Anda di halaman 1dari 4

hambatan-hambatan terapeautik

Hambatan kemajuan hubungan perawat - pasien terdiri atas tiga jenis utama yaitu:
1. Resistens.
2. Transferens.
3. Kontertransferens.
Hal tersebut timbul karena berbagai alasan dan mungkin terjadi dalam berbagai bentuk yang
berbeda, tetapi semuanya menghambat hubungan teurapeutik. Oleh karena itu, perawat harus
segera mengatasinya.
Hambatan ini menimbulkan perasaan tegang baik bagi perawat maupun pasien yang bisa
berkisar dari ansietas dan kekhawatiran sampai frustasi, cinta atau sangat marah.

1. Resisten
Resisten adalah upaya pasien untuk tetap tidak menyadari aspek penyebab ansietas yang
dialaminya. Resisten merupakan keengganan alamiah atau penghindaran yang dipelajari
untuk mengungkapkan atau bahkan mengalami aspek yang bermasalah pada diri seseorang.
Sikap ambivalen terhadap eksplorasi diri, yang didalamnya pasien menghargai juga
menghindari pengalaman yang menimbulkan ansietas, merupakan bagian normal proses
teurapeutik. Resistens utama seringkali merupakan akibat dari ketidak sediaan pasien untuk
berubah ketika kebutuhan untuk berubah dirasakan. Perilaku resistens biasanya diperlihatkan
oleh pasien selama fase kerja karena fase ini memuat sebagian besar proses penyelesaian
masalah.
Bentuk resistens yang diperlihatkan pasien :
1. Supresi dan represi informasi terkait.
2. Intensifikasi gejala.
3. Devaluasi diri dan pandangan keputusasaan tentang masa depa.
4. Dorongan untuk sehat yang terjadi secara tiba-tiba tetapi hanya kesembuhan yang bersifat
sementara.
5. Hambatan intelektual yang mungkin tampak ketika pasien mengatakan bahwa ia tidak
mempunyai pikiran apapun atau tidak mampu memikirkan masalahnya ; tidak menepati janji
pertemuan atau datang terlambat untuk suatu sesi, lupa, diam atau mengantuk.
6. Prilaku amuk atau tidak rasional.
7. Pembicaraan yang superfisial.
8. Pemahaman intelektual yang didalamnya pasien mengungkapkan pemahaman dirinya dengan
menggunakan istilah yang tepat namun tetap berprilaku maladaptif, atau menggunakan
mekanisme pertahanan intelektualisasi tanpa diikuti pemahaman.
9. Muak terhadap normalitas yang terlihat ketika pasien telah memiliki pemahaman tetapi
menolak memikul tanggung jawab untuk berubah dengan alasannya bahwa normalitas adalah
hal yang tidak penting.
10. Reaksi transferens.
1. Transferens
Transferens adalah respon tidak sadar yang didalamnya pasien mengalami perasaan dan sikap
terhadap perawat yang pada dasarnta terkait dengan tokoh penting dalam kehidupan masa
lalu pasien. Istilah ini merujuk pada sekelompok reaksi yang berupaya mengurangi atau
menghilangkan ansietas. Sifat yang paling menonjol dari transferens adalah ketidak tepatan
respon pasien dalam hal intensitas dan penggunaan mekanisme pertahanan displacement yang
maladaptif. Reaksi transferens membahayakan proses teurapeutik hanya bila hal ini tetap
diabaikan dan tidak di telaah oleh perawat. Ada dua jenis utama , yaitu reaksi bermusuhan
dan tergantung.
2. Kontertransferens
Kontertransferens yaitu kebuntuan teurapeutik yang dibuat oleh perawat, bukan oleh pasien.
Kontertransferens merupakan respons emosinal spesifik oleh perawat terhadap pasien yang
tidak sesuai dengan intensitas emosi. Kontertransferens adalah transferen yang diterapkan
pada perawat. Respon perawat tidak dapat dibenarkan oleh kenyataan,tetapi lebih
mencerminkan konflik terdahulu yang dialami terkait dengan isu-isu seperti
otoritas,keasertifan,gender, dan kemandirian. Reaksi kontertransferens biasanya berbentuk
salah satu dari 3 jenis, yaitu reaksi,mencintai atau perhatian berlebihan,reaksi sangat
bermusuhan atau membenci, dan reaksi sangat cemas,seringkali menjadi respon terhadap
resisten pasien.
Beberapa bentuk countertransfer yang diperlihatkan oleh perawat :
a. Kesulitan ber-empati terhadap pasien dalam area masalah tertentu.
b. Perasaan tertekan setelah sesi.
c. Kecerobohan dalam mengimplementasikan kontra seperti datang terlambat,atau melampaui
waktu yang telah ditentukan.
d. Mengantuk selama sesi.
e. Perasaan marah atau tidak sabar karena ketidak inginan pasien untuk berubah.
f. Dorongan terhadap ketergantungan, pujian, atau afeksi pasien.
g. Berdebat dengan pasien atau kecenderungan untuk memaksa pasien sebelum ia siap.
h. Mencoba untuk membantu pasien dalam segala hal yang tidak berhubungan dengan tujuan
keperawatan yang telah diidentifikasi.
i. Keterlibattan dengan pasien dalam tingkat personal atau sosial.
j. Melamunkan atau preokupasi dengan pasien.
k. Fantasi seksual atau agressive dengan pasien.
l. Perasaan ansietas, gelisah, atau perasaan bersalah terhadap pasien terjadi berulang kali.
m. Kecenderungan untuk berfokus hanya pada satu aspek informasi dari pasien atau
menganggap hal tersebut sebagai satu-satunya cara.
n. Kebutuhan untuk mempertahankan intervensi keperawatan kepada pasien.
Pelanggaran Batasan
Pelanggaran batasan terjadi ketika perawat melampaui batasan hubungan teurapeutik dan
membina hubungan sosial, ekonomi, atau personal dengan pasien. Sebagai ketetapan umum,
kapanpun perawat melakukan atau memikirkan sesuatu yang khusus, berbeda atau luar biasa
terhadap pasien, biasanya terjadi pelanggaran batasan. Hubungan seksual dalam bentuk
apapun tidak akan pernah teurapeutik dan tidak dapat diterima dalam hubungan perawat-
pasien. Contoh pelanggaran batasan yang mungkin terjadi :
1. Pasien mengajak perawat makan siang atau makan malam diluar.
2. Hubungan profesional berubah menjadi hubungan sosial.
3. Perawat menghadiri pesta atas undangan pasien.
4. Perawat secara teratur memberikan informasi personal kepada pasien.
5. Pasien mengenalkan perawat kepada anggota keluarganya seperti anaknya untuk tujuan
sosial.
6. Perawat menerima hadiah dari bisnis pasien.
7. Perawat setuju menemui pasien untuk terapi diluar tatanan yang biasanya tanpa alasan yang
teurapeutik.
8. Perawat menghadiri acara-acara sosial pasien.
9. Pasien memberikan hadiah - hadiah yang mahal kepada perawat
10. Perawat secara rutin memeluk atau memegang pasien.
11. Perawat menjalankan bisnis atau membeli barang dari pasien.

Mengatasi Hambatan Teurapeutik


Untuk mengatasi hambatan teurapeutik, perawat harus siap mengungkapkan perasaan
emosional yang sangat kuat dalam konteks hubungan perawat -pasien. Awalnya , perawat
harus mempunyai pengetahuan tentang hambatan teurapeutik dan mengenali prilaku yang
menunjukkan adanya hambatan tersebut. Kemudian perawat dapat mengklarifikasi dan
mengungkapkan perasaan serta isi agar lebih berfokus secara objektif pada apa yang sedang
terjadi.
Latar belakang prilaku dikaji, baik pasien (untuk reaksi resistens dan transferensa) atau
perawat (untuk reaksi kontertransferens dan pelanggaran batasan) bertanggung jawab
terhadap hambatan teurapeutik dan dampak negatifnya pada proses teurapeutik. Terakhir,
tujuan hubungan, kebutuhan, dan masalah pasien ditinjau kembali. Hal ini dapat membantu
perawat untuk membina kembali kerja sama teurapeutik yang sesuai dengan proses hubungan
perawat-pasien.

Faktor - Faktor Penghambat Dalam Proses Komunikasi Terapeutik.


Ada beberapa faktor dalam hambatan proses komunikasi terapeutik, yaitu :
Menurut Linda Carman Copel, banyak faktor latar belakang klien yang mempengaruhi
proses komunikasi dan berdampak pada hasil interaksi perawat-klien. Beberapa faktor yang
paling umum adalah:
1. Budaya.
2. Nilai (kepercayaan dan peraturan kehidupan masyarakat).
3. Status sosial.
4. Keadaan emosional (perasaan yang mempengaruhi pola komunikasi).
5. Orientasi spiritual.
6. Pengalaman internal (seperti dampak biologis dan psikologis yaitu bagaimana seseorang
menginterpretasikan situasi kehidupan).
7. Kejadian-kejadian di luar individu.
8. Sosialisasi keluarga mengenai komunikasi.
9. Bentuk hubungan.
10. Konteks hubungan saat ini.
11. Isi pesan (seperti topik-topik yang menimbulkan kepekaan dan berdampak secara emosional)

Anda mungkin juga menyukai