PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang
penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif.
Saat ini Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia
(Yastroki, 2009). Angka ini diperberat dengan adanya pergeseran usia penderita stroke yang
semula menyerang orang usia lanjut kini bergeser ke arah usia produktif. Bahkan, kini
banyak menyerang anak-anak usia muda (Gemari, 2008).
Stroke merupakan suatu gangguan disfungsi neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau
setidak-tidaknya secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala - gejala dan tanda-tanda
yang sesuai dengan daerah fokal otak yang terganggu World Health Organization (WHO,
2005).
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Mengacu pada
laporan American Heart Association, sekitar 795.000 orang di Amerika Serikat terserang
stroke setiap tahunnya. Dari jumlah ini, 610.000 diantaranya merupakan serangan stroke
pertama, sedangkan 185.000 merupakan stroke yang berulang. Saat ini ada 4 juta orang di
Amerika Serikat yang hidup dalam keterbatasan fisik akibat stroke, dan 15-30% di antaranya
menderita cacat menetap Centers for Disease Control and Prevention ( CFDCP, 2009).
Stroke merupakan satu masalah kesehatan yang besar dalam kehidupan modern saat ini. Di
Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke,
sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat. Jumlah
penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang
penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif.
Stroke dapat menyerang setiap usia, namun yang sering terjadi pada usia di atas 40 tahun.
Angka kejadian stroke meningkat dengan bertambahnya usia, makin tinggi usia seseorang,
makin tinggi kemungkinan terkena serangan stroke (Yayasan Stroke Indonesia, 2006).
Secara ekonomi, insiden stroke berdampak buruk akibat kecacatan karena stroke akan
memberikan pengaruh terhadap menurunnya produktivitas dan kemampuan ekonomi
masyarakat dan bangsa (Yastroki, 2009).
1
dan sepertiga sisanya mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita
terus menerus di tempat tidur (HIMAPID FKM UNHAS,2007).
Stroke merupakan masalah kesehatan dan perlu mendapat perhatian khusus. Stroke
merupakan penyebab kematian dan kecacatan utama di hampir seluruh RS di Indonesia.
Angka kejadian stroke meningkat dari tahun ke tahun, Setiap tahun 7 orang yang meninggal
di Indonesia, 1 diantaranya karena stroke (DEPKES,2011).
Berdasarkan catatan rekam medis RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat, Khususnya Ruang
ICU pada bulan Januari – Maret 2015, pasien dengan masalah Stroke Haemoragik
berjumlah 6 orang dari 429 pasien (1,39%), selama tiga bulan terakhir ini.
Adapun faktor risiko yang memicu tingginya angka kejadian stroke adalah faktor yang tidak
dapat dimodifikasi (non-modifiable risk factors) seperti usia, ras, gender, genetik, dan
riwayat Transient Ischemic Attack atau stroke sebelumnya. Sedangkan faktor yang dapat
dimodifikasi (modifiable risk factors) berupa hipertensi, merokok, penyakit jantung,
diabetes, obesitas, penggunaan oral kontrasepsi, alkohol, dislipidemia (PERDOSSI, 2007).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Penulis memperoleh pengalaman dan gambaran secara nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan Stroke Haemoragik.
2. Tujuan Khusus
2
C. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ilmiah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan
pendekatan studi kasus dimana penulis mengelola satu kasus dengan menggunakan proses
keperawatan, dan menggunakan beberapa tehnik antara lain tehnik observasi yaitu metode
pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung dalam mencari data
penunjang masalah kesehatan klien. Wawancara yaitu tanya jawab langsung dengan klien
dan keluarga untuk mendapatkan data subyektif. Dokumentasi adalah mengumpul data
dan catatan yang berhubungan dengan kondisi klien. Pemeriksaan fisik dengan cara
inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi dalam memperoleh status kesehatan klien saat ini.
Studi pustaka digunakan untuk mempelajari buku – buku literatur yang berkaitan dengan
kasus, untuk memdapatkan konsep dasar sehingga penulis dapat membandingkan antara
teori dan kasus.
D. Ruang Lingkup
Dalam menyusun makalah ilmiah ini, penulis hanya membahas dan memfokuskan Asuhan
Keperawatan Pada Klien Tn. M Dengan Stroke Haemorogik Di Ruang ICU, RSPAD Gatot
Soebroto Jakarta Pusat, dari tanggal 12 April sampai 14 April 2015.
E. Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini terdapat lima BAB yaitu BAB I yang merupakan pendahuluan, meliputi
latar belakang, tinjauan penulis, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II tinjauan teori yang meliputi pengertian, etiologi, patofisiogi, penatalaksanaan medis,
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksananan
keperawatan dan evaluasi keperawatan. BAB III tinjauan kasus meliputi pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, BAB IV pembahasan yang meliputi tentang
perbandingan antara teori dan kasus, analisa faktor – faktor pendukung dan penghambat
serta alternative pemecahan masalah dalam memberikan asuhan kperawatan di tiap
tahapan di anataranya yaitu pengkajian keperawatan, diagnosa kperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan. BAB V penutup yang meliputi kesimpulan dan
saran.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak pecah sehingga
timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragi antara lain: hipertensi,
pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa. Biasanya kejadiannya saat melakukan
aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya
menurun (Ria Artiani, 2009).
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga menghambat aliran
darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan kemudian
merusaknya (M. Adib, 2009).
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat
gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam
atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskular (Muttaqin, 2008).
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke hemoragik adalah salah satu jenis stroke yang
disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak sehingga darah tidak dapat mengalir
secara semestinya yang menyebabkan otak mengalami hipoksia dan berakhir dengan
kelumpuhan.
1. Hipertensi
6. Kontrasepasi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok, dan kadar estrogen
tinggi)
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke
dalam jaringan otak, membentuk massa atau hematom yang menekan jaringan otak dan
menimbulkan oedema di sekitar otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan cepat dapat
mengakibatkan kematian yang mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intra cerebral
sering dijumpai di daerah putamen, talamus, sub kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan
cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan struktur dinding permbuluh darah
berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
Aneurisma paling sering didapat pada percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi willisi.
AVM dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan pia meter dan ventrikel otak, ataupun
didalam ventrikel otak dan ruang subarakhnoid. Pecahnya arteri dan keluarnya darah
keruang subarakhnoid mengakibatkan tarjadinya peningkatan TIK yang mendadak,
meregangnya struktur peka nyeri, sehinga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai
kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatam TIK yang
mendadak juga mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan penurunan
kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan vasospasme pembuluh darah
serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai
5
puncaknya hari ke 5-9, dan dapat menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya vasospasme
diduga karena interaksi antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan
kedalam cairan serebrospinalis dengan pembuluh arteri di ruang subarakhnoid. Vasospasme
ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun
fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia dan lain-lain). Otak dapat berfungsi jika
kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel saraf
hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan O2 jadi kerusakan,
kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi.
Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak
boleh kurang dari 20 mg% karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25
% dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai
70 % akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha
memenuhi O2 melalui proses metabolik anaerob,yang dapat menyebabkan dilatasi
pembuluh darah otak.
2. Daerah karotis
b. Incontinentia urinae
6
4. Daerah Posterior
b. daerah makula karena daerah ini juga diperdarahi oleh a. Serebri media
d. Hemibalisme
5. Daerah vertebrobasiler
1. Infark
3. Fistula caroticocavernosum
4. Epistaksis
Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central jaringan otak, sekitar
daerah itu mungkin ada jaringan yang masih bisa diselematkan, tindakan awal difokuskan
untuk menyelematkan sebanyak mungkin area iskemik dengan memberikan O2, glukosa dan
aliran darah yang adekuat dengan mengontrol / memperbaiki disritmia (irama dan
frekuensi) serta tekanan darah.
7
2. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang
3. Pengobatan
4. Penatalaksanaan Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran darahotak.
Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga menderita beberapa penyulit
seperti hipertensi, diabetes dan penyakit kardiovaskular yang luas. Tindakan ini
dilakukan dengan anestesi umum sehingga saluran pernafasan dan kontrol ventilasi
yang baik dapat dipertahankan.
1. Angiografi cerebral
2. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal menunjukkan
adanya hemoragi pada subarakhnoid atau perdarahan pada intrakranial.
3. CT scan
8
5. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infrak sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
2. Sirkulasi
DS DO
Riwayat penyakit jantung a. Hipertensi arterial
(penyakit katup jantung, b. Disritmia, perubahan
disritmia, gagal jantung , EKG
endokarditis bacterial ), c. Pulsasi :
polisitemia. kemungkinan
bervariasi
d. Denyut karotis,
femoral dan arteri
iliaka atau aorta
abdominal
9
3. Integritas ego
Data Subyektif:
Data obyektif:
b. Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesedihan , kegembiraan
4. Eliminasi
Data Subyektif:
a. Inkontinensia, anuria
b. Distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya suara usus (
ileus paralitik )
5. Makan/ minum
Data Subyektif:
Data obyektif:
10
6. Sensori neural
Data Subyektif:
b. Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid.
d. Penglihatan berkurang
e. Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada muka
ipsilateral ( sisi yang sama )
Data obyektif:
g. Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi
lateral
11
7. Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
Data Obyektif:
8. Respirasi
Data Subyektif:
9. Keamanan
Data Obyektif:
b. Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang kewaspadaan
terhadap bagian tubuh yang sakit
c. Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali
Data Obyektif:
Data Subjektif :
12
12. Pertimbangan rencana pulang
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan suplai aliran
darah keotak lancar dengan
Kriteria hasil:
13
Intervensi
Terapi oksigen
h. Anjurkan klien untuk tetap memakai oksigen selama aktifitas dan tidur
Kriteria hasil:
14
Intervensi
Kriteria hasil:
Intervensi
b. Pantau kebutuhan klien untuk alat-alat bantu dalam makan, mandi, berpakaian
dan toileting
kemampuannya
15
4. Kerusakan mobilitas fisik b.d kerusakan neurovas-kuler
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan klien dapat
melakukan pergerakan fisik.
Kriteria hasil :
d. Pasien mampu menggunakan sisi tubuh yang tidak sakit untuk kompensasi hilangnya
fungsi pada sisi yang parese/plegi
Intervensi
a. Ajarkan klien untuk latihan rentang gerak aktif pada sisi ekstrimitas yang sehat
b. Ajarkan rentang gerak pasif pada sisi ekstrimitas yang parese / plegi dalam toleransi
nyeri
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan pasien mampu
mengetahui dan mengontrol resiko
Kriteria hasil :
a. Klien mampu menge-nali tanda dan gejala adanya resiko luka tekan
b. Klien mampu berpartisi-pasi dalam pencegahan resiko luka tekan (masase sederhana,
alih ba-ring, manajemen nutrisi, manajemen tekanan).\
Intevensi
a. Beri penjelasan pada klien tentang: resiko adanya luka tekan, tanda dan gejala luka
tekan, tindakan pencegahan agar tidak terjadi luka tekan)
16
1) Ciptakan lingkungan yang nyaman
4) Observasi area yang tertekan (telinga, mata kaki, sakrum, skrotum, siku, ischium,
skapula)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan tidak terjadi
aspirasi pada pasien dengan kriteria hasil :
17
b. Mampu menelan,mengunyah tanpa terjadi aspirasi
Intervensi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan tidak terjadi
trauma pada pasien.
Kriteria hasil:
b. mampu menjelaskan factor resiko dari lingkungan dan cara untuk mencegah cedera
Intervensi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan pola nafas
pasien efektif dengan kriteria hasil :
a. Menujukkan jalan nafas paten ( tidak merasa tercekik, irama nafas normal, frekuensi
nafas normal,tidak ada suara nafas tambahan
Intervensi
18
a. Pertahankan jalan nafas yang paten
c. Berikan terapi O2
19