Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

Perangkat dapat digunakan untuk eksperimen mahasiswa dan untuk


demonstrasi. Konstruksinya menekankan pada desain yang kuat dan dapat melihat
langsung fungsi dari perangkat. Hal ini memungkinkan hubungan fundamental
dari deformasi elastis yang terkait dengan tekukan dan puntiran yang akan diukur
dan diselidiki.
Dibandingkan dengan deformasi dari benda ukur, deformasi yang melekat
pada perangkat itu sendiri dalam beberapa pengukuran dapat diabaikan. Dalam
kasus lain, deformasi yang melekat ditentukan dalam penyelidikan awal dan
deformasi perangkat ukur kemudian diperhitungkan. Nilai ukur yang diperoleh
bersifat pembanding dan dapat dianalisa secara grafis dan matematis.
Desain konstruksi – penyangga pengukur magnetik yang dapat dipasang
secara praktis dalam berbagai posisi, pencekam bor, bantalan dan braket penjepit
– membuka berbagai kemungkinan variasi bagi orang yang melakukan percobaan.
Perangkat ini adalah sumber daya untuk kinerja percobaan dasar dalam
pengukuran besarnya regangan, karena perangkat dapat digunakan untuk
menghasilkan beban yang ditentukan. Batang tekuk juga dapat dengan mudah
dijepit pada perangkat dan diberikan deformasi yang ditentukan dalam percobaan
foto elastik.
Perangkat ini dapat digunakan untuk mencakup berbagai tujuan
pembelajaran yang berhubungan dengan proses. Mahasiswa belajar bagaimana
merencanakan, melakukan, dan mengevaluasi serangkaian pengukuran. Mereka
memiliki dasar untuk diskusi intensif tentang pengaruh kesalahan. Mereka akan
mengidentifikasi bahwa hasil yang baik dapat diperoleh bahkan dengan alat
pengukur yang relatif sederhana.
Ini berlaku khusus untuk torsi, dimana hasil yang dapat diterima dapat
diperoleh tanpa percobaan awal yang disebutkan, tetapi data yang diperoleh
dengan hasil percobaan awal sangat baik.
Perangkat ini juga dapat bermanfaat ketika membahas tujuan pembelajaran
psikomotorik. Mahasiswa mengembangkan kepercayaan dalam menggunakan
pengukur dan alat penjepit. Sebagai contoh mereka belajar bagaimana cara
menggunakan dial gauge dan penyangga magnetik. Kehati-hatian dalam bagian
ini dikonfirmasi dengan nilai terukur yang baik.
BAB III
ALAT DAN BAHAN

III.1. Alat Percobaan

Alat Percobaan Bending (Atas) dan Alat Percobaan Torsi (Bawah)

1. Guide bar
2. Movable bearings
3. Fixing element for bearings
4. Load body
5. Magnetic holder for dial gauge
6. Fixing element and clamping plate
7. Force transmission element
8. Dial gauge
9. Test bar
10. Rigidly connected clamping chuck
11. Rotating bearing clamping chuck with lever for application of
load body
12. Lever for generation of torsion moment using load body
III.2. Langkah Percobaan Bending

1. Menyiapkan alat dan bahan


2. Mengukur panjang, lebar, dan tinggi test bar dan mengukur
jarak antara dua movable bearing
3. Menentukan titik tengah test bar lalu memasang penjepit beban
pada titik tengah test bar dengan menggunakan kunci L
4. Menempatkan test bar di atas movable bearing secara simetris
5. Menempatkan magnetic holder dan dial gauge pada guide bar
6. Mengatur posisi dial gauge agar bersinggungan dengan
penjepit beban sehingga gayanya (y) dapat dihitung
7. Mengkalibrasi dial gauge ke angka nol
8. Tambahkan beban pada pengait beban sesuai dengan percobaan
9. Ulangi langkah 1-8 dengan beban yang berbeda

III.3. Langkah Percobaan Torsi

1. Menyiapkan alat dan bahan


2. Mengatur posisi movable bearing agar sesuai dengan panjang
test bar
3. Memasang test bar pada kedua chuck. Pada saat pemasangan
test bar posisi tuas momen puntir harus berada pada posisi
diatas
4. Mengukur panjang dan diameter test bar yang telah terpasang
pada chuck
5. Memasang magnetic holder dan dial gauge pada ujung kanan
guide bar
6. Mengatur posisi dial gauge agar bersinggungan dengan tuas
momen puntir
7. Mengkalibrasi dial gauge ke angka nol
8. Tambahkan beban pada pengait beban yang dikaitkan pada tuas
momen puntir
9. Ulangi langkah 1-8 dengan beban yang berbeda.
BAB III
ALAT DAN BAHAN
III.1. Alat Percobaan

Alat Percobaan Bending (Atas) dan Alat Percobaan Torsi (Bawah)

1. Bilah panduan
2. Bantalan bergerak
3. Bantalan yang tidak dapat bergerak
4. Beban uji
5. Penjepit magnetik dengan alat pengukur
6. Elemen tetap dan penjepit plat
7. Pengait yang menghubungkan beban dengan plat
8. Alat pengukur
9. Bar uji
10. Penjepit yang dapat diatur
11. Penjepit dengan tuas beban
12. Tuas untuk menghitung torsi dengan menggunakan beban
III.2. Langkah Percobaan Bending

1. Menyiapkan alat dan bahan


2. Mengukur panjang, lebar, dan tinggi test bar dan mengukur
jarak antara dua movable bearing
3. Menentukan titik tengah test bar lalu memasang penjepit beban
pada titik tengah test bar dengan menggunakan kunci L
4. Menempatkan test bar di atas movable bearing secara simetris
5. Menempatkan magnetic holder dan dial gauge pada guide bar
6. Mengatur posisi dial gauge agar bersinggungan dengan
penjepit beban sehingga gayanya (y) dapat dihitung
7. Mengkalibrasi dial gauge ke angka nol
8. Tambahkan beban pada pengait beban sesuai dengan percobaan
9. Ulangi langkah 1-8 dengan beban yang berbeda

III.3. Langkah Percobaan Torsi

1. Menyiapkan alat dan bahan


2. Mengatur posisi movable bearing agar sesuai dengan panjang
test bar
3. Memasang test bar pada kedua chuck. Pada saat pemasangan
test bar posisi tuas momen puntir harus berada pada posisi
diatas
4. Mengukur panjang dan diameter test bar yang telah terpasang
pada chuck
5. Memasang magnetic holder dan dial gauge pada ujung kanan
guide bar
6. Mengatur posisi dial gauge agar bersinggungan dengan tuas
momen puntir
7. Mengkalibrasi dial gauge ke angka nol
8. Tambahkan beban pada pengait beban yang dikaitkan pada tuas
momen puntir
9. Ulangi langkah 1-8 dengan beban yang berbeda.
BAB IV
HASIL PERCOBAAN

IV.1. Percobaan Tekuk


IV.1.1 Data
1. Material : kuningan
L = 310 mm
b = 20 mm
h = 4 mm
E = 90.000 N/mm2

NO. Beban (Kg) Gaya (N) y(mm)

1 0,3 2,94 0,46

2 0,6 5,89 0,65

3 0,8 7,84 1,94

4 1,1 10,78 2,06

2. Material : Aluminium
L = 510 mm
b = 10 mm
h = 10 mm
E = 70.000 N/mm2

NO. Beban (Kg) Gaya (N) y(mm)

1 0,6 5,89 0,13

2 0,7 6,87 0,17

3 1,2 11,76 0,39


4 1,6 15,68 0,57

IV.2. Percobaan Torsi


Data
1. Material : Kuningan
L = 340 mm
d = 10,75 mm
E = 9 x 1010

NO. Beban (Kg) Gaya (N) y(mm)

1 0,3 2,94 0,11

2 0,6 5,89 0,29

3 0,8 7,84 0,37

4 1,1 10,78 0,55

2. Material : Baja
L = 340 mm
d =13 mm
E = 70.000 N/mm2

NO. Beban (Kg) Gaya (N) y(mm)

1 0,6 5,89 0,13

2 0,7 6,86 0,17

3 1,2 11,76 0,74

4 1,6 15,68 1,02


IV.1.2. Perhitungan

IV.1.2.1. Material : Kuningan ; h = 4 mm

F . L3 F . L3
1. y = ym = 48 . = 1
E. I 48 . E . 𝑏ℎ3
12

2,94 . 5103
=
.1
48 . 90.000 12 . 20 . 43

= 0,846 mm

F . L3 F . L3
2. y = ym = 48 . = 1
E. I 48 . E . 𝑏ℎ3
12

5,89. 5103
=
1
48. 90.000 12 . 20. 43

= 1,695 mm

F . L3 F . L3
3. y = ym = 48 . = 1
E. I 48 . E . 𝑏ℎ3
12

7,84 . 5103
=
1
48 . 90000 . 12 20 . 43

= 2,256 mm

F . L3 F . L3
4. y = ym = 48 . = 1
E. I 48 . E . 𝑏ℎ3
12
10,78 . 5103
=
1
48 . 90000 12 . 20 . 43

= 3,103 mm

IV.1.2.2. Material : Aluminium ; h = 10 mm

F . L3 F . L3
1. y = ym = 48 . = 1
E. I 48 . E . 𝑏ℎ3
12

5,89 . 5103
=
1
48 . 70000 . 12 . 10 . 103

= 0,27 mm

F . L3 F . L3
2. y = ym = 48 . = 1
E. I 48 . E . 𝑏ℎ3
12

6,87 . 5103
=
1
48 . 70000 . 12 . 10 . 103

= 0,32 mm

F . L3 F . L3
3. y = ym = 48 . = 1
E. I 48 . E . 𝑏ℎ3
12

11,76 . 5103
=
1
48 . 70000 . 12 . 10 . 103

= 0,55 mm
F . L3 F . L3
4. y = ym = 48 . = 1
E. I 48 . E . 𝑏ℎ3
12

15,68 . 5103
=
1
48 . 70000 . 12 . 10 . 103

= 0,74 mm
IV.1.3. Persentase Kesalahan
IV.1.3.1. Material : Kuningan
F = 2,94
yteori −ypraktek
1. %PK = | | × 100%
yteori

0,846 − 0,46
=| | 𝑥 100%
0,846
= 45%

F = 5,89
yteori −ypraktek
2. %PK = | | × 100%
yteori

1,69 − 0,65
=| | 𝑥 100%
1,69
= 61%

F= 7,84
yteori −ypraktek
3. %PK = | | × 100%
yteori

2,256 − 1,94
=| | 𝑥 100%
2.256
= 14%

IV.1.3.2. Material : Aluminium


F = 5,89
yteori −ypraktek
1. %PK = | | × 100%
yteori

0,27 − 0,13
=| | 𝑥 100%
0,27
= 51%
F = 6,87
yteori −ypraktek
2. %PK = | | × 100%
yteori

0,32 − 0,17
=| | 𝑥 100%
0,32
= 46%
F = 11,76
yteori −ypraktek
3. %PK = | | × 100%
yteori

0,55 − 0,39
=| | 𝑥 100%
0,55
= 29%

IV.1.3.3. Material :
F=
yteori −ypraktek
1. %PK = | | × 100%
yteori

=| |

F=
yteori −ypraktek
2. %PK = | | × 100%
yteori

=| |

F=
yteori −ypraktek
3. %PK = | | × 100%
yteori

=| |

=
IV.2. Percobaan Torsi
IV.2.1. Data
1. Material : kuningan
L = 340 mm
d = 10,75 mm
E = 90.000 N/mm2

NO Beban (Kg) Gaya (N) y(mm)


.
1 0,3 2,94 0,11
2 0,6 5,88 0,29
3 0,8 7,84 0,37
4 1,1 10,78 0,55

2. Material : Baja
L = 340 mm
d = 12 mm
E = 70.000 N/mm2

NO. Beban (Kg) Gaya (N) y(mm)


1 0,6 5,88 0,13
2 0,7 6,86 0,17
3 1,2 11,76 0,74
4 1,6 15,68 1,02
IV.2.2. Perhitungan
IV.2.2.1. Material : Kuningan ; L = 480 mm
1. Regangan Geser
λ1 0,11
γ1 = = = = 0,0003
L 340
λ2 0,29
γ2 = = = = 0,0008
L 340
λ3 0,37
γ3 = = = = 0,001
L 340
λ4 0,55
γ4 = = = = 0,0016
L 340

2. Tegangan Geser Pada Permukaan Luar


Mt1 2,94 . 5
τtmax 1 = = 1 = 0,074 𝑁/𝑚𝑚2
Wp . 𝜋 .103
16

Mt2 5,88 . 5
τtmax 2 = = 1 = 0,149 𝑁/𝑚𝑚2
Wp .𝜋 .103
16

Mt3 7,84 . 5
τtmax 3 = = 1 = 0,199 𝑁/𝑚𝑚2
Wp . 𝜋 . 103
16

Mt4 10,78 . 5
τtmax 4 = = 1 = 0,274 𝑁/𝑚𝑚2
Wp . 𝜋 . 103
16

3. Modulus Geser
γ1 0,0003
β1 = = = 0,004 𝑚𝑚2 /𝑁
τtmax1 0,074
γ2 0,0008
β2 = = = 0,005 𝑚𝑚2 /𝑁
τtmax2 0,149
γ3 0,001
β3 = = = 0,005 𝑚𝑚2 /𝑁
τtmax3 0,199
γ4 0.0016
β4 = = = 0,0058 𝑚𝑚2 /𝑁
τtmax4 0,274

4. Modulus Elastisitas Dalam Geser


1 1
G1 = = 0,004 = 50 𝑁/𝑚𝑚2
β1
1 1
G2 = = 0,005 = 20 𝑁/𝑚𝑚2
β2
1 1
G3 = = = 20 𝑁/ 𝑚𝑚2
β3 0,005
1 1
G4 = = = 17 𝑁/𝑚𝑚2
β4 0,0058

5. Sudut Rotasi
180° . Mt . L 180° F . a . L
φ1 = = 1 = =
π .G . Ip π. G. . π . d4
32

180° . Mt . L 180° F . a . L
φ2 = = 1 = =
π .G . Ip π. G. . π . d4
32

180° . Mt . L 180° F . a . L
φ3 = = 1 = =
π .G . Ip π. G. . π . d4
32
180° . Mt . L 180° F . a . L
φ4 = = 1 = =
π .G . Ip π. G. . π . d4
32

F=
λ2
1. γ2 = L
Mt2 F. a
2. τtmax 2 = Wp
= 1
π. d3
16
γ2
3. β2 = τtmax2
1
4. G2 = β2
180° . Mt . L 180° F . a . L
5. φ2 = π .G . Ip
=
π. G.
1
. π . d4
32

F=
λ3
1. γ3 = L
Mt3 F. a
2. τtmax 3 = = 1
Wp π. d3
16
γ3
3. β3 = τtmax3
1
4. G3 = β3
180° . Mt . L 180° F . a . L
5. φ3 = = 1
π .G . Ip π. G. . π . d4
32

IV.2.2.2. Material :
F=
λ1
1. γ1 =
L
Mt1 F. a
2. τtmax 1 = = 1
Wp π. d3
16
γ1
3. β1 = τtmax1
1
4. G1 = β1
180° . Mt . L 180° F . a . L
5. φ1 = = 1
π .G . Ip π. G. . π . d4
32

F=
λ2
1. γ2 = L
Mt2 F. a
2. τtmax 2 = = 1
Wp π. d3
16
γ2
3. β2 = τtmax2
1
4. G2 = β2
180° . Mt . L 180° F . a . L
5. φ2 = = 1
π .G . Ip π. G. . π . d4
32

F=
λ3
1. γ3 = L
Mt3 F. a
2. τtmax 3 = = 1
Wp π. d3
16
γ3
3. β3 = τtmax3
1
4. G3 = β3
180° . Mt . L 180° F . a . L
5. φ3 = = 1
π .G . Ip π. G. . π . d4
32

IV.2.2.3. Material :
F=
λ1
1. γ1 =
L
Mt1 F. a
2. τtmax 1 = = 1
Wp π. d3
16
γ1
3. β1 = τtmax1
1
4. G1 = β1
180° . Mt . L 180° F . a . L
5. φ1 = = 1
π .G . Ip π. G. . π . d4
32

F=
λ2
1. γ2 = L
Mt2 F. a
2. τtmax 2 = = 1
Wp π. d3
16
γ2
3. β2 = τtmax2
1
4. G2 = β2
180° . Mt . L 180° F . a . L
5. φ2 = = 1
π .G . Ip π. G. . π . d4
32

F=
λ3
1. γ3 = L
Mt3 F. a
2. τtmax 3 = = 1
Wp π. d3
16
γ3
3. β3 = τtmax3
4.
1
5. G3 = β3
180° . Mt . L 180° F . a . L
6. φ3 = = 1
π .G . Ip π. G. . π . d4
32

IV.2.2.4. Material :
F=
λ1
1. γ1 = L
Mt1 F. a
2. τtmax 1 = = 1
Wp π. d3
16
γ1
3. β1 = τtmax1
1
4. G1 = β1
180° . Mt . L 180° F . a . L
5. φ1 = = 1
π .G . Ip π. G. . π . d4
32

F=
λ2
1. γ2 = L
Mt2 F. a
2. τtmax 2 = = 1
Wp π. d3
16
γ2
3. β2 = τtmax2
1
4. G2 = β2
180° . Mt . L 180° F . a . L
5. φ2 = = 1
π .G . Ip π. G. . π . d4
32

F=
λ3
1. γ3 = L
Mt3 F. a
2. τtmax 3 = = 1
Wp π. d3
16
γ3
3. β3 = τtmax3
1
4. G3 = β3
180° . Mt . L 180° F . a . L
5. φ3 = = 1
π .G . Ip π. G. . π . d4
32

PERCOBAAN BENDING
Perbandingan Grafik Dengan Material yang Sama
(Aluminium)
3

2.5

2
y (mm)

AL 1 PRAKTEK
1.5
AL 1 TEORI
1 AL 2 PRAKTEK

0.5 AL 2 TEORI

0
0 5 10 15 20
Force (N)

Pada material aluminium 1, material ini memiliki ukuran yang panjangnya


490mm, lebarnya 25mm, dan tingginya 5mm. Kita memberikan gaya sebesar
4.905 N ; 9.81 N ; dan 18.639 N. Pada hasil praktek kita mendapatkan nilai
deformasi (y) sebesar 0.6mm : 1.25mm ; dan 2.42mm. Dan pada teori kita
mendapatkan nilai deformasi (y) sebesar 0.65mm ; 1.31mm ; 2.5mm.

Pada material aluminium 2, material ini memiliki ukuran yang panjangnya


510mm, lebarnya 20mm dan tingginya 10mm. Kita memberikan gaya yang sama
besarnya dengan aluminium 1 yaitu 4.905 N ; 9.81 N ; dan 18.639 N, dan dimana
dari hasil praktek kita mendapatkan nilai deformasi (y) sebesar 0.1mm ; 0.21mm ;
dan 0.4mm. Dan pada teori kita mendapatkan nilai deformasi (y) sebesar
0.116mm ; 0.232mm ; dan 0.441mm.
Walaupun dengan material dan pemberian gaya yang sama, namun nilai
deformasi pada kedua material tersebut berbeda, ini disebabkan oleh perbedaan
dimensi dari kedua material. Dan juga dapat kita simpulkan bahwa semakin besar
gaya yang diberikan maka deformasinya (y) juga semakin besar. Artinya gaya
berbanding lurus dengan deformasi (y).

PERCOBAAN BENDING
Perbandingan Grafik Antara Aluminium dan Tembaga
4.5
4
3.5
3
y (mm)

2.5 AL 1 PRAKTEK
2 AL 1 TEORI
1.5 CU PRAKTEK
1 CU TEORI
0.5
0
0 5 10 15 20
Force (N)

Pada material aluminium 1, material ini memiliki ukuran yang panjangnya


490mm, lebarnya 25mm, dan tingginya 5mm. Kita memberikan gaya sebesar
4.905 N ; 9.81 N ; dan 18.639 N. Pada hasil praktek kita mendapatkan nilai
deformasi (y) sebesar 0.6mm : 1.25mm ; dan 2.42mm. Dan pada teori kita
mendapatkan nilai deformasi (y) sebesar 0.65mm ; 1.31mm ; 2.5mm.

Pada material tembaga, material ini memiliki ukuran yang panjangnya


490mm, lebarnya 20mm, dan tingginya 4mm. Kita memberikan gaya yang sama
besarnya dengan material aluminium 1 yaitu 4.905 N ; 9.81 N ; dan 18.639 N.
Pada hasil praktek kita mendapatkan nilai deformasi (y) sebesar 1.05mm ;
2.11mm ; 4.06mm. Dan pada teori kita mendapatkan nilai deformasi (y) sebesar
1.02mm ; 2.04mm ; 3.89mm.
Kita tidak dapat menentukan material mana yang mengalami deformasi
yang lebih kecil, dikarenakan dimensi dari kedua material ini berbeda. Namun
dari grafik maka dapat kita simpulkan bahwa semakin besar gaya yang diberikan
maka semakin besar pula deformasi yang di alami material tersebut, artinya gaya
berbanding lurus dengan deformasi (y).

PERCOBAAN BENDING
Perbandingan Grafik Antara Aluminium dan Tembaga
4.5
4
3.5
3
y (mm)

2.5 AL 1 PRAKTEK
2 AL 1 TEORI
1.5 CU PRAKTEK
1 CU TEORI
0.5
0
0 5 10 15 20
Force (N)

Pada material aluminium 1, material ini memiliki ukuran yang panjangnya


490mm, lebarnya 25mm, dan tingginya 5mm. Kita memberikan gaya sebesar
4.905 N ; 9.81 N ; dan 18.639 N. Pada hasil praktek kita mendapatkan nilai
deformasi (y) sebesar 0.6mm : 1.25mm ; dan 2.42mm. Dan pada teori kita
mendapatkan nilai deformasi (y) sebesar 0.65mm ; 1.31mm ; 2.5mm.

Pada material tembaga, material ini memiliki ukuran yang panjangnya


490mm, lebarnya 20mm, dan tingginya 4mm. Kita memberikan gaya yang sama
besarnya dengan material aluminium 1 yaitu 4.905 N ; 9.81 N ; dan 18.639 N.
Pada hasil praktek kita mendapatkan nilai deformasi (y) sebesar 1.05mm ;
2.11mm ; 4.06mm. Dan pada teori kita mendapatkan nilai deformasi (y) sebesar
1.02mm ; 2.04mm ; 3.89mm.
Kita tidak dapat menentukan material mana yang mengalami deformasi
yang lebih kecil, dikarenakan dimensi dari kedua material ini berbeda. Namun
apabila kita uji secara teori antara material tembaga dengan aluminium dengan
dimensi dan juga pemberian gaya yang sama besarnya, maka akan kita dapatkan
hasil deformasi yang dialami oleh tembaga lebih kecil jikalau dibandingkan
dengan aluminium. Maka dapat kita simpulkan bahwa deformasi pada tembaga
lebih kecil dibandingkan dengan aluminium dengan dimensi dan pemberian gaya
yang sama besarnya, dan juga semakin besar gaya yang diberikan maka semakin
besar pula deformasi yang terjadi, artinya gaya berbanding lurus dengan
deformasi (y).
PERCOBAAN BENDING
Perbandingan Grafik Antara Aluminium dan Tembaga
7

5
AL 1 PRAKTEK
4
y (mm)

AL 1 TEORI
3
CU PRAKTEK
2 CU TEORI
AL 3 TEORI
1

0
0 5 10 15 20
Force (N)

Pada material aluminium 1, material ini memiliki ukuran yang panjangnya


490mm, lebarnya 25mm, dan tingginya 5mm. Kita memberikan gaya sebesar
4.905 N ; 9.81 N ; dan 18.639 N. Pada hasil praktek kita mendapatkan nilai
deformasi (y) sebesar 0.6mm : 1.25mm ; dan 2.42mm. Dan pada teori kita
mendapatkan nilai deformasi (y) sebesar 0.65mm ; 1.31mm ; 2.5mm.

Pada material aluminium 3, material ini memiliki ukuran yang panjangnya


490mm, lebarnya 20mm, dan tingginya 4mm. Kita memberikan gaya yang sama
besarnya dengan material yang lain yaitu sebesar 4.905 N ; 9.81 N ; dan 18.639 N.
Pada hasil teori kita mendapatkan nilai deformasi (y) sebesar 1.61mm : 3.22mm ;
dan 6.11mm.
Pada material tembaga, material ini memiliki ukuran yang panjangnya
490mm, lebarnya 20mm, dan tingginya 4mm. Kita memberikan gaya yang sama
besarnya dengan material yang lain yaitu sebesar 4.905 N ; 9.81 N ; dan 18.639 N.
Pada hasil praktek kita mendapatkan nilai deformasi (y) sebesar 1.05mm ;
2.11mm ; 4.06mm. Dan pada teori kita mendapatkan nilai deformasi (y) sebesar
1.02mm ; 2.04mm ; 3.89mm.

Kita tidak dapat menentukan material mana yang mengalami deformasi


yang lebih kecil secara praktek, dikarenakan dimensi dari kedua material ini
berbeda. Namun apabila kita uji secara teori antara material tembaga dengan
aluminium dengan dimensi dan juga pemberian gaya yang sama besarnya, maka
akan kita dapatkan hasil deformasi yang dialami oleh tembaga lebih kecil jikalau
dibandingkan dengan aluminium. Maka dapat kita simpulkan bahwa deformasi
pada tembaga lebih kecil dibandingkan dengan aluminium dengan dimensi dan
pemberian gaya yang sama besarnya, dan juga semakin besar gaya yang diberikan
maka semakin besar pula deformasi yang terjadi, artinya gaya berbanding lurus
dengan deformasi (y).
PERCOBAAN BENDING
Perbandingan Grafik Antara Aluminium dan Tembaga
7

5
y (mm)

4
AL 3 TEORI
3
CU PRAKTEK
2 CU TEORI
1

0
0 5 10 15 20
Force (N)

Pada material aluminium 3, material ini memiliki ukuran yang panjangnya


490mm, lebarnya 20mm, dan tingginya 4mm. Kita memberikan gaya sebesar
4.905 N ; 9.81 N ; dan 18.639 N. Pada hasil teori kita mendapatkan nilai
deformasi (y) sebesar 1.61mm : 3.22mm ; dan 6.11mm.

Pada material tembaga, material ini memiliki ukuran yang panjangnya


490mm, lebarnya 20mm, dan tingginya 4mm. Kita memberikan gaya yang sama
besarnya dengan material aluminium 3 yaitu 4.905 N ; 9.81 N ; dan 18.639 N.
Pada hasil praktek kita mendapatkan nilai deformasi (y) sebesar 1.05mm ;
2.11mm ; 4.06mm. Dan pada teori kita mendapatkan nilai deformasi (y) sebesar
1.02mm ; 2.04mm ; 3.89mm.
Pada grafik dapat kita lihat perbandingan deformasi yang terjadi antara
material tembaga dengan aluminium dengan dimensi dan juga pemberian gaya
yang sama besarnya, maka kita akan melihat hasil deformasi yang dialami oleh
tembaga lebih kecil jikalau dibandingkan dengan aluminium. Maka dapat kita
simpulkan bahwa deformasi pada tembaga lebih kecil dibandingkan dengan
aluminium dengan dimensi dan pemberian gaya yang sama besarnya, dan juga
semakin besar gaya yang diberikan maka semakin besar pula deformasi yang
terjadi, artinya gaya berbanding lurus dengan deformasi (y).

PERCOBAAN BENDING
Aluminium 1
3

2.5

2
y (mm)

1.5
PRAKTEK
1 TEORI

0.5

0
0 5 10 15 20
Force (N)

Pada material aluminium 1, material ini memiliki ukuran yang panjangnya


490mm, lebarnya 25mm, dan tingginya 5mm. Kita memberikan gaya sebesar
4.905 N ; 9.81 N ; dan 18.639 N. Pada hasil praktek kita mendapatkan nilai
deformasi (y) sebesar 0.6mm : 1.25mm ; dan 2.42mm. Dan pada teori kita
mendapatkan nilai deformasi (y) sebesar 0.65mm ; 1.31mm ; 2.5mm. Terlihat
bahwa hasil yang kita dapatkan dalam praktek tidak jauh berbeda dengan apa
yang kita dapatkan secara teori. Dan dapat kita simpulkan bahwa semakin besar
gaya yang diberikan maka semakin besar pula deformasi yang akan di alami oleh
material ini, artinya gaya berbanding lurus dengan deformasi (y).
PERCOBAAN BENDING
Aluminium 2
0.5
0.45
0.4
0.35
0.3
y (mm)

0.25
PRAKTEK
0.2
TEORI
0.15
0.1
0.05
0
0 5 10 15 20
Force (N)

Pada material aluminium 2, material ini memiliki ukuran yang panjangnya


510mm, lebarnya 20mm dan tingginya 10mm. Kita memberikan gaya yang sama
besarnya dengan aluminium 1 yaitu 4.905 N ; 9.81 N ; dan 18.639 N, dan dimana
dari hasil praktek kita mendapatkan nilai deformasi (y) sebesar 0.1mm ; 0.21mm ;
dan 0.4mm. Dan pada teori kita mendapatkan nilai deformasi (y) sebesar
0.116mm ; 0.232mm ; dan 0.441mm. Terlihat bahwa hasil yang kita dapatkan
dalam praktek tidak jauh berbeda dengan apa yang kita dapatkan secara teori. Dan
dapat kita simpulkan bahwa semakin besar gaya yang diberikan maka semakin
besar pula deformasi yang akan di alami oleh material ini, artinya gaya
berbanding lurus dengan deformasi (y).
PERCOBAAN BENDING
TEMBAGA
4.5
4
3.5
3
y (mm)

2.5
2 PRAKTEK
1.5 TEORI
1
0.5
0
0 5 10 15 20
Force (N)
+

Pada material tembaga, material ini memiliki ukuran yang panjangnya


490mm, lebarnya 20mm, dan tingginya 4mm. Kita memberikan gaya yang sama
besarnya dengan material aluminium 1 yaitu 4.905 N ; 9.81 N ; dan 18.639 N.
Pada hasil praktek kita mendapatkan nilai deformasi (y) sebesar 1.05mm ;
2.11mm ; 4.06mm. Dan pada teori kita mendapatkan nilai deformasi (y) sebesar
1.02mm ; 2.04mm ; 3.89mm. Terlihat bahwa hasil yang kita dapatkan dalam
praktek tidak jauh berbeda dengan apa yang kita dapatkan secara teori. Dan dapat
kita simpulkan bahwa semakin besar gaya yang diberikan maka semakin besar
pula deformasi yang akan di alami oleh material ini, artinya gaya berbanding lurus
dengan deformasi (y).
PERCOBAAN TORSI
Perbandingan Grafik Antara Aluminium dan Tembaga
3.5

2.5

2
y (mm)

AL 1 PRAKTEK

1.5 AL 2 PRAKTEK
AL 3 PRAKTEK
1
CU PRAKTEK
0.5

0
0 5 10 15 20
Force (N)

Pada material aluminium 1, material ini memiliki ukuran yang panjangnya


380mm, dan diameternya 10mm. Kita memberikan gaya sebesar 4.905 N ; 9.81 N
; dan 18.639 N, dan dimana dari hasil praktek kita mendapatkan nilai deformasi
(y) sebesar 0.51mm ; 0.81mm ; dan 1.7mm.

Pada material aluminium 2, material ini memiliki ukuran yang panjangnya


480mm, dan diameternya 10mm. Kita memberikan gaya yang sama besarnya
dengan material yang lain yaitu sebesar 4.905 N ; 9.81 N ; dan 18.639 N, dan
dimana dari hasil praktek kita mendapatkan nilai deformasi (y) sebesar 0.35mm ;
0.98mm ; dan 2.13mm.

Pada material aluminium 3, material ini memiliki ukuran yang panjangnya


580mm, dan diameternya 10mm. Kita memberikan gaya yang sama besarnya
dengan material yang lain yaitu sebesar 4.905 N ; 9.81 N ; dan 18.639 N, dan
dimana dari hasil praktek kita mendapatkan nilai deformasi (y) sebesar 0.75mm ;
1.51mm ; dan 2.91mm.

Pada material tembaga, material ini memiliki ukuran yang panjangnya


280mm, dan diameternya 10mm. Kita memberikan gaya yang sama besarnya
dengan material yang lain yaitu sebesar 4.905 N ; 9.81 N ; dan 18.639 N, dan
dimana dari hasil praktek kita mendapatkan nilai deformasi (y) sebesar 0.01mm ;
0.12mm ; dan 0.68mm.

Dari grafik terlihat bahwa dengan material dan diameter yang sama, maka
semakin panjang sebuah material maka semakin besar pula deformasi (y) yang
dialami oleh material tersebut di percobaan torsi. Namun kami tidak mengetahui
mengapa aluminium 1 pada pemberian gaya sebesar 4.905 memiliki nilai
deformasi yang lebih tinggi daripada aluminium 2, mungkin kami tidak benar
dalam membaca nilai deformasi yang ada di dial gauge (human error) ataupun
ada kesalahan-kesalahan yang kami lakukan selama percobaan tersebut dilakukan.
Dan kami tidak dapat membandingkan perbedaan deformasi yang dialami oleh
tembaga dengan aluminium, dikarenakan perbedaan dimensi pada kedua buah
material tersebut. Dan juga dari grafik dapat kita simpulkan bahwa semakin besar
pemberian gaya maka semakin besar pula deformasi (y) yang dialami oleh
material tersebut, artinya gaya berbanding lurus dengan deformasi (y).

Anda mungkin juga menyukai