PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue dan penyebarannya terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
dan Aedes albopictus. DBD ditemukan di daerah tropik dan subtropik dan
mengenai 50-100 juta orang per tahun. Lebih dari dua per lima populasi dunia
tinggal di daerah yang berisiko tinggi infeksi DBD. Di seluruh dunia, di daerah
endemis, 50-100 juta kasus DHF terjadi setiap tahun dan selalu dalam bentuk
yang berat, (Suroso et al, 2000).
Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menjadi masalah kesehatan bukan
hanya di Indonesia tetapi juga di negara lain di Asia Tenggara. Selama tiga
sampai lima tahun terakhir jumlah kasus DBD telah meningkat sehingga Asia
Tenggara menjadi wilayah hiperendemis, (Suroso et al, 2000).
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat
dan Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh
wilayah tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000
penduduk (1989 hingga 1995), dan pernah meningkat tajam saat kejadian luar
biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998, sedangkan mortalitas
DBD cenderung menurun hingga mencapai 2% pada tahun 1999, (Suhendro,
2010).
Di Indonesia penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan karena
masih banyak daerah yang endemik. Daerah endemik DBD pada umumnya
merupakan sumber penyebaran penyakit ke wilayah lain. Data dari Departemen
Kesehatan RI melaporkan bahwa pada tahun 2004 selama bulan Januari dan
Februari, pada 25 provinsi tercatat 17.707 orang terkena DBD dengan angka
kematian 322 penderita.
1
Lonjakan kasus demam berdarah mulai terjadi di rumah sakit di Bantul
menyusul musim hujan yang masih berlangsung sampai sekarang. Di Rumah
Sakit (RS) PKU Muhamadiyah Bantul tercatat pasien demam berdarah
sebanyak 68 orang selama sebulan terakhir. Terdiri dari pasien rawat inap
sebanyak 27 orang dan pasien rawat jalan 41 orang. “Jumlahnya mengalami
peningkatan, bulan sebelumnya tidak sebanyak ini,” terang Humas RS PKU
Muhamadiyah, Bantul Budi Santoso, Jumat (5/2/2016).
Untuk pasien rawan inap, jumlah korban anak-anak mendominasi sebanyak
tujuh orang, sisanya lima orang pasien demam berdarah dewasa. Beruntung
sepanjang tahun ini tidak terjadi kasus kematian akibat demam berdarah di RS
PKU Muhamadiyah Bantul. Kenaikan data demam berdarah juga tercatat di
Dinas Kesehatan Bantul. Sejak awal hingga akhir Januari lalu tercatat lebih dari
65 kasus demam berdarah di Bantul, dengan korban jiwa nihil. Dibanding
Desember 2015, terjadi lonjakkan signifikan hingga dua kali lipat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tentang penyakit DBD…?
2. Apa penyebab penyakit DBD…?
3. Bagaimana Cara Penularan DBD…?
4. Bagaimana riwayat alamiah penyakit DBD?
5. Bagaimana Pencegahan penularan penyakit DBD di Rumah sakit PKU
Muhamadiyah Bantul
C. Tujuan Penulisan
1. Agar Pembaca dapat mengetahui apa tang dimaksud dengan penyakit Demam
Berdara Dengue (DBD)
2. Agar Pembaca Dapat mengetahui penyebab Dari penyakit Demam Berdara
Dengue (DBD)
3. Agar pembaca dapat mengetahui cara penulara penyakit Demam Berdara
Dengue (DBD)
2
4. Agar pembaca dapat mengetahui riwayat Alamiah penyakit Demam Derdara
Dengue (DBD)
5. Agar pembaca dapat mengetahui cara pencegahan penularan penyakit Demam
Berdara Dengue (DBD) Pada Rumah Sakit PKU Muhamadiyah Bantul
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
kota berpenduduk padat yang terletak di negara-negara berkembang seperti
Indonesia.
C. Cara Penularan Penaykit Demam Berdara Dengue (DBD)
Virus Dengue penyebab DBD tidak dapat menular melalui udara, cairan
tubuh, makanan, maupun minuman. Hal ini karena virus Dengue tidak mampu
bertahan hidup jika berada di luar sel atau jaringan yang hidup. Virus Dengue
hidup dan menular dengan bantuan nyamuk Aedes aegypti, Aedes albopictus,
atau Aedes polynesiensis. Dari ketiga jenis nyamuk ini, Aedes aegypti merupakan
host (tempat hidup) dan vektor utama virus Dengue. Nyamuk ini berasal dari
Brazil dan Ethiophia.
Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang
telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif
menyerang manusia pada pagi dan siang hari. Virus Dengue masuk ke tubuh
nyamuk melalui darah yang diisap oleh nyamuk tersebut dari seorang penderita
DBD. Di dalam tubuh nyamuk, virus Dengue akan masuk ke usus halus
(intestinum) dan berkembang biak di sana. Setelah itu, virus akan berpindah
tempat menuju kelenjar air liur dan siap ditularkan lagi. Fase ini disebut masa
inkubasi yang memakan waktu 7-14 hari.
Daya hidup nyamuk Aedes aegypti dan virus Dengue sangat dipengaruhi oleh
suhu dan kelembapan udara. Keduanya dapat hidup dengan baik pada suhu yang
relatif rendah dengan kelembapan udara yang tinggi. Karena faktor inilah,
penularan DBD saat musim penghujan jauh lebih tinggi dibandingkan musim
kemarau.
5
D. Riwayat Alamiah Penyakit DBD
a. Tahap Prepatogenesis
Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal/ sehat tetapi mereka
pada dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen
penyakit (stage of susceptibility). Walaupun demikian pada tahap ini
sebenarnya telah terjadi interaksi antara penjamu denganbibit penyakit. Tetapi
interaksi ini masih terjadi di luar tubuh, dalam arti bibit penyakit masih ada di
luar tubuh penjamu di mana para kuman mengembangkan potensi infektifitas,
siap menyerang penjamu.
b. Tahap Patogenesis
1. Tahap Inkubasi
Penyakit DBD masa inkubasi awal dari ke1-4
2. Tahap Penyakit Dini
Demam yang akut, selama 2 hingga 7 hari, dengan 2 atau lebih gejala
diantaranya seperti berikut : nyeri kepala, nyeri otot, nyeri persendian. Di
mana gejala panas penderita di hari ke 1- 4 rata-rata menunjukkan
peningkatan (cenderung panas) dimana suhu badan mencapai 39 0C – 41
0C, dan hari ke 5-7 rata-rata panas cenderung menurun.
3. Tahap Penyakit Lanjut
Bintik-bintik pada kulit sebagai manifestasi perdarahan dan leucopenia, dan
terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
c. Tahap Pasca Pathogenesis
Meninggal bagi yang tidak segera ditangani, dan sembuh bagi yang
mendapatkan penanganan yang tepat.
6
E. Pencegahan penularan penyakit DBD di Rumah sakit PKU Muhamadiyah
Bantul
Mengingat pencegahan lebih baik dari pada mengobati maka sebaiknya
pengelolaan DBD dilaksanakan secara menyeluruh meliputi penyuluhan
kesehatan yang baik, dan penatalaksanaan penderita secara medic sebagimana
lazimnya.
Dalam upaya pencegahan DBD dapat dilihat dalam lima tingkat
pencegahan,yaitu sebagai berikut:
1. Health Promotion
Dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:
a. Pendidikan dan Penyuluhan tentang kesehatan pada masyarakat.
Hal ini dimaksudkan untuk memberikan dan meningkatkan pengetahuan
masyrakat tentang kesehatan. Selain itu juga dilakukan untuk membina peran
serta masyarakat melalui berbagai jalur komunikasi dan informasi kepada
masyarakat, seperti melalui televisi, radio dan media massa lainnya, kerja
bakti dan lomba- lomba yang berkaitan dengan kesehatan di kelurahan atau
desa, sekolah atau tempat-tempat umum lainnya.
b. Memberdayakan kearifan lokal yang ada
Misalnya kearifan lokal masyarakat di pedesaan yaitu gotong royong. Hal ini
jika dilakukan secara rutin tiap minggunya dalam bentuk bersama-sama
membersihkan lingkungan sekitar akan sangat berguna untuk meningkatkan
status kesehatan.
c. Perbaikan suplai dan penyimpanan air
Air sebagai sumber kehidupan memegang peranan yang sangat penting
dalam kelanjutan dan kesejahteraan hidup manusia. Permasalahan sanitasi air
bersih menjadi salah satu permasalahan kesehatan lingkungan di Indonesia.
Oleh karena itu, perbaikan suplai dan penyimpanan air sangat penting untuk
dilakukan mengingat permasalahan atau penyakit berupa water borne disease
sangat beraneka ragam. Bahkan air juga bisa menjadi tempat hidup dan
7
perkembangbiakan vektor penyakit lain seperti demam berdarah dengue
(DBD).
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu
(general and specific protection)
1. Abatisasi
Program ini secara massal memberikan bubuk abate secara cuma-cuma
kepada seluruh rumah, terutama di wilayah yang endemis DBD semasa
musim penghujan. Tujuannya agar kalau sampai menetas, jentik nyamuknya
mati dan tidak sampai terlanjur menjadi nyamuk dewasa yang akan
menambah besar populasinya (Nadesul, 2007). Abitasasi selektif atau
larvasidasi selektif, yaitu kegiatan memberikan atau menaburkan larvasida
ke dalam penampungan air yang positif terdapat jentik aedes (Widoyono,
2008).
2. Fogging focus (FF)
Fogging focus adalah kegiatan menyemprot dengan insektisida (malation,
losban) untuk membunuh nyamuk dewasa dalam radius 1 RW per 400
rumah per 1 dukuh (Widoyono, 2008). Penyemprotan bisa membahayakan
kesehatan jika dilakukan tidak dengan hati-hati. Oleh karena itu, takaran
insektisida yang dipakai harus diukur dengan cermat, dan tidak sampai
berlebihan (Nadesul, 2007).
3. Pemeriksaan jentik berkala
Pemeriksaan Jentik Berkala adalah kegiatan reguler tiga bulan sekali,
dengan cara mengambil sampel 100 rumah/desa/kelurahan. Pengambilan
sampel dapat dilakukan dengan cara random atau metode spiral (dengan
rumah di tengah sebagai pusatnya) atau metode zig-zag. Dengan kegiatan
ini akan didapatkan angka kepadatan jentik atau House Index (HI)
(Widoyono, 2008). Pembersihan jentik bisa dilakukan dengan pogram
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), menggunakan ikan, dan larvasidasi.
Tidak semua jenis ikan memangsa jentik nyamuk Aedes, hanya ikan jenis
8
gambusia, seperti ikan kepala timah. Selain itu ada beberapa pemangsa
jentik nyamuk Aedes yang ada di alam, yaitu burung air, serangga, dan ikan.
Namun pemangsa itu sudah semakin langka, sehingga campur tangan
manusia memang diperlukan (Nadesul, 2007).
4. Penggerakan PSN
Kegiatan PSN dengan menguras dan menyikat TPA seperti bak mandi atau
WC, drum seminggu sekali, menutup rapat-rapat TPA seperti gentong air
atau tempayan, mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang
dapat menampung air hujan serta mengganti air vas bunga, tempat minum
burung seminggu sekali merupakan upaya untuk melakukan PSN DBD.
Masyarakat diharapkan rutin melakukan kegiatan tersebut dan pihak
pemerintah melakukan pemeriksaan jentik berkala, sehingga pencegahan
dan pemberantasan penyakit DBD dapat berjalan dengan baik.
5. Pencegahan Gigitan Nyamuk
Pencegahan gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan pemakaian kawat kasa,
menggunakan kelambu, menggunakan obat nyamuk (bakar, oles), dan tidak
melakukan kebiasaan beresiko seperti tidur siang, dan menggantung baju.
Pemakaian kasa pada ventilasi yang dilakukan merupakan pencegahan
secara fisik terhadap nyamuk yang bertujuan agar nyamuk tidak sampai
masuk rumah ataupun kamar tidur.
3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat
(early diagnosis and prompt treatment)
Pengendalian penyakit menular akan berjalan efektif kalau penyakit menular
yang bersangkutan memiliki metode deteksi dini untuk diagnostik. Menurut
Achmadi (2008) dalam Buletin Jendela Epidemiologi Pusat Data dan
Surveilans Epidemiologi, Kemenkes RI, 2010, Alat deteksi dini akan sangat
efektif pula apabila diikuti dengan pengobatan (prompt treatment) secara
dini. Gabungan keduanya yakni –early diagnostic dan prompt treatment,
9
merupakan pendekatan yang amat ampuh untuk mengendalikan penyakit
menular
4. Pembatasan kecacatan (dissability limitation)
Pembatasan kecacatan yang dilakukan adalah untuk menghilangkan
gangguan kemampuan bekerja yang diakibatkan suatu penyakit.
5. Rehabilitation
Setelah sembuh dari penyakit demam berdarah dengue, kadang-kadang
orang menjadi cacat, untuk memulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang
diperlukan latihan tertentu. Oleh karena kurangnya pengertian dan
kesadaran orang tersebut, ia tidak akan segan melakukan latihan-latihan
yang dianjurkan. Disamping itu oorang yang cacat setelah sembuh dari
penyakit, kadang-kadang malu untuk kembali ke masyarakat. Sering terjadi
pula masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai anggoota masyarakat
yang normal. Oleh sebab itu, pendidikan kesehatan diperlukan bukan saja
untuk orang yang cacat tersebut, tetapi juga perlu pendidikan kesehatan
pada masyarakat.
10
d. Bersama dengan staff rumah sakit memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu
yang mempunyai anak balita. Perihal pengenalan tanda-tanda penyakit
pneumonia serta tindakan penunjang di rumah.
e. Melatih kader untuk bisa, mengenal kasus DBD serta dapat memberikan
penyuluhan terhdap ibu-ibu tentang penyakit DBD.
f. Memantau aktifitas pemberantasan dan melakukan evaluasi keberhasilan
pemberantasan penyakit DBD
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit DBD adalah penyakit yang disebkan oleh Virus Dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang
mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem
pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
Pencegahan penyakit DBD dapat dibagi menjadi 5 yaitu: Peningkatan
kesehatan (health promotion), Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-
penyakit tertentu (general and specific protection), Penegakkan diagnosa secara
dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (early diagnosis and prompt treatment),
Pembatasan kecacatan (dissability limitation), Pemulihan kesehatan
(rehabilitation
Pencegahan penularan penyakit yang dilakukan di Rumah Sakit PKU
Muhamadiyah Bantul diantaranya meliputi peran Dokter dan tenaga para medis di
Rumah sakit PKU Muhammdiyah Bantul
B. Saran
Setiap individu sebaiknya mengerti dan memahami bahaya dari penyakit DBD
tersebut, sehingga setiap individu tersebut bisa lebih merasa khawatir dan mampu
menjaga diri dan lingkungannya dari kemungkinan terserangnya demam berdarah.
Selain itu agar semua orang menyadari akan apentingnya menjaga kebersihan
lingkungan agar penyakit seperti DBD tidak berkembang disuatu daerah.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://alviescoot.blogspot.co.id/2014/09/makalah-penyakit-demam-berdarah-dbd.html
diakses pada tanggal 28 Desember 2016
http://mahdalenamunir.blogspot.co.id/2013/05/demam-berdarah-dengue.html diakses
pada tanggal 28 Desember 2016
13