A. Latar Belakang
Globalisasi ditandai oleh kuatnya lembaga-lembaga kemasyarakatan
internasional, negara-negara maju yang ikut mengatur percaturan perpolitkan,
perekonomian, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, serta pesatnya
perkembangan IPTEK. Kondisi ini akan menumbuhkan berbagai konflik
kepentingan, baik antara negara maju dan negara berkembang, antara negara
berkembang dan lembaga internasional, maupun antara negara berkembang.
Disamping itu isu global yang meliputi demokratisasi, HAM, dan lingkunagn
hidup turut pula mempengaruhi keadaan nasional.
Untuk itu, dalam menghadapi globalisasi dan menatap masa depan untuk
mengisi kemerdekaan kita memerlukan sarana kegiatan pendidikan bagi setiap
WNI pada umumnya dan mahasiswa sebagai calon cendikiawan pada
khususnya, yaitu melalui Pendidikan Kewarganegaraan.
1
BAB I
IDENTITAS NASIONAL
2
C. Pemahaman tentang Bangsa, Negara, Hak dan Kewajiban Warga Negara,
Demokrasi dan HAM
1. Pengertian Bangsa
Bangsa adalah orang-orang yang memiliki kesamaan asal keturunan, adat,
bahasa dan sejarah serta berpemerintahan sendiri. (kamus besar bahasa
Indonesia Edisi kedua, Dekdikbud : 89).
3. Unsur-Unsur Negara
a. Bersifat Konstitutif. Ini berarti bahwa dalam negara tersebut terdapat
wilayah, rakyat, dan pemerintahan yang berdaulat.
b. Bersifat Deklaratif. Sifat ini ditunjukan oleh adanya tujuan negara,
undang-undang dasar, pengakuan dari negara lain baik secara “de jure”
maupun “de facto”, dan masuknya negara dalam perhimpunan bangsa-
bangsa, misalnya PBB.
4. Bentuk Negara
3
Sebuah negara dapat berbentuk negara kesatuan (unitary state)
dan negara serikat (federation). Sejumlah negara maju yang dianggap
cukup demokratis dan makmur dengan bentuk negara Federal, seperti
Amerika, Kadana, dan Jerman. Sedangkan sejumlah negara Federal lain
yang dianggap tidak demokratis dan tidak makmur secara ekonomi adalah
bekas Unisoviet dan Yogoslavia, Brasil di kawasan Amerika Latin dan di
Asia seperti Mnyamar dulunya Burma.
Untuk negara di Asia yang menganut bentuk Kesatuan, maka
Indonesia menjadi salah satu contoh. Namunpun demikian dalam dalam
sejarah kebangsaan, Indonesia pernah berbentuk negara serikat yang
bentuknya setara dengan bentuk negara Federal.
5. Sifat Hakekat Negara
a. Sifat memaksa
Negara memiliki sifat memaksa, dalam arti mempunyai kekuatan fisik
secara legal. Sarana untuk itu adalah polisi, tentara dan alat penjamin
hukum lainnya.
b. Sifat monopoli
Negara mempunyai sifat monopoli dalam menetapkan tujuan bersama
masyarakat. Misalnya negara dapat mengatakan bahwa aliran
kepercayaan atau partai politik tertentu dilarang karena dianggap
bertentangan dengan tujuan masayarakat atau negara.
c. Sifat mencakup semua (all-embracing)
Semua peraturan perundang-undangan yang berlaku adalah untuk
semua orang tanpa kecuali.
b. Penduduk
4
Penduduk adalah mereka yang bertempat tinggal atau berdomisili di
dalam suatu wilayah negara (menetap). Biasanya penduduk adalah
mereka yang secara turun temurun dan besar di dalam suatu negara
tertentu.
Bukan Pendukuk adalah mereka yang berada di dalam suatu wilayah
negara hanya untuk sementara waktu.
c. Warga negara
Warga Negara adalah mereka yang menurut undang-undang atau
perjanjian diakui sebagai warga negara, atau melalui proses
naturalisasi.
Bukan Warga Negara adalah mereka yang berada pada suatu negara
tetapi secara hukum tidak menjadi anggota negara yang bersangkutan,
namun tunduk pada pemerintahan dimana mereka berada.
5
- Syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan
undang-undang.
6
Ilmuwan politik Indonesia lain, seperti Afan Gaffar
menjelaskan, bahwa dalam ilmu politik, dikenal dua macam
pemahaman tentang demokrasi, yaitu pemahaman secara normatif dan
pemahaman secara empirik. Menurut Gaffar, pemahaman yang kedua
itu, juga disebut dengan demokrasi prosedural (Procedural
Democracy). Sedangkan pemahaman secara normative, demokrasi
merupakan sesuatu yang idiil hendak dilakukan atau diselenggarakan
oleh sebuah negara, seperti misalnya kita mengenal ungkapan yang
pernah sampaikan oleh Presiden Amerika, Abraham Lincon, “The
Governmet from the People, by the People, and for the People” atau
“Pemerintahan dari rakyat oleh rakyat, dan untuk rakyat”.
Ungkapan demokrasi normatif tersebut, biasanya,
diterjemahkan dalam konstitusi pada masing-masing negara, misalnya
dalam Undang-Undang Dasar 1945 bagi Pemerintahan Republik
Indonesia sebelum amandemen.
“Kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan dilakukan
sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat” (Pasal 1 ayat 2).
“Kemerdekaan berserikat dan berkumpul mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan dan sebagainya, ditetapkan dengan Undang-
Undang” (Pasal 28).
“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agama dan kepercayaannya itu” (Pasal 29 ayat 2)
7
Menurut Robert M. Mac Iver, kekuasaan adalah kemampuan untuk
mengendalikan tingkah laku orang lain, baik secara langsung dengan
jalan memberikan perintah, maupun secara tidak langsung dengan
mempergunakan segala alat dan cara yang tersedia.
Kekuasan pemerintahan dalam negara dipisahkan menjadi tiga
cabang kekuasaan yaitu : Kekuasaan Legislatif (kekuasaan untuk
membuat Unadng-Undang yang dijalankan oleh perlemen), Kekuasaan
Eksekutif (kekuasaan untuk melaksanakan Undang-Undang yang
dijalankan oleh pemerintah), Kekuasaan Federatif (kekuasaan untuk
menyatakan perang dan damai, membuat perserikatan dan tindakan-
tindakan lainya yang berkaitan dengan pihak luar negeri). Kekuasan
Yudikatif (mengadili) merupakan bagian dari kekuasaan eksekutif.
(Teori Trias Politica oleh John Locke).
Kemudian Montesque menyatakan bahwa kekuasaan negara harus
dibagi dan dilaksanakan oleh tiga badan yang berbeda dan terpisah satu
sama lainnya ; yaitu badan legislatif, badan eksekutif, dan badan
yudikatif.
d. Pemikiran Bung Hatta tentang Demokrasi Indonesia
Sebagai seorang Tokoh Negara, Bung Hatta, juga dikenal
sebagai seorang intelektual yang sangat dikagumi pemikirannya baik
Indonesia maupun dunia Internasional. Sebagai seorang proklamator,
Bung Hatta, sangat memikirkan bagaimana sesungguhnya Negara ini
harus dibangun dan jalankan sesuai prinsip-prinsip demokrasi. Salah
satu tulisannya yang penemonel di kalangan akademisi, terutama
ilmuwan politik adalah tentang, Demokrasi Kita.
Menurut Hatta, Indonesia haruslah menjadi Republik
berdasarkan Kedaulatan Rakyat. Tetapi menurut Hatta kedaulatan yang
dipahamkan dan diprogandakan dalam kalangan pergerakan nasional
berlainan dengan konsepsi Rousseau yang bersifat individualisme.
Kedaulatan rakyat ciptaan Indonesia harus berakar dalam pergaulan
hidup sendiri yang bercorak kolektivisme. Demokrasi Indonesia harus
pula perkembangan daripada demokrasi Indonesia yang asli. Semangat
kebangsaan yang tumbuh sebagai reaksi terhadap imperialism dan
8
kapitalisme Barat, memperkuat pula keinginan untuk mencari sendi-
sendi bagi Negara nasional yang akan dibangun ke dalam masyarakat
sendiri. Demokrasi Barat apriori ditolak.
Menurut Hatta, jika ditilik benar-benar, ada tiga sumber yang
menghidupkan cita-cita demokrasi sosial dalam kalbu pemimpin-
pemimpin Indonesia di waktu itu. Pertama, paham sosialis Barat, yang
menarik perhatian mereka karena dasar-dasar kemanusiaan yang
dibelanya dan menjadi tujuannya. Kedua, ajaran Islam, yang menurut
kebenaran dan keadilan Ilahi dalam masyarakat serta persaudaraan
antara manusia sebagai makhluk Tuhan, sesuai dengan sifat Allah yang
Pengasih dan Penyayang. Ketiga, pengetahuan bahwa masyarakat
Indonesia berdasarkan kolektivisme. Panduan semua itu hanya
memperkuat keyakinan, bahwa bangun demokrasi yang akan menjadi
dasar Pemerintahan Indonesia di kemudian hari haruslah suatu
perkembangan daripada demokrasi asli, yang berlaku di dalam desa
Indonesia.
9
yang diantaranya memberikan pemahaman kepada kita bahwa
mengabaikan dan memandang rendah pada hak-hak asasi manusia
telah mengakibatkan perbuatan-perbuatan bengis yang menimbulkan
rasa kemarahan dalam hati nurani umat manusia.
d. Macam-macam HAM.
- Hak-hak asasi pribadi (personal rights)
- Hak-hak asasi ekonomi (property rights)
- Hak-hak asasi politik (political rights)
- Hak-hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum
dan pemerintahan (rights of legal equality)
- Hak-hak asasi sosial dan kebudayaan (social and culture rights)
- Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan
perlindungan (procedural rights)
10
BAB V
WAWASAN NUSANTARA
11
turut serta menciptakan ketertiban dan perdamian dunia dalam rangka
pencapaian tujuan nasional.
2. Teori-teori Geopolitik
12
Teori ahli geopolitik ini pada dasarnya menganut “konsep
kekuatan” dan mencetuskan wawasan benua, konsep kekuatan di darat.
Ajarannya menyatakan : barang siapa dapat menguasai “daerah
jantung”, yaitu Eurasia (Eropa dan Asia), ia akan dapat menguasai
“pulau dunia”, yasitu Eropa, Asia, dan Afrika. Selanjutnya, barang
siapa dapat menguasai pulau dunia akhirnya dapat menguasai dunia.
13
menjamin kepentingan hakiki bangsa dan negara, baik ke dalam maupun
ke luar. Di dalam ruang negara yang serba nusantara itulah bangsa
Indonesia mengejar cita-cita, tujuan dan kepentingan nasionalnya.
Suatu kenyataan saat Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus
1945, Sesuai dengan “Territoriale Zee En Maritime Kringen Ordonantie”
tahun 1939, lebar laut wilayah Indonesia adalah 3 mil diukur dari garis air
rendah di pantai masing-masing pulau Indonesia. Penetapan ini tidak
cukup untuk menjamin kepentingan rakyat dan NKRI.
Pertimbangan hal tersebut diatas, maka dimaklumkan “Deklarasi
Juanda” pada tanggal 13 Desember 1957. Deklarasi ini menyatakan bahwa
bentuk geografi Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari
ribuan pulau besar dan kecil dengan sifat dan corak tersendiri. Dimana
lebar laut wilayah Indonesia diukur 12 mil dari titik-titik pulau terluar yang
saling dihubungkan sehingga merupakan satu kesatuan wilayah yang utuh
dan bulat. Untuk mengukuhkan asas negara kepulauan ini ditetapkan UU
No. 4/PRp tahun 1960 tentang Perairan Indonesia.
Merupakan rangkaian perjuangan yang cukup panjang untuk
memperoleh pengukuan bagi azas negara kepulauan di forum
internasional. Dimulai sejak konferensi PBB tentang Hukum Laut pada
tahun 1958, kemudian yang kedua tahun 1960 dan akhirnya pada
konferensi yang ketiga Pokok-pokok Azas Negara Kepulauan diakui dan
dicantumkan dalam UNCLOS’82 (United Nation Convention On the Law
Of the See). Indonesia meratifikasi tersebut melalui UU No. 17 tahun 1985
pada tanggal 13 Desember 1996. Sejak tanggal 16 November 1994
UNCLOS telah menjadi Hukum Positif.
14
15
16
17
Perjuangan selanjutnya adalah menegakan kedaulatan dirgantara
wilayah Indonesia secara vertikal. Terutama dalam rangka memanfaatkan
wilayah Geo Stationery Orbit (GSO) yang dapat dijadikan wilayah
kepentingan ekonomi maupun HANKAM.
a. Beberapa Landasan untuk Memahami Wilayah NKRI
- UU No. 1 tahun 1973 tentang “ Landas Kontenen”.
- UU No. 20 tahun 1982 tentang “Ketentuan Pokok-Pokok Hankam
Negara”.
- Hukum Laut Internasional (UNCLOS) 1982
- UU No. 6 tahun 1996 tentang “Perairan Indonesia”
b. Batas Wilayah NKRI
- Batas Wilayah Daratan
Indonesia mempunyai perbatasan wilayah daratan di bagian utara
hanya dengan negara Malaysia di Pulau Kalimantan. Di wilayah
paling Timur, Indonesia hanya berbatasan dengan Papua New
Guinea di Jayapura.
18
- Perjanjian RI – Malaysia tentang penetapan Garis Landas
Kontinen ( di selat Malaka dan Laut Cina Selatan)
ditandatangani pada 27 Oktober 1969 dan mulai berlaku 7
November 1969.
- Persetujuan RI – Australia tentang penetapan batas dasar laut
tertentu (di laut Arafuru, di depan pantai selatan dan utara
pulau Irian) tanggal 18 Mei 1971 dan mulai berlaku 16 Juli
1973. dll.
Selain landas kontinen yang telah ditetapkan, Indonesia dengan
negara lain juga mengadakan perjanjian garis batas wilayah laut
lainnya seperti Perjanjian antara RI – Malaysia tentang penetapan
garis batas laut di Selat Malaka, Perjanjian RI – India di Laut
Andaman, dan Perjanjian RI – Australia tentang garis-garis batas
tertentu dengan Papua New Guinea.
19
20
2. Pemikiran Berdasarkan Aspek Sosial Budaya
Berdasarkan ciri dan sifat kebudayaan serta kondisi dan konstelasi
geografi negara Indonesia, tampak secara jelas betapa heterogen serta
uniknya masyarakat Indonesia, yang terdiri dari ratusan suku bangsa yang
masing-masing memiliki adat istiadat, bahasa daerah, agama dan
kepercayaannya sendiri.
Untuk itu berdasarkan Sosial budaya bangsa Indonesia, maka perlu
dipahami bahwa dalam upaya menjaga persatuan nasional sangat
membutuhkan persamaan presepsi diantara segenap masyarakat tentang
eksistensi budaya yang sangat beragam namun memiliki semangat untuk
membina kehidupan bersama secara harmonis.
21
Nuansa kebangsaan mulai muncul pada tahun 1900-an yang ditandai
dengan lahirnya konsep baru dan modern yaitu Proklamasi kemerdekaan.
Kehadiran penjajah telah merapuhkan budaya nasiona dan mengakibatkan
penderitaan dan kepahitan yang sangat panjang, namun disisi lain
menibulakan semanagat, rasa senasib dan sepenanggunagan untuk
bertekad memerdekan diri.
Ini merupakan awal semangat kebangsaan yang diwadahi dalam
orgfanisasi Budi Utomo, yang menjadi modal dari cara pandang wawasan
kebangsaan Indonesia yang dicetuskan dalam sumpah pemuda.
2. Isi (Content)
Isi adalah aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan cita-cita
serta tujuan nasional yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945
22
I Arah Pandang
1. Arah Pandang ke Dalam
Arah pandang ke dalam mengandung arti bahwa bangsa Indonesia harus
peka dan berusaha untuk mencegah dan mengatasi sedini mungkin faktor-
faktor penyebab timbulnya disintegrasi bangsa dan harus mengupayakan
terbina persatuan dan kesatuan dalam kebinekaan.
2. Tujuan
Wawasan Nusantara bertujuan mewujudkan nasionalisme yang tinggi di
segala aspek kehidupan rakyat Indonesia yang lebih mengutamakan
kepentingan nasional dari pada kentingan individu, kelompok, golongan,
suku bangsa atau daerah.
3. Peranan
a. Untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan (serasi dan selaras).
b. Untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab atas pemanfaatan
lingkungan.
23
c. Untuk menegakan kekuasaan guna melindungi kepentingan nasional
d. Untung merentang hubungan internasional dalam upaya ikut
menegakan ketertiban dunia.
BAB VI
KETAHANAN NASIONAL
24
2. Asas Komprehensif Integral atau Menyeluruh Terpadu.
Ketahanan Nasional mencakup ketahanan segenap aspek kehidupan
bangsa secara utuh, menyeluruh, dan terpadu.
3. Asas Mawas ke Dalam dan Mawas ke Luar
a. Mawas ke Dalam
Mawas ke dalam bertujuan menumbuhkan hakikat, sifat, dan kondisi
kehidupan nasional itu sendiri berdasarkan nilai-nilai kemandirian
yang proporsional untuk meningkatkan kualitas derajat kemandirian
bangsa yang ulet dan tangguh.
b. Mawas ke Luar
Mawas ke luar bertujuan untuk dapat mengantisipasi dan berperan
serta mengatasi dampak lingkungan strategis luar negeri dan menerima
kenyataan adanya interaksi dan ketergantungan dengan dunia
internasional.
4. Asas Kekeluargaan
Asas kekeluargaan mengandung keadilan, kearifan, kebersamaan, gotong
royong, tenggang rasa, dan tanggung jawab dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
25
Keberhasila pembinaan Ketahanan Nasioanal Indonesia secara berlanjut
dan berkesenambungan akan meningkatkan kemampuan dan kekuatan
bangsa dan menjadikan kewibawaan bagi bangsa dan negara.
4. Konsultasi dan Kerjasama
Konsepsi katahanan Nasional Indonesia tidak mengutamakan sikap
knfrontatif dan antagonis, tidak mengandalkan kekuasaan dan kekuatan
bangsa, tetapi lebih mengutamakan sikap konsultatif, kerjasama, serta
saling menghargai dengan mengandalkan kekuatan moral dan kepribadian
bangsa.
b. Ideologi Komunisme
Aliran Komunisme diajarkan oleh Karl Mars, Engel, dan Lenin. Aliran
pikiran ini beranggapan bahwa negara adalah susunan golongan (kelas)
untuk menindas kelas lain. Aliran pikiran ini erat hubungannya dengan
aliran materialistik, dan sangat menonjolkan penggolongan,
pertentangan antara golongan, konflik, kekerasan atau revolusi, dan
perebutan kekuasaan negara.
c. Paham Agama
26
Ideologi bersumber dari falsafah agama yang termuat dalam kitab suci
agama. Negara membina kehidupan keagamaan umat. Negara bersifat
spritual religius. Dalam bentuk lain negara, negara melaksanakan
hukum agama dalam kehidupannya. Negara berdasarkan agama.
d. Ideologi Pancasila
Pancasila merupakan tantanan nilai yang digali dari nilai-nilai dasar
budaya bangsa Indonesian yang sudah sejak ratusan tahun telah
tumbuh berkemang di Indonesia (Ir. Soekarno 1 Juni 1945)
Kelima sila dalam Pancasila merupakan kesatuan yang bulat untuk
sehingga pemahaman dan dan pengamalannya harus mencakup semua
nilai yang mengandung di dalamnya.
27
dalam secara langsung maupun tidak langsung untuk menjamin
kelangsungan hidup politik bangsa dan negara Indonesia berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
28
BAB VII
POLITIK DAN STATEGI NASIONAL
29
Kebijakan (policy) merupakan suatu kumpulan keputusan yang diambil
oleh seseorang atau kelompok politik dalam memilih tujuan dan cara
mencapai tujuan itu.
5. Distribusi
Distribusi ialah pembagian dan pengalokasian nilai-nilai (values) dalam
masyarakat.
Pengertian Strategi
Strategi berasal dari bahasa Yunani strategia yang diartikan sebagai “ the
art of the general “ atau seni seorang panglima yang biasa digunakan
dalam peperangan. Karl Von Clausewith (1780-1831) berpendapat bahwa
strategi adalah pengetahuan tentang penggunaan pertempuran untuk
memenangkan peperangan. Strategi pada dasarnya merupakan seni dan
ilmu menggunakan dan mengembangkan kekuatan (ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya dan hankam) untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
B. Otonomi Daerah
Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 (perubahan menjadi UU No.32
Tahun 2004) tentang Pemerintahan Daerah yang merupakan salah satu wujud
politik dan strategi nasional secara teoritis telah memberikan dua bentuk
otonomi kepada dua daerah, yaitu otonomi terbatas bagi daerah propinsi dan
otonomi luas bagi daerah kabupaten/kota. Secara legal formal UU No. 22 tahun
1999, menggantikan UU No. 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok Pemerintahan
Daerah dan UU No. 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa.
Perbedaan antara UU No. 5 tahun 1974 dengan UU No. 22 tahun 1999
ialah :
30
1. UU No. 5/1974 titik pandang kewenangannya dimulai dari pusat (central
government looking).
2. UU No. 22/1999 titik pandang kewenangannya dimualai dari daerah (local
government looking), sesuai dengan tuntutan formasi yang mengharapkan
adanya pemerataan pembangunan dan hasilnya.
G. Kewenangan Daerah
1. Berdasarkan UU No. 22/1999 kewenangan daerah mencakup seluruh
kewenangan bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang
politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal,
agama serta kewenangan bidang lain.
2. Kewenangan bidang lain sebagai dimaksud pada poin 1, meliputi
kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan
secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan
lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan SDM,
pendayagunaan SDA, teknologi tinggi yang strategis, konservasi dan
standarisasi nasional.
3. Bentuk dan susunan pemerintahan daerah :
a. DPRD sebagai badan legislatif daerah dan Pemerintah Daerah sebagai
eksekutif daerah dibentuk di daerah. Pemerintah daerah terdiri atas
kepala derah berserta perangkat daerah yang lainnya.
b. DPRD sebagai sebagai lembaga perwakilan rakyat di daerah
merupakan wahana untuk melaksanakan demokrasi berdasarkan
Pancasila. DPRD mempunyai tugas dan wewenang :
1). Membentuk peraturan daerah bersama Gubernur, Bupati atau
Walikota.
2). Menetapkan APBD bersama Gubernur, Bupati dan Walikota.
3). Mengawasi pelaksanaan peraturan daerah, pelaksanaan keputusan
Gubernur, Bupati dan Walikota, Pelaksanaan APBD, Kebijakan
daerah, dan pelaksanaan kerja sama internasional di daerah.
Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah atas
rencana perjanjian internasional yang menyangkut kepentingan
31
daerah. Menampung serta menindak lanjuti aspirasi daerah dan
masyarakat.
32
DAFTAR PUSTAKA
33
9. Muhammad Hatta, 1960. Demokrasi Kita, Pandji Masyarakat, Jakarta.
34