
jumlah elektron dalam sebuah pita energi. Oleh karena itu, pada bagian ini anda akan
mempelajari bagaimana cara menentukan jumlah elektron dalam sebuah pita energi.
Sesungguhnya telah ditunjukan bahwa dalam sebuah kristal satu dimensi yang
panjang terdapat rentang-rentang energi tertentu yang dizinkan. Sekarang kita coba
pikirkan sebuah kristal satu dimensi yang panjangnya L dan coba tentukan jumlah
fungsi gelombang yang mungkin untuk setiap pita energi. Dengan menggunakan syarat
batas, kita akan memperoleh fungsi gelombang.

𝜑 (𝑥 ) = 𝜑 (𝑥 + 𝐿 ) (47)

Karena fungsi gelombang 𝜑 (x) ini merupakan fungsi Bloch, fungsi ini harus
memenuhi persamaan berikut :
𝑒ikx . 𝑈 k (x) = 𝑒ik(x+L) (48)

Dari persamaan (46) dan dengan menggunakan persamaan sebelumnya didepan


maka :

𝑒ikx = 𝑒ik(x+L) (49)

𝑒ik(L) = cos 𝑘𝐿 + 𝑖 sin 𝑘𝐿 = 1 (50)

Dengan demikian, nilai KL harus sama dengan :

𝑛(2𝜋)
𝑘𝐿 = 𝑛(2𝜋) atau 𝑘 = , (51)
𝐿

Dimana n = ±1, ±2, ±3, ........ sehingga nilai k menjadi,

𝐿
𝑑𝑘 = (2𝜋/𝐿) atau 𝑑𝑛 = (2𝜋 ) 𝑑𝑘 (52)

Persamaan (52) ini menyatakan jumlah fungsi gelombang dalam rentang dk.

3. Aplikasi

Kereta Manglev
Kereta maglev singkatan dari magnetically levitated trains, dalam bahasa Indonesia
disebut kereta api levitasi magnetik adalah jenis keretaapi yang mengambang secara
magnetik. Sering juga disebut kereta api magnet.
Seperti namanya, prinsip dari kereta api ini adalah memanfaatkan gaya magnet
untuk mengangkat kereta sehingga mengambang, tidak menyentuh rel sehingga gaya
gesek dapat dikurangi. Kereta manglev juga memanfaatkan magnet sebagai pendorong.
Dengan kecilnya gaya gesek dan besarnya gaya dorong, kereta ini mampu melaju
dengan kecepatan sampai 600 km/jam, jauh lebih cepat dari kereta biasa. Beberapa
negara yang telah mengembangkan kereta api jenis ini adalah Tiongkok, Jepang,
Perancis, Amerika, dan Jerman. Dikarenakan mahalnya pembuatan rel magnetik, di
dunia pada tahun 2015 hanya ada dua jalur Maglev yang dibuka untuk transportasi
umum, yaitu Shanghai Transrapid di Tiongkok dan Linimo di Jepang.
Teknologi yang digunakan

Ada tiga jenis teknologi maglev:

 Tergantung pada magnet superkonduktivitas (suspensi elektrodinamik);


 Tergantung pada elektromagnetik terkontrol (suspensi elektromagnetik); atau yang
 terbaru, mungkin lebih ekonomis, menggunakan magnet permanen (Inductrack).

Jepang dan Jerman merupakan dua negara yang aktif dalam pengembangan
teknologi maglev menghasilkan banyak pendekatan dan desain. Dalam suatu desain,
kereta dapat diangkat oleh gaya tolak magnet dan dapat melaju dengan motor linear.
Pengambangan magnetik menggunakan elektromagnet atau magnet permanen tidak
stabil karena teori Earnshaw; Diamagnetik dan magnet superkonduktivitas dapat
menopang maglev dengan stabil.
Medan elektromagnet juga mempengaruhi rancang bangun kereta. Medan magnet
yang sangat kuat dibutuhkan untuk mengangkat kereta yang berat.
Efek dari medan magnetik yang kuat tidak diketahui banyak. Oleh karena itu untuk
keamanan penumpang, pelindungan dibutuhkan, yang dapat menambah berat kereta.
Konsepnya mudah namun teknik dan desainnya kompleks
Sistem yang lebih baru dan tidak terlalu mahal disebut Inductrack. Teknik ini
memiliki kemampuan membawa beban yang berhubungan dengan kecepatan
kendaraan, karena iater gantung kepadaa rus yang diinduksi pada sekumpulan
elektromagnetik pasif oleh magnet permanen. Dalam contoh, magnet permanen berada
di gerbong; secara horizontal untuk menciptakan daya angkat, dan secara vertikal untuk
memberikan kestabilan. Sekumpulan kabel putar berada di rel. Magnet dan gerbong
tidak membutuhkan tenaga, kecuali untuk pergerakan gerbong. Inductrack pada
awalnya dikembangkan sebagai motor magnetik dan penopang untuk "flywheel" untuk
menyimpan tenaga. Dengan sedikit perubahan, penopang ini diluruskan menjadi jalur
lurus. Inductrack dikembangkan oleh fisikawan Wiliiam Post di Lawrence Livermore
National Laboratory.
Inductrack menggunakan array Halbach untuk penstabilan. Array Halbach adalah
pengaturan dari magnet permanen yang menstabilisasikan putaran kabel yang bergerak
tanpa penstabilan elektronik. Array Halback mulanya dikembangkan untuk
pembimbing sinar dari percepatan partikel. Mereka juga memiliki medan magnet di
pinggir rel, dan mengurangi efek potensial bagi penumpang.
Sekarang ini, NASA melakukan riset penggunaan sistem Maglev untuk
meluncurkan pesawat ulang alik. Untuk dapat melakukan ini, NASA harus
mendapatkan peluncuran pesawat ulang alik maglev mencapai kecepatan pembebasan,
suatu tugas yang membutuhkan pewaktuan pulse magnet yang rumit atau arus listrik
yang sangat cepat, sangat bertenaga.
Sistem yang lebih baru dan tidak terlalu mahal disebut Inductrack. Teknik ini
memiliki kemampuan membawa beban yang berhubungan dengan kecepatan
kendaraan, karena ia tergantung kepada arus yang diinduksi pada sekumpulan
elektromagnetik pasif oleh magnet permanen. Dalam contoh, magnet permanen berada
di gerbong; secara horizontal untuk menciptakan daya angkat, dan secara vertikal untuk
memberikan kestabilan. Sekumpulan kabel putar berada di rel. Magnet dan gerbong
tidak membutuhkan tenaga, kecuali untuk pergerakan gerbong. Inductrack pada
awalnya dikembangkan sebagai motor magnetik dan penopang untuk "flywheel" untuk
menyimpan tenaga. Dengan sedikit perubahan, penopang ini diluruskan menjadi jalur
lurus. Inductrack dikembangkan oleh fisikawan Wiliiam Post di Lawrence Livermore
National Laboratory.
Inductrack menggunakan array Halbach untuk penstabilan. Array Halbach adalah
pengaturan dari magnet permanen yang menstabilisasikan putaran kabel yang bergerak
tanpa penstabilan elektronik. Array Halback mulanya dikembangkan untuk
pembimbing sinar dari percepatan partikel. Mereka juga memiliki medan magnet di
pinggir rel, dan mengurangi efek potensial bagi penumpang.
Sekarang ini, NASA melakukan riset penggunaan sistem Maglev untuk
meluncurkan pesawat ulang alik. Untuk dapat melakukan ini, NASA harus
mendapatkan peluncuran pesawat ulang alik maglev mencapai kecepatan pembebasan,
suatu tugas yang membutuhkan pewaktuan pulse magnet yang rumit (lihat coilgun) atau
arus listrik yang sangat cepat, sangatbertenaga (lihat railgun).

Cara kerja kereta manglev

Kereta Maglev mengambang kurang lebih 10 mm di atas rel magnetiknya.


Dorongan kedepan dilakukan melalui interaksi antara rel magnetik dengan mesin
induksi yang juga menghasilkan medan magnetik di dalam kereta. Hampir 98% bahan
penyusun relnya terbuat dari magnet superkonduktor. Sehingga kereta sebesar ini bisa
tetap lengket dengan relnya walau pada kecepatan 500km/jam.
Gaya dorong kereta ini dihasilkan oleh interaksi antara motor induksi raksasa di
dalam kereta dengan rel magnetisnya, yang otomatis menghasilkan gaya dorong yang
luar biasa kuatnya. Bila diasumsikan berat 1 buah kereta Maglev 3 gerbong adalah 300
ton, maka hal ini setara dengan seorang manusia yang mendorong 1 buah truk kontainer
dengan kecepatan 50 km/jam.
Gaya dorong super kuat itulah yang menyebabkan kereta ini dapat mencapai
kecepatan 650 km/jam.

Kelebihan dan kekurangan


Kelebihan utama dari kereta ini adalah kemampuannya yang bisa melayang di atas
rel, sehingga tidak menimbulkan gesekan. Konsekuensinya, secara teoritis tidak akan
ada penggantian rel atau roda kereta karena tidak akan ada yang haus (biaya perawatan
dapat dihemat). Keuntungan sampingan lainnya adalah tidak ada gaya resistansi akibat
gesekan. Gaya resistansi udara tentunya masih ada. Untuk itu dikembangkan lagi
Kereta Maglev yang lebih aerodinamis.
Dikarenakan bentuk dan kecepatan kereta yang fantastis ini, kebisingan (suara)
yang ditimbulkan disaat kereta ini bergerak hampir sama dengan sebuah pesawat jet,
dan di perhitungkan lebih mengganggu daripada keretak onvensional. Sebuah studi
membuktikan suara yang ditimbulkan oleh kereta maglev dengan kereta konvensional
biasa lebih bising sekitar 5 dB yaitu 78% nya. Kekurangan lain kereta ini adalah
mahalnya investasi terutama pengadaan relnya.

Anda mungkin juga menyukai