Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik
dan hidayah Nya sehingga tim penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Teori perilaku,Partisipatif,teori Transaksional,dan Teori Transformasional “.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Kepemimpinan semester
Genap.
Pada kesempatan ini, tim penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Kami sebagai tim penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Gorontalo, Februari 2019

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2

BAB I ...................................................................................................................... 3

PENDAHULUAN .................................................................................................. 3

BAB II ..................................................................................................................... 5

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5

BAB III ................................................................................................................. 16

PENUTUP ............................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kepemimpinan merupakan suatu topik bahasan yang klasik, namun tetap
sangat menarik untuk diteliti karena sangat menentukan berlangsungnya suatu
organisasi.
Kepemimpinan itu esensinya adalah pertanggung jawaban. Masalah
kepemimpinan masih sangat baik untuk diteliti karena tiada habisnya untuk
dibahas di sepanjang peradaban umat manusia. Terlebih pada zaman sekarang
ini yang semakin buruk saja moral dan mentalnya.Ibaratnya, semakin sulit
mencari pemimpin yang baik (good leader).
Kepemimpinan yang kuat diperlukan agar organisasi dapat mencapai
sasarannya.Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi orang lain
untuk melakukan pekerjaannya sesuai dengan sasaran yang diharapkan .
Kepemimpinan adalah sebuah alat/sarana atau suatu proses dalam
organisasi untuk membujuk orang lain agar bersedia melakukan sesuatu secara
sukarela/sukacita dalam mencapai sasaran organisasi. Kepemimpinan
terkadang dipahami sebagai sekedar kekuasaan untuk menggerakkan dan
mempengaruhi orang lain.
Ada beberapa faktor yang dapat menggerakkan orang yaitu ancaman,
penghargaan, otoritas dan bujukan. Dengan adanya ancaman, maka bawahan
akan takut dan mematuhi semua perintah atasan. Kepemimpinan itu
pengertiannya lebih luas daripada kekuasaan karena kepemimpinan adalah
upaya mempengaruhi orang bukan sekedar melakukan apa yang atasan
inginkan tapi juga untuk mencapai tujuan / sasaran organisasi . Kalau ditelusuri
lebih lanjut, betapa pentingnya pemimpin dan kepemimpinan dalam suatu
kelompok organisasi.
Contohnya bila terjadi suatu konflik atau perselisihan antara orang-orang
dalam kelompok tersebut, maka pemimpin organisasi mencari alternative

3
pemecahannya supaya terjadi kesepakatan dan aturan untuk dapat ditaati
bersama.Pendidikan memiliki posisi penting dalam kehidupan manusia.
Mengingat pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia, maka Is- lam
sebagai agama yang rahmatan lil alamin,memberikan perhatian serius terhadap
perkembangan pendidikan bagi kelangsungan hidup manusia.Pendidikan
merupakan ladang investasi terbesar dalam membangun dan membentuk
manusia seutuhnya (insanul kamil). Sentuhan pendidikan di- yakini mampu
membentuk sumberdaya manusia (human resources) yang beradab dan
berkualitas. Keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama bagi
anak, memiliki peran yang cukup besar dalam mewujud- kan cita-cita tersebut.

1.2. Rumusan Masalah


1) Apa Yang Dimaksud dengan Kepemimpinan?
2) Apa yang Dimaksud dengan Teori Perilaku?
3) Apa yang Dimaksud dengan Teori Partisipatif?
4) Apa yang dimaksud dengan Teori Transaksional?
5) Apa yang Dimaksud dengan Teori Transformasional?

1.3. Tujuan
1) Agar mahasiswa mampu untuk mengetahui apa itu kepemimpinan.
2) Agar mahasiswa mampu untuk mengetahui teori perilaku
3) Agar mahasiswa mampu untuk mengetahui teori partisipatif
4) Agar mahasiswa mampu untuk mengetahui teori transaksional
5) Agar mahasiswa mampu untuk mengetahui teori transformasional

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kepemimpinan


Kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi orang lain untuk
memahami dan setuju dengan apa yang diperlukan dan bagaimana
pekerjaan dilakukan secara efektif, serta proses untuk memfasilitasi
upaya individu dan kolektif untuk mencapai tujuan (Rivai, 2003).
Kepemimpinan adalah sebagai pengaruh, seni, atau proses
mempengaruhi orang-orang sehingga mereka akan berusaha mencapai
tujuan kelompok dengan kemauan dan antusias (Harold Koontz, 1986 :
147).
Defenisi kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi
dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut
untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok
dan budayanya (Rivai, 2003:2). Kepemimpinan dipengaruhi oleh sifat
bawaan yang berhubungan dengan intelegensi, kepribadian dan
kemampuan.
Kepemimpinan mempunyai makna yang luas, yaitu 1) sebagai suatu
proses untuk mengarahkan dan mempengaruhi aktivitasaktivitas para
anggota kelompok; 2) memberikan visi, rasa gembira, kegairahan, cinta,
kepercayaan, semangat, obsesi, dan konsistensi kepada para anggota
organisasi; dan 3) menggunakan symbol-simbol, memberikan perhatian,
menunjukkan contoh atau tindakan nyata, menghasilkan para pahlawan
pada semua level organisasi, dan masih banyak lagi (Lako, 2004).

2.2 Teori Kepemimpinan


Perkembangan teori-teori mengenai kepemimpinan sudah terjadi
sejak permulaan abad keduapuluh, hingga sekarang. Teori-teori
tersebut,diantaranya :
A. Teori Perilaku
Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung pada
perilakunya dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan.

5
Teori perilaku lebih menekankan pada apa yang dilakukan
pemimpin dan bagaimana seorang pemimpin menjalankan
fungsinya. Bila berbicara mengenai perilaku kepemimpinan, maka
terlebih dahulu harus membahas teori-teori kepemimpinan. Gary
(2001) menjelaskan bahwa teori kepemimpinan terbagi ke dalam
empat kategori, yaitu Teori Sifat (Traits Theory), Teori Perilaku
Kepemimpinan (Behavioral Theories of Leadership), Teori
Situasional (Situational Theory), dan Teori Neo-Karismatik
(Neocharismatic Theories).
Gaya atau perilaku kepemimpinan tampak dari cara
melakukan pengambilan keputusan, cara memerintah
(instruksi),cara memberikan tugas, cara berkomunikasi, cara
mendorong semangat bawahan,cara membimbing dan
mengarahkan, cara menegakkan disiplin, cara memimpin rapat,
cara menegur dan memberikan sanksi. Antara tahun 1940-an
hingga 1960-an muncul teori kepemimpinan tingkah laku .
Kepemimpinan tingkah laku ini mengacu pada tingkah laku
tertentu yang membedakan antara pemimpin dan bukan
pemimpin.Berdasarkan teori ini kepemimpinan itu dapat diajarkan,
maka untuk melahirkan pemimpin yang efektif bisa dengan
mendesain sebuah program khusus.
Teori-teori kepemimpinan yang mengenali perilaku dengan
membedakan antara pemimpin yang efektif dan yang tidak efektif.
Terdapat empat studi perilaku pemimpin utama, yakni:
a. Studi Universitas Iowa
Studi Universitas Iowa (yang dilakukan oleh Kurt Lewin dan
rekan-rekannya) mempelajari tiga gaya kepemimpinan, yakni
gaya otokratis, demokratis, serta laissez faire. Gaya otokratis
menggambarkan pemimpin yang biasanya cenderung
memusatkan wewenang, mendiktekan metode kerja, membuat
keputusan unilateral,dan membatasi partisipasi karyawan.

6
Gaya demokratis menggambarkan pemimpin yang
cenderung melibatkan karyawan dalam mengambil keputusan,
mendelegasikan wewenang, mendorong partisipasi dalam
memutuskan metode dan sasaran kerja, dan menggunakan
umpan balik sebagai peluang untuk melatih karyawan.
Gaya laissez faire menggambarkan pemimpin yang
umumnya memberi kelompok kebebasan penuh untuk
membuat keputusan yang menyelesaikan pekerjaan dengan
cara apa saja yang dianggap sesuai.
b. Studi Ohio State
Studi Ohio State mengenali dua dimensi penting perilaku
pemimpin. Dimensi yang pertama disebut pengusulan struktur,
yaitu mengacu pada seperti apa pemimpin mendefinisikan dan
menyusun peranannya dan peran anggota kelompok untuk
mencapai sasaran.
Dimensi itu meliputi perilaku yang mencakup usaha
mengorganisasi pekerjaan, hubungan kerja, dan sasaran.
Dimensi yang kedua disebut pertimbangan, didefinisikan
sebagai seberapa jauh hubungan kerja pemimpin bercirikan
saling percaya dan hormat terhadap ide dan perasaan para
anggota kelompok. Pemimpin yang pertimbangannya tinggi
akan membantu anggota kelompok menangani masalah
pribadi, ramah, mudah dihubungi, dan memperlakukan semua
anggota kelompok sama.
c. Studi Universitas Michigan
Studi kepemimpinan yang diadakan di Pusat Riset Survei
Universitas Michigan pada waktu yang sama dengan yang
dilakukan Ohio State mempunyai tujuan riset yang sama yaitu:
mengenali karakteristik perilaku pemimpin yang terkait
dengan keefektifan kinerja. Kelompok Michigan juga
menghasilkan dua dimensi perilaku kepemimpinan, yaitu
berorientasi karyawan dan berorientasi produksi.

7
Pemimpin yang berorientasi karyawan digambarkan
menekankan hubungan antar pribadi; mereka memberikan
perhatian pribadi kebutuhan para pengikutnya dan menerima
perbedaan individu antar anggota kelompok. Pemimpin yang
berorientasi produksi, sebaliknya,cendenrung menekankan
aspek teknis atau tugas dari pekerjaan, sangat memperhatikan
penyelesaian tugas kelompoknya, dan menganggap anggota
kelompok sebagai sarana untuk mencapai hasil.
d. Kisi Manajerial
Dimensi perilaku dari studi kepemimpinan awal itu menjadi
dasar untuk pengembangan kisi-kisi dua dimensi untuk
menilai gaya kepemimpinan. Kisi-kisi manajerial itu
menggunakan dimensi perilaku “memperhatikan orang” dan
“memperhatikan produksi”, mengevaluasi menggunakan
perilaku tersebut oleh pemimpin bersangkutan, dan menilai
dimensi tersebut berdasar skala dari 1(rendah) sampai
9(tinggi).

B. Teori Partisipatif
Model kontingensi awal lainnya dikembangkan oleh Victor
Vroom dan Philip Yetton adalah model partisipasi pemimpin, yang
menghubungkan perilaku pemimpin dan partisipasi dalam
pembuatan keputusan. Model yang dikembangkan pada awal 1970-
an itu mengatakan bahwa perilaku pemimpin harus disesuaikan
supaya dapat mencerminkan struktur tugasnya-yang bersifat rutin,
non-rutin, atau diantara keduanya.
Dessler (2002:27) mengatakan bahwa menjadi pemimpin
partisipatif berarti melibatkan anggota tim dalam pembuatan
keputusan. Hal ini terutama penting manakala pemikiran kreatif
diperlukan untuk memecahkan masalah yang kompleks atau
membuat keputusan yang akan berdampak pada anggota tim.

8
Adapun definisi kepemimpinan partisipatif menurut Yuki
(dalam Husain 2011:12) terdapat empat poin penting yaitu:
a. Mengembangkan dan mempertahankan hubungan
b. Memperoleh dan member informasi
c. Membuat keputusan
d. Mempengaruhi orang.

Gaya kepemimpinan partisipatif lebih menekankan pada


tingginya dukungan dalam pembuatan keputusan dan kebijakan
tetapi sedikit pengarahan. Gaya pemimpin yang tinggi dukungan
dan rendah pengarahan dirujuk sebagai “partisipatif” karena posisi
kontrol atas pemecahan masalah dan pembuatan keputusan
dipegang secara bergantian. Dengan penggunaan gaya partisipatif
ini, pemimpin dan bawahan saling tukar menukar ide dalam
pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Dalam aktivitas
menjalankan organisasi, pemimpin yang menerapkan gaya ini
cenderung berorientasi kepada bawahan dengan mencoba untuk
lebih memotivasi bawahan dibandingkan mengawasi mereka
dengan ketat. Mereka mendorong para anggota untuk
melaksanakan tugas-tugas dengan memberikan kesempatan
bawahan untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan,
menciptakan suasana persahabatan serta hubungan-hubungan
saling mempercayai dan menghormati dengan para anggota
kelompok.
Selain itu gaya ini berupaya untuk meningkatkan kesadaran
bawahan terhadap persoalan-persoalan dan mempengaruhi
bawahan untuk melihat perspektif baru. Melalui gaya ini,
pemimpin terus merangsang kreativitas bawahan dan mendorong
untuk menemukan pendekatan-pendekatan baru terhadap
masalah-masalah lama. Bawahan didorong untuk berpikir
mengenai relevansi cara, sistem nilai, kepercayaan, harapan, dan
bentuk organisasi yang ada. Bawahan didorong untuk melakukan

9
inovasi dalam menyelesaikan persoalan dan berkreasi untuk
mengembangkan kemampuan diri, didorong untuk menetapkan
tujuan atau sasaran yang menantang. Dengan kata lain, bawahan
diberi kesempatan untuk mengekspresikan dan mengembangkan
dirinya melalui tugas-tugas yang dihadapinya.
Gaya kepemimpinan partisipatif menyangkut usaha-usaha
seorang pemimpin untuk mendorong dan memudahkan partisipasi
oleh orang lain dalam membuat keputusan-keputusan yang tidak
dibuat oleh pemimpin itu sendiri. Gaya kepemimpinan partisipatif
adalah seorang pemimpin yang mengikutsertakan bawahan dalam
pengambilan keputusan (Ranupandojo, 2000:75). Adapun aspek-
aspek dalam gaya kepemimpinan partisipatif mencakup
konsultasi, pengambilan keputusan bersama, membagi kekuasaan,
desentralisasi dan manajemen yang demokratis. Indikator
langsung dari adanya kepemimpinan partisipatif ini terletak pada
perilaku para pengikutnya yang didasarkan pada persepsi
karyawan terhadap gaya kepemimpinan yang digunakan
(Thoha,2004:46).
Teori kepemimpinan partisipatif menunjukkan bahwa gaya
kepemimpinan yang ideal adalah mengambil masukan dari orang
lain. Para pemimpin mendorong partisipasi dan kontribusi dari
anggota kelompok dan membantu anggota kelompok merasa lebih
berkomitmen terhadap proses pengambilan keputusan. Dalam
teori partisipatif, bagaimanapun, pemimpin berhak untuk
memungkinkan masukan pendapat dari orang lain.

C. Kepemimpinan Transaksional
Pemimpin transaksional merupakan pemimpin yang
membimbing atau memotivasi pengikutnya menuju sasaran yang
ditetapkan dengan memperjelas peran dan persyaratan tugas.
Sedangkan pemimpin transformasional adalah pemimpin yang
memberikan pertimbangan yang sifatnya individu dan stimulasi

10
intelektual, serta memiliki kharisma. Kepemimpinan
transformasional dibangun di atas kepemmpinan transaksional.
Konsep mengenai kepemimpinan transaksional pertama kali
diformulasikan oleh Burns (1978) dalam Yukl (1994:350)
berdasarkan penelitian deskriptifnya terhadap pemimpin-
pemimpin politik dan selanjutnya disempurnakan serta
diperkenalkan ke dalam konteks organisasi oleh Bass.
Kepemimpinan transaksional menurut Burns dalam Yukl
(1998:296) memotivasi para pengikut dengan menunjukkan pada
kepentingan diri sendiri. Kepemimpinan transaksional menyangkut
nilai-nilai, namun berupa nilai-nilai yang relevan bagi proses
pertukaran, seperti kejujuran, keadilan, tanggung jawab dan
pertukaran. Istilah transactional berasal dari bagaimana tipe
pemimpin ini memotivasi pengikut untuk melakukan apa yang
ingin mereka lakukan. Pemimpin transaksional menentukan
keinginan-keinginan pengikut dan memberi sesuatu yang
mempertemukan keinginan itu dalam pertukaran karena pengikut
melakukan tugas tertentu atau menemukan sasaran spesifik. Jadi,
suatu transaction atau exchange process antara pemimpin dan
pengikut, terjadi pada saat pengikut menerima reward dari job
performance dan pemimpin memperoleh manfaat dari
penyelesaian tugas-tugas. Dalam kepemimpinan transaksional,
hubungan pemimpin-pengikut berdasarkan pada suatu rangkaian
pertukaran atau persetujuan antara pemimpin dan pengikut
(Howell dan Avolio, 1993). Kepemimpinan transaksional adalah
pemimpin yang memandu atau memotivasi para pengikut mereka
menuju ke sasaran yang ditetapkan dengan memperjelas
persyaratan peran dan tugas (Robbins, 2008:472). Menurut Gibson
et al. (1997:84) pemimpin transaksional mengidentifikasikan
keinginan atau pilihan bawahan dan membantu mereka mencapai
kinerja yang menghasilkan reward yang dapat memuaskan
bawahan. Bass (1990:338) mendefinisikan kepemimpinan

11
transaksional sebagai model kepemimpinan yang melibatkan suatu
proses pertukaran (exchange process) di mana para pengikut
mendapat reward yang segera dan nyata setelah melakukan
perintah-perintah pemimpin. Selanjutnya Mc Shane dan Von
Glinow (2003:429) mendefinisikan kepemimpinan transaksional
sebagai kepemimpinan yang membantu orang mencapai tujuan
mereka sekarang secara lebih efisien seperti menghubungkan
kinerja pekerjaan dengan penghargaan yang dinilai dan menjamin
bahwa karyawan mempunyai sumber daya yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan.

D. Kepemimpinan Transformasional
Burns dalam Usman (2009:333) mendefinisikan
kepemimpinan transformasional sebagai “a process in which
leaders and followers raise to higher levels of morality and
motivation”. Gaya kepemimpinan semacam ini akan mampu
membawa kesadaran para pengikut (followers) dengan
memunculkan ide-ide produktif, hubungan yang sinergikal,
kebertanggungjawaban, kepedulian edukasional, dan cita-cita
bersama.
Kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan
yang memiliki visi ke depan dan mampu mengidentifikasi
perubahan lingkungan serta mampu mentransformasi perubahan
tersebut ke dalam organisasi; memelopori perubahan dan
memberikan motivasi dan inspirasi kepada individu-individu
karyawan untuk kreatif dan inovatif, serta membangun team work
yang solid; membawa pembaharuan dalam etos kerja dan kinerja
manajemen; berani dan bertanggung jawab memimpin dan
mengendalikan organisasi (Bass dalam Usman, 2009 : 334). Yuki
(1994) menyimpulkan esensi kepemimpinan transformasional
adalah memberdayakan para pengikutnya untuk berkinerja secara
efektif dengan membangun komitmen mereka terhadap nilai-nilai

12
baru, mengembangkan keterampilan dan kepercayaan mereka,
menciptakan iklim yang kondusif bagi berkembangnya inovasi dan
kreativitas.
House et al. dalam Usman (2009) menyatakan bahwa
kepemimpinan transformasional memotivasi bawahan mereka
untuk “berkinerja di atas dan melebihi panggilan tugas.” Bass
(1990) selanjutnya menyatakan bahwa kepemimpinan
transformasional adalah kemampuan untuk memberi inspirasi dan
memotivasi para pengikut untuk 6 Rosnani mencapai hasil-hasil
yang lebih besar dari pada yang direncanakan secara orisinil dan
untuk imbalan internal. Dengan mengungkapkan suatu visi,
pemimpin transformasional membujuk para pengikut untuk
bekerja keras mencapai sasaran yang digambarkan. Visi pemimpin
memberikan motivasi bagi pengikut untuk bekerja keras, yakni
memberikan penghargaan kepada diri sendiri. Transformational
leadership, menurut Bass (1985) dalam Muenjohn dan Armstrong
(2008), didefinisikan sebagai suatu proses dimana pemimpin
mencoba untuk meningkatkan kesadaran pengikut tentang apa
yang benar dan penting dan untuk memotivasi pengikut untuk
menunjukkan harapan-harapan yang lebih besar (as a process in
which a leader tried to increase followers’ awareness of what was
right and important and to motivate followers to perform “beyond
expectation”). Para pemimpin transformasional menaikkan
kesadaran dari para pengikut dengan menyerukan cita-cita dan
nilai-nilai yang lebih tinggi seperti kebebasan, keadilan,
perdamaian dan persamaan (hak) (Sarros dan Santora, 2001).
Pemimpin transformasional berusaha mentransformasi dan
memotivasi para pengikut dengan:
a). Membuat mereka lebih sadar mengenai pentingnya hasil-hasil
suatu pekerjaan,
b). Meminta individu mementingkan kepentingan tim di atas
kepentingan pribadi, dan

13
c). Mengubah tingkat kebutuhan (Hirarki Maslow) bawahan atau
memperluas kebutuhan bawahan.

Pemimpin yang transformasional mendapat komitmen lebih


besar dari bawahan dan mendorong mereka mendahulukan
kepentingan organisasi di atas kepentingan pribadi bukan saja
dengan kharismanya tapi juga dengan berperan sebagai pelatih,
guru atau mentor (Yukl, 1994). Pada kepemimpinan
transformasional menerapkan lebih dari sekedar pertukaran dan
selalu berusaha meningkatkan perhatian, memberi stimulasi
intelektual dan memberi inspirasi pada bawahan untuk lebih
mementingkan kepentingan kelompok di atas kepentingan pribadi.
Jenis kepemimpinan ini lebih dari sekedar transaksi konstruktif
dan korektif.

2.3 Kepemimpinan dalam keperawatan


Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan penggunaan
keterampilan seorang pemimpin dalam mempengaruhi perawat-
perawat lain dibawah pengawasannya untuk melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya dalam memberikan pelayanan dan asuhan
keperawatan sehingga tujuan keperawatan tercapai.
Menurut Bennis (dalam Lancaster, 1997), mengidentifikasi empat
kemampuan penting bagi seorang pemimpin yaitu:
a. Mempunyai pengetahuan yang luas dan kompleks tentang
sistem manusia
b. Menerapkan pengetahuan tentang pengembangan dan
pembinaan bawahan
c. Mempunyai kemampuan hubungan antar manusia
d. Mempunyai sekelompok nilai-nilai dan kemampuan mengenal
orang lain dengan baik (lancaster, 1997).

14
Kepala ruangan sebagai pemimpin dalam melaksanakan kegiatan
pelayanan dan asuhan keperawatan diharapkan dapat:
a. Membantu staf keperawatan mencapai tujuan yang ditentukan
b. Mengarahkan kegiatan-kegiatan keperawatan,
c. Bertanggung jawab atas tindakan keperawatan yang dilakukan
d. Melaksanakan keperawatan berdasarkan standar,
e. Menyelesaikan pekerjaan dengan benar
f. Mencapai tujuan keperawatan
g. Mensejahterakan staf keperawatan
h. Memotivasi staf keperawatan.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kepemimpinan adalah sebuah alat/sarana atau suatu proses dalam
organisasi untuk membujuk orang lain agar bersedia melakukan sesuatu
secara sukarela/sukacita dalam mencapai sasaran organisasi.
Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan penggunaan
keterampilan seorang pemimpin dalam mempengaruhi perawat-
perawat lain dibawah pengawasannya untuk melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya dalam memberikan pelayanan dan asuhan
keperawatan sehingga tujuan keperawatan tercapai.

3.2 Saran
Saran penulis untuk pembaca agar supaya para dapat menerapkan
gaya kepemimpinan yang baik dan tepat yang sesuai dengan karakter dari
bawahan.

16
DAFTAR PUSTAKA

refi najma fairuz, s. z. (2018). latar belakang pondasi dan teori-teori


kepemimpinan.
wibowo, U. b. (2011). Teori kepemimpinan.

17

Anda mungkin juga menyukai