Anda di halaman 1dari 76

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang
telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada
manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang
dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau
proses penuaan. Pada proses penuaan ini tentunya tidak terlepas dari batasan-batasan
usia yang membagi diantaranya menurut WHO yaitu Usia pertengahan (middle age)
antara usia 45 sampai 59 tahun, Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun,
Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun dan Usia sangat tua (very old)
diatas usia 90 tahun.
Pertambahan lansia di Indonesia dipengaruhi oleh perbaikan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta kemajuan sosio ekonomi, yang pada akhirnya akan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidup (Darmojo &
Martono, 2006). Hasil Survey United Nation Development Program (UNDP) dalam
rentang tahun 1980 sampai 2008 menunjukkan peningkatan angka harapan hidup
Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan mencapai 73,7 tahun. Data statistika
Indonesia mencatat estimasi angka harapan hidup dari tahun 2000—2025 pada daerah
Jawa Timur pada tahun 2002 tercatat 67,8 tahun, 2007 tercatat 70,0 tahun 2012
tercatat 71,9 diperkirakan pada tahun 2017 menjadi 73,2 tahun dan tahun 2022
menjadi 73,9.
Hal ini dapat terlihat dari Data demografi pada perhitungan penduduk di RW 06
Kelurahan Pandanwangi Kecamatan Blimbing Kota Malang yang menunjukkan
jumlah populasi lansia sebanyak 50 orang.
Survey yang dilakukan selama 1 hari oleh Mahasiswa Praktikan dalam 35
sampel lansia RW 07 didapatkan data 45,7% dalam kategori usia pra lansia, 48,6%
usia lanjut usia, dan 5.7% usia lanjut usia tua. Persentase tersebut menunjukkan pola-
pola keluhan terutama pada hal kesehatan, yang meliputi nyeri sendi, hipertensi, mata

1
kabur atau rabun, sesak nafas, gastritis, penurunan fungsi dengar, dan tidak dapat
tidur. Dalam mengatasi keluhan tersebut warga memilih untuk mengkonsumsi obat
yang berada di toko obat bebas, jamu tradisional, dan memilih untuk sekedar istirahat
saja.
Banyak kendala yang dirasakan warga lansia terhadap kesehatan yang
menunjukkan bahwa warga lansia tersebut merasa tidak cukup puas terhadap
pelayanan kesehatan yang ada karena tidak memiliki kartu sehat, faskes yang
terbilang berjarak jauh, dan biaya yang harus dikeluarkan jika melakukan
pemeriksaan. Sehingga warga lansia tersebut berharap mendapatkan pelayanan
kesehatan yang lebih dekat dan terjangkau atau bahkan tanpa harus mengeluarkan
biaya. Salah satu program terjangkau yang juga menjadi program kesehatan
pemerintah yang mampu memberikan penjaminan terhada kesehatan lansia di
wilayah-wilayah RW adalah Posyandu lansia. Belum adanya posyandu lansia inilah
yang mendukung warga lansia tidak terdorong untuk peduli terhadap kesehatannya.
Posyandu lansia merupakan merupakan suatu wadah untuk memberikan
pelayanan kesehatan dan pembinaan kepada kelompok usia lanjut di suatu wilayah,
dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat melalui kader kesehatan, dan
kerjasama lintas program /lintas sektor, dalam rangka untuk meningkatkan status
kesehatan masyarakat pada umumnya dan khususnya pada kelompok usia lanjut
(Dep.Kes. RI, 2005)
Hal ini menunjukkan dengan mayoritas pendidikan akhir lansia 60% SD, 20%
SMP, 17,1% SMA, dan 2,9% Tidak sekolah, sehingga dengan terbentuknya posyandu
lansia ini akan membantu warga lansia dalam melewati masa tuanya secara
berkualitas dan tercapainya program-program fasilitas kesehatan terhadap sasaran
masyarakat lanjut usia.

2
1.2 Tujuan
Tujuan Umum:

Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Kleompok


khusu Lansia di Posyandu Lansia di wilayah RW VI Kelurahan Pandanwangi
Kecamatan Blimbing Kota Malang.
Tujuan Khusus :
Mahasiswa mampu menerapkan Proses Keperawatan, meliputi :
1. Pengkajian data komunitas lansia di RW VI Kelurahan Pandanwangi
2. Menganalisa data komunitas lansia RW VI Kelurahan Pandanwangi
3. Menentukan diagnosa kesehatan dan keperawatan komunitas lansia untuk
RW VI Kelurahan Pandanwangi.
4. Menentukan prioritas masalah komunitas lansia RW VI Kelurahan
Pandanwangi.
5. Menyusun rencana tindakan komunitas lansia RW VI Kelurahan
Pandanwangi.
6. Melaksanakan Intervensi sesuai dengan masalah komunitas lansia RW VI
Kelurahan Pandanwangi.
7. Melakukan evaluasi terhap intervensi yang telah di lakukan komunitas
lansia RW VI Kelurahan Pandanwangi.
8. Terbinanya kesehatan usia lanjut di wilayah RW VI Kelurahan
Pandanwangi Kecamatan Blimbing Kota Malang.

1.3 Manfaat
Asuhan keperawatan yang ditujukan kepada komunitas lansia di RW VI
Kelurahan Pandanwangi Kecamatan Blimbing Kota Malang ini diharapkan
dapat memberikan manfaat antara lain :
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat memberikan pengalaman dalam
mengaplikasikan asuhan keperawatan dan pengetahuan yang di dapat
selama pendidikan
2. Bagi Masyarakat Lansia
Lansia dapat mewujudkan dan menikmati hidup yang mandiri
dan sejahtera, serta mampu meningkatkan derajat kesehatannya.

3
3. Bagi Fasilitas Kesehatan
Ikut serta membantu pemerintah dalam program pembangunan
nasional, khususnya dalam bidang pembinana dan pelayanan lansia.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keperawatan Komunitas


2.1.1 Definisi Keperawatan Komunitas

Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang


ditujukan pada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemeliharaan rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagi mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan (CHN, 1977). Di
Indonesia dikenal dengan sebutan perawatan kesehatan masyarakat (PERKESMAS)
yang dimulai sejak permulaan konsep Puskesmas diperkenalkan sebagai institusi
pelayanan kesehatan profesional terdepan yang memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat secara komprehensif.

Keperawatan sebagai bentuk komprehensif melakukan penekanan tujuan untuk


menekan stressor atau meningkatkan kemampuan komunitas mengatasi stressor
melalui pencegahan primer, sekunder, tersier. Peningkatan kesehatan berupa
pencegahan penyakit ini bisa melalui pelayanan keperawatan langsung dan perhatian
langsung terhadap seluruh masyarakat dan mempertimbangkan bagaimana masalah
kesehatan masyarakat mempengaruhi kesehatan individu, keluarga, dan kelompok.
Peningkatan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan merupakan suatu proses
dimana individu, keluarga dan lembaga masyarakat termasuk swasta mengambil
tanggung jawab terhadap masyarakat atas kesehatan diri keluarga dan masyarakat,
mengembangkan kemampuan untuk menyehatkan diri, keluarga dan masyarakat serta
menjadi pelaku atau perintis kesehatan dan peminpin yang menggerakan kegiatan
masyarakat dibidang kesehatan berdasarkan azas kemandirian dan kebersamaan. Dari
hal tersebut masyarakat dapat berperan serta dengan menyumbangkan tenaga, pikiran
atau pengetahuan, sarana, sekaligus berupa dana yang dimilikinya untuk upaya
kesehatan.

Asuhan keperawatan komunitas dilakukan dengan pendekatan proses


keperawatan. Penerapan dari proses keperawatan bervariasi pada setiap situasi, tetapi
prosesnya memiliki kesamaan. Elemennya menggunakan metode pendekatan proses
keperawatan. Proses keperawatan adalah suatu kerangka operasional dalam

5
pelaksanaan askep yang berupa rangkaian kegiatan secara sistematis sehingga
masyarakat mampu secara mandiri dalam menghadapi masalah kesehatannya.
Adanya kesungguhan, kesesuaian, bersiklus, berfokus pada klien, interaktif dan
berorientasi pada komunitas, adalah elemen-elemen penting dalam asuhan
keperawatan komunitas. Dalam melaksanakan keperawatan kesehatan masyarakat,
seorang perawat kesehatan komunitas harus mampu memberi perhatian terhadap
elemen-elemen tersebut akan tampak pada rangkaian kegiatan dalam proses
keperawatan yang berjalan berkesinambungan secara dinamis dalam suatu siklus
melalui tahap pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.

Melihat cara kerja keperawatan komunitas yang menggabungkan prinsip-


prinsip kerja kesehatan masyarakat dengan prinsip-prinsip keperawatan sebagai
sesuatu yang tidak sederhana.

Bentuk kegiatan yang dilaksanakan adalah Praktek Keperawatan Komunitas


atau rangkaian kegiatan masyarakat yang dilaksanakan atas dasar gotong royong dan
swadaya dalam rangka menolong diri sendiri dalam memecahkan masalah untuk
memenuhi kebutuhannya dibidang kesehatan dan dibidang yang berkaitan agar
mampu mencapai kehidupan sehat sejahtera. Kegiatan ini merupakan aplikasi teori
yang diperoleh melalui kegiatan belajar mengajar di kelas selama proses akademik
yang disajikan dalam suatu tatanan nyata yang merupakan kegiatan lapangan di
masyarakat melalui upaya pemenuhan kebutuhan dasar keluarga yang terpadu dengan
program-program yang dilaksanakan oleh Puskesmas.

Melalui kegiatan-kegiatan Praktek Komunitas ini, mahasiswa sebagai calon


perawat profesional diharapkan mempunyai pengalaman belajar di masyarakat,
khususnya dalam menanggulangi masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat dan di
lain pihak masyarakat juga di harapkan dapat mengambil manfaat dari kegiatan ini
dengan belajar mengembangkan pola hidup sehat dan mengoptimalkan fungsi
keluarga.

2.1.2 Model Keperawatan Komunitas

Keperawatan komunitas memberikan perhatian terhadap pengaruh faktor


lingkungan meliputi fisik, biologis, psikologis, sosial dan cultural serta spiritual,
terhadap kesehatan masyarakat dan memberi prioritas pada strategi pencegahan,

6
peningkatan, dan pemeliharaan kesehatan dalam upaya mencapai tujuan. Model
keperawatan komunitas:

1. MODEL SISTEM IMOGENE M. KING (1971)


Komunitas merupakan suatu system dari subsistem keluarga dan supra
sistemnya adalah system sosial yang lebih luas. Adanya gangguan atau
stressor pada salah satu subsistem akan mempengaruhi komunitas, misalnya
adanya gangguan pada salah satu subsistem pendidikan, dimana masyarakat
akan kehilangan informasi atau ketidaktahuan.
2. MODEL ADAPTASI C. ROY (1976)
Aplikasi dari model adaptasi pada keperawatan komunikasi tujuannya
adalah untuk mempertahankan perilaku adaptif dan merubah perilaku
maladaptive pada komunitas. Adapun upaya pelayanan keperawatan yang
dilakukan adalah untuk meningkatkan kesehatan dengan cara
mempertahankan perilaku adaptif.
3. MODEL “SELF CARE” D.E OREM (1971)
Model ini tepat digunakan untuk keperawatan keluarga karena tujuan
akhir dari keperawatan keluarga adalah kemandirian keluarga dalam
melakukan upaya kesehatan yang terkait dengan 5 tugas kesehatan keluarga
yaitu: Mengenal masalah, Mengambil keputusan untuk mengatasi masalah,
Merawat anggota keluarga yang mengalamai gangguan kesehatan,
Memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang kesehatan, dan
Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan secara tepat.
3.1.3 Prinsip, Sasaran, dan Falsafah Keperawatan Komunitas
2.1.3.1. Prinsip Keperawatan Komunitas
a. Pemanfaatan
Intervensi atau pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas yang
dilakukan harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
komunitas, artinya ada keseimbangan antara manfaat dan kerugian.
b. Otonomi
Dalam keperawatan komunitas, masyarakat diberikan kebebasan untuk
melakukan atau memilih alternative terbaik yang disediakan.
c. Keadilan
Hal ini menegaskan bahwa upaya atau tindakan yang dilakukan sesuai
dengan kemampuan atau kapasitas komunitas

7
2.1.3.2. Sasaran Keperawatan Komunitas
a. Individu
Individu adalah anggota keluarga sebagai kesatuan utuh dari aspek
biologi, psikologi sosial, dan spiritual. Apabila individu tersebut mempunyai
masalah kesehatan karena ketidakmampuan merawat dirinya sensiri oleh
karena suatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota
keluarga lainnya dan keluarga yang ada di lingkungan sekitar tempat tinggal
mereka. Maka disini peran perawat komunitas adalah membantu individu
agar dapat memenuhi kebutuhan dasarnya karena adanya kelemahan fisik
dan mental yang dialami, keterbatasan pengetahuannya dan kekurangannya
kemampuan menuju kemandirian.
b. Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat. Yang terdiri dari kepala
keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam satu
rumah karena ikatan darah dan ikatan perkawinan atau adopsi. Antar
keluarga satu dengan yang lainnya saling bergantung dan bernteraksi, bila
salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan
maka akan berpengaruh terhadap anggota yang lainnya dan keluarga yang
ada disekitarnya.
c. Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah sekumpulan individu yang mempunyai
kesamaan jenis kelamin, umur, dan permasalahan.
2.1.4. Komponen Paradigma Keperawatan
2.1.4.1 Konsep manusia
1. Komponen ini merupakan komponen pertama sebagai salah satu fokus dari
pelayanan keperawatan.manusia bertindak sebagai klien dalam konteks
paradigma keperawatan ini bersifat individu,kelompok dan masyarakat dalam
suatu system sistem tersebut dapat meliputi:
a. Sistem terbuka: manusia dapat mempengaruhi dan di paengaruhi oleh
lingkungan baik fisik, psikologis, sosial maupun spiritual sehingga proses
perubahan pada manusia akan selalu terjadi khususnya dalam pemenuhan
kebutuhan dasar.
b. Sistem adaptif : manusia akan merespon terhadap perubahan yang ada di
lingkungannya yang akan selalu menunjukkan perilaku adaptif dan
maladaftif

8
c. Sistem personal, interpersonal dan social, manusia memiliki persepsi,
pola kepribadian dan tumbuh kembang yang berbeda.
2. Konsep keperawatan
Konsep ini adalah suatu bentuk peleyanan kesehatan yang bersifat
profesional dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia yang dapat ditunjukkan
kepada individu,keluarga atau masyarakat dalam rentang sehat sakit.dengan
demikian konsep ini memandang bahwa bentuk pelayanan keperawatan yang
diberikan pada klien dalam bentuk pemberian asuhan keperawatan adalah
dalam keadaan tidak mampu,tidak mau dan tidak tahu dalam proses pemenuhan
kebutuhan dasar.
3. Konsep sehat sakit
Komponen ini memandang bahwa keperawatan itu bahwa bentuk
pelayanan yang diberikan pada manusia dalam rentang sehat sakit.
Konsep Sehat (Travis and Ryan, 1998)
a. Sehat merupakan pilihan, suatu pilihan dalam menentukan kesehatan
b. Sehat merupakan gaya hidup, disain gaya hidup menuju pencapaian
potensial tertinggi untuk sehat
c. Sehat merupakan proses, perkembangan tingkat kesadaran yang tidak
pernah putus, kesehatan dan kebahagiaan dapat terjadi di setiap
momen”here and now.”
d. Sehat efisien dalam mengolah energi, energi yang diperoleh dari
lingkungan, ditransfer melalui manusia, dan disalurkan untuk
mempengaruhi lingkungan sekitar.
e. Sehat integrasi dari tubuh, pikiran dan jiwa, apresiasi yang manusia
lakukan, pikirkan, rasakan dan percaya akan mempengaruhi status
kesehatan.
f. Sehat adalah penerimaan terhadap diri
4. Konsep lingkungan
Paradigma keperwatan dalam konsep lingkungan ini adalah memandang
bahwa lingkunan fisik, psikologis, sosial, budaya dan spiritual dapat
mempengaruhi kebutuhan dasar manusia selama pemberian asuhan
keperawatan dengan meminimalkan dampak atau pengaruh yang
ditimbulkannya sehingga tujuan asuhan keperawatan dapat tercapai.

9
2.1.4.2 Asuhan Keperawatan Komunitas

Pelayanan dalam asuhan keperawatan komunitas sifatnya berkelanjutan


dengan pendekatan proses keperawatan sebagai pedoman dalam upaya
menyelesaikan masalah kesehatan komunitas. Proses keperawatan komunitas
meliputi pengkajian, analisa dan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi:

1. Pengkajian
Pengkajian komunitas adalah untuk mengidentifikasi faktor (positif
dan negatif) yang berhubungan dengan kesehatan dalam rangka
membangun strategi untuk promosi kesehatan. Dimana menurut model
Betty Neuman (Anderson and Mc Farlane, 2000) yang dikaji meliputi
demografi, populasi, nilai keyakinan dan riwayat kesehatan individu yang
dipengaruhi oleh sub system komunitas yang terdiri dari lingkungan fisik,
perumahan, pendidikan, keselamatan dan transportasi, politik
pemerintahan, kesehatan, pelayanan sosial, komunikasi, ekonomi dan
rekreasi. Aspek-aspek tersebut dikaji melalui pengamatan langsung, data
statistik, angket dan wawancara.
2. Analisa dan diagnosa keperawatan komunitas
Data-data yang dihasilkan dari pengkajian kemudian dianalisa
seberapa besar stresor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat
reaksi yang timbul dalam masyarakat tersebut. Kemudian dijadikan dasar
dalam pembuatan diagnosa atau masalah keperawatan. Diagnosa
keperawatan menurut Muecke (1995) terdiri dari masalah kesehatan,
karakteristik populasi dan lingkungan yang dapat bersifat aktual, ancaman
dan potensial.

Masalah
No A B C D E F G H I J K L
Kesehatan

Prioritas Masalah Komunitas (Ekasari, 2006)

Keterangan Huruf:
A= sesuai dengan peran CHN F = Minat masyarakat
B = Sesuai dengan program G = kemudahan untuk diatasi

10
pemerintah H = tempat
C = sesuai dengan intervensi I = Dana
pendidikan kesehatan J = Waktu
D = Risiko terjadi K = fasilitas
E = Risiko parah L = petugas
Keterangan angka:

1 = Sangat rendah 4 = Tinggi

2 = Rendah 5 = Sangat tinggi

3 = Cukup

3. Perencanaan
Perencanaan merupakan tindakan pencegahan primer, sekunder,
tersier yang cocok dengan kondisi klien (keluarga, masyarakat) yang
sesuai dengan diagnosa yang telah ditetapkan. Proses didalam tahap
perencanaan ini meliputi penyusunan, pengurutan masalah berdasarkan
diagnosa komunitas sesuai dengan prioritas (penapisan masalah),
penetapan tujuan dan sasaran, menetapkan strategi intervensi dan rencana
evaluasi.
4. Pelaksanaan (Implementasi)
Pelaksanaan kegiatan komunitas berfokus pada tiga tingkat
pencegahan (Anderson dan Mcfarlene, 1985), yaitu:
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer adalah pencegahan sebelum sakit atau
disfungsi dan diaplikasikan ke populasi sehat pada umumnya,
mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum dan perlindungan
khusus terhadap suatu penyakit. Misalnya, kegiatan penyuluhan
gizi, imunisasi, stimulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan
keluarga.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah kegiatan yang dilakukan pada
saat terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat dan
ditemukannya masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ini
menekankan pada diagnosa dini dan inervensi yang tepat untuk
menghambat proses penyakit atau kelainan sehingga
memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan. Misalnya

11
mengkaji dan memberi intervensi segera terhadap tumbuh kembang
anak usia bayi sampai balita.
c. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier adalah kegiatan yang menekankan pada
pengembalian individu pada tingkat fungsinya secara optimal dari
ketidakmampuan keluarga. Pencegahan ini dimulai ketika
terjadinya kecacatan atau ketidakmampuan yang menetap bertujuan
untuk mengembalikan ke fungsi semula dan menghambat proses
penyakit.
5. Evaluasi
Evaluasi perbandingan antara status kesehatan klien dengan hasil
yang diharapkan. Evaluasi terdiri dari tiga yaitu evaluasi struktur, evaluasi
proses dan evaluasi hasil. Tugas dari evaluator adalah melakukan
evaluasi, menginterpretasi data sesuai dengan kriteria evaluasi,
menggunakan penemuan dari evaluasi untuk membuat keputusan dalam
memberikan asuhan keperawatan.

2.2 Konsep Lanjut Usia


2.2.1 Pengertian Lanjut Usia
Usia lanjut adalah golongan penduduk atau populasi berumur 60 tahun atau
lebih (Bustan, 2000).
Usia lanjut adalah masa yang dimulai sekitar usia 60 hingga 65 tahun dan
berlanjut hingga akhir kehidupan (Stolte, 2003).
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2000).
2.2.2 Batasan Usia Lanjut Usia
1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
a. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun.
b. Lanjut usia (elderly age) antara 60 sampai 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old age) antara 75 tahun sampai 90 tahun.
d. Usia sangat tua, di atas 90 tahun.
2. Menurut Depkes RI

12
a. Kelompok Usia Virilitas (45—54 tahun), merupakan kelompok yang
berada dalam keluarga dan masyarakat luas.
b. Kelompok Usia Prasenium (55—64 tahun), merupakan kelompok yang
berada dalam keluarga, organisasi usia lanjut, dan masyarakat pada
umumnya.
c. Kelompok Usia Senecrus ( >65 tahun), merupakan kelompok yang
umumnya hidup sendiri, terpencil, hidup dalam panti, penderita
penyakit berat.
3. Menurut pasal 1 Undang-Undang No. 4 tahun 1965
“Seseorang dinyatakan sebagai orang jompo atau usia lanjut setelah
yang bersangkutan mencapai usia 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak
berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari, dan
menerima nafkah dari orang lain”
2.2.3 Permasalahan Lanjut Usia
Menurut Nugraha (2000), permasalahan yang berkaitan dengan lanjut usia
secara individu, proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah baik secara
fisik, biologi, mental, maupun sosial ekonomi. Semakin lanjut usia seseorang,
mereka akan mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik, yang
dapat mengakibatkan peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan timbulnya
gangguan di dalam mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan
ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain.
Menurut Mubarak (2009), terdapat beberapa tren dan isu pada lansia, di
antaranya: pertama, masalah kehidupan seksual berupa adanya anggapan bahwa
semua ketertarikan seks pada lansia telah hilang adalah mitos atau
kesalahpahaman. Kedua, perubahan perilaku; pada lansia sering dijumpai
terjadinya perubahan perilaku, di antaranya: daya ingat menurun, pelupa, sering
menarik diri, ada kecenderungan penurunan merawat diri, timbulnya kecemasan
karena dirinya sudah tidak menarik lagi, dan lansia sering menyebabkan
sensitivitas emosional seseorang yang akhirnya menjadi sumber banyak masalah.
Ketiga, pembatasan aktivitas fisik; semakin lanjut usia seseorang, mereka akan
mengalami kemunduran, terutama di bidang kemampuan fisik yang dapat
mengakibatkan penurunan pada peranan-peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan
timbulnya gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga dapat
meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain. Keempat,
kesehatan mental; Selain mengalami kemunduran fisik, lansia juga mengalami

13
kemunduran mental. Semakin lanjut seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin
berkurang dan dapat mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan
lingkungannya.
2.3 Konsep Posyandu Lanjut Usia
2.3.1 Pengertian Posyandu Lanjut Usia

Posyandu lansia merupakan suatu wadah untuk memberikan pelayanan


kesehatan dan pembinaan kepada kelompok usia lanjut di suatu wilayah, dengan
melibatkan peran serta aktif masyarakat melalui kader kesehatan, dan kerjasama
lintas program /lintas sektor, dalam rangka untuk meningkatkan status kesehatan
masyarakat pada umumnya dan khususnya pada kelompok usia lanjut (Dep.Kes.
RI, 2005).

2.3.2 Pedoman Posyandu Lansia


a. Peran Kader Posyandu Lansia
Kader :
Anggota masyarakat yang dipilih dari dan oleh masyarakat, memiliki
kemauan dan kemampuan untuk bekerja bersama dalam berbagai kegiatan
kemasyarakatan secara sukarela.
Syarat menjadi kader kelompok usia lanjut:

a. Dipilih dari dan oleh masyarakat setempat


b. Mau dan mampu bekerja bersama masyarakat secara sukarela
c. Bisa membaca dan menulis huruf latin
Peran kader:
a. Pendekatan kepada aparat pemerintah dan tokoh masyarakat
– Silaturahmi
– Musyawarah
– Menghadiri pertemuan rutin kemasyarakatan setempat
b. Melakukan survei mawas diri (SMD) bersama petugas untuk
menelaah:
– Pengumpulan data-data kesehatan sasaran Usia Lanjut di
wilayahnya
– Pemetaan kelompok usia lanjut
– Mengenal masalah kesehatan usia lanjut dan potensi- potensi
yang ada pada usia lanjut

14
– Melaksanakan musyawarah bersama masyarakat setempat untuk
membahas hasil SMD, menyusun rencana kegiatan, pembagian
tugas, dan jadwal kegiatan
c. Menggerakkan masyarakat :
– Mengajak usia lanjut untuk hadir dan berpartisipasi dalam
kegiatan Posyandu Lansia dan di kelompok usia lanjut.
– Memberikan penyuluhan/penyebarluasan informasi kesehatan,
antara lain cara hidup bersih dan sehat, gizi usia lanjut, kesehatan
usia lanjut, dll.
– Menggalang potensi / sumber daya tenaga kesehatan dari warga
setempat agar membantu pelayanan di Posyandu Lansia,
termasuk menggalang pendanaan yang bersumber dari
masyarakat.
– Memberikan Pelayanan Kesehatan di Posyandu Lansia
b. Kegiatan Posyandu lansia

1. Pelayanan Kesehatan setiap bulan.

Kegiatan pelayanan kesehatan menggunakan sistem 5 meja, yaitu:

a. Meja 1: Pendaftaran
b. Meja 2: Penimbangan, pengukuran tinggi badan, penetapan IMT
dan aktifitas sehari-hari
c. Meja 3: Pengukuran tekanan darah, mengkaji status mental/
emosional usia lanjut dan pemeriksaan kesehatan;
d. Meja 4: Pemeriksaan kesehatan, laboratorium dan pemberian
pengobatan oleh tim medis;
e. Meja 5: Pemberian penyuluhan kesehatan.

2. Kegiatan Kelompok

Kegiatan kelompok adalah kegiatan yang dapat dikembangkan


melalui kelompok usia lanjut, selain pelayanan di Posyandu. Kegiatan
tersebut meliputi pemberian makanan tambahan, kunjungan rumah
oleh petugas dan kader, kegiatan olah raga (senam, gerak jalan) untuk
meningkatkan kebugaran, kegiatan kerohanian, kegiatan ekonomi
produktif, diskusi, dan penyaluran hobi. Pengembangan kegiatan

15
tersebut adalah dalam rangka untuk mendukung peningkatan kualitas
hidup dan kemandirian usia lanjut (Dep.Kes.RI, 2005 )

c. Pendanaan

Pada prinsipnya pendanaan Posyandu Lansia adalah bersumber dari


swadaya masyarakat dan bersumber dari bantuan pemerintah melalui Dinas
Kesehatan/Puskesmas, serta dari sumber-sumber lain yang bersifat tidak
mengikat seperti donator, dana hibah dan sumbangan, dll.

d. Pelaksana kegiatan

Pelaksana kegiatan Posyandu Lansia adalah Kader Kesehatan Lansia


yang telah dilatih, sehingga memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
memberikan pelayanan dan pembinaan pada kelompok lansia, serta dibantu
oleh petugas Puskesmas, maupun oleh petugas kesehatan dari warga
setempat

e. Pembinaan

Pembinaan Posyandu Lansia dilaksanakan oleh Puskesmas setempat,


dan bekerjasama dengan PKK tingkat RW dan Kelurahan/Kecamatan.
Kegiatan pembinaan dapat dilaksanakan dalam bentuk kunjungan (supervisi)
pada saat pelayanan Posyandu, pembinaan kelompok, pelatihan kader dan
penilaian kegiatan Posyandu

f. Sarana Posyandu Lansia

Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan Posyandu dan dikelompok


Usia Lanjut, dibutuhkan sarana dan prasarana penunjang, antara lain :

1. Tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka)


2. Meja dan kursi
3. Alat tulis
4. Formulir pencacatan kegiatan (buku register bantu)
5. Kit Usia Lanjut, yang berisi: Timbangan dewasa, meteran
/pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensimeter, peralatan
laboratorium sederhana, termometer.
6. Obat-obatan yang ditetapkan oleh medis
7. Kartu Menuju Sehat (KMS) Usia Lanjut

16
8. Kartu Bantu Pemeriksaan Kesehatan Lansia
9. Buku Pedoman Kader Posyandu Usia Lanjut
g. Struktur Organisasi Posyandu Lansia

Instansi terkait Pelindung: Yayasan Gerontologi


Di kecamatan Camat

Pembina:
- Kepala Puskesmas
- Lurah/kepala Desa
- Ketua RW
- Ketua PKK Kel/RW

Ketua

Wakil Ketua

Sekretaris Seksi-seksi Bendahara

Mental Kesehatan Olah raga & Kesejahteraan Seni


Rekreasi
budaya

h. Sifat Pelayanan Di Posyandu Lansia

Pada dasarnya sifat pelayanan kesehatan yang harus diberikan di


Posyandu Lansia adalah pelayanan yang baik dan berkualitas. Adapun ciri-
ciri pelayanan yang baik dan berkualitas adalah

1) Memberikan pelayanan sopan dan ramah kepada usia lanjut;


2) Memberikan kemudahan dalam pelayanan kesehatan terhadap usia
lanjut;
3) Memberikan keringanan/penghapusan biaya pelayanan kesehatan
bagi usia lanjut yang tidak mampu;
4) Memberikan dukungan sosial dan bimbingan pada usia lanjut dalam
memelihara dan
5) meningkatkan kesehatannya;
6) Melakukan pelayanan kesehatan yang memadai, proaktif kepada
usia lanjut;

17
7) Melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektor dalam
melaksanakan pelayanan
8) Kesehatan bagi usia lanjut.

1) Pelayanan yang sopan dan ramah

Pemberian pelayanan yang sopan dan ramah pada usia lanjut


dapat dilakukan oleh kader dan petugas kesehatan, yang harus
menampilkan sikap dan perilaku sabar dalam menghadapi usia lanjut;
memiliki kemauan dan kemampuan untuk memberikan penjelasan
secara tuntas; memberikan pelayanan sesuai dengan prosedur tetap
atau standar pelayanan yang telah ditetapkan; dan menghargai usia
lanjut dengan memberikan pelayanan dengan sopan santun.
Penampilan kader kesehatan dalam memberikan layanan yang baik,
berkualitas dan sopan pada usia lanjut merupakan suatu bentuk
tuntutan yang harus dipahami oleh kader, mengingat sasaran yang
dihadapinya adalah kelompok usia yang sangat berbeda
karakteristiknya dengan kelompok umur lainnya, khususnya terkait
dengan adanya perubahan-perubahan fisik, psikologis, dan sosial
akibat proses menua.

2) Memberikan kemudahan bagi usia lanjut

Memberikan kemudahan pelayanan dapat meliputi tersedianya


fasilitas atau sarana dan pra-sarana dan sumber daya tenaga yang
memadai. Penempatan Posyandu Lansia sebaiknya mudah dijangkau
oleh lansia terutama dari segi jarak tempuh dari rumahnya. Sedangkan
fasilitas yang harus tersedia di Posbindu adalah : tersedianya tempat
yang nyaman, tidak panas, tenang, baik di dalam ruangan maupun di
luar ruangan, kursi untuk tunggu pengunjung, ruang pelayanan yang
nyaman, sound system dan alat audio visual untuk pemberian
informasi. Ketenagaan yang harus dimiliki oleh Posbindu adalah :
kader dengan jumlah yang memadai, tenaga medis, perawat atau
tenaga kesehatan lainnya Penyediaan fasilitas dan kemudahan tersebut
menunjukkan adanya perhatian dan penghargaan Posyandu Lansia
terhadap kelompok usia lanjut, yang didasarkan atas pemahaman
terhadap keterbatasan-keterbatasan yang dialami oleh usia lanjut,

18
sehingga usia lanjut dapat dengan mudah menjangkau pelayanan
kesehatan bermutu, yang berada di lingkungan tempat tinggalnya.

3) Memberikan keringanan/penghapusan biaya bagi usia lanjut yang


tidak mampu

Memberikan keringanan atau penghapusan biaya pelayanan


kesehatan bagi usia lanjut yang mengalami keterbatasan dukungan
sosial atau sosial ekonomi kurang , dapat dilakukan dengan
memberlakukan suatu sistem pemberian subsidi biaya pemeriksaan di
Posyandu Lansia. Dana yang digunakan untuk memberikan subsidi
dapat diperoleh dari sumber-sumber masyarakat, seperti donatur atau
bantuan lainnya.. Pemberian keringanan biaya atau penghapusan biaya
pelayanan di Posyandu Lansia tersebut merupakan bentuk pemberian
dukungan sosial dari Posbindu berupa bantuan finansial kepada usia
lanjut. Hal tersebut didasarkan pada suatu fakta bahwa usia lanjut telah
mengalami perubahan dalam kehidupannya, yaitu menurunnya atau
hilangnya sumber pendapatan akibat pensiun atau sudah tidak mampu
bekerja lagi, sehingga dapat berdampak pada ketidakmampuan usia
lanjut untuk menjangkau pelayanan kesehatan.

4) Memberikan dukungan sosial dan bimbingan pada usia lanjut

Memberikan dukungan sosial dan bimbingan pada usia lanjut


dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya agar tetap sehat
dan mandiri, dapat dilakukan melalui kegiatan kelompok-kelompok
usia lanjut. Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan adalah :

a. Melakukan pendidikan kesehatan untuk berperilaku hidup


sehat;
b. Menganjurkan untuk tetap melakukan aktifitas sehari-hari
sesuai dengan kemampuannya,
c. Menjaga kebugarannya secara rutin dengan berolah-raga;
d. Menganjurkan untuk tetap memgembangkan
kegemarannya, terutama diarahkan kepada
e. Usaha ekonomi produktif;
f. Menganjurkan melakukan kegiatan kelompok yang bersifat
keagamaan, kesenian, dan

19
g. rekreasi;
h. Diskusi dalam kelompok, untuk saling memberikan
pendapat tentang pemecahan
i. masalah yang dihadapi oleh anggota kelompok;
j. Pemberian konseling oleh perawat komunitas kepada
anggota kelompok dalam
k. Membantu pemecahan masalah.
5) Melakukan pelayanan kesehatan yang memadai, proaktif kepada
usia lanjut

Melakukan pelayanan yang memadai dan pro-aktif ditujukan


agar dapat menjangkau sebanyak mungkin sasaran usia lanjut, dapat
dilakukan dengan:

a. Menyediakan layanan yang lengkap (contoh: pemeriksaan


tensi, berat badan,
b. Pemeriksaan laboratorium sederhana, penyediaan obat-
obatan, pengobatan alternatif,
c. Pemberian makanan tambahan, penyuluhan dan konseling.
d. Mengembangkan sasaran tidak hanya pada kelompok usia
lanjut saja, melainkan pada
e. Kelompok dewasa dan pra usia lanjut. Hal ini bertujuan untuk
pencegahan sedini
f. Mungkin penyakit-penyakit tidak menular yang lazim terjadi
pada usia lanjut seperti
g. Hipertensi dan Diabetes mellitus (Dep.Kes. RI, 2005).
h. Pelayanan secara pro-aktif dapat dilakukan dengan
melaksanakan kunjungan rumah
i. Oleh kader dan petugas kesehatan kepada usia lanjut yang
mengalami keterbatasan dalam
j. Memanfaatkan Posyandu Lansia, baik karena keterbatasan
fisik maupun tidak adanya
k. Keluarga yang membantunya.
6) Kerjasama lintas program dan lintas sektor terkait

Kerjasama lintas program dan lintas sektor terkait baik di dalam


wilayah RW mapun di luar RW, dapat dilakukan dengan menjalin

20
kerjasama dengan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM), Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat (LPMK), PKK, klinik kesehatan swasta,
yayasan Gerontologi, atau organisasi lain yang peduli dengan usia
lanjut. Kerjasama tersebut dalam bentuk penggalangan dana,
pengadaan fasilitas posyandu atau tenaga kesehatan yang
diperbantukan pada pelayanan Posyandu Lansia. Selain itu, dapat juga
dilakukan penggalangan sumber daya tenaga kesehatan dari warga
setempat seperti dokter, perawat, bidan, analis kesehatan dan tenaga
farmasi untuk diberdayakan dalam pelayanan di Poyandu Lansia.
Langkah tersebut merupakan bentuk kegiatan pemberdayaan
masyarakat, yang berguna dalam mewujudkan pelayanan Posyandu
lansia yang mandiri.

i. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia

Pelayanan kesehatan di Posyandu usia lanjut menggunakan sistem 5


meja, yaitu:

1. Meja pertama: Pendaftaran anggota sebelum pelaksanaan


pelayanan
2. Meja kedua: Pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan lansia,
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, serta
menetapkan Indeks Massa Tubuh (IMT)
3. Meja ketiga: Pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan,
dan pemeriksaan status mental
4. Meja keempat: Pemeriksaan kadar Hb, Gula darah Acak, Asam
urat, Kolesterol (Laboratorium sederhana) serta pemberian
pelayanan pengobatan oleh medis.
5. Meja kelima: Pemberian penyuluhan dan konseling

Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada usia lanjut di


kelompok sebagai berikut :

1. Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari (Activity of Daily


Living) meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti
makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat
tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.

21
2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan
mental emosional, dengan menggunakan pedoman (lihat KMS
usia lanjut)
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks massa
tubuh (IMT)
4. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensi meter dan
stetoskop serta perhitungan denyut nadi selama satu menit.
5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist, Sahli atau
Cuprisulfat.
6. Pemeriksaan kadar gula dalam darah atau air seni sebagai deteksi
awal adanya penyakit gula (diabetes mellitus)
7. Pemeriksaan kadar asam urat dalam darah, kadar kolesterol
dalam darah
8. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan
atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7.
9. Penyuluhan bisa dilakukan di dalam kegiatan Posyandu Lansia,
kegiatan kelompok, kegiatan kunjungan rumah, sesuai dengan
masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau
kelompok Usia Lanjut.
10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas pada anggota
kelompok usia lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan
Home Care (Perawatan Di Rumah )
11. Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Penentuan menu
makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi usia
lanjut serta menggunakan bahan makanan yang berasal dari
daerah tersebut.
Untuk lebih jelasnya mekanisme kegiatan sistem 5 meja, lihat matriks
berikut ini.

22
Kegiatan Pelayanan Posyandu Lansia dengan sistem 5 meja/tahapan:

Meja/
Kegiatan Sarana yang dibutuhkan Pelaksana
Tahap

I Pendaftaran - Meja, kursi Kader


- Alat tulis
- Buku pendaftaran
- Buku Tamu, Buku Petugas
- Daftar Hadir Kader
- Buku register & buku
Pencatatan kegiatan
- KMS, kartu bantu Pemeriksaan
II - Pencacatan kegiatan sehari- - Meja, kursi Kader
hari - Alat tulis
- Penimbangan berat badan - KMS
dan pengukuran tinggi - Buku pedoman Kader
badan - Timbangan
- Penetapan IMT - Meteran / Mikrotoa
III - Pengukuran tekanan darah - Meja, kursi Kader dan
- Pemeriksaan kesehatan - Alat tulis
dibantu
- Pemeriksaan status mental - KMS
- Stetoskop oleh
- Tensimeter
Petugas
- Buku Pedoman Kader

IV - Pemeriksaan Hemoglobine - HB Taquist, Sahli Petugas


- Pemeriksaan Gula Darah, - Gluko test, Uric Acid Test,
Kesehatan
Asam urat, Kolesterol, dll Cholesterol Test
- Pemberian Pengobatan - Obat-obatan

V - Penyuluhan - Meja, kursi Kader dan


- Konseling - KMS
dibantu
- Leaflet
- Poster Petugas
- Buku pedoman kader
Kesehatan

PETUNJUK OPERASIOANAL PELAYANAN POSYANDU LANSIA

PERSIAPAN

1. Tempat kegiatan Posyandu Lansia (gedung, ruangan atau tempat terbuka)


2. Meja minimal 5 buah dan kursi secukupnya untuk petgas dan pengunjung
3. Alat tulis : Pulpen, penggaris
4. Buku pendaftaran, buku tamu, buku hadir kader
5. Kartu Bantu Pemeriksaan

23
6. Formulir pencacatan hasil kegiatan
7. Peralatan kesehatan : Timbangan dewasa, meteran /pengukuran tinggi badan,
stetoskop, tensimeter, peralatan laboratorium sederhana, termometer.
8. Obat-obatan yang ditetapkan oleh medis
9. Kartu Menuju Sehat (KMS) Usia Lanjut
10. Buku Pedoman Kader Posyandu Usia Lanjut
11. Media penyuluhan

MEJA 1: PENDAFTARAN

KEGIATAN :

1. Berikan nomor urut kehadiran lansia

2. Panggil lansia sesuai dengan nomor urut, ucapkan salam “ Selamat pagi/siang ibu/ bapak,
silahkan duduk “

3. Catat identitas lansia pada buku pendaftaran, KMS lansia, dan kartu bantu pemeriksaan,

: nama, umur, jenis kelamin, alamat RT/ RW, pekerjaan, pendidikan terakhir tanggal
kunjungan, nama posyandu, nomor KMS

4. Jelaskan jenis pelayanan yang tersedia di Posyandu Lansia.

5. Persilahkan lansia untuk menuju Meja 2

MEJA 2: PENIMBANGAN BERAT BADAN, TINGGI BADAN, IMT, AKTIFITAS


SEHARI-HARI

KEGIATAN :

1. Ukur tinggi badan dan berat badan lansia

2. Tetapkan Indeks Massa Tubuh (IMT) lansia dengan menggunakan grafik IMT pada
KMS lansia.

I M T : Indeks Massa Tubuh ditentukan dengan mencari titik temu antara garis bantu

yang menghubungkan berat badan yang sudah diukur dengan tinggi badan.

24
Nilai normal IMT untuk pria dan Wanita usia lanjut berkisar antara 18,5 - 25.

L : (lebih) bila titik temu terdapat pada daerah grafik dengan warna merah

N : (normal) bila titik temu terdapat pada daerah grafik dengan warna hijau

K : (kurang) bila titik temu terdapat pada daerah grafik dengan warna kuning

3. Jelaskan pada lansia tentang hasil pengukuran IMT, kemudian catat pada KMS dan
Kartu Bantu Pemeriksaan

4. Tanyakan pada lansia aktifitas sehari-hari (kemandirian lansia), apakah masuk dalam
kategori A (ketergantungan total), Kategori B (ketergantuan sebagian), atau kategori C
(mandiri).

Yang dimaksud kegiatan sehari-hari atau kemandirian adalah kegiatan dasar dalam
kehidupan, seperti : makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat
tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya. Kegiatan melakukan pekerjaan diluar
rumah, seperti : berbelanja, mencari nafkah, mengambil pensiun, arisan, pengajian, dan
lain-lain.

Katagori A : apabila usia lanjut sama sekali tidak mampu melakukan kegiatan

sehari-hari, sehingga sangat tergantung orang lain (ketergantungan)

Katagori B : apabila ada gangguan dalam melakukan sendiri, hingga kadang-

kadang perlu bantuan (ketergantungan sebagian)

Katagori C : apabila usia lanjut masih mampu melakukan kegiatan hidup

sehari-hari tanpa bantuan sama sekali (mandiri)

Selanjutnya catat pada KMS dan Kartu Bantu Pemeriksaan.

4. Persilahkan lansia untuk menuju Meja 3

25
MEJA 3 : PENGUKURAN TEKANAN DARAH, PEMERIKSAAN STATUS

MENTAL-EMOSIONAL, KELUHAN YANG DIRASAKAN

KEGIATAN :

1. Ukur tekanan darah lansia, selanjutnya catat pada KMS dan Kartu Bantu
Pemeriksaan

T : (tinggi) bila salah satu dari sistole atau diastole, keduanya diatas normal

N : (normal) bila sistole (atas) antara 120 -140 dan diastole (bawah) kurang
dari

90mmHg

R : (rendah) bila sistole atau diastole dibawah normal

2. Periksa status emosional/mental lansia, CARANYA :

Pertanyaan tahap 1 :

1. Apakah anda mengalami sukar tidur ?


2. Apakah anda sering merasa gelisah ?
3. Apakah anda sering murung dan atau menangis sendiri ?
4. Apakah anda sering merasa was-was atau khawatir?
Bila ada 1 atau lebih jawaban”ya”lanjutkan pada pertanyaan tahap 2.

Pertanyaan tahap 2 :

1. Apakah lama keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam
sebulan?
2. Apakah anda mempunyai masalah atau banyak pikiran?
3. Apakah anda mempunyai gangguan atau masalah dengan keluarga atau
orang lain?
4. Apakah anda menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter?
5. Apakah anda cenderung mengurung diri didalam kamar?
Bila 1 atau lebih jawaban ”ya” maka usia lanjut mempunyai masalah
emosional. Kemudian catat pada KMS dan Kartu Bantu Pemeriksaan.

3. Tanyakan keluhan yang dirasakan saat ini, catat pada KMS dan Kartu Bantu

26
Pemeriksaan

4. Persilahkan lansia untuk menuju Meja 4

MEJA 4: PELAYANAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM SEDERHANA DAN


PELAYANAN PENGOBATAN OLEH TIM MEDIS

KEGIATAN :

1. Lakukan pemeriksaan laboratorium sesuai dengan indikasi :

a. Pemeriksaan kadar gula darah acak

b. Pemeriksaan kadar uric acid darah

c. Pemeriksaan cholesterol darah

d. Pemeriksaan kadar haemoglobin darah metode Talqvist

e. dll.

Hb: Periksalah Hemoglobin dengan salah satu cara yaitu Talqvist, sahli atau cuprisulfat.
Bila menggunakan Talquist maka:

N : (normal) nilainya > 70 % (untuk pria & wanita)

Bila menggunakan Sahli atau Cuprisulfat maka :

N : (normal) nilainya 13 g % untuk pria dan 12 g % untuk wanita

Gula Darah (Acak) : Kadar gula darah melalui pemeriksaan Gluko Test

Penentuan kadar gula darah acak : Tinggi, Normal atau Rendah adalah berdasarkan
pedoman pada jenis alat (merk) yang digunakan dan ditetapkan oleh petugas kesehatan.
Kadar asam urat dalam darah, kadar kolesterol dalam darah melalui pemeriksaan Asam
Urat Test dan Kolesterol Test. Penentuan Tinggi, Normal atau Rendah adalah berdasarkan
pedoman pada jenis alat (merk) yang digunakan dan ditetapkan oleh petugas kesehatan

2. Berikan pengobatan kepeda lansia sesuai dengan indikasi, catat pada KMS dan Kartu
Bantu Pemeriksaan.

3. Jelaskan dosis obat dan penggunaannya

27
4. Anjurkan lansia untuk memeriksakan lebih lanjut kepada dokter/Puskesmas bila keluhan
berlanjut.

5. Lakukan layanan administrasi (pembayaran biaya periksa lab/ pengganti obat )

6. Persilahkan lansia untuk menuju Meja 5

MEJA 5: PENYULUHAN DAN KONSELING

KEGIATAN :

1. Berikan penyuluhan kepada lansia sesuai dengan keluhan, hasil pemeriksaan,


pengobatan yang telah diberikan. Arahkan penyuluhan pada pola hidup sehat,
pencegahan penyakit, pemberian dukungan dari keluarga, dengan menggunakan
media yang tersedia. Selanjutnya cacat pada KMS dan Kartu Bantu Pemeriksaan

2. Anjurkan lansia untuk berkunjung ke Posyandu lansia pada bulan berikutnya,


berikan KMS lansia untuk disimpan, dan akhiri dengan ucapan “ terima kasih atas
kunjungannya “

PENCATATAN HASIL KEGIATAN

1. Catat kembali hasil pemeriksaan dan pelayanan masing-masing lansia pada Formulir

Pencatatan Hasil Kegiatan Posyandu Lansia, dengan menulis kembali atau mencontreng
pada kolom yang sesuai dengan hasil dan jenis pemeriksaan

2. Beri tanda tangan dan stempel pada kolom yang tersedia oleh ketua Posyandu Lansia dan
petugas Puskesmas yang hadir.

2. Rekapan hasil kegiatan dibuat rangkap 2. Rangkap ke-satu untuk diserahkan kepada
petugas Puskesmas dan rangkap ke-2 untuk arsip Posyandu lansia

28
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Kegiatan praktik klinik Keperawatan Komunitas dilakukan pada tanggal 12


Februari sampai 03 Maret 2018, dengan berbekal materi yang telah diberikan saat kegiatan
belajar mengajar dikampus dan pembekalan oleh koordinator mata kuliah komunitas, maka
secara resmi pada tanggal 12 Februari 2018 mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes
Malang Kelompok 5 dan 6 melaksanakan praktik klinik Keperawatan Komunitas di RW 6
Kelurahan Pandanwangi dalam wilayah kerja UPT Puskesmas Pandanwangi.

3.1 Pengkajian
3.1.1 Data Umum

Identitas Posyandu

Nama : Posyandu Lansia Rama Dan Shinta


Alamat : Jl. Simpang Sulfat Selatan RT 3 RW 6 Kelurahan
Pandanwangi, kecamatan Blimbing Kota Malang
Tahun berdiri : 2017
Pengelola : UPT Puskesmas Pandanwangi dan Kader Lansia RW6
Jumlah lansia : 50 jiwa
3.1.2 Data Inti
Dari data demografi yang terletak di RW 06 Kelurahan Pandanwangi
Kecamatan Blimbing Kota Malang yang terdiri dari 07 RT, Jumlah lansia pada
RW 06 ada 50 jiwa.
3.1.3 Data Lingkungan Fisik
a. Pemukiman
1. Pemukiman
Berdasarkan hasil survei pada komunitas RW 06 Kelurahan
Pandanwangi didapatkan bahwa bentuk bangunan permanen.
2. Jenis Atap
Berdasarkan hasil survei pada komunitas RW 7 Kelurahan
Pandanwangi didapatkan bahwa jenis atap bangunan menggunakan
genteng, asbes, seng yang kuat dan tidak bocor.
3. Jenis Dinding

29
Berdasarkan hasil survei pada komunitas RW 06 Kelurahan
Pandanwangi didapatkan bahwa jenis dinding terbuat dari batu bata
dan batako yang kuat dan kokoh.
4. Jenis Lantai
Berdasarkan hasil survei pada komunitas RW 06 Kelurahan
Pandanwangi didapatkan bahwa jenis lantai terbuat dari keramik,
plester, ubin, dan tanah.
5. Ventilasi Ruangan
Berdasarkan hasil survei pada komunitas RW 06 Kelurahan
Pandanwangi didapatkan bahwa setiap rumah/ruangan memiliki
ventilasi, namun jarang dibuka dan berukuran kecil.
6. Pencahayaan
Berdasarkan hasil survei pada komunitas RW 06 Kelurahan
Pandanwangi didapatkan bahwa pencahayaan setiap rumah masih
kurang baik disebabkan karena posisi rumah yang berdempetan dan
posisinya dibawah.
7. Lingkungan Sekitar/Halaman
Berdasarkan hasil survei pada komunitas RW 06 Kelurahan
Pandanwangi didapatkan bahwa halaman warga sempit dan
kebanyakan terdapat sampah rongsokan yang ditimbun (sebagai
sumber penghasilan warga), sehingga menyebabkan lingkungan
terlihat kumuh, kotor, sedikit bau, dan terdapat beberapa vektor.
b. Sanitasi
1. Penyediaan Air Bersih
Berdasarkan hasil survei pada komunitas RW 06 Kelurahan Pandanwangi
didapatkan bahwa penyediaan air bersih menggunakan PDAM dan sumur
gali yang cukup dalam memenuhi kebutuhan air bersih warga RW 06.
2. Pengelolaan Kamar Mandi
Berdasarkan hasil survei pada komunitas RW 06 Kelurahan Pandanwangi
didapatan bahwa kamar mandi kondisinya berukuran cukup kecil,
sebagian besar lantainya licin, dan cukup bersih.
3. Pengelolaan Bak Air
Berdasarkan hasil survei pada komunitas RW 06 Kelurahan Pandanwangi
didapatkan bahwa warga memiliki bak mandi dan penampungan air
bersih yang kondisinya bersih dan tertutup. Warga melakukan pengurasan

30
minimal 1 minggu sekali karena ukuran bak mandi dan penampungan air
bersih berukuran kecil. Tidak ada jentik nyamuk pada bak air warga.
4. Pembuangan Sampah
Berdasarkan hasil survei pada komunitas RW 06 Kelurahan Pandanwangi
didapat bahwa warga membuang sampah pada tempat sampah. Warga
memiliki tempat sampah di dalam rumah maupun sekitar rumah. Kondisi
tempat sampah cukup baik dan tetutup. Namun sebagian warga masih
menimbun sampah rongsokan di lingkungan rumah.
c. Fasilitas
Berdasarkan hasil survei pada komunitas RW 06 Kelurahan Pandanwangi
fasilitas yang ada di RW 06 Kelurahan Pandanwangi diantaranya adalah
fsilitas umum (jamban umum, TPA, Balai RW, dan Masjid) serta fasilitas
pendidikan (PAUD).
d. Keamanan dan Transportasi
- Keamanan
Berdasarkan hasil survei pada komunitas RW 06 Kelurahan Pandanwangi
didapapkan bahwa masyarakat merasa aman karena tidak pernah terjadi
kasus kriminalitas, sehingga masyarakat berfikir tidak perlu mengadakan
siskampling atau pos ronda namun warga saling tolong menolong dan
saling menjaga ketertiban agar hidup mereka aman dan nyaman.
- Transportasi
Berdasarkan hasil survei pada komunitas RW 06 Kelurahan Pandanwangi
didaptatkan bahwa mayoritas warga sudah memiliiki kendaraan (sepeda
motor dan sepeda) namun tidak jarang masyrakat menggunakan
transportasi umum (angkot) untuk melakukan aktfitas.
e. Komunikasi
Berdasarkan hasil survei pada komunitas RW 06 Kelurahan Pandanwangi
didapatkan bahwa mayoritas warga memiliki alat komunikasi berupa
Handphone, selain itu masrayakat melakukan komunikasi bersama warga
RW dengan musyarawah mufakat, masyarakat juga saling berinteraksi
dalam kehidupan seharai hari melalui organisasi masyarakat.
f. Politik dan Pemerintahan
Berdasarkan hasil survei RW 06 masuk pada Kelurahan Pandanwangi di
kepalai oleh Lurah yang membawahi Ketua RW 06, Ketua RT 1—07 dan
warga Kelurahan Pandanwangi.

31
g. Rekreasi
Berdasarkan hasil survei pada komunitas RW 06 Kelurahan Pandanwangi
didapatkan bahwa mayoritas warga RW 06 melakukan rekreasi
sederhana, seperti mengunjungi saudara yang dekat dengan rumah
mereka, menonton TV, jalan-jalan bersama lansia dan berbincang dengan
tetangga.

TABULASI DATA
Tabel 1: Tabulasi Data Demografi Berdasarkan Usia

TINGKAT USIA LANSIA


RT 45—59 60—74 75—90
1 0 4 2
2 1 2 0
3 4 6 0
4 11 4 0
5 0 1 0
6 0 0 0
7 0 0 0
JUMLAH 16 17 2
PRESENTASE (%) 45.7% 48.6% 5.7%

Tabel 2: Tabulasi Data Demografi Berdasarkan Status Perkawinan

STATUS PERKAWINAN
No. RT
KAWIN JANDA/DUDA BELUM
1. 1 5 1 0
2. 2 2 1 0
3. 3 7 3 0
4. 4 15 0 0
5. 5 0 1 0
6. 6 0 0 0
7. 7 0 0 0
JUMLAH 29 6 0
PRESENTASE (%) 82.9% 17.1% 0%

32
Table 3: Tabulasi Data Demografi Berdasarkan Pekerjaan

PEKERJAAN
No. RT TNI/
PETANI/
SWASTA
BURUH
POLISI IRT
DLL
1. 1 0 3 0 3
2. 2 0 0 0 3
3. 3 2 2 0 6
4. 4 3 3 2 7
5. 5 1 0 0 0
6. 6 0 0 0 0
7. 7 0 0 0 0
JUMLAH 6 8 2 19
PRESENTASE (%) 17.1% 22.9% 5.7% 54.3%

Table 4: Tabulasi Data Demografi Berdasarkan Tingkat Pendidikan

RT SD SMP SMA TIDAK SEKOLAH

1 3 1 0 1
2 2 0 1 0
3 8 1 1 0
4 8 4 0 0
5 0 1 4 0
6 0 0 0 0
7 0 0 0 0
JUMLAH 21 7 6 1
PRESENTASE (%) 60.0% 20.0% 17.1% 2.9%

Table 5: Tabulasi Data Demografi Berdasarkan Hobi

HOBI
OLAH
RT BACA/TULIS MEMASAK TRAVELING
RAGA
1 0 6 0 0
2 1 1 0 0
3 0 9 1 0
4 3 13 1 2
5 0 1 0 0
6 0 0 0 0
7 0 0 0 0
JUMLAH 4 30 2 2
PRESENTASE (%) 11.4% 85.7% 5.7% 5.7%

33
Table 6: Tabulasi Data Berdasarkan Riwayat Penyakit

RIWAYAT PENYAKIT
RT GASTRITI OSTEOPOROS
HT DM JANTUNG STROKE IS
S
1 0 1 0 2 0 0
2 2 2 1 1 1
3 2 0 0 1 0 0
4 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 0 0
JUMLAH 4 3 0 4 1 1
PRESENTASE (%) 11.4% 8.6% 0.0% 11.4% 2.9% 2.9%

34
Table 7: Tabulasi Data Berdasarkan Masalah Kesehatan
MATA PENDENGARAN PERNAFASAN JANTUNG PENCERNAAN

Cepat lelah
berdenging
Berkurang

perubahan
Berdebar

Berlebih
tengkuk
Normal

Telinga

Normal

Normal

Normal

Normal
uluhati
Pusing

Ma/mi
Kabur

Berair

Batuk

Sesak
Nyeri

Nyeri

Nyeri
Mual

BAB
RT

1 1 2 1 2 1 0 5 0 0 6 0 1 0 0 5 0 0 1 0 5
2 1 2 0 1 1 0 2 0 1 2 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
3 3 1 0 6 1 1 8 0 0 10 0 0 1 0 8 0 1 0 0 9
4 7 2 2 7 2 1 12 3 4 11 2 1 0 0 13 1 3 0 0 12
5 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH 12 7 3 17 5 2 28 3 5 30 3 3 2 1 28 2 5 1 0 28
PRESENTASE (%) 34% 20% 9% 49% 14% 6% 80% 9% 14% 86% 9% 9% 6% 3% 80% 6% 14% 3% 0% 80%
PERGERAKAN SYARAF PERKEMIHAN
Kesemutan

pinggang
Bengkak

Gemetar
Lumpuh

Kontrol
Normal

Normal

Banyak

Normal
Hilang

Hilang
Sering
Sendi
Nyeri

Nyeri

Nyeri

BAK

BAK
RT

Rasa
kaki

1 0 0 2 2 1 1 0 0 0 6 0 1 1 4
2 0 0 2 0 0 1 0 0 0 3 0 0 0 3
3 2 0 2 4 0 4 0 0 0 10 0 0 0 10
4 4 1 7 2 3 5 0 0 0 15 0 1 0 14
5 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH 6 1 13 8 4 12 0 0 0 35 0 2 1 32
PRESENTASE (%) 17% 3% 37% 23% 11% 34% 0% 0% 0% 100% 0% 6% 3% 91%

35
Table 8: Tabulasi Data Berdasarkan Perilaku Kesehatan

ASIN MANIS LEMAK/GORENGAN TINGGI PURIN

Kadang

Kadang

Kadang

Kadang
pernah

pernah

pernah

pernah
Sering

Sering

Sering

Sering
Jarang

Jarang

Jarang

Jarang
Tidak

Tidak

Tidak

Tidak
RT

1 3 0 2 1 3 0 3 0 1 2 3 0 0 2 0 4
2 2 0 1 1 1 1 0 3 0 0 2 1 1 0 0 2
3 5 5 0 0 3 2 5 0 4 0 6 0 1 2 4 3
4 6 3 4 2 8 1 3 3 6 3 4 2 3 3 3 6
5 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH 16 8 8 4 16 4 11 6 11 5 16 3 5 7 8 15
PRESENTASE (%) 46% 23% 23% 11% 46% 11% 31% 17% 31% 14% 46% 9% 14% 20% 23% 43%

KOPI >1GLS/HR OBAT BEBAS OR


RT Tidak Tidak Tidak
Sering Jarang Kadang Sering Jarang Kadang Sering Jarang Kadang
pernah pernah pernah
1 5 0 0 1 2 0 0 4 5 0 1 0
2 1 0 1 1 1 0 0 3 1 0 1 0
3 3 0 4 3 2 1 2 5 7 1 1 1
4 3 1 1 8 6 1 3 11 8 4 1 2
5 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH 12 1 6 14 11 2 5 24 21 5 5 3
PRESENTASE (%) 34% 3% 17% 40% 31% 6% 14% 69% 60% 14% 14% 9%

36
Table 9: Tabulasi Data Berdasarkan Aktivitas Sehari-Hari
Pola Makan dan Minum
Frekuensi Jumlah Komposisi Jumlah cairan Jenis minum keluhan
RT
1 1/2 1/4 Kurang
Seimb >8 6-7 <5 air kopi/ Sakit Sakit
>3x 3x 2x 1x ang
cukup kurang
gelas
8 gelas
gelas gelas putih teh
nafsu menelan Gigi
alergi
porsi porsi porsi makan
1 0 6 0 0 2 0 3 5 1 0 0 0 1 5 5 1 0 1 1 1
2 0 2 0 1 3 0 0 0 3 0 0 1 0 2 2 1 1 0 0 0
3 0 5 6 0 9 2 0 0 6 3 2 0 5 3 10 2 0 0 1 0
4 3 6 5 1 10 4 1 4 11 0 4 0 9 1 15 2 1 0 3 1
5 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH 3 20 11 2 25 6 4 10 21 3 6 2 15 11 33 6 2 1 5 2
PRESENTAS 57 31
9% 6% 71% 17% 11% 29% 60% 9% 17% 6% 43% 31% 94% 17% 6% 3% 14% 6%
E (%) % %
Pola Makan dan Minum Pola BAK BAB
Jenis minum Keluhan frekuensi BAB frekuensi BAK Jumlah BAK
RT air kopi/ Kurang Sakit 1 hari 2 hari >2 hari
Sakit 800- 500-
nafsu menelan alergi 6x 4-5x >3x >1200
putih teh makan Gigi sekali sekali sekali 1200 800
1 5 1 0 1 1 1 5 1 0 0 3 3 1 1 4
2 2 1 1 0 0 0 3 0 0 2 1 0 0 3 0
3 10 2 0 0 1 0 9 1 0 1 7 3 2 6 2
4 15 2 1 0 3 1 12 1 2 3 11 1 5 8 2
5 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH 33 6 2 1 5 2 30 3 2 6 23 7 8 19 8
PRESENTASE (%) 94% 17% 6% 3% 14% 6% 86% 9% 6% 17% 66% 20% 23% 54% 23%

37
Pola Istirahat-tidur Personal hygene
Jumlah Masalah Frekuensi mandi Frekuensi Ganti baju

insomnia

mudah
bangu
ramai
RT

tidur
sulit
5-6 jam 4 jam <4 jam 3x 2x 3x 2x

n
1 3 2 1 0 0 1 0 1 5 3 3
2 3 0 0 0 0 0 0 2 1 2 1
3 7 1 2 0 0 1 0 3 7 3 7
4 9 5 1 1 2 2 2 4 11 4 11
5 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH 23 8 4 1 2 4 2 10 25 12 23
PRESENTASE (%) 66% 23% 11% 3% 6% 11% 6% 29% 71% 34% 66%
Table 10: Tabulasi Data Berdasarkan Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik
Tangga lantai sekitar
RT Lantai Kamar penerangan lantai sekitar ada selokan
tanpa rumah tidak
rumah licin mandi licin kurang rumah licin terbuka
pegangan rata
1 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 3 0 0 0
3 2 4 2 1 1 2 4
4 7 3 8 3 5 3 7
5 0 1 0 0 0 0 1
6 0 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH 9 8 10 7 6 5 12
PRESENTASE (%) 26% 23% 29% 20% 17% 14% 34%

38
Table 11: Tabulasi Data Berdasarkan Sosial Ekonomi

Tidak Penghasilan Penghasilan Penghasilan dukungan


RT
berpenghasilan <300rb 300-500rb >500rb sumberdana
1 4 2 0 0 4
2 3 0 0 0 3
3 5 2 3 0 10
4 8 3 2 0 7
5 1 0 0 0 1
6 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 0
JUMLAH 21 7 5 0 25
PRESENTASE
60% 20% 14% 0% 71%
(%)

Table 12: Tabulasi Data Berdasarkan Pelayanan Kesehatan

PELAYANAN KESEHATAN
TERATUR

TERATUR

WARUNG
DOKTER

FASKES
JAMKES
KLINIK

ASKES

OBAT
LAIN
PKM

RT TDK

TDK
JPS
RS

1 0 6 0 0 0 3 0 0 6 0 4 2
2 0 2 0 0 1 1 2 0 3 0 0 3
3 1 3 0 3 3 3 7 3 3 4 1 9
4 1 6 2 2 6 7 8 0 8 7 4 11
5 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH 2 18 2 5 10 15 17 3 21 11 9 26
PRESENTASE
6% 51% 6% 14% 29% 43% 49% 9% 60% 31% 26% 74%
(%)

Table 13: Tabulasi Data Berdasarkan Hubungan Social

HUBUNGAN SOSIAL
RT DIKUNJUNGI
PENGAJIAN ARISAN REKREASI
SANAK
1 6 0 3 1
2 2 0 2 0
3 10 1 10 10
4 5 4 15 11
5 1 0 1 0
6 0 0 0 0
7 0 0 0 0
JUMLAH 24 5 31 22
PRESENTASE
69% 14% 89% 63%
(%)

39
Visualisasi Data Demografi

Grafik 1: Lansia Berdasarkan tingkat usia

TINGKAT USIA LANSIA


18

16

14

12

10
TINGKAT USIA LANSIA
8 16 17

2
2
0
45—59 60—74 75—90

Interpretasi: Berdasarkan diagram diatas didapatkan dari 35 sampel lansia (RT 1—7) RW
06 Kelurahan Pandanwangi 16 Jiwa Usia 45-59 Usia Pertengahan, 17 Jiwa Usia 60-74
Lanjut Usia, 2 Jiwa 75-90 Lanjut Usia Tua

Grafik 2 : Lansia Berdasarkan status perkawinan

STATUS PERKAWINAN
35

30

25

20

15 29
10

5
6 0
0
KAWIN JANDA/DUDA BELUM

Interpretasi: Interpretasi: Berdasarkan Diagram Diatas Didapatkan Dari 35 Sampel


Lansia (Rt 1—7) Rw 06 Kelurahan Pandanwangi 29 Jiwa Status Pernikahan Kawin, 6 Jiwa
Status Pernikahan Janda/Duda, 0 Status Pernikahan Belum Kawin

40
Grafik 4 : Lansia Berdasarkan pekerjaan

20
PEKERJAAN
18 19
16

14

12

10

8
8
6
6
4

2
2
0
SWASTA PETANI/ BURUH TNI/ POLISI DLL IRT

Interpretasi: Berdasarkan diagram diatas didapatkan dari 35 sampel lansia (RT 1—7) RW
06 Kelurahan Pandanwangi 6 JIWA pekerjaan swasta, 8 jiwa pekerjaan petani/buruh, 2
jiwa pekerjaan TNI/polisi, dan 19 jiwa pekerjaan IRT

Grafik 5 : Lansia Berdasarkan tingkat pendidikan

TINGKAT PENDIDIKAN
25
21
20

15

10
7
6
5
1
0

SD SMP SMA TIDAK


SEKOLAH

Interpretasi: Berdasarkan diagram diatas didapatkan dari 35 sampel lansia (RT 1—7) RW
06 Kelurahan Pandanwangi 21 JIWA TINGKAT PENDIDIKAN sd, 7 jiwa tingkat
pendidikan smp, 6 orang tingkat pendidikan SMA, dan 1 jiwa tidak bersekolah

41
Grafik 6 : Lansia Berdasarkan hobi

HOBI
HOBI

35

30
30
25

20

15

10

5
4 2 2
0
BACA/TULIS MEMASAK TRAVELING OLAH RAGA

Interpretasi: Berdasarkan diagram diatas didapatkan dari 35 sampel lansia (RT 1—7) RW
06 Kelurahan Pandanwangi 4 jiwa memiliki hobi membaca/menulis, 30 jiwa memiliki hobi
memasak, 2 jiwa memiliki hobi traveling, dan 2 jiwa memiliki hobi olah raga.

Grafik 7 : Lansia Berdasarkan riwayat penyakit

RIWAYAT PENYAKIT
4.5
4
3.5 4 4
3
2.5 3
2
1.5
1
0.5 0 1 1
0

Interpretasi: Berdasarkan diagram diatas didapatkan dari 35 sampel lansia (RT 1—7) RW
06 Kelurahan Pandanwangi 4 jiwa memiliki riwayat penyalit HT, 3 jiwa memiliki riwayat
penyakit dm, 0 tidak ada penyakit jantung, 4 jiwa memiliki riwayat penyaki gastritis, 1 jiwa
meiliki riwaya penyakit stroke, dan 1 jiwa memiliki riwayat osteoporosis

42
Grafik 8 : Lansia Berdasarkan masalah kesehatan mata

MASALAH KESEHATAN
MATA
20 17
12
10 7
3
0
Kabur Berair Nyeri Normal
Interpretasi: Berdasarkan diagram diatas didapatkan dari 35 sampel lansia (RT 1—7) RW
06 Kelurahan Pandanwangi 12 jiwa mengelukan mata kabur, 7 jiwa mata berair, 3 jiwa
mata nyeri, dan 17 jiwa normal.

Grafik 9 : Lansia Berdasarkan riwayat penyakit

MASALAH KESEHATAN
PENDENGARAN
30 28

20

10 5
2
0
Berkurang Telinga Normal
berdenging

Interpretasi: Berdasarkan diagram diatas didapatkan dari 35 sampel lansia (RT 1—7) RW
06 Kelurahan Pandanwangi 5 jiwa mengeluhkan pendengaran berkurang, 2 jiwa
mengeluhkan pendengaran berdenging, dan 28 jiwa normal

43
MASALAH KESEHATAN
PERNAFASAN
35
30
30
25
20
15
10
5
5 3
0
Batuk Sesak Normal

Interpretasi: Berdasarkan diagram diatas didapatkan dari 35 sampel lansia (RT 1—7) RW
06 Kelurahan Pandanwangi 3 jiwa mengeluhkan batuk lebih dari 2 minggu, 5 jiwa
mengeluhkan sesak, dan 30 jiwa normal.

MASALAH KESEHATAN JANTUNG


30
25
20
15
10
5
0
Berdebar Cepat lelah Pusing Nyeri Normal
tengkuk
Interpretasi: Berdasarkan diagram diatas didapatkan dari 35 sampel lansia (RT 1—7) RW
06 Kelurahan Pandanwangi 3 jiwa mengeluhkan jantung berdebar, 3 jiwa mengeluhkan
cepat lelah, 2 jiwa mengeluhkan sering pusing, 1 jiwa mengeluhkan nyeri tengkuk, dan 28
jiwa normal.

44
MASALAH PENCERNAAN
30 28

25
20
15
10
5
5 2 1 0
0
Mual Nyeri Ma/mi perubahan Normal
uluhati Berlebih BAB

Interpretasi: Berdasarkan diagram diatas didapatkan dari 35 sampel lansia (RT 1—7) RW
06 Kelurahan Pandanwangi 2 jiwa mengeluhkan mual, 5 jiwa mengeluhkan nyeri ulu hati,
1 jiwa makan/minum berlebih, 0 jiwa tidak mengalami perubahan BAB, dan 28 jiwa
normal.

14 MASALAH
13 PERGERAKAN
12
12

10
8
8
6
6
4
4

2 1
0
Nyeri kaki Bengkak Kesemutan Nyeri Nyeri Sendi Normal
pinggang

Interpretasi: Berdasarkan diagram diatas didapatkan dari 35 sampel lansia (RT 1—7) RW
06 Kelurahan Pandanwangi terdapat6 jiwa nyeri kaki, 1 jiwa bengkak, 13 jiwa kesemutan,
8 jiwa nyeri pinggang, 4 jiwa nyeri sendi, dan 12 jiwa normal

45
25
21
20
16 16
15
12
11 11
10
5
5

0
PERILAKU KESEHATAN

Asin Manis Lemak/gorengan Tinggi Purin


Kopi Obat Bebas Olahraga

Interpretasi: Berdasarkan diagram diatas didapatkan dari 35 sampel lansia (RT 1—7) RW
06 Kelurahan Pandanwangi 16 jiwa sering makan asin, 16 jiwa sering makan manis, 11
jiwa sering makan gorengan, 5 jiwa sering makan tinggi purin, 12 jiwa sering minum kopi,
11 jiwa sering beli obat bebas di toko tanpa resep dokter, dan 21 jiwa sering melakukan
aktivitas olah raga.

FREKUENSI MAKAN
30
20
20
11
10
3 2
0
>3x 3x 2x 1x
Interpretasi: Berdasarkan diagram diatas didapatkan dari 35 sampel lansia (RT 1—7) RW
06 Kelurahan Pandanwangi 3 jiwa makan lebih dari 3 kali sehari, 20 jiwa makan 3 kali
sehari, 11 jiwa makan 2 kali sehari, 2 jiwa makan 1 kali sehari

46
JUMLAH MAKAN
30

20

10

0
1 pors 1/2 porsi 1/4 porsi
Interpretasi: Berdasarkan diagram diatas didapatkan dari 35 sampel lansia (RT 1—7) RW
06 Kelurahan Pandanwangi, 25 jiwa makan 1 porsi, 6 jiwa makan ½ porsi sehari, dan 4
jiwa makan ¼ porsi sehari

KOMPOSISI MAKAN
30
20
10
0
seimbang cukup kurang
Interpretasi: Berdasarkan diagram diatas didapatkan dari 35 sampel lansia (RT 1—7) RW
06 Kelurahan Pandanwangi 10 jiwa makan makanan seimbang, 21 jiwa makan makanan
cukup, dan 3 jiwa makan makanan kurang

47
JUMLAH CAIRAN
16
14
12
10
8
6
4
2
0
>8 gelas 8 gelas 6-7 gelas <5 gelas
Interpretasi: Berdasarkan diagram diatas didapatkan dari 35 sampel lansia (RT 1—7) RW
06 Kelurahan Pandanwangi 6 jiwa minum lebih dari 8 gelas perhari, 2 jiwa minum 8 gelas
per hari, 15 jiwa minum 6-7 gelas per hari, dan 11 jiwa minum kurang dari 5 gelas per hari.

JENIS MINUMAN
40 33
Orang

20
6
0
air putih kopi/teh
Interpretasi: Berdasarkan diagram diatas didapatkan dari 35 sampel lansia (RT 1—7) RW
06 Kelurahan Pandanwangi 33 jiwa inum air putih , dan 6 jiwa sering minum kopi/the.

48
KELUHAN
6
5
4
Orang

3
2
1
0
Kurang nafsu Sakit menelan Sakit Gigi alergi
makan

Interpretasi: Berdasarkan diagram diatas didapatkan dari 35 sampel lansia (RT 1—7) RW
06 Kelurahan Pandanwangi 2 jiwa kurang nafsu makan saat makan, 1 jiwa sakit menelan
saat makan, 5 jiwa sakit gigi/ompong saat makan, dan 2 jiwa mempunyai alergi makan.

FREKUENSI BAB
40

30
Orang

20

10

0
1 hari sekali 2 hari sekali >2 hari sekali

Interpretasi: Berdasarkan diagram diatas didapatkan dari 35 sampel lansia (RT 1—7) RW
06 Kelurahan Pandanwangi 30 jiwa BAB 1 kali dalam sehari, 3 jiwa BAB 2 kali dalam
sehari, dan 2 jiwa BAB kurang dari 2 kali dalam sehari.

49
50 FREKUENSI BAK PERHARI

0
6x 4-5x >3x
Interpretasi: Berdasarkan diagram diatas didapatkan dari 35 sampel lansia (RT 1—7) RW
06 Kelurahan Pandanwangi 6 jiwa BAK 6 kali dalam sehari, 23 jiwa BAK 4-5 kali dalm
sehari, dan 7 jiwa BAK kurang dari 3 kali sehari.

JUMLAH BAK
20
15
Orang

10
5
0

>1200 800-1200 500-800


cc/Hari

Interpretasi: Berdasarkan diagram diatas didapatkan dari 35 sampel lansia (RT 1—7) RW
06 Kelurahan Pandanwangi 8 jiwa jumlah BAK kurang dari 1200 cc perhari, 19 jiwa
jumlah BAK 800-1200 cc perhari, dan 8 jiwa jumlah BAK 500-800 cc perhari.

POLA ISTIRAHAT-TIDUR
23
8 4 4
1 2 2

5-6 jam 4 jam <4 jam ramai insomnia sulit tidur mudah
bangun
Jumlah Masalah

Interpretasi: Berdasarkan diagram diatas didapatkan dari 35 sampel lansia (RT 1—7) RW
06 Kelurahan Pandanwangi 23 jiwa jumlah jam tidur 5-6 jam per hari, 8 jiwa jumlah jam
tidur 4 jam, dan 4 jiwa jumlah jam tidur kurang dari 4 jam. Dari maslah tidur terdapat, 1
jiwa terdapat masalah tidur karena ramai/berisik, 2 jiwa terdapat masalah tidur karena
insomnia, 4 jiwa terdapat masalah tidur karena sulit tidur, 2 jiwa terdapat masalah tidur
karena mudah terbangun ketika tidur.

50
KEBERSIHAN DIRI
25 23
10 12

3x 2x 3x 2x

Frekuensi mandi Frekuensi Ganti baju

Interpretasi: Berdasarkan diagram diatas didapatkan dari 35 sampel lansia (RT 1—7) RW
06 Kelurahan Pandanwangi 10 jiwa mandi 3 kali dalam sehari, 25 jiwa mandi 2 kali dalam
sehari. Dari data frekuensi ganti baju terdapat, 12 jiwa ganti baju 3 kali dalam sehari, dan
23 jiwa ganti baju 2 kali dalam sehari.

LINGKUNGAN FISIK
14
12
12
10
10 9
8
ORANG

8 7
6
6 5
4
2
0
Lantai rumah Tangga tanpa Kamar mandi penerangan lantai sekitar lantai sekitar ada selokan
licin pegangan licin kurang rumah licin rumah tidak terbuka
rata

Interpretasi: Berdasarkan diagram diatas didapatkan dari 35 sampel lansia (RT 1—7) RW
06 Kelurahan Pandanwangi. Dari data lingkungan fisik terdapat, 9 jiwa lantai rumah licin, 8
jiwa tangga tanpa pegangan, 10 jiwa kamar mandi licin, 7 jiwa penerangan kurang, 6 jiwa
lantai sekitar rumah licin, 5 jiwa lantai sekitar rumah tidak rata, dan 12 jiwa ada selokan
terbuka.

SOSIAL EKONOMI
30 25
25 21
20
15
10 7 5
5 0
0
Tidak Penghasilan Penghasilan 300- Penghasilan dukungan
berpenghasilan <300rb 500rb >500rb sumberdana

51
Interpretasi: Berdasarkan diagram diatas didapatkan dari 35 sampel lansia (RT 1—7) RW
06 Kelurahan Pandanwangi. Dari data social ekonomi terdapat, 21 jiwa tidak
berpenghasilan, 7 jiwa penghasilan kurang dari 300 ribu, 5 jiwa penghasilan 300-500 ribu,
0 jiwa penghasilan kurang dari 500 ribu, dan 25 jiwa dukungan sumber dana.

PELAYANAN KESEHATAN
30
25
20
15
10
5
0

Interpretasi: Berdasarkan diagram diatas didapatkan dari 35 sampel lansia (RT 1—7) RW
06 Kelurahan Pandanwangi. Dari data pelayanan kesehatan terdapat, 2 jiwa ke rs, 18 jiwa
ke puskesmas, 2 jiwa ke klinik, 5 jiwa ke dokter, 15 jiwa teratur ke fasilitas kesehatan, 17
jiwa tidak teratur ke fasilitas kesehatan, 24 jiwa memiliki jaminan kesehatan, 11 jiwa tidak
memiliki jaminan kesehtan, 9 jiwa membeli obat di warung tanpa resep dokter, dan 26 jiwa
ke fasilitas kesehatan terdekat.

HUBUNGAN SOSIAL
40
31
30 24 22
ORANG

20
10 5
0
PENGAJIAN ARISAN DIKUNJUNGI SANAK REKREASI

Interpretasi: Berdasarkan diagram diatas didapatkan dari 35 sampel lansia (RT


1—7) RW 06 Kelurahan Pandanwangi. Dari data Hubungan Sosial terdapat, 24
jiwa sering mengikuti pengajian, 5 jiwa sering mengikuti arisan, 31 jiwa dikunjungi
sanak saudara, dan 22 jiwa sering rekreasi.

52
3.2 Analisa Data dan Perumusan Diagnosa Keperawatan Komunitas

Nama Komunitas: Lansia RW 6 Kelurahan Pandanwangi

1. Nama Masalah: resiko peningkatan angka kesakitan hipertensi

Data yang
No. Etiologi Rasional Mendukung

1. 1. Kurangnya 1. Gorengan/lemak dapat 1. 11 orang


pengetahuan membuat tubuh menyatakan
mengenai perilaku kelebihan kalori. sering makan
kesehatan terhadap Kelebihan kalori dapat gorengan/lemak.
konsumsi menyebabkan obesitas 2. 16 orang
gorengan/lemak. sehingga seseorang mengatakan
2. Kurangnya dapat terkena penyakit sering suka makan
pengetahuan stoke, diabetes hingga asin.
mengenai perilaku jantung. 3. 12 orang
kesehatan terhadap 2. Terlalu banyak garam mengatakan
konsumsi tinggi pada tubuh dapat sering suka
garam. menyebabkan darah minum kopi.
3. Kurangnya tinggi sehingga dapat 4. 4 orang
pengetahuan menyebabkan gagal menyatakan
mengenai perilaku jantung kongestif, memiliki riwayat
kesehatan terhadap sirosis hati, atau tekanan darah
menghindari penyakit ginjal tinggi
konsumsi kafein. 3. Kafein dapat
4. Tingginya Tekana mengurangi kadar
darah lebih dari kalsium pada tulang
140/90 mmhg. sehingga menyebabkan
lansia sering linu-linu
pada tulang dan dapat
terjadi pengeroposan,

53
2. Nama Masalah : resiko peningkatan angka kesakitan maag

Data yang
No. Etiologi Rasional Mendukung

1. 1. tingginya 1. Sakit pada ulu 1. Sebanyak 4


masyarakat yang hati merupakan orang
memiliki riwayat salah satu ciri menyatakan
maag kronik. penyakit maag penderita maag
2. Banyaknya sehingga kronik/lebih
lansia perawat dapat dari 6 bulan.
mengeluhkan menentukan 2. Sebanyak 5
nyeri ulu hati. implementasi orang
3. Tingginya angka selanjutnya. menyatakan
perilaku 2. Kafein yang sering
kesehtan berasal dari kopi mengalami
terhadap bisa nyeri pada ulu
konsumsi kopi meningkatkan hati.
setiap asam lambung 3. Sebanyak 12
minggunya. karena memicu orang
4. Tingginya produksi asam menyatakan
penggunaan lambung yang sering
obat-obatan berlebihan. mengkonsumsi
tidak sesuai 3. Sering kopi setiap
reseo dokter. mengkonsumsi minggunya.
obat bebas yang 4. Sebanyak 11
diperjualkan di orang
warung dapat menyatakan
menyebabkan sering
iritasi sistem mengkonsumsi
pencernaan. obat-obatan
bebas di toko
tanpa resep
dokter.

54
3. Nama Masalah: resiko peningkatan angka kesakitan kesemutan

No. Etiologi Rasional Data yang Mendukung

1. 1. Banyaknnya 1. Kesemutan pada 1. sebanyak 13


masyarakat yang kaki dan tangan orang
memiliki keluhan dapat menjadi menyatakan
terhadap kesemutan tanda-tanda kesemutan pada
di kaki dan tangan. diabetes, stroke, kaki dan tangan.
2. Tingginya angka penyakit jantung, 2. Sebanyak 16
perilaku kesehtan rematik dan lain- orang
terhadap konsumsi lain. mengatakan suka
makan makanan 2. Makanan manis makan makanan
manis. dapat meningkatkan manis.
3. Tingginya angka kadar gula darah 3. Sebanyak 17
usia lanjut pada tubuh sehingga orang sudah
menyebabkan menyebabkan masuk usia lansia
berbagai keluhan gangguan pada dengan katagori
dasar. kapiler darah. mendekati resiko
3. Keluhan dasar tinggi.
merupakan pertanda
awal pada suatu
penyakit sehingga
perawat dapat
mengantisipasi
terjadinya suatu
penyakit.

55
a. Rencana Askep Komunitas

Diagnosa Waktu dan


No. Tujuan Kriteria hasil Sasaran Intervensi Pj Metode Media
keperawatan tempat

1. Resiko Tujuan jangka 1. Lansia Lansia 1. Berikan penyuluhan Di RW 06 1. Ceramah 1. Ppt


peningkatan panjang : mampu RW 06 tentang perilaku Pandanwan 2. Tanya 2. Video
angka kesakitan Lansia di RW 6 mengetahui Pandanw kesehatan tentang gi jawab
pada lansia di RW Kelurahan cara angi hipertensi, maag, 3. demontra
6 berhubungan Pandanwangi memelihara kesemutan. si
dengan : mampu perilaku 2. Berikan senam anti
1. Kurangnya memelihara kesehatan. hipertensi.
perilaku perilaku kesehatan 2. Lansia
kesehatan sekitar dalam paham
pada lansia. jangka waktu 1 tentang
2. Meningkatnya bulan. pentingnya
angka menjaga
kesakitan Tujuan jangka perilaku
hipertensi. pendek : kesehatan
3. Meningkatnya Lansia di RW 6 terutama
angka Kelurahan gaya
kesakitan Pandanwangi konsumsi

56
maag. mampu: makanan.
4. Meningkatnya 1. Lansia 3. Lansia dapat
angka mengerti menerapkan
kesakitan tantang perilaku
kesemutan. pentingnya kesehatan
menjaga terutama
perilaku mengkonsu
kesehatan. msi
2. Memahami makanan
pentingnya sehari-hari
perilaku
kesehatan.
3. Melaksanakan
perilaku
kesehatan,
terutama
permasalahan
konsumsi
makanan
sehari-hari.

57
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data kesehatan komunitas yang
diinginkan. Pada pengkajian ini dilakukan pengumpulan data kesehatan komunitas
dengan sistem acak dan telah dikonsultasikan ke pembimbing komunitas akademik
serta disesuaikan dengan lembar pengkajian dari institusi. Setelah format pengkajian
siap, maka penanggung jawab masing-masing RT mempunyai hak otonom dalam
mekanisme pengumpukan datanya.
Selama melakukan pengkajian komunitas pada lansia RW VI Kelurahan
Pandanwangi Kota Malang, kami menemukan masalah:
1. Resiko peningkatan angka kesakitan hipertensi.
2. Resiko peningkatan angka kesakitan maag.
3. Resiko peningkatan angka kesakitan kesemutan.
Dari ketiga masalah yang ditemukan mahasiswa, maka diharapkan
lansia mampu dan mau merubah perilaku kesehatan terutama masalah konsumsi
makanan sehari-hari. Perumusan masalah tersebut mahasiswa mendapatkan beberapa
permaslah yang cukup berat, namun masih dapat di cegah, karena lansia kurang
menyadari pentingnya menjaga perilaku kesehatan terutama konsumsi makanan
sehari-hari telah dan kurang menyadari pentingnya kesehatan dalam hidup. Namun
terdapat beberapa hambatan saat menentukan hari untuk musyawarah masyarakat,
adanya konfirmasi satu arah dari pihak pembimbing, namun dari hambatan tersebut,
mahasiswa mampu menyesuaikan keadaan dengan baik dan bertanggung jawab.

4.2. Rumusan Diagnosa


Berdasarkan pemilihan dan klasifikassi berdasarkan diagnose dan
hubungannya, terdapat masalah utama yaitu, resiko perilaku kesehatan yang kurang
terutama masalah konsumsi sehari-hari, terdapat hubungan yakni, Resiko peningkatan
angka kesakitan hipertensi, Resiko peningkatan angka kesakitan maag dan Resiko
peningkatan angka kesakitan kesemutan. Pada asuhan keperawatan kelompok lansia
RW VI Kelurahan Pandanwangi Kota Malang, diagnosa yang ditemukan yaitu:
1. Resiko peningkatan angka kesakitan hipertensi berhubungan dengan seringnya
makan gorengan/lemak, suka sering makan asin, suka minum kopi pagi hari,
dan mempunyai riwayat darah tinggi.

58
2. Resiko peningkatan angka kesakitan maag berhubungan dengan adanya
penderita maag kronik/ lebih dari 6 bulan, sering mengalami nyeri ulu hati,
sering konsumsi kopi setiap minggunya, dan sering mengkonsumsi obat bebas
di warung tanpa resep dokter.
3. Resiko peningkatan angka kesakitan kesemutan berhubungan dengan
banyaknya lansia kesemuatan pada kaki dan tangan, suka makan manis, dan
sedah masuk katagori usia dengan kategori mendekati resiko tinggi.

4.3. Intervensi
Intervensi disusun sebagai alternativ pemecahan masalah, harus berorientasi
pada masalah, sumberdaya yang tersedia, dan dapat terjangkau dari hasil musyawarah
komunitas RW VI Kelurahan Pandanwangi pada tanggal 22 Februari 2018 dengan
mengemukakan data saat pengkajian, telah disepakati bahwa alternative yang dipilih
untuk memecahkan masalah dengan metode:
1. Penyuluhan tentang hipertensi.
2. Penyuluhan tentang maag.
3. Penyuluhan tentang kesemutan.
4. Melatih senam anti hipertensi pada lansia dan kader.

4.4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap pelaksana rencana intervensi, rencana
intervensi yang telah disusun dapat dilaksanakan sesuai rencana dengan peran aktif
masyarakat RW 06 Kelurahan Pandanwangi Kota Malang, dan dukungan pihak
Puskesmas Pandanwangi Kota Malang serta institusi pendidikan Poltekkes Kemenkes
Malang, sesuai dengan kesepakatan dalam MMRW (Musyawarah Masyarakat RW)
RW 06 Kelurahan Pandanwangi Kota Malang maka kami telah melakukan berbagai
kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia yang optimal.
Adapun lampiran kegiatan adalah sebagai berikut:
Jadwal Implementasi
No. Hari, Waktu Sasaran Jenis Kegiatan Tempat Penanggung Keterangan
tanggal Jawab
1. kamis, 08.30- Tokoh Melakukan Balai RW 06 TIM Terlaksana
22-02- 09.00 masyarakat musyawarah Kelurahan
2018 dan lansia masyarakat RW Pandanwangi
RW 06 06

59
2. kamis, 09.15- Lansia RW - Penyuluhan Balai RW 06 TIM Terlaksana
22-02- 10.00 06 Tentang Kelurahan
2018 Hipertensi. Pandanwangi.
- Penyuluhan
Tentang
Gastritis
- Penyuluhan
Tentang
Kesemutan
3. kamis, 10.00- Lansia RW - Tanya Jawab Balai RW 06 TIM Terlaksana
22-02- 10.20 06 Seputar Kelurahan
2018 Penyuluhan Pandanwangi
Dan
Kesehatan
4. kamis, 10.25- Lansia RW - Mengajarkan Balai RW 06 TIM Terlaksana
22-02- 10.45 06 Senam Kelurahan
2018 Hipertensi Pandanwangi
5. kamis, 10.45- Lansia RW - Penutupan Balai RW 06 TIM Terlaksana
22-02- 11.00 06 Dan Doa Kelurahan
2018 Pandanwangi

1.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan untuk menilai
keefektifan intervensi yang telah dilakukan.

No Hari, Waktu Sasaran Jenis Kegiatan Masalah Rencana


Tanggal Yang Tindak Lanjut
Dihadapi
1. kamis, 08.30- Tokoh Melakukan - Waktu - Mengganti
22-02- 09.00 masyarakat musyawarah pelaksana undangan
2018 dan lansia masyarakat RW an - Meminta
RW 06 06 MMRW bantuan ke
ada kader untuk
perubaha memberikan
n jadwal informasi

60
waktu
pelaksaan ke
lansia
1. kamis, 09.15- Lansia RW - Penyuluhan - Situasi - Menyajikan
22-02- 10.00 06 Tentang pada saat power point
2018 Hipertensi. penyuluh dengan
- Penyuluhan an kurang penjelasan
Tentang kondusif, gambar-
Gastritis pembicar gambar,
- Penyuluhan a tidak supaya
Tentang menggun mudah
Kesemutan akan terbaca
pengeras - Memberikan
suara kesempatan
bertanya di
akhir sesi
- Memberikan
penyuluhan /
konsultasi
perorangan
di meja 5
ketika
posyandu
2. kamis, 10.00- Lansia RW - Tanya Jawab - Awalnya - Menyediakan
22-02- 10.20 06 Seputar peserta doorprize
2018 Penyuluhan tidak ada kepada
Dan yang peserta yang
Kesehatan bertanya bertanya
- Lansia - Memberikan
belum kesempatan
memaha beertanya
mi materi
yang
disampaik
an

61
3. kamis, 10.25- Lansia RW - Mengajarkan - Peserta - Melakukan
22-02- 10.45 06 Senam Anti yang senam anti
2018 Hipertensi mengikuti hipertensi /
senam senam lansia
belum setiap kali
sepenuhn pertemuan
ya posyandu
menghafa dengan target
l gerakan- 70%
gerakan kehadiran
senam, lansia
tetapi
sudah ada
gerakan
yang
sering
diajarkan
4. kamis, 10.45- Lansia RW - Penutupan - Belum - Menunjuk
22-02- 11.00 06 Dan Doa ditentuka tokoh agama
2018 n dari lansia
pembaca untuk
doa untuk memimpin
penutupa doa
n
sekaligus
tasyakura
n
Dari Kegiatan penyuluhan tentang Hipertensi, Gastritis, dan Paratesia lansia diberikan pertanyaan

1. Apa penyebab hipertensi, gastritis dan kesemutan?


2. Bagaimana tanda dan gejala hipertensi, gastritis dan kesemutan?
3. Makan yang harus dibatasi untuk mencegah hipertensi dan gastritis
seperti apa?
4. Bagaimana penanganan untuk hipertensi, gastritis dan kesemutan?
5. Apa saja komplikasi yang bisa terjadi pada pasien hipertensi dan
gastritis?
75% lansia bisa menjawab pertanyaan dengan baik.
Evaluasi senam anti hipertensi yang diberikan:

62
50% lansia sudah menghafal gerakan-gerakan senam yang telah
diajarkan.
90% lansia mampu memperagakan gerakan senam anti hipertensi

63
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah Melaksanankan Pengkajian data komunitas lansia di RW VI Kelurahan
Pandanwangi Kota Malang, kami menemukan beberapa masalah, yaitu Resiko
peningkatan angka kesakitan hipertensi, Resiko peningkatan angka kesakitan maag
dan Resiko peningkatan angka kesakitan kesemutan.
Dari permasalahan tersebut kami menyusun beberapa intervensi, yaitu .
Penyuluhan tentang hipertensi, Penyuluhan tentang maag, Penyuluhan tentang
kesemutan dan Melatih senam anti hipertensi pada lansia dan kader.
Selama proses asuhan keperawatan terdapat beberapa kendala mulai dari
menentukan hari pelaksanaan implementasi, penyediaan sarana, petugas, dan tidak
semua responden ikut dalam pengkajian. Namun kendala tersebut dapat di atasi dan
kegiatan berjalan dengan baik.
Hasil dari implementasi di dapatkan bahawa 75% Lansia memahami materi
dengan baik dan 90% dapat mempraktikkan senam hipertensi.

5.2 Saran
1. Untuk Puskesmas Pandanwangi agar memantau kegiatan posyandu
dan memberikan sosialisasi kesehatan setiap bulan
2. Untuk kader agar mengefektifkan kegiatan posyandu lansia agar
dapat meningkatkan kesehatan lansia.
3. Untuk para lansia agar dapat menerapkan materi yang didapat dan
memperhatikan kesehatan serta meningkatkan perilaku keshatan
terutama pola makan.
4. Untuk Institusi Pendidikan agar menambah kegiatan pengabdian
masyarakat di posyandu RW 6 kelurahan Pandanwangi.

64
DAFTAR PUSTAKA

Dep.Kes RI. 2002. Pedoman Pengelolaan Kegiatan Kesehatan di Kelompok Usia Lanjut.
Dirjen Binkesmas, Direktorat Kesehatan Keluarga, Sub.Dit KesehatanUsia
Lanjut, Jakarta

Dep.Kes.RI. 2005. Pedoman Puskesmas Santun Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan.
Dirjen Binkesmas, Direktorat Kesehatan Keluarga. Jakarta

Dep.Kes. RI. 2005. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan.
Jakarta

65
LAMPIRAN

66
PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS
MAHASISWA JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-IV KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES MALANG
DI RW 06 KELURAHAN PANDANWANGI

Malang, 17 Februari 2018

Kepada Yth:
Bpk/Ibu/Sdr/i ...................
Di tempat.
Assalamu’alaikum wr. wb
Dengan hormat,
Mengharap atas kehadiran Bpk/Ibu/Sdr/i, besok pada:
Hari : Kamis
Tanggal : 22 Februari 2018
Waktu : 08.00 WIB - selesai
Tempat : Balai RW 06 Kelurahan Pandanwangi Kota Malang
Agenda : Penyuluhan Kesehatan
Demikian surat undangan ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kehadiran
Bpk/Ibu/Sdr/i kami mengucapkan terima kasih.

Mengetahui,
Pembimbing Klinik Ketua Pelaksana

Ni Wayan Sukarni, S.Kep, Ners Danang Budi Setiawan


NIP. 1974412221998032005 NIM. 1501460020

67
PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS
MAHASISWA JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-IV KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES MALANG
DI RW 06 KELURAHAN PANDANWANGI

Malang, 17 Februari 2018

Kepada Yth:
Kepala Kelurahan Pandanwangi
Di tempat.
Assalamu’alaikum wr. wb
Dengan hormat,
Mengharap atas kehadiran Bapak, besok pada:
Hari : Kamis
Tanggal : 22 Februari 2018
Waktu : 08.00 WIB - selesai
Tempat : Balai RW 06 Kelurahan Pandanwangi Kota Malang
Agenda : Musyawarah Mufakat RW. 06 dan Penyuluhan Kesehatan
Demikian surat undangan ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kehadiran Bapak
kami mengucapkan terima kasih.

Mengetahui,
Pembimbing Klinik Ketua Pelaksana

Ni Wayan Sukarni, S.Kep, Ners Danang Budi Setiawan


NIP. 1974412221998032005 NIM. 1501460020

68
PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS
MAHASISWA JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-IV KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES MALANG
DI RW 06 KELURAHAN PANDANWANGI

Malang, 17 Februari 2018

Kepada Yth:
Ketua Rukun Warga 06
Di tempat.
Assalamu’alaikum wr. wb
Dengan hormat,
Mengharap atas kehadiran Bapak, besok pada:
Hari : Kamis
Tanggal : 22 Februari 2018
Waktu : 08.00 WIB - selesai
Tempat : Balai RW 06 Kelurahan Pandanwangi Kota Malang
Agenda : Musyawarah Mufakat RW. 06 dan Penyuluhan Kesehatan
Demikian surat undangan ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kehadiran Bapak
kami mengucapkan terima kasih.

Mengetahui,
Pembimbing Klinik Ketua Pelaksana

Ni Wayan Sukarni, S.Kep, Ners Danang Budi Setiawan


NIP. 1974412221998032005 NIM. 1501460020

69
PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS
MAHASISWA JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-IV KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES MALANG
DI RW 06 KELURAHAN PANDANWANGI

Malang, 17 Februari 2018

Kepada Yth:
Ketua Rukun Tetangga ......
Di tempat.
Assalamu’alaikum wr. wb
Dengan hormat,
Mengharap atas kehadiran Bapak, besok pada:
Hari : Kamis
Tanggal : 22 Februari 2018
Waktu : 08.00 WIB - selesai
Tempat : Balai RW 06 Kelurahan Pandanwangi Kota Malang
Agenda : Musyawarah Mufakat RW. 06 dan Penyuluhan Kesehatan
Demikian surat undangan ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kehadiran Bapak
kami mengucapkan terima kasih.

Mengetahui,
Pembimbing Klinik Ketua Pelaksana

Ni Wayan Sukarni, S.Kep, Ners Danang Budi Setiawan


NIP. 1974412221998032005 NIM. 1501460020

70
PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS
MAHASISWA JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-IV KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES MALANG
DI RW 06 KELURAHAN PANDANWANGI

Malang, 17 Februari 2018

Kepada Yth:
Kader Posyandu Lansia RW. 06
Di tempat.
Assalamu’alaikum wr. wb
Dengan hormat,
Mengharap atas kehadiran Bpk/Ibu/Sdr/i, besok pada:
Hari : Kamis
Tanggal : 22 Februari 2018
Waktu : 08.00 WIB - selesai
Tempat : Balai RW 06 Kelurahan Pandanwangi Kota Malang
Agenda : Musyawarah Mufakat RW. 06 dan Penyuluhan Kesehatan
Demikian surat undangan ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kehadiran
Bpk/Ibu/Sdr/i kami mengucapkan terima kasih.

Mengetahui,
Pembimbing Klinik Ketua Pelaksana

Ni Wayan Sukarni, S.Kep, Ners Danang Budi Setiawan


NIP. 1974412221998032005 NIM. 1501460020

71
DOKUMENTASI

72
73
74
75
76

Anda mungkin juga menyukai