Anda di halaman 1dari 2

BAB 4

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Spiritualitas adalah keyakinan dasar adanya kekuatan tertinggi yang mengatur
seluruh kehidupan, dan memiliki makna ataupun arti serta tujuan dalam
kehidupan. Spiritualitas merupakan salah satu kebutuhan dasar pasien yang perlu
dipenuhi, khususnya bagi pasien dalam kondisi kritis maupun terminal yang
berada di ruang perawatan intensif. Pemenuhan kebutuhan spiritual pasien adalah
salah satu perilaku profesional seorang perawat dalam memenuhi kebutuhan dasar
yang holistik bagi pasien. The International Council of Nurses Code of Ethics for
Nurses mengakui bahwa aspek spiritual pada asuhan keperawatan adalah tugas
yang perlu dilakukan oleh semua perawat. Menurut Carpenito (2006) salah satu
masalah yang sering muncul pada pasien paliatif adalah distress spiritual. Distres
spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan mengintegrasikan
arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik, literature,
alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya (Hamid, 2008).
Menurut Taylor dan Craven dan Hirnle dalam Ummah (2016) menyebutkan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi spiritual seseorang diantaranya: tahap
perkembangan, sistem hubungan, latar belakang etnik dan budaya, pengalaman
hidup sebelumnya, krisis dan perubahan, serta terpisah dari ikatan spiritual.
Dalam hal ini, diperlukan adanya penilaian sipiritual. Menilai kebutuhan rohani
dan sumber daya serta perawatan spiritual sangat dibutuhkan untuk merawat
pasien dengan penyakit LLI (Benito, et al., 2014). Beberapa instrument penilaian
spiritual telah dikembangkan dan digunakan secara luas dalam beberapa tahun
terakhir, seperti Palliative Care Outcome Scale, Ironson Woods
Spirituality/Religiousness Index Short Form, World Health Organization’s Quality
of Life Measure Spiritual Religious and Personal Beliefs, dan Spiritual Needs
Assesment for Patients, Functional Assessment of Chronic Illness, Therapy-
Spiritual Well Being (FACIT-Sp) (Benito, et al., 2014).
Beberapa tahun terakhir, telah terjadi peningkatan dramatis dalam agama dan
keyakinan spiritual sebagai sumber kekuatan dan dukungan dalam penyakit fisik
yang serius. Kebutuhan spiritual memiliki banyak keterkaitan dengan kehidupan
beragama seseorang. Peran agama dalam Paliatif Care sendiri antara lain adalah
sebagai spiritual nourushment, mekanisme koping dan faktor pemulihan pasien,
serta sumber penyembuhan bagi pasien.
Fase penerimaan yang dilewati oleh pasien adalah bervariasi dari awal
identifikasi penyakit kritis, selama sesi perawatan sampai akhir hayat. Di setiap
fase ini adalah peran setiap individu yang ada sekitar pasien dari semua aspek,
khususnya aspek spiritual. Di antara fase yang diuraikan oleh Kubbler-Ross
adalah pengingkaran (denial), marah dan iri (anger), tawar menawar (bargaining),
depresi (depression) dan akhir sekali penerimaan (acceptance). Setiap fase adalah
berbeda cata yang dilakuaan oleh setiap pasien tergantung dari perbedaan
keyakinan, latar belakang dan pengalaman.

4.2. Saran
Masih banyak hal yang harus diperhatikan dalam pemberian pelayanan
kebutuhan spiritual pada pasien Palliative Care. Untuk pemberian pelayanan
keperawatan dalam lingkup Palliative Care, fokus pelayanan sebaiknya tidak
hanya diberikan kepada pasien namun juga kepada keluarga pasien.

Anda mungkin juga menyukai